Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

Konsep patient Safety, prioritas pelayanan kesehatan rumah sakit

& Prinsip pelaksanaan keselamatan pasien

Nama : Ulfa Avita


NIM : 200114055
Prodi : S1 Keperawatan tingkat 2

STIKes Abdi Nusantara Jakarta

Tahun Akademik 2021/2022


Konsep patient Safety, prioritas pelayanan kesehatan rumah sakit.

A. Pengertian

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006). Menurut The Institute of
Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan sebagai freedom from accidental injury.
Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu dan definisi mengenai
keselamatan, ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien (Kohn Linda T. etal., 2000).
Pengertian lainnya menurut(CNA, 2009) menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah
mengurangi dan meringankan tindakan-tindakan yang tidak aman atau berbahaya dalam
system16 pelayanan kesehatan dengan sebaikbaiknya melalui penggunaan penampilan
praktek yang baik untuk mengoptimalkan outcome pasien. Hal ini senada dengan
Hughes (2008), menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan pencegahan cidera terhadap
pasien. Pencegahan cidera adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya
pada pasien pada tindakan medis yang dilakukan oleh perawat. Berdasarkan definisi dari
berbagai sumber diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan suatu bagian
penting dalam mutu pelayanan
yang menekankan pada suatu kondisi yang tidak merugikan pasien, mengurangi dan
meminimalkan risiko melalui berbagai upaya sistemik yang berorientasi pada optimalisasi hasil
pelayanan yang diteliti pasien. Pelaksanaan pengembangan program
keselamatan pasien berpedoman pada standar keselamatan pasien dan sasaran
keselamatan pasien. Melalui penerapan 7 langkah menuju keselamatan pasien, akan
mampu mendorong upaya perbaikan yang lebih mengutamakan pasien dalam setiap
pelayanannya. Melalui struktur dan proses yang terstandarisasi, dengan penyediaan
fasilitas dan sumberdaya yang adekuat serta peran serta aktif SDM akan menghasilkan outcome
yang baik. Didukung dengan peran kepemimpinan dalam menciptakan budaya keselamatan akan
sangat menentukan keberhasilan program ini.

B. Program Keselamatan Pasien


Menurut Kohn (2000) dalam Hamdani (2007) IOM merekomendasikan beberapa hal yang terkait
keselamatan pasien untuk kebijakan tingkat nasional diantaranya adalah :
1. Pembuatan standar untuk organisasi kesehatan dimana organisasi kesehatan harus
memberikan perhatian yang besar untuk program keselamatan pasien. Regulator dan badan
akreditasi mengharuskan organisasi kesehatan untuk mengimplementasikan program
keselamatan pasien.

2. Pembuatan standar untuk profesi kesehatan yakni dengan tes periodik bagi dokter, perawat,
dan tenaga lain, sertifikasi, pembuatan kurikulum keselamatan pasien, pelatihan, konferensi,
jurnal, dan publikasi lainnya. Menurut IOM terdapat lima prinsip untuk merancang patient safety
system di organisasi kesehatan yakni (Hamdani, 2007): Prinsip I : Provide Leadership meliputi:
a. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama/prioritasb. Menjadikan keselamatan
pasien sebagai tanggung jawab bersama

c. Menunjuk/menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk program keselamatan pasien

d. Menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk analisis error dan redesign system

e. Mengembangkan mekanisme yang efektif untukmengidentifikasi “unsafe” dokter Prinsip II :


Memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses yakni :
a. Design job for safety
b. Menyederhanakan proses
c. Membuat standar proses
Prinsip III : mengembangkan tim yang efektif
Prinsip IV : Antisipasi untuk kejadian tak terduga : pendekatan pro aktif, menyediakan antidotum
dan training simulasi.
Prinsip V : Menciptakan atmosfer learning

C. Standar Keselamatan Pasien

Karena begitu pentingnya keselamatan pasien dirumah sakit sekarang ini, maka dibuatlah standar
keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi
acuan atas setiap pelayanan yang akan diberikan oleh petugas kepada pasien. Menurut Depkes
RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:
1. Hak pasien
Pasien dan keluarga pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan yang telah diterimanya, termasuk resiko
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Hal ini disebabkan karena tujuan utamanya
yang ganda, yaitu preventif kuratif, promotif dan rehabilitatif. Hubungan antara dokter dan
pasien pada dasarnya bertumpu pada hak menentukan nasib sendiri dan hak informasi.
Dokter berkewajiban untuk memberikan informasi dan penjelasan secara rinci kepada pasien
serta keluarga pasien tentang rencana dan hasil pelayanan, serta rencana pengobatan sehingga
pasien mengerti dengan benar bagaimana progress pengobatan yang sedang ia jalani. Pasien
berhak untuk tau informasi lengkap tentang ada atau tidaknya kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi yang berkaitan dengan Kejadian Tidak Diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga


Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarga pasien tentangkewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam keselamatan pasien.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan mitra dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan
mekanisme untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan keluarga dapat :
a. memberikan informasi yang benar, jelas lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjaminkoordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan. Kriterianya yaitu :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungansehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanandapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriterianya yaitu :
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik, mengacu pada visi, misi,
dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai degan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensi terkait semua kejadian tidak diharapkan,
dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis unuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang
memerlukan perhatianmmulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” sampai dengan “Kejadian Tidak
Diharapkan”
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risikopada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
danjelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analsis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” dan “Kejadian Sentinel” pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
pelayanan pasien.
Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Setiap rumah
sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden. Setiap rumah sakit harus
menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung
pendekatan inter- disiplin
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus
tepat waktu dan akurat. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien. Tersedia mekanisme dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada.

D. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;

2. Memimpin dan mendukung staf;

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;

4. Mengembangkan sistem pelaporan;

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Prinsip pelaksanaan keselamatan pasien

Prinsip mengenai sasaran keselamatan pasien rumah sakit.


1. Ketepatan identifikasi pasien
Dalam prinsip ini, pasien yang datang ke rumah sakit wajib di identifikasi terlebih dahulu.
Identifikasi yang dilakukan berupa pencatatan identitas yang dimilikinya sebelum dilakukan
tindakan atau pemeriksaan apa pun. Hal ini merupakan hal yang sangat penting terkait dengan
proses pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan selanjutnya.

2. Keefektifan komunikasi
Setelah dilakukan identifikasi, setiap step yang dilakukan dalam proses pemeriksaan dan juga
prosedur pengobatan harus dilakukan dengan tepat. Agar proses penanganan dan prosedur dapat
dilakukan dengan tepat untuk tiap pasien maka akan sangat penting dilakukan komunikasi secara
efektif. Komunikasi yang baik dilakukan dengan cara lisan berupa perintah atau pembacaan hasil
pemeriksaan. Baik secara langsung maupun melalui telefon. Komunikasi harus dilakukan secara
lisan.

3. Keamanan obat
Pada tahap pengobatan, hal yang perlu diperhatikan dalam sasaran keselamatan pasien adalah
keamanan obat itu sendiri. Obat yang digunakan oleh pasien harus diberikan label yang sesuai
dan ditempatkan pada lokasi yang tepat sesuai dengan penggunaannya.

4. Mengenai ketepatan lokasi, prosedur dan tindakan


Selain pengobatan, masalah tindakan juga perlu di perhatikan dengan jelas. Mengenai hal ini
diperlukan kepastian mengenai lokasi, jenis prosedur dan juga tindakan yang harus dilakukan.
Perlu digunakan isyarat yang tepat dan jelas sehingga tidak terjadi kegagalan tindakan maupun
waktu penanganan.

5. Mengenai infeksi
Sasaran keselamatan pasien selanjutnya berhubungan dengan kebersihan sehingga mengurangi
risiko infeksi bagi pasien maupun lingkungan rumah sakit.

6. Risiko pasien jatuh


Dalam pengobatan ada kondisi pasien tertentu yang membuatnya mudah jatuh. Hal ini perlu
diidentifikasi terlebih dahulu sehingga lebih banyak orang yang mengawasi.

Pentingnya gelang pasien dalam sasaran keselamatan pasien rumah sakit


Dilihat dari sasaran keselamatan pasien yang disebutkan diatas, kita bisa mengetahui bahwa
ketepatan identitas berhubungan dengan pengobatan, tindakan, waktu, lokasi merupakan hal
yang sangat penting dalam rumah sakit.

Oleh karena itu, diperlukan gelang pasien yang dapat digunakan untuk mencatat identitas pasien
secara tepat. Untuk mencatat informasi secara lengkap dari pasien, saat ini lebih banyak
digunakan gelang pasien dari print thermal.

Mengapa menggunakan gelang pasien dari print thermal? Hal ini disebabkan karena print
thermal dapat memberikan informasi secara lengkap dalam sebuah gelang.

Mulai dari nama, umur, jenis kelamin, kondisi khusus seperti kondisi mudah jatuh seperti yang
disebutkan sebelumnya hingga foto dari pasien yang seharusnya menggunakan gelang tersebut.
Dengan adanya kelengkapan informasi dari gelang pasien thermal maka kesalahan prosedur
pengobatan dapat diminimalkan.

Lengkapnya isi dari gelang pasien dari printer thermal membuat gelang pasien tersebut menjadi
lebih efektif dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien rumah sakit karena memungkinkan
kesalahan yang lebih minim karena kelengkapan dan ketepatan informasi yang dihasilkannya.

Prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit di tim patient safety sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi PSC adalah sebagai berikut:
1. Pertama, kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dari kondisi
baik menjadi sangat baik.
2. Kedua, komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient safety dari kondisi
baik tetap pada kondisi baik.
3. Ketiga, kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety
dari kondisi sangat kurang menjadi kurang.
4. Keempat, kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang
menjadi baik.
5. Kelima, kemampuan berkomunikasi yang efektif tentang faktor risiko insiden terkait
patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik.
6. Keenam, kemampuan mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait patient safety dari
kondisi sangat kurang menjadi baik.
7. Ketujuh, kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk
mencegah kejadian berulang dari kondisi sangat kurang menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15078/141000075.pdf?
sequence=1&isAllowed=y.

https://osf.io/aer5v/download/?format=pdf#:~:text=Patient%20safety%20merupakan%20upaya
%2Dupaya,suatu%20tindakan%20atau%20tidak%20mengambil

https://gelangpasien.com/prinsip-sasaran-keselamatan-pasien-rumah-sakit/.

http://journal.unair.ac.id/downloadfull/AKK8445-0947ce5a87fullabstract.pdf

Anda mungkin juga menyukai