A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006). Menurut The Institute of
Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan sebagai freedom from accidental injury.
Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu dan definisi mengenai
keselamatan, ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien (Kohn Linda T. etal., 2000).
Pengertian lainnya menurut(CNA, 2009) menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah
mengurangi dan meringankan tindakan-tindakan yang tidak aman atau berbahaya dalam
system16 pelayanan kesehatan dengan sebaikbaiknya melalui penggunaan penampilan
praktek yang baik untuk mengoptimalkan outcome pasien. Hal ini senada dengan
Hughes (2008), menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan pencegahan cidera terhadap
pasien. Pencegahan cidera adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya
pada pasien pada tindakan medis yang dilakukan oleh perawat. Berdasarkan definisi dari
berbagai sumber diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan suatu bagian
penting dalam mutu pelayanan
yang menekankan pada suatu kondisi yang tidak merugikan pasien, mengurangi dan
meminimalkan risiko melalui berbagai upaya sistemik yang berorientasi pada optimalisasi hasil
pelayanan yang diteliti pasien. Pelaksanaan pengembangan program
keselamatan pasien berpedoman pada standar keselamatan pasien dan sasaran
keselamatan pasien. Melalui penerapan 7 langkah menuju keselamatan pasien, akan
mampu mendorong upaya perbaikan yang lebih mengutamakan pasien dalam setiap
pelayanannya. Melalui struktur dan proses yang terstandarisasi, dengan penyediaan
fasilitas dan sumberdaya yang adekuat serta peran serta aktif SDM akan menghasilkan outcome
yang baik. Didukung dengan peran kepemimpinan dalam menciptakan budaya keselamatan akan
sangat menentukan keberhasilan program ini.
2. Pembuatan standar untuk profesi kesehatan yakni dengan tes periodik bagi dokter, perawat,
dan tenaga lain, sertifikasi, pembuatan kurikulum keselamatan pasien, pelatihan, konferensi,
jurnal, dan publikasi lainnya. Menurut IOM terdapat lima prinsip untuk merancang patient safety
system di organisasi kesehatan yakni (Hamdani, 2007): Prinsip I : Provide Leadership meliputi:
a. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama/prioritasb. Menjadikan keselamatan
pasien sebagai tanggung jawab bersama
d. Menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk analisis error dan redesign system
Karena begitu pentingnya keselamatan pasien dirumah sakit sekarang ini, maka dibuatlah standar
keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi
acuan atas setiap pelayanan yang akan diberikan oleh petugas kepada pasien. Menurut Depkes
RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:
1. Hak pasien
Pasien dan keluarga pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan yang telah diterimanya, termasuk resiko
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Hal ini disebabkan karena tujuan utamanya
yang ganda, yaitu preventif kuratif, promotif dan rehabilitatif. Hubungan antara dokter dan
pasien pada dasarnya bertumpu pada hak menentukan nasib sendiri dan hak informasi.
Dokter berkewajiban untuk memberikan informasi dan penjelasan secara rinci kepada pasien
serta keluarga pasien tentang rencana dan hasil pelayanan, serta rencana pengobatan sehingga
pasien mengerti dengan benar bagaimana progress pengobatan yang sedang ia jalani. Pasien
berhak untuk tau informasi lengkap tentang ada atau tidaknya kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi yang berkaitan dengan Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Keefektifan komunikasi
Setelah dilakukan identifikasi, setiap step yang dilakukan dalam proses pemeriksaan dan juga
prosedur pengobatan harus dilakukan dengan tepat. Agar proses penanganan dan prosedur dapat
dilakukan dengan tepat untuk tiap pasien maka akan sangat penting dilakukan komunikasi secara
efektif. Komunikasi yang baik dilakukan dengan cara lisan berupa perintah atau pembacaan hasil
pemeriksaan. Baik secara langsung maupun melalui telefon. Komunikasi harus dilakukan secara
lisan.
3. Keamanan obat
Pada tahap pengobatan, hal yang perlu diperhatikan dalam sasaran keselamatan pasien adalah
keamanan obat itu sendiri. Obat yang digunakan oleh pasien harus diberikan label yang sesuai
dan ditempatkan pada lokasi yang tepat sesuai dengan penggunaannya.
5. Mengenai infeksi
Sasaran keselamatan pasien selanjutnya berhubungan dengan kebersihan sehingga mengurangi
risiko infeksi bagi pasien maupun lingkungan rumah sakit.
Oleh karena itu, diperlukan gelang pasien yang dapat digunakan untuk mencatat identitas pasien
secara tepat. Untuk mencatat informasi secara lengkap dari pasien, saat ini lebih banyak
digunakan gelang pasien dari print thermal.
Mengapa menggunakan gelang pasien dari print thermal? Hal ini disebabkan karena print
thermal dapat memberikan informasi secara lengkap dalam sebuah gelang.
Mulai dari nama, umur, jenis kelamin, kondisi khusus seperti kondisi mudah jatuh seperti yang
disebutkan sebelumnya hingga foto dari pasien yang seharusnya menggunakan gelang tersebut.
Dengan adanya kelengkapan informasi dari gelang pasien thermal maka kesalahan prosedur
pengobatan dapat diminimalkan.
Lengkapnya isi dari gelang pasien dari printer thermal membuat gelang pasien tersebut menjadi
lebih efektif dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien rumah sakit karena memungkinkan
kesalahan yang lebih minim karena kelengkapan dan ketepatan informasi yang dihasilkannya.
Prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit di tim patient safety sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi PSC adalah sebagai berikut:
1. Pertama, kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dari kondisi
baik menjadi sangat baik.
2. Kedua, komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient safety dari kondisi
baik tetap pada kondisi baik.
3. Ketiga, kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety
dari kondisi sangat kurang menjadi kurang.
4. Keempat, kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang
menjadi baik.
5. Kelima, kemampuan berkomunikasi yang efektif tentang faktor risiko insiden terkait
patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik.
6. Keenam, kemampuan mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait patient safety dari
kondisi sangat kurang menjadi baik.
7. Ketujuh, kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk
mencegah kejadian berulang dari kondisi sangat kurang menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15078/141000075.pdf?
sequence=1&isAllowed=y.
https://osf.io/aer5v/download/?format=pdf#:~:text=Patient%20safety%20merupakan%20upaya
%2Dupaya,suatu%20tindakan%20atau%20tidak%20mengambil
https://gelangpasien.com/prinsip-sasaran-keselamatan-pasien-rumah-sakit/.
http://journal.unair.ac.id/downloadfull/AKK8445-0947ce5a87fullabstract.pdf