Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN

DENGAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Efroliza1, Mulyadi2
1,2
Mahasiswa Program Magister Keperawatan Unpad

ABSTRAK

Angka Kejadian Tidak Diharapkan di berbagai dunia masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan keselamatan pasien masih belum optimal. Salah satu aspek keberhasilan dalam
keselamatan pasien adalah kepemimpinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan efektivitas kepemimpinan kepala ruangan dengan pelaksanaan keselamatan pasien.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan
teknik total sampling yaitu 68 responden perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,5% responden menyatakan kepemimpinan
efektif, dan 69,1% responden memiliki pelaksanaan keselamatan pasien yang baik. Ada hubungan
yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala ruangan dengan pelaksanaan keselamatan
pasien (p value = 0,024). Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk dapat meningkatkan
pelaksanaan keselamatan pasien dengan dibentuknya penanggung jawab dalam bidang keselamatan
pasien di ruangan terintegrasi dengan tenaga medis lainnya.
Kata Kunci : Efektivitas Kepemimpinan, Kepemimpinan Kepala Ruangan, Pelaksanaan
Keselamatan Pasien

ABSTRACT

The number of adverse event in the world is still high, this occurance shows that patient safety
implementation is stillnot optimum yet. One of the aspect of success in patient safety is leadership. The
purpose of this study to know the the relationship of head of nurses ward leadership effectiveness with
implementation of patient safety. This study was using quantitative design through cross sectional with
total sampling technique as much as 68 respondents of nurses ininpatient room at Muhammadiyah
Hospital Palembang. From this study showed that from 51,5% respondents stated that effective
leadership, and 69,1% respondents had good patient safety implementation. There was a significant
relationship between head of nurses ward leadership effectiveness with implementation of patient
safety (p value = 0,024). It suggested to hospital employees to improve their patient safety by choosing
the responsible person in patient safety field in room which integrated with other medical staff.
Keywords : Leadership Effectiveness, Head of Nurses, Patient Safety, Implementation

Pendahuluan kelompok atau masyarakat.


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitas
kesehatan perorangan secara paripurna yang medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat,
dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan adalah unit rawat jalan dan unit rawat inap. Pelayanan
setiap upaya yang diselenggarakan secara ter- kesehatan di rumah sakit tidak saja bersifat
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, pemulihan (rehabilitasi). Keduanya dilakukan
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, serta pencegahan.

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 45


IOM (2000) menetapkan enam dimensi ruangan memiliki hubungan dengan penerapan
dalam mutu pelayanan kesehatan adapun dimensi budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian dari
tersebut : keselamatan pasien (safety), efisiensi Dhinamita (2013) juga menunjukkan adanya
(efficient), efektif (effective), tepat waktu pengaruh antara motivasi perawat solusi untuk
(timeliness), berorientasi pada pasien (patient meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
centered), dan keadilan (equity). Enam dimensi terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
ini harus mampu dijalankan agar memperoleh dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap
pelayanan yang berkualitas (Cahyono, 2008). penerapan perawat pelaksana di Rumah Sakit
Keselamatan pasien didefinisikan sebagai suatu Pemerintah Semarang.
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan lebih Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
aman yang meliputi asessment risiko, identifikasi merupakan salah satu rumah sakit di Palembang
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan dimana pihak rumah sakit telah berupaya me-
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, ningkatkan keselamatan pasien dengan cara me-
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lakukan sosialisasi mengenai keselamatan pasien
lanjutnya serta implementasi akibat melak- dan membentuk panduan pelaksanaan keselama-
sanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tan pasien melalui Komite Mutu dan Kesela-
tindakan yang seharusnya diambil, keselamatan matan Pasien RS Muhammadiyah Palembang.
pasien merupakan penghindaran, pencegahan dan Studi pendahuluan yang peneliti lakukan
perbaikan dari Kejadian Tidak Diharapkan terhadap 5 pasien yang sedang menjalani rawat
(KTD) atau mengatasi cedera-cedera dari proses inap didapatkan keluhan pasien antara lain
pelayanan kesehatan (Depkes, 2008). perawat tidak menjelaskan obat yang diberikan,
Indonesia, berdasarkan penelitian Utarini perawat tidak memanggil nama pasien ketika
(2011) terhadap pasien rawat inap di 15 rumah memberikan obat. Data Medical Record Rumah
sakit dengan 4.500 rekam medik menunjukkan Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014
angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0% juga menunjukkan adanya kejadian infeksi
hingga 98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% nosokomial berupa flebitis sebesar 0,8% (147
hingga 91,6% untuk medication error. Laporan dari 18000 pasien).
insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
pada 2007 ditemukan provinsi DKI Jakarta untuk meneliti hubungan efektivitas kepe-
menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% diantara mimpinan kepala ruangan dengan pelaksanaan
8 provinsi lainnya (Jawa tengah 15,9%, DI keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah
Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2015.
Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya
10,7%, dan Sulawesi Selatan 0,7%). Pelaporan hubungan efektivitas kepemimpinan kepala
jenis kejadian KNC lebih banyak dilaporkan ruangan dengan pelaksanaan keselamatan pasien
sebesar 47,6% dibandingkan dengan KTD di ruang rawat inap Rumah Sakit
sebesar 46,2% (KKP-RS, 2008). Muhammadiyah Palembang tahun 2015.
Keberhasilan penerapan keselamatan pasien,
yaitu : lingkungan eksternal, budaya organisasi, Kajian Literatur
praktik manajemen, struktur dan sistem, penge- Kepemimpinan (leadership) dapat diartikan
tahuan, keterampilan individu dan kepemim- sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses
pinan, kepemimpinan dalam keperawatan meru- komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan
pakan penggunaan keterampilan seorang pemim- seseorang atau kelompok ke arah pencapaian
pin keperawatan di ruangan dalam mempenga- tujuan dalam situasi tertentu (Fleishman dalam
ruhi perawat-perawat lain untuk pembagian tugas Kuntoro, 2010; Satrianegara dan Saleha, 2009).
dan tanggung jawab dalam memberikan pela- Menurut Nursalam (2012), pemimpin yang
yanan asuhan keperawatan. Menurut Wadhani efektif memerlukan kemampuan untuk menggu-
(2013) kepemimpinan efektif mengenai kesa- nakan proses penyelesaian masalah, memperta-
daran diri dan penentuan tujuan oleh kepala hankan kelompok secara efektif, mempunyai

46 | Volume III – No. 1, September 2017


kemampuan komunikasi yang baik, menunjukkan Teori Burke dan Litwin merupakan kombi-
kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, nasi pendekatan transaksional dan transfor-
dan kemampuan mengembangkan identifikasi masional untuk organisasi agar dapat lebih
kelompok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian menjamin keberhasilan pelaksanaan keselamatan
Wadhani (2013) yang menunjukkan terