Halaman Judul......................................................................................................... 1
HalamanPengesahan ............................................................................................... 2
Daftar Pustaka
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
d. Riwayat KB :-
e. Kondisi rumah
2
Kamar Tidur Dapur dan ruang makan
Kamar Mandi
3
f. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :
Ayah pasien adalah petani dan ibu seorang ibu rumah tangga.
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 hari sebelum datang ke
Puskesmas.
Pasien datang diantar oleh ibunya dengan keluhan batuk berdahak sejak
1 hari sebelum datang ke puskesmas. Ibu pasien mengatakan 2 hari sebelumnya
pasien sudah mulai batuk, awalnya batuk tidak berdahak namun batuk terasa
semakin memberat dan kemudian disertai dahak. Dikatakan bahwa pasien
terlihat sedikit kesulitan mengeluarkan dahak, dari dahak yang berhasil
dikeluarkan dikatakan dahak pasien kental, berwarna putih kekuningan dan
tidak ada darah.
Ibu pasien juga mengatakan karena batuknya semakin memberat, pasien
juga bernapas sedikit lebih cepat. Keluhan ini tidak disertai dengan adanya suara
nafas berbunyi menciut, tidak dipengaruhi cuaca, ataupun makanan. Riwayat
tersedak sebelum timbul keluhan, tidak ada. Keluhan bibir dan ujung jari yang
terlihat membiru tidak ada.
4
Sebelumnya, 3 hari yang lalu pasien demam. Demam naik turun, tidak
disertai kejang ataupun menggigil, tidak ada mimisan, gusi berdarah ataupun
bintik kemerahan pada kulit. Keluhan pilek tidak ada. Untuk keluhannya tersebut
pasien sudah diberikan obat paracetamol sirup, demam turun setelah meminum
obat namun kemudian naik kembali.
Ibu mengatakan nafsu makan dan minum pasien masih baik, riwayat
baru mengganti susu atau makanan disangkal, tidak ada penurunan berat badan,
tidak ada muntah, nyeri telinga ataupun sakit menelan, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Riwayat kontak dengan pasien dewasa yang batuk lama atau batuk
berdarah disangkal.
- Riwayat keluarga dengan keluhan demam dan batuk (+) ayah pasien batuk 1
minggu sebelumnya dan sudah berobat ke puskesmas.
- Riwayat keluarga dengan asma (-)
- Riwayat alergi dalam keluarga (+) kakek pasien alergi terhadap udang
5
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi susu, sayur dan
buah
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan
Ayah pasien perokok, dikatakan merokok sering didalam rumah dan kadang
di sekitar pasien
Pasien sering bermain di lingkungan sekitar rumah
Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan tidak memiliki keluhan.
Riwayat persalinan pasien lahir spontan pervaginam ditolong oleh bidan, bayi
lahir cukup bulan dan langsung menangis setelah dilahirkan, bergerak aktif, berat
bayi lahir 3.300 gram, panjang badan 49 cm
Riwayat ASI
Pasien tidak mendapat ASI dari ibunya. Sejak lahir paien diberikan susu formula
karena menurut ibu ASI nya sediki pada saat itu.
Riwayat Imunisasi
6
IX. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
4. Pernafasan : 42 x/menit
5. Suhu : 37,7°C
6. Saturasi O2 : 99%
8. Berat Badan : 12 kg
2. Mata :
Mata cekung : ( - / - )
4. Hidung : Nafas cuping hidung (-) , deviasi septum (-), secret (-)
Pulmo (Paru)
8
8. Abdomen
Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-), retraksi
Inspeksi
epigastik
(-)
Palpasi Turgor baik, supel, nyeri tekan (-), hati dan lien
tidak
teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas Atas : akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT<2 detik
Ekstremitas bawah: akral hangat, sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
X. Diagnosa Kerja
Bronkopneumonia ( J18.0 )
- Rontgent Thorax
- CRP
9
XIII. Manajemen.
a. Promotif :
b. Preventif :
Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit terutama sakit dengan
batuk-batuk disertai demam
Kurangi aktifitas bermain diluar rumah dan cuci tangan dengan sabun
setelah bermain
Hindari lingkungan rumah yang pengap dengan rutin membuka jendela
dan ventilasi
c. Kuratif :
Non Farmakologis
10
Farmakologis :
Puyer 3 x 1 pulv
- GG IV tab
- Salbutamol 4 mg II tab
Pengobatan tradisional :
Ramuan dari jahe dan daun pegagan. Campurkan 15 gr jahe dengan 30 gr daun
pegagan, direbus ke dalam 500cc air. Minum rebusan ramuan ini setelah air
rebusan berkurang hingga setengahnya, yaitu sekitar 250cc. Obat ini biasa
dikonsumsi dalam jangka waktu pengobatan yang cukup lama, yaitu 12 hari.
Dosis konsumsi obat ini 2 kali sehari secara teratur.
d. Rehabilitatif
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definis
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di praktek-praktek dokter atau
rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran
nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.1
Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia merupakan
peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang
2.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa.1,3
12
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian
balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per
tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000
balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5
menit.1,2,3
2.3 Etiologi1
13
Virus
Virus Sitomegalo
Virus
Virus Rino
14
Respiratory Syncitial
Virus
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia Haemofillus influenza tipe B
pneumoniae Legionella sp
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Virus Varicella-Zoster
15
Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
terjadinya bronkopneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita
penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
Beberapa factor meningkatkan resiko kejadian pneumonia, antara lain
defek anatomi bawaan, deficit imunologis, polusi, aspirasi, gizi buruk, berat
badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI, imunisasi tidak lengkap, adanya
saudara srumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat
penghuninya.
2.4 Klasifikasi1,2,3
- Pneumonialobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari
satu lobus.
- Pneumonialobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai
lobules-lobulus dan tersebar di dalam paru.
- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai
jaringan interstisial paru dan bronchitis.
b. Pembagian secara etiologi :
16
c. Derajat keparahan penyakit
Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak
bawah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan – 5
tahun
Pneumonia Hipo/hipernatremi Kesadaran
sangat berat Kesadaran turun turun
17
2.5 Patogenesis1,2,4
- Hematogen
- Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
- Refleks batuk.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
19
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
20
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan dirumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis
pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme
penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
- Demam
- Kesulitan makan/minum
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen
toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis
pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa
tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas penegakkan diagnosis.
22
Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara
faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang
Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan kriteria paling sedikit 3 dari 5 gejala/tanda
berikut
- Sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
- Panas badan
- Ronki basah sedang nyaring pada bronkopneumonia
- Foto toraks menunjukkan adanya infiltrat berupa bercak-bercak (bronko) difus
merata (lober) pada satu atau beberapa lobus
23
3. Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat :
4. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti
diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
24
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien TB
dewasa
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada
keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebaba yang
jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher,
aksila, inguinal yang spesifik.
Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang
tidak berhubungan dengan batuk dan
pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum :
- Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mmpertahankan saturasi oksigen > 92 %
- Pada pneumonia berat atau asupan peroral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan
- Nebulisasi dengan beta2 agonis dan atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mukosiliari clearance
25
- Pasien dengan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya per 4 jam, termasuk
pemeriksaan saturasi oksigen
Pemberian Antibiotik
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotic oral oada anak < 5 tahun
karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia
pada anak, ditoleransi dengan baik dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
eritromisin, azitromisin, claritromisin
- M. pneumonia elbih sering terjadi pada anak yang lebih tua, maka antibotik
golongan macrolide diberikan sebagai pilihan pertama pada anak > 5 tahun
- Antibiotik intravna diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima obat per oral
(missal karena muntah ) atau pasien pneumonia berat. Yang dianjurkan adalag
ampisilin dan kloramfenikol, ceftriakson dan cefotaksime
Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
Pada bayi
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas > 60 x/menit
distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
tidak mau minum / menetek
Pada anak
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas ≥ 50 x/menit
distress pernapasan
grunting
terdapat tanda dehidrasi
Kriteria pulang:
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
26
Asupan peroral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah
2.9 Komplikasi
Infeksi sitemik
2.10 Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-
zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif
pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri
sendiri.
27
2.11 Pencegahan
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 17-12 bulan diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1 kali, namun keduanya perlu
dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir.
Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali.
Vaksinasi H.Influenzae
Vaksinasi varisela
Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat diberikan setelah
umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada
umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu
Vaksinasi influenza
Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bulan - <
9 tahun di berikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.
28
BAB III
ANALISA KASUS
29
Terdapat hubungan antara diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga
dan lingkungan sekitar pasien.
Riwayat ayah pasien dengan keluhan batuk dan demam satu minggu
sebelum keluhan pasien muncul
Ayah pasien merupakan seorang perokok dan sering merokok di dalam
rumah atau disekitar pasien dan anggota keluarga lain
Kebiasaan pasien sering bermain diluar rumah dan tidak mencuci tangan
setelah bermain
Kondisi rumah yang berlokasi di pinggir jalan raya dengan ventilasi dari
kaca yang tidak dapat dilewati udara dan jendela rumah yang jarang dibuka
30
Memberitahu pasien dan keluarga agar dapat membatasi aktifitas diluar
rumah dan mengajarkan dan membiasakan cuci tangan dengan langkah
yang benar menggunakan sabun setiap kali selesai beraktifitas d luar rumah
Membiasakan membuka jendela secara rutin setiap hari agar sirkulasi dan
pencahayaan di dalam rumah lebih baik
- Hindari kontak dengan orang yang memiliki keluhan batuk dan demam
- Meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh dengan asupan nutrisi seimbang
dan bergizi serta istirahat cukup dan vitamin tambahan bila perlu
- Membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan
- Jaga kebersihan personal semua anggota keluarga dan sanitasi lingkungan
rumah dan sekitar
- Rutin membuka jendela di rumah dan mencuiptakan sirkulasi dan
pencahyaan yang baik di rumah
- Kurangi merokok, tidak merokok didalam rumah, jauhkan asap rokok dari
anak dan anggota keluarga lain
- Batasi aktifitas diluar rumah dan biasakan mencuci tangan setelah aktifitas
- Segera datang ke IGD apabila tidak ada perbaikan atau keluhan bertambah
berat
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Theodore C., Charles G., dalam bukuNelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-18.
Philadelphia : WB Saunders, 2007.
2. Garna H Herry. Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Penerbit FK
Unpad. 2005. Hal : 400-402.
3. Mereinstein Gerald B, David W Kaplan, Adam A Rosenberg. Buku Pegangan
Pediatri. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Widya Medika. 2002. Hal :506-507.
4. William W. Myron. Current diagnosis & treatment pediatrics edisi 20. USA lange.
2010.
5. Darmawan Budi Setyanto.dalam buku Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008. Hal : 333-347.
6. Epstein C, Leland F. dalam buku .Rudolph's Pediatrics. Edisi ke-21. California :
Prentice Hall International Inc.2003: 671-676; 1990-6
32