Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI

Gambar 2.1 Anatomi organ genitalia wanita

A. Tuba Uterine Fallopii


Tuba uterine fallopii merupakan alat yang terdapat pada tepi atas ligamentum
latum, berjalan kearah lateral, mulai dari kornu uteri kanan kiri.panjangnya±
12 cm, diameter 3-8 mm. pada tuba ini dibedakan menjadi empat bagian :7
- Pars interstitialis (intramural) : bagian tuba yang berjalan dalam dinding
uterus, mulai pada ostiuminternum tuba
- Pars isthmica : bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus, merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.
- Pars ampularis : bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum
merupakan bagian tubae yang paling lebar dan berbentuk S
- Infundibulum : ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae,
lubangnya disebut ostium abdominale tubae.
Fungsi tuba uterine menerima ovum dari ovarium dan merupakan tempat
terjadinya fertilisasi (biasanya diampula tubae uterine). Tuba uterine menyediakan
makanan untuk ovum yang telah difertilisasi dan membawa ovum yang telah
difertilisasi kedalam cavitas uteri. Tuba uterine merupakan saluran yang dilalui
oleh spermatozoa untuk mencapai ovum.7

1
Tuba uterine mendapatkan perdarahan dari cabang arteri iliaca interna
sedangkan arteria ovarica cabang dari aorta abdominalis. Pembuluh limfe
mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan para aortici7

Gambar 2.2 Anatomi tuba uterina

B. Uterus

Gambar 2.3 Anatomi uterus

Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan


berdinding tebal. Pada orang dewasa muda nullipara, panjang uterus 3 inci (8 cm),
lebar 2 inci (5 cm), dan tebal 1 inci (2.5 cm). Uterus terbagi menjadi fundus,
corpus, dan cervix uteri.7
- Fundus uteri merupakan bagian uterus yang terletak diatas muara tuba
uterine

2
- Corpus uteri merupakan bagian uterus yang terletak dibawah muara tuba
uterine. Bagian bawah corpus menyempit, yang akan berlanjut sebagai
servix uteri. Cervix menembus dinding anterior vagina dan dibagi menjadi
portio supravaginalis dan portio vaginalis cervicis uteri.
- Cavitas uteri berbentuk segitiga pada penampang koronal, tetapi pada
panampang sagital hanya berbentuk celah. Rongga pada cervix uteri yang
disebut canalis cervicis uteri yang berhubungan dengan rongga didalam
corpus uteri melalui histologicum uteri internum dan dengan vagina
melalui ostium uteri

Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan berupa perimetrium, myometrium dan
endometrium. Letak uterus dapat berupa :7
- Ante dan retroflexio uteri
Sumbu servix dan sumbu corpus uteri membentuk sudut. Jika sudut ini
membuka kedepan disebut anteflexio, jika membuak kebelakang disebut
retroflexio6
- Ante dan Retroversio uteri
Sumbu vagina dan sumbu uterus membentuk sudut. Jika sudut ini
membuka kedepan, disebut anteversio, jika membuka kebelakang disebut
retroversion6
- Position
Uterus biasanya tidak terletak tepat pada sumbu panggul, bisa lebih kekiri,
lebih kekanan, lebih kedepan, lebih kebelakang disebut sinistro, dextro,
antero, dorso position.6
- Torsio
Letak uterus biasanya agak terputar6. Uterus mendapat perdarahan dari
arteria ovarica dan arteri uterine

3
C. Ovarium
Ovarium ada dua, kiri dan kanan uterus, dihubungkan dengan uterus oleh
ligamentum ovarii proprium dan dihubungkan dengan dinding panggul dengan
perantaraan ligamentum infundibulo-pelvicum, disini terdapat pembuluh darah
untuk ovarium yaitu arteri dan vena ovarica.6,7

2.4 Anatomi ovarium

Ovarium ini letaknya pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk
yang disebut fossa ovarica waldeyeri. Ovarium terdiri dari bagian luar (cortex)
dan bagian dalam medulla.Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial. Pada
medulla terdapat pembuluh darah, urat syaraf dan pembuluh lympha.6

KEHAMILAN NORMAL
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tubafalopi
menuju ke uterus. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,mulailah
pembelahan zigot. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yangsama besarnya dan
disebut stadium morula. Dalam ukuran yang sama inihasil konsepsi disalurkan
terus ke pars ismika dan pars interstitialis tuba(bagian-bagian tuba yang sempit)
dan terus ke arah kavum uteri oleh arusserta getaran silia pada permukaan sel-sel
tuba dan kontraksi tuba. Dalamkavum uteri, hasil konsepsi mencapai stadium
blastula.Blastula dilindungioleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu
menghancurkan danmencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim,
jaringanendometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini
banyak mengandung sel-sel desidua.6

4
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan
masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudiansembuh dan menutup
lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikitperdarahan akibat luka desidua
(tanda Hartman). Nidasi terjadi padadinding depan atau belakang uterus (korpus),
dekat pada fundus uteri.Blastula yang berimplantasi pada rahim akan mulai
tumbuh menjadi janin.6

Gambar 2.5 Proses implantasi normal diendometrium uterus

Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan


tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling seringterjadi
di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat
terjadi di ovarium, rongga abdomen, atau serviks6

DEFINISI KEHAMILAN EKTOPIK


Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum
uteri.Tempat kehamilan normal ialah didalam cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut tetapi
dapat juga terjadi didalam cervix, pars interstitialis tubae, atau dalam tanduk
rudimenter Rahim. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada disaluran telur
(Tuba fallopii).3,4

5
EPIDEMIOLOGI
Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih dari
90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium, rongga
abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium). 3

Lokasi tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla, isthmus,
fimbria dan pars interstisialis. 4
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
25-35 tahun. Di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik sekitar 5-6 per seribu
kehamilan. 1 Angka kehamilan ektopik di Amerika Serikat mengalami
peningkatan secara nyata selama dua dekade terakhir. Kehamilan ektopik pada
wanita bukan kulit putih pada setiap kategori usia lebih tinggi dibanding wanita
kulit putih, insiden ini juga meningkat seiring dengan pertambahan usia.

ETIOLOGI
Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium. Faktor-faktor yang
disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran
tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak
berjalan dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi tuba dapat
merupakan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.1
Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar
saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan
perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan
ektopik. 1

6
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau umbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tua, kemudian terhenti dan
tumbuh di saluran tuba. 1
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. 1
4. Faktor hormonal
Pada askseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.1
5. Faktor lain
Pada pemakaian IUD dapat terjadi proses peradangan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
ektopik. Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga
sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik. 1

Faktor resiko lain yang meningkatkan kejadian kehamilan ektopik meliputi :


banyaknya pasangan seksual, terminasi kehamilan sebelumnya, keguguran, seksio
sesarea, wanita yang subfertil, reproduksi buatan seperti fertilisasi in vitro,
kehamilan heterotopik dan riwayat kehamilan ektopik.6

7
KLASIFIKASI

Gambar 2.1. Lokasi kehamilan ektopik

Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi


berikut ini:
A. Kehamilan tuba
Adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi meliputi > 95%
yang berlokasi di: pars ampularis (55%), pars isthmika (25%), pars fimbriae
(17%) dan pars insterstisialis (2%). 1
Adapun sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga
blastokista mengadakan implantasi di tuba ialah: 7
a. Bekas radang pada tuba; hal ini menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi, gerakan
ovum ke uterus terlambat.
b. Kelainan bawaan pada tuba; divertikulum, tuba yang panjang.
c. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan perituba,
tekanan pada tuba oleh tumor dari luar
d. Operasi plastik pada tuba
e. Abortus buatan

8
B. Kehamilan ektopik lain (< 5%)

Gambar 2.2. Kehamilan abdominal

Terjadi di serviks uterus, ovarium atau abdominal. Kehamilan servikal


jarang dijumpai, biasanya terjadi abortus spontan didahului oleh perdarahan
yang makin lama makin banyak dan jarang sekali berlangsung lewat 20
minggu. 1 Kehamilan ovarial terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de
graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih
tinggal dalam folikel. 1
Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan kehamilan abdominal
sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba yang kemudian abortus
dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars abdominalis yang kemudian
embrio mengalami reimplantasi di kavum abdomen, misalnya di
mesenterium/mesovarium atau di omentum. Kehamilan abdominal primer
sangat jarang ditemukan, terjadi apabila ovum dan permatozoa bertemu dan
kemudian bersatu di dalam satu tempat pada peritoneum dalam rongga perut,
dan kemudian juga berimplantasi di tempat tersebut.1

9
C. Kehamilan intraligamenter

Gambar 2.3. Kehamilan intraligamente

Kehamilan ini jumlahnya sangat sedikit. Kehamilan intraligamenter


berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah. Konseptus yang
terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal ini apabila lapisan korionnya
melekat dengan baik dan memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat
hidup dan berkembang dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses
kehamilan ini serupa dengan kehamilan abdominal sekunder karena keduanya
berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah.1

D. Kehamilan heterotopik
Merupakan kehamilan ganda di mana satu janin berada di kavum uteri
sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar 15.000 -
40.000 kehamilan.1
E. Kehamilan ektopik bilateral
Kehamilan ini jumlahnya sangat sedikit.

10
PATOFISIOLOGI

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai


endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan
kemudian akan mengalami beberapa proses seperti kehamilan pada umumnya.
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio
atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami bebrapa perubahan dalam
bentuk berikut ini:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. Dalam hal ini
seringkali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang
timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya
agak terlambat. 1,7

11
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh
vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah
dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera
setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding
tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan
tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.1
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis
ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering
terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi
pada kehamilan muda, sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis
ialah pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau
yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina. 1

MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu,
abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan
keadaan umum penderita sebelum hamil.
 Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke
dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak
terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah
darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau
seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma,
sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina,
menyebabkan defekasi nyeri.1

12
 Perdarahan pervaginam
Merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu. Hal
ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak
dan berwarna cokelat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 hingga
93%. 1
 Amenorea
Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya. Frekuensi amenorea berkisar 23 hingga
97%.1
 Nyeri goyang
Pada pemeriksaan vaginal timbul rasa nyeri saat serviks uteri digerakkan.
Demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena
terisi oleh darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di
samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi yang lunak.
Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum douglas. 1
 Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan abdomen dan pervaginam, terutama bila
serviks digerakkan dapat ditemukan pada lebihdari tiga perempat wanita
dengan kehamilan ektopik tuba yang telah atau sedang megalami ruptur.5
 Perubahan uterus
Karena hormonal plasenta, pada sekitar 25% kasus selama 3 bulan pertama
kehamilan ektopik, uterus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar
dengan pada kehamilan normal. Uterus mungkin terdorong ke satu sisi oleh
suatu massa ektopik, atau jika ligamentum latum penuh darah, uterus dapat
sangat tergeser. Massa desidua yang berdegenerasi akan dikeluarkan pada 5-
10% wanita, keluarnya desidua ini dapat diikuti oleh kram yang mirip dengan
kram pada abortus spontan. 5

13
 Tekanan darah dan denyut nadi
Sebelum ruptur, tanda-tanda vital umumnya normal. Respon dini terhadap
perdarahan dapat berupa perubahan tanda vital, sedikit peningkatan tekanan
darah, respon vasovagal disertai bradikardia dan hipotensi. Pada ruptur tuba
dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat;
perdarahan lebih banyak akan menimbulkan syok hipovolemia
 Suhu
Setelah perdarahan akut, suhu dapat normal atau bahkan rendah, atau suhu
dapat mencapai 38o C. Demam penting untuk membedakan kehamilan tuba
yangmengalami ruptur dengan beberapa kasus salpingitis akut.5

DIAGNOSA
Jika ibu datang dengan keluhan gangguan haid yang disertai nyeri perut
bagian bawah, maka kemungkinan kehamilan ektopik harus difikirkan. Yang
harus kita lakukan adalah :3-6, 8-9
1. Anamnesis
Biasanya ibu mengeluh terlambat haid (amenorrhea) dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif kehamilan. Kadang didapat nyeri perut bagian
bawah, nyeri bahu dan tenesmus, perdarahan biasanya terjadi setelah nyeri
perut bagian bawah
2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk.Penderita tampak
kesakitan dan pucat.Pada perdarahan abdominal dapat dijumpai tanda shock
atau akut abdomen. Cavum douglas yang menonjol menunjukkan adanya
hematocele retrouterina. Suhu kadang naik sehingga menyulitkan
pembedaan dengan infeksi pelvis.
3. Tes kehamilan
Tes kehamilan berguna bila positif, namun hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian
hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human
chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes kehamilan negatif. 1

14
4. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan mungkin dapat ditemukan.Nyeri pada pergerakan serviks
positif. Uterus terasa sedikit membesar dan kadang teraba massa disamping
uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
5. Pemeriksaan laboratorium
Berguna menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
terdapat tanda-tanda perdarahan intraabdominal.Perlu diingat bahwa
penururnan HB baru terlihat setelah 24 jam.Tes urine b-HCG (+), tapi bisa
juga (-). Tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi hasil tes
kehamilan negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan
ektopik.9
6. Kuldosentesis
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis dapat
dilaksanakan dengan urutan berikut : 1
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan hingga forniks
posterior tampak
4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam Cavum Douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan pengisapan

15
Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kassa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:1
 Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari pembuluh darah di dekatnya yang pecah dan bukan
kehamilan ektopik yang berdarah.
 Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina atau hemoperitoneum yang disebabkan oleh kehamilan ektopik.
7. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara perabdominal atau pervaginam.
Umumnya kita akan mendapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong
gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah di
luar uterus. 1
Apabila sudah terjadi ruptur maka kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi
akan mendapatkan bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak
berbatas tegas, dan di sekitarnya didapati cairan berbas (gambaran darah
intraabdominal).1
Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia
kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta banyak
dan lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik
secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah
atau janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Namun, gambaran ini
hanya dijumpai pada 5 - 10% kasus. 1

16
8. Laparoskopi
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain
meragukan. Melalui prosedur laparaskopik, alat kandungan bagian dalam dapat
dinilai, mulai dari keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglas dan
ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit
visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi. 1
Keuntungan lain laparaskopi sebagai alat diagnostik ialah dapat sekaligus
mengangkat massa ektopik dengan laparoskopi operatif dan menyuntikkan
agen kemoterapi ke dalam massa ektopik secara langsung. 5

17
DIAGNOSA BANDING
a. Apendisitis
Nyeri pada kuadran kanan bawah, anorexia, mual dan muntah ditemukan
pada apendisitis. Pada apendisitis tidak ditemukan nyeri pada
gerakanserviks uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik
terganggu.6
b. Salpingitis
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah
mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat
diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi
pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,5oC, selain itu
leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes
kehamilan menunjukkan hasil negatif.6
c. Abortus imminens atau abortus incompletus
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah
median, dan adanya perasaan subjektif penderita yangmerasakan rasa tidak
enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau
permulaan abortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di
samping atau di belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan
rasa nyeri.6

18
d. Korpus luteum atau kista folikel yang pecah.
Ruptur korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai
kehamilan ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus
haid penderita dapat memperkuat dugaan adanya ruptur korpus luteum. 8
e. Torsi kistoma ovarii
Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam
biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat
dibanding kehamilan ektopik terganggu.6

KOMPLIKASI
1. Ruptur tuba
Ruptur tuba dapat menimbulkan perdarahan masif, syok, DIC
(disseminated intravascular coagulopathy), hingga kematian. 6
2. Kematian maternal pada trimester pertama
Kematian maternal tercatat 9 – 13% dari semua kematian dalam
kehamilan.6
3. Komplikasi bedah
Baik itu laparotomi atau laparaskopi dapat menimbulkan komplikasi
berupa perdarahan, infeksi, dan kerusakan organ kandung kemih, ureter
dan pembuluh darah sekitar.6

PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,
kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi
fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan
pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau

19
reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.1
a. Salpingostomi
Salpingostomi digunakan untuk mengangkat kehamilan kecil, yang
panjangnya biasanya kurang dari 2 cm, dan terletak di sepertiga distal tuba
fallopii. Insisi linear sepanjang 10 sampai 15 mm dibuat pada tepi
antimesenterik tepat di atas kehamilan ektopik. Produk konsepsi biasanya
terdorong keluar dari insisi dan dapat diangkat keluar dengan hati-hati.
Tempat-tempat perdarahan kecil dikendalikan dengan elektrokauter jarum
atau laser dan insisinya dibiarkan tanpa dijahit agar mengalami
penyembuhan per sekundam. Prosedur ini cepat dan mudah dilakukan. 5
b. Reanastomosis
Anastomosis tuba kadang kala digunakan untuk kehamilan isthmus yang
tidak ruptur. Prosedur ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan
penyempitan lebih lanjut pada lumen yang sudah kecil. Setelah segmen
dibuka, mesosalping di bawah tuba diinsisi dan isthmus tuba yang berisi
massa ektopik direseksi. Mesosalping dijahit sehingga dapat merekatkan
kembali tuba. Selanjutnya segmen tuba kemudian diaposisikan satu sama
lain secara berlapis dengan jahitan terputus dan dibuat tiga jahitan di
lapaisan muskularis dan tiga lapisan di serosa, dengan perhatian khusus
untuk menghindari lumen tuba. 5
c. Salpingektomi
Tindakan ini dilakukan jika tuba fallopii mengalami penyakit atau
kerusakan yang luas. Ketika mengangkat tuba, dianjurkan untuk melakukan
eksisi berbentuk segitiga/baji tidak lebih dari sepertiga luar bagian
interstitial tuba tersebut.5
d. Kemoterapi
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
pernah dicoba dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:5
- Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah

20
- Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm
- Perdarahan dalam rongga perut ≤ 100 ml
- Tanda vital baik dan stabil
e. Metotreksat
Metotreksat adalah suatu obat antineoplastik yang bekerja sebagai antagonis
asam folat dan sangat efektif terhadap trofoblas yang berproliferasi dengan
cepat. Terapi dosis tunggal lebih mudah diberikan dan dipantau daripada
terapi metotreksat dosis variabel, yang mempunyai angka kegagalan yang
lebih tinggi.5

PROGNOSIS
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu dapat dicegah dengan
diagnosis dini dan persedian darah yang cukup.Pada umumnya, kelainan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi
steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan
ektopik berulang pad atuba yang lain. Untuk wanita yang telah memiliki anak
sebaiknya dilakukan operasi salpingektomi bilateral.3-4

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono


Prowirohardjo; 2009. P 474-487
2. Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale DS. Ectopic pregnancy rates
in the Medicaid population. American Journal of Obstetrics &Gynecology
APRIL 2013,208:274.e1-7.
3. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono
Prowirohardjo; 2007. P 198-210
4. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono
Prowirohardjo; 2009. P 250-261
5. Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bandung: FK Unpad;1 981. P 21-36
6. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK Unpad; 1981. Hal .49-69
7. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
Hal.354-359
8. Cunningham, Leveno, Hauth B, rouse, Spong. Obstetri Williams. Jakarta:
EGC; 2013.Hal 895
9. Kohn MA, Kerr K, Malkevich D, O’Neil N, Kerr J, Kaplan BC. Beta-Human
Chorionic Gonadotropin Levels and the Likelihood of Ectopic Pregnancy in
Emergency Department Patients with Abdominal Pain or Vaginal Bleeding.
ACAD EMERG MED. February 2003, Vol. 10, No. 2
10. Manuaba IBG/ Kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC;
2004. Hal 255-257

22

Anda mungkin juga menyukai