Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... 1

HalamanPengesahan ............................................................................................... 2

Kata Pengantar ........................................................................................................ 3

Daftar Isi ................................................................................................................. 4

BAB I Laporan Kasus ............................................................................................ 5

BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 13

BAB III Analisa Kasus............................................................................................ 26

Daftar Pustaka

1
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : An.N/ perempuan / 4 tahun 10 bulan

b. Pekerjaan : Belum Bekerja

c. Alamat : RT 10 Olak kemang

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah saudara : Tidak ada

c. Status ekonomi keluarga : Cukup

d. Riwayat KB :-

e. Kondisi rumah

Pasien tinggal dirumah

semipermanen ukuran ± 8x10 m2


dengan atap seng, dinding dari kayu.
Bagian rumah terdiri dari ruang
tamu, 1 kamar tidur, kamar mandi,
dapur serta ruang makan. Sumber air
keluarga berasal dari PDAM.
Sumber penerangan dari PLN. Ruang tamu pasien terlihat cukup rapi dan
bersih. Ventilasi dan jendela rumah dari kaca dan jarang dibuka.

2
Kamar Tidur Dapur dan ruang makan

Kamar Mandi

3
f. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :

Rumah berlokasi di daerah pemukiman padat penduduk. Rumah di pinggir


jalan raya, rumah pasien berada dalam satu pekaranagn bersama rumah
saudara lainnya. Tidak ada sungai ataupun pabrik disekitar rumah.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga

 Pasien merupakan pertama, disayang oleh keluarganya

 Ayah pasien adalah petani dan ibu seorang ibu rumah tangga.

 Pasien tinggal bersama kedua orangtua

 Hubungan antar anggota dalam keluarga baik

IV. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 hari sebelum datang ke
Puskesmas.

V. Ri wayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh ibunya dengan keluhan batuk berdahak sejak
1 hari sebelum datang ke puskesmas. Ibu pasien mengatakan 2 hari sebelumnya
pasien sudah mulai batuk, awalnya batuk tidak berdahak namun batuk terasa
semakin memberat dan kemudian disertai dahak. Dikatakan bahwa pasien
terlihat sedikit kesulitan mengeluarkan dahak, dari dahak yang berhasil
dikeluarkan dikatakan dahak pasien kental, berwarna putih kekuningan dan
tidak ada darah.
Ibu pasien juga mengatakan karena batuknya semakin memberat, pasien
juga bernapas sedikit lebih cepat. Keluhan ini tidak disertai dengan adanya suara
nafas berbunyi menciut, tidak dipengaruhi cuaca, ataupun makanan. Riwayat
tersedak sebelum timbul keluhan, tidak ada. Keluhan bibir dan ujung jari yang
terlihat membiru tidak ada.

4
Sebelumnya, 3 hari yang lalu pasien demam. Demam naik turun, tidak
disertai kejang ataupun menggigil, tidak ada mimisan, gusi berdarah ataupun
bintik kemerahan pada kulit. Keluhan pilek tidak ada. Untuk keluhannya tersebut
pasien sudah diberikan obat paracetamol sirup, demam turun setelah meminum
obat namun kemudian naik kembali.
Ibu mengatakan nafsu makan dan minum pasien masih baik, riwayat
baru mengganti susu atau makanan disangkal, tidak ada penurunan berat badan,
tidak ada muntah, nyeri telinga ataupun sakit menelan, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Riwayat kontak dengan pasien dewasa yang batuk lama atau batuk
berdarah disangkal.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal

- Riwayat alergi tidak ada

- Riwayat asma tidak ada

- Riwayat kejang disangkal

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat keluarga dengan keluhan demam dan batuk (+) ayah pasien batuk 1
minggu sebelumnya dan sudah berobat ke puskesmas.
- Riwayat keluarga dengan asma (-)

- Riwayat keluarga dengan batuk lama atau TB (-)

- Riwayat alergi dalam keluarga (+) kakek pasien alergi terhadap udang

- Riwayat DM, HT, sakit jantung (-)

5
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan

 Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi susu, sayur dan
buah
 Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan

 Ayah pasien perokok, dikatakan merokok sering didalam rumah dan kadang
di sekitar pasien
 Pasien sering bermain di lingkungan sekitar rumah

 Pasien jarang mencuci tangan setelah bermain

 Air minum keluarga dari air gallon isi ulang

Riwayat Selama Kehamilan dan Persalinan

Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan tidak memiliki keluhan.
Riwayat persalinan pasien lahir spontan pervaginam ditolong oleh bidan, bayi
lahir cukup bulan dan langsung menangis setelah dilahirkan, bergerak aktif, berat
bayi lahir 3.300 gram, panjang badan 49 cm

Riwayat ASI

Pasien tidak mendapat ASI dari ibunya. Sejak lahir paien diberikan susu formula
karena menurut ibu ASI nya sediki pada saat itu.

Riwayat Imunisasi

BCG : dilakukan 1 kali

Hepatitis : dilakukan 3 kali

Polio : dilakukan 4 kali

DTP : dilakukan 3 kali

Campak : dilakukan 2 kali

6
IX. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan

2. Kesadaran : compos mentis

3. Nadi : 120 x/menit

4. Pernafasan : 42 x/menit

5. Suhu : 37,7°C

6. Saturasi O2 : 99%

7. CRT : <2 detik

8. Berat Badan : 12 kg

9. Tinggi Badan : 109 cm

10. Status Gizi: BB/U : -2SD s/d +2SD (Gizi baik)

TB/U : -2SD s/d +2SD (Normal)


BB/TB: -2SD s/d +2SD (Normal)
Status generalisata

1. Kepala : normocephal, simetris

2. Mata :

Kelopak : edema (-/-) Conjungtiva : anemis (-/-)


Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+

Mata cekung : ( - / - )

3. Telinga : Sekret (-), serumen (-)

4. Hidung : Nafas cuping hidung (-) , deviasi septum (-), secret (-)

5. Mulut Bibir : tidak kering, sianosis (-)


Gigi geligi : caries (-)
7
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)

Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)

Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)

6. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)

7. Thoraks; Cor (Jantung)

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II linea midclavicularis


sinistra Kanan : ICS IV linea parasternal
dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo (Paru)

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Retraksi dinding dada (-) Retraksi dinding dada (-)

Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris


Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),

ronkhi basah halus nyaring rhonki basah halus nyaring


(+) (+)

8
8. Abdomen
Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-), retraksi
Inspeksi
epigastik

(-)
Palpasi Turgor baik, supel, nyeri tekan (-), hati dan lien
tidak

teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas : akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT<2 detik
Ekstremitas bawah: akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik

X. Diagnosa Kerja

Bronkopneumonia ( J18.0 )

XI. Diagnosa Banding

Bronkiolitis akut (J21)

Tuberculosis Paru (A15)

Asma bronkial (J45.9)

XII. Usulan Pemeriksaan Penunjang

- Analisis Gas Darah

- Rontgent Thorax

- CRP

- Kultur sekret tenggorokan

9
XIII. Manajemen.

a. Promotif :

Menjelaskan pada ibu pasien mengenai penyakit bronkopneumonia yang


pasien derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan,
serta komplikasi dari penyakit ini.
Menjelaskan pentingnya pemberian makanan bergizi beserta manfaatnya
terhadap status gizi maupun untuk membantu proses pemulihan
penyakitnya.
Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kesehatan personal dan
lingkungan di antaranya dengan membiasakan cuci tangan dengan benar
dan pakai sabun dalam keluarga, memotong kuku anak 1-2 minggu sekali,
meminum air yang sudah diebus, membuka jendela setiap hari sehingga
pencahayaan dan sirkulasi udara tetap baik, tidak merokok disekitar
anggota keluarga dan didalam rumah.

b. Preventif :

Hindari paparan asap rokok dan polusi udara

Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit terutama sakit dengan
batuk-batuk disertai demam
Kurangi aktifitas bermain diluar rumah dan cuci tangan dengan sabun
setelah bermain
Hindari lingkungan rumah yang pengap dengan rutin membuka jendela
dan ventilasi

c. Kuratif :

Non Farmakologis

Kompres untuk membantu menurunkan demam pasien

10
Farmakologis :

 Nebulisasi ventolin 1 respule + Nacl 2 cc

Amoksisilin tablet 2x 500 mg

Puyer 3 x 1 pulv

- Paracetamol III tab

- GG IV tab

- CTM III tab

- Salbutamol 4 mg II tab

Pengobatan tradisional :

Ramuan dari jahe dan daun pegagan. Campurkan 15 gr jahe dengan 30 gr daun
pegagan, direbus ke dalam 500cc air. Minum rebusan ramuan ini setelah air
rebusan berkurang hingga setengahnya, yaitu sekitar 250cc. Obat ini biasa
dikonsumsi dalam jangka waktu pengobatan yang cukup lama, yaitu 12 hari.
Dosis konsumsi obat ini 2 kali sehari secara teratur.

d. Rehabilitatif

 Mengikuti pengobatan dengan teratur

 Kontrol ulang ke puskesmas 2 hari kemudian untuk melihat apakah


keadaan membaik atau tidak.
 Segera ke IGD apabila keluhan semakin berat

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definis
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di praktek-praktek dokter atau
rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran

nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.1
Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia merupakan
peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang

berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).1,2

2.2 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang

dewasa.1,3

12
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian
balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per
tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000
balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5

menit.1,2,3

2.3 Etiologi1

Bronkopneumonia terjadi secara umum dapat disebabkan oleh faktor


infeksi dan non-infeksi.
a. Faktor infeksi

Pada umumnya pneumonia disebabkan oleh bakteri, yaitu


Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenza.Pada bayi dan anak
kecil dapat ditemukan Staphilococcus aureus sebagai penyebab pneumonia
yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas yang tinggi. Pada
neonatus penyebab bronchopneumonia tersering adalah Streptococcus grup B,
batanggram negative dan Chlamidia. Namun selain bakteri,
bronchopneumonia atau pneumonia lobaris yang paling sering dijumpai pada
anak usia kurang dari 2 tahun, biasanya juga disebabkan oleh virus, antara lain
adenovirus, virus parainfluenza, virus influenza, dan enterovirus.Adapun

etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok umur:9


Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir-20 hari Bakteri Bakteri
E.Colli Bakteri anaerob
Streptococcus group D
Streptococcus group B
Haemofillus influenza
Listeria
Streptococcus pneumoniae
monocytogenes
Ureaplasma urealyticum

13
Virus
Virus Sitomegalo

Virus Herpes Simpleks


3minggu-3bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia Bordetella pertussis
trachomatis Haemofillus influenza tipe B
Streptococcus Moraxella catharalis
pneumonia
Virus
Virus Adeno Staphyloccus aureus
Virus influenza
Ureaplasma urealyticum
Virusparainfluenza
Virus
1,2,3
Virus Sitomegalo
Respiratory Syncitial

Virus

4bulan-5 tahun Bakteri Bakteri


Chlamydia Haemofillus influenza tipe B
pneumoniae Neisseria meningitidis
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumoniae Staphyloccus aureus
Streptococcus
pneumonia
Virus Virus
Virus Adeno Virus Varicella-Zoster
Virus Influenza
Virus Parainfluenza

Virus Rino

14
Respiratory Syncitial

Virus
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia Haemofillus influenza tipe B
pneumoniae Legionella sp

Mycoplasma Staphyloccus aureus


pneumoniae Virus

Streptococcus Virus Adeno


pneumonia Virus Epstein-Barr

Virus influenza

Virus parainfluenza

Virus rino

Respiratory Syncitial Virus

Virus Varicella-Zoster

b. Faktor Non Infeksi

1. Bronkopneumonia hidrokarbon; bronkopneumonia yang terjadi


karena aspirasi, penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah, dan bensin).
2. Bronkopneumonia lipoid; bronkopneumonia yang terjadi akibat
pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, setiap
keadaan yang menggangu mekanisme menelan seperti palatoskizis
pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menangis

15
Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
terjadinya bronkopneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita
penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
Beberapa factor meningkatkan resiko kejadian pneumonia, antara lain
defek anatomi bawaan, deficit imunologis, polusi, aspirasi, gizi buruk, berat
badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI, imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara srumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya.

2.4 Klasifikasi1,2,3

a. Pembagian secara anatomis :

- Pneumonialobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari
satu lobus.
- Pneumonialobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai
lobules-lobulus dan tersebar di dalam paru.
- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai
jaringan interstisial paru dan bronchitis.
b. Pembagian secara etiologi :

- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,

Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenza.


- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenoviru

- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,

Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.


- Corpus alienum

- Aspirasi : Makanan, kerosene (benzene,minyak tanah) cairan amnion,


benda asing

16
c. Derajat keparahan penyakit
Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak
bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan – 5
tahun
Pneumonia  Hipo/hipernatremi  Kesadaran
sangat berat  Kesadaran turun turun

 Kurang mau minum  Tidak mau


minum
 Kejang
 Kejang
 Wheezing
 Stridor
 Stridor
 Sianosi
s
sentral
 Gizi buruk
Pneumonia berat  Tarikan dinding  Tarikan
dada dalam yang dinding dada
tampak jelas dalam
 Takipnea  Dapat minum
 Sianosis (-)
Pneumonia  Takipnue
 Tarikan
dinding dada
dalam (-)
Bukan Tarikan dinding dada dalam (-), takipnea (-)
pneumonia

17
2.5 Patogenesis1,2,4

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan


mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

berakibat timbulnya infeksi penyakit.Masuknya mikroorganisme ke dalam


saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
- Inhalasi langsung dari udara

- Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

- Hematogen

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien


untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
- Susunan anatomis rongga hidung

- Jaringan limfoid di nasofaring

- Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
- Refleks batuk.

- Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang


terinfeksi.
- Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

- Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama Ig A.

- Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang


bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik.
- Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding
alveoli dan jaringan sekitarnya.
- Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
18
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang


berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler
paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas
ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih


mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

19
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

2.6 Manifestasi klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,

20
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan dirumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis
pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme
penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi

terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasive, etiologi noninfeksi yang relative


lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak
merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda,
sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak


purulent bahkan bias berdarah
- sesak nafas

- Demam

- Kesulitan makan/minum

- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan asma atau


imunokompromais

2. Pemeriksaan fisik

- Pada inspeksi dapat disertai retraksi otot epigastrik, interkostal,


suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
21
- Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
- Pada perkusi tidak terdapat kelainan

- Pada auskultasi ditemukan ronki basah halus nyaring terdengar pada


stadium permulaan dan stadium resolusi sedangkan pada stadium
hepatisasi ronkhi tidak terdengar.
.
3. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.


Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000
/mm3 dengan neutrofil yang predominan. Analisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan 1,6.
 Pemeriksaan radiologi

Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen
toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis
pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa
tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas penegakkan diagnosis.

Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru


berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial

22
 Reactive Protein (CRP)

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara
faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang

digunakan untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik 2.


 Pemeriksaan Mikrobiologis

Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin


dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk
pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret

nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru2,5.

Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan kriteria paling sedikit 3 dari 5 gejala/tanda
berikut
- Sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
- Panas badan
- Ronki basah sedang nyaring pada bronkopneumonia
- Foto toraks menunjukkan adanya infiltrat berupa bercak-bercak (bronko) difus
merata (lober) pada satu atau beberapa lobus

- Leukositosis Pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit


predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil dominan.
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan:
1.Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
2.Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan
masih sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotika.

23
3. Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat :

 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

4. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti
diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:

a. kultur sputum atau bilasan cairan lambung

b. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama


virusdeteksi antigen bakteri
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau kesulitan
bernafas

Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan

Bronkiolitis - episode pertama wheezing pada anak


umur < 2 tahun
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
- gejala pada pneumonia juga dapat
dijumpai kurang atau tidak ada respon
dengan bronkodilator

24
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien TB
dewasa
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada
keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebaba yang
jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher,
aksila, inguinal yang spesifik.
Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang
tidak berhubungan dengan batuk dan
pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator

2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum :

- Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mmpertahankan saturasi oksigen > 92 %
- Pada pneumonia berat atau asupan peroral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan

- Nebulisasi dengan beta2 agonis dan atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mukosiliari clearance

25
- Pasien dengan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya per 4 jam, termasuk
pemeriksaan saturasi oksigen

Pemberian Antibiotik

- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotic oral oada anak < 5 tahun
karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia
pada anak, ditoleransi dengan baik dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
eritromisin, azitromisin, claritromisin
- M. pneumonia elbih sering terjadi pada anak yang lebih tua, maka antibotik
golongan macrolide diberikan sebagai pilihan pertama pada anak > 5 tahun
- Antibiotik intravna diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima obat per oral
(missal karena muntah ) atau pasien pneumonia berat. Yang dianjurkan adalag
ampisilin dan kloramfenikol, ceftriakson dan cefotaksime

Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
Pada bayi
 saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
 frekuensi napas > 60 x/menit
 distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
 tidak mau minum / menetek

Pada anak
 saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
 frekuensi napas ≥ 50 x/menit
 distress pernapasan
 grunting
 terdapat tanda dehidrasi
Kriteria pulang:
 Gejala dan tanda pneumonia menghilang

26
 Asupan peroral adekuat
 Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
 Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
 Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah

2.9 Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps


paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
 Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

 Infeksi sitemik

- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

2.10 Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-
zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif
pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri
sendiri.
27
2.11 Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan


penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh
kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain.
 Vaksinasi pneumokokus

Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 17-12 bulan diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1 kali, namun keduanya perlu
dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir.
Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali.
 Vaksinasi H.Influenzae

Diberikan pada usia 2, 4, 6, dan 15-18 bulan

 Vaksinasi varisela

Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat diberikan setelah
umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada
umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu
 Vaksinasi influenza

Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bulan - <
9 tahun di berikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.

28
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Rumah pasien berlokasi dipinggir jalan raya yang setiap hari dilalui kendaraan
dan berpolusi, disertai dengan ventilasi rumah dari kaca yang tidak dapat
dilewati udara dan jendela rumah yang jarang dibuka sehingga memberikan
kesan gelap dan pengap.
Pada kasus ini terdapat hubungan diagnose dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Pasien merupakan anak pertama yang disayang oleh keluarganya. Ayah pasien
adalah pegawai petani dan ibu seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal
bersama kedua orangtua. Hubungan antar anggota dalam keluarga baik
Tidak ada hubungan antara diagnose dengan keadaan keluarga dan hubungan
dalam keluarga

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
 Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi susu, sayur dan
buah
 Ayah pasien perokok, dikatakan merokok sering didalam rumah dan kadang
di sekitar pasien
 Pasien sering bermain di lingkungan sekitar rumah

 Pasien jarang mencuci tangan setelah bermain

29
Terdapat hubungan antara diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga
dan lingkungan sekitar pasien.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini
 Pasien tidak mendapat ASI eksklusif.

 Riwayat ayah pasien dengan keluhan batuk dan demam satu minggu
sebelum keluhan pasien muncul
 Ayah pasien merupakan seorang perokok dan sering merokok di dalam
rumah atau disekitar pasien dan anggota keluarga lain
 Kebiasaan pasien sering bermain diluar rumah dan tidak mencuci tangan
setelah bermain
 Kondisi rumah yang berlokasi di pinggir jalan raya dengan ventilasi dari
kaca yang tidak dapat dilewati udara dan jendela rumah yang jarang dibuka

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
 Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan asupan nutrisi yang bergizi
dan seimbang serta dapat diberikan vitamin tambahan dan istirahat yang
cukup agar tidak mudah sakit
 Membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke faisilitas kesehatan dan
menjaga jarak / kontak dengan anggota keluarga yang sakit apabila dapat
menular
 Memberitahu kepada orangtua pasien untuk dapat mengurangi merokok
dan atau agar tidak merokok di dalam rumah dan disekitar anggota
keluarga lainnya

30
 Memberitahu pasien dan keluarga agar dapat membatasi aktifitas diluar
rumah dan mengajarkan dan membiasakan cuci tangan dengan langkah
yang benar menggunakan sabun setiap kali selesai beraktifitas d luar rumah
 Membiasakan membuka jendela secara rutin setiap hari agar sirkulasi dan
pencahayaan di dalam rumah lebih baik

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga

- Hindari kontak dengan orang yang memiliki keluhan batuk dan demam

- Meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh dengan asupan nutrisi seimbang
dan bergizi serta istirahat cukup dan vitamin tambahan bila perlu
- Membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan
- Jaga kebersihan personal semua anggota keluarga dan sanitasi lingkungan
rumah dan sekitar
- Rutin membuka jendela di rumah dan mencuiptakan sirkulasi dan
pencahyaan yang baik di rumah
- Kurangi merokok, tidak merokok didalam rumah, jauhkan asap rokok dari
anak dan anggota keluarga lain
- Batasi aktifitas diluar rumah dan biasakan mencuci tangan setelah aktifitas

- Ikuti penobatan dengan dsiplin

- Kontrol kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan

- Segera datang ke IGD apabila tidak ada perbaikan atau keluhan bertambah
berat

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Theodore C., Charles G., dalam bukuNelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-18.
Philadelphia : WB Saunders, 2007.
2. Garna H Herry. Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Penerbit FK
Unpad. 2005. Hal : 400-402.
3. Mereinstein Gerald B, David W Kaplan, Adam A Rosenberg. Buku Pegangan
Pediatri. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Widya Medika. 2002. Hal :506-507.
4. William W. Myron. Current diagnosis & treatment pediatrics edisi 20. USA lange.
2010.
5. Darmawan Budi Setyanto.dalam buku Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008. Hal : 333-347.
6. Epstein C, Leland F. dalam buku .Rudolph's Pediatrics. Edisi ke-21. California :
Prentice Hall International Inc.2003: 671-676; 1990-6

32

Anda mungkin juga menyukai