Anda di halaman 1dari 10

Peran Perawat Dalam Sasaran Dan Keselamatan Pasien

Dina Florence

dinapaska04@gmail.com

Latar Belakang

Salah satu masalah umum yang terjadi dalam pemberian pelayanan di bidang kesehatan adalah
masalah yang berkaitan dengan keselamatan pasien. Patient Safety atau keselamatan pasien
adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman dan
nyaman. Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan
pemberi pelayanan kesehatan. Pasien safety menjadi prioritas utama dalam layanan kesehatan
dan merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan serta berkaitan
dengan mutu dan citra rumah sakit. Perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan
merupakan hal yang penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Kinerja yang baik merupakan jembatan dalam menjawab kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien baik yang sakit maupun yang sehat. Perawat
harus sadar akan perannya sehingga dapat secara aktif ikut berpartisipasi untuk mewujudkan
keselamatan pasien. Hal ini juga tidak akan mencapai optimal jika hanya dengan kerja keras dari
perawat saja, namun didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga
kesehatan lainnya. Joint Comission International (JCI) membagi beberapa sasaran keselamatan
pasien yaitu komponen identifikasi pasien, komponen penggunaan komunikasi efektif,
komponen pemakaian obat dengan kewaspadaan tinggi, komponen ketepatan lokasi operasi,
prosedur dan dan pasien yang akan dibedah, komponen mengurangi resiko terinfeksi, komponen
menilai resiko pasien jatuh. Perawat merawat orang sakit dan cedera di rumah sakit, tempat
mereka bekerja untuk memperbaiki kesehatan dan memperingan penderitaan. Banyak orang
dipulangkan ke rumah dari rumah sakit ketika mereka masih membutuhkan asuhan keperawatan,
sehingga perawat sering memberikan perawatan di rumah yang hamper sama dengan perawatan
yang mereka berikan pada pasien di rumah sakit, di klinik dan pusat kesehatan di komunitas
yang mempunyai sedikit dokter, perawat mendiagnosis dan mengobati penyakit umum,
meresepkan dan memberikan medikasi, bahkan melakukan pembedahan minor. Perawat juga
makin meningkat pekerjaannya untuk menigkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah
penyakit di seluruh komunitas. Dalam sejarahnya, sangatlah sulit untuk mendefinisikan peran
dan fungsi perawat professional, dengan banyaknya kebingungan dan kurangnya kejelasan
mengenai peran perawat. Selanjutnya, keperawatan yang baik seringkali digambarkan sebagai
sesuatu yang tidak terlihat dan hanya dapat terlihat dengan ketiadaanya. Banyak tulisan
mengenai ketidak terlihatan perawat dan perbedaan kritis yang telah teridentfikasi dalam asuhan
keperawatan yang terlatih, sebagai suatu akibat dari penerapan keterampilan yang mudah
dimengerti dari perawat ahli.

Metode

Metode yang digunakan adalah teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan
analisis, eksplorasi, kajian bebas yang relevan yang berfokus pada peran perawat dalam
menerapkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan menggunakan 12 referensi, jurnal dan e-
book

Hasil

Berdasarkan hasil pencarian yang didapat menyatakan bahwa peran perawat dalam keselamatan
pasien dirumah sakit diantaranya sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi
SOP keselamatan pasien, menerapkan prinsip etik dalam memberikan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, memberikan pendidikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang
diberikan, menerapkan kinerja tim yang handal dalam memberikan pelayanan, menerapkan
komunikasi yang efektif kepada pasien dan kekuarga, mendokumentasikan dengan benar asuhan
keperawatan, dan melaporkan kejadian dalam item keselamatan pasien sesuai dengan standar
operasional prosedur di Rumah Sakit. Perawat harus mengetahui semua sasaran yang mengatur
tentang keselamatan pasien, guna untuk mengoptimalkan dalam rangka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan suatu layanan jasa yang memiliki peran penting
bagi kehidupan masyarakat. Diperlukan adanya peningkatan mutu dalam segala bidang
khususnya dalam bidang kesehatan salah satunya melalui akreditasi Rumah Sakit menuju
kualitas pelayanan Internasional. Dalam sistem akreditasi yang mengacu pada standar Joint
Commission International (JCI) diperoleh standar yang paling relevan terkait dengan mutu
pelayanan Rumah Sakit International Patient Safety Goals (sasaran internasional keselamatan
pasien) yang meliputi enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit terdapat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Adapun tujuan dari Sasaran keselamatan Pasien adalah untuk meningkatkan perbaikan-perbaikan
tertentu dal;am soal keselamatan pasien. Sasaran-saran salam Sasaran Keselamatan Pasien
menyoroti bidangbidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan
solusi hasil consensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa
untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain
sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan sistem. Adapun enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit yaitu : Sasaran I.
Mengidentifikasi pasien dengan benar, Sasaran II. Meningkatan komunikasi yang efektif,
Sasaran III. Meningkatan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, Sasaran IV.
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
benar, Sasaran V. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan, Sasaran VI.
Mengurangi risiko cedera pada pasien akibat terjatuh.

Pembahasan

Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang di
akreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah pada pelayanan kesehatan. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik
adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran
keselamatan pasien yaitu:

1.) Ketepatan Identifikasi Pasien Kesalahan karena keliru pasien yang terjadi di hampir
semua tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada
pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/
kamar, adanya kelainan sensor atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan: pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang
menerima pelayanan atau pengobatan. Dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut.
2.) Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan, kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau telpon. Komunikasi yang mudah terjadi pada kesalahan lain
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium
klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan.
3.) Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert) Bila obat-obatan
menjadi bagian dari rencana pengobatan. Pasien, manajemen harus berperan secara kritis
untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu Diwaspadai adalah obat
yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti obat-obat yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA).
4.) Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Salah-lokasi, salah-
prosedur, salah pasien pada operasi adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak
jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak
efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien
didalam penandaan lokasi ( site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi.
5.) Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan pengendalian
infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan, merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan. Infeksi biasanya di jumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia
(sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
6.) Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang diberikan, dan fasilitasnya, Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa
termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gay jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut
harus disiapkan di rumah sakit.

Sasaran keselamatan pasien merupakan suatu syarat untuk ditetapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akredidasi Rumah Sakit. Menurut Simamora (2018), maksud dari
Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Adapun tujuan dari Sasaran keselamatan Pasien adalah untuk meningkatkan perbaikan-perbaikan
tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaran-saran salam Sasaran Keselamatan Pasien
menyoroti bidangbidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan
solusi hasil consensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa
untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain
sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan sistem. Dalam pelaksanaannya Sasaran Keselamatan Pasien terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien tersebut adalah sebagai berikut :

Sasaran I. Mengidentifikasi pasien dengan benar

Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan
pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar; bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di
rumah sakit, adanya kelainan sensori; atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan: pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratoriumoratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah/produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan
dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code,
dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan
dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas yang berbeda pada lokasi yang
berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau kamar operasi,
termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratoriumoratif
digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua
kemungkinan situasi dapat diidentifikasi.

Sasaran II. Meningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik eito melalui telpon ke unit pelayanan. Rumah
sakit secara kolaboratoriumoratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat/(memasukkan ke komputer) perintah secara
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa
apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur
pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
(read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD
atau ICU.

Sasaran III. Meningkatan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai
(highalert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound AIike/LASA). Obat-obatan yang sering
disebutkan dalam issue keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja (misalnya, kalium klorida 2.meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 09%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat-). Kesalahan ini bisa terjadi
bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb adalah
dengan meningkatkan proses pengelolaan obatobat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara
kolaboratoriumoratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar
obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti
di IGD atau kamar operasi serta pemberian laboratoriumel secara benar pada elektrolit dan
bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.

Sasaran IV. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang


mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
verifikasi lokasi operasi; Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan
ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible
handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktorfaktor kontribusi yang sering
terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboraturiumoratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Digunakan juga praktek berbasis buku seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for
Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi
perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harun
digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh Operator /orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus
terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada semua kasus
termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang
belakang). Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk: memverifikasi lokasi, prosedur,
dan pasien yang benar, memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging). hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi laboratoriumel dengan baik, dan dipampang. Lakukan verifikasi
ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan. Tahap “Sebelum
insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out
dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan
melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan ceklist.

Sasaran V. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan


pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasukinfeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok eliminasi infeksi ini
maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand
hygiene bisa di baca di kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional.
Rumah sakit mempunyai proses kolaboratoriumoratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang sudah diterima
secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Sasaran VI. Mengurangi risiko cedera pada pasien akibat terjatuh

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, rumah
sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
Penutup

Peran perawat dalam menerapkan keselamatan pasien merupakan sebagai ujung tombak pemberi
pelayanan kesehatan hal yang penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Penerapan sasaran keselamatan pasien (identifikasi
pasien, komunikasi secara efektif, keamanan obat dan cairan, ketepatan lokasiprosedur-pasien
operasi, pengurangan risiko infeksi, dan pencegahan jatuh di dua Ruang Inap Rumah Sakit Adi
Husada Surabaya dalam kategori baik. Saran Bagi perawat pelaksana agar mengidentifikasi
pasien menggunakan minimal dua identitas pasien, tidak menggunakan nomor kamar/nomor
tempat tidur dan meningkatkan usaha untuk mencegah agar pasien tidak jatuh. Kepala ruang atau
tim keselamatan pasien juga harus lebih mensosialisasikan penerapan enam sasaran keselamatan
pasien kepada perawat.
Daftar Pustaka

Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta : Deepublish

Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol, 5. No. (1)

Dewi,Mursidah.(2012).Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan


Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher Jambi.Jurnal Health &
Suport. Vol, 5. No. (3)

Firawati.,Pabuty,A.,Putra,A.S. (2012).Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Di RSUD


Solok.Jurnal kesehatan masyarakat. Vol, 6. No. (2)

Hakim,L.,Pudjirahardjo,W.J. (2014).Optimalisasi Proses Koordinasi Program Keselamatan


Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia.
Vol, 2. No. (3)

Rivai, F., Sidin, A. I. & Kartika, I. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Implementasi
Keselamatan Pasien di RSUD Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, Vol. 05, No. 4.

Sakinah, S. (2017). Analisis Sasara Keselamatan Pasien Dilihat dari Aspek Pelaksanan
Identifikasi Pasien dan Keamanan Obat di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 4.

Whardani, V. (2017). Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Malang: UB Press

Ginting, D. (2019). Kebijakan Penunjang Medis Rumah Sakit ( SNARS). Yogyakarta:


Deepublish.

Herawati, Y. T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Kabupaten Jember. Jurnal Ikatan Kesehatan Masyarakat. Vol, 11. No. (1)

Anda mungkin juga menyukai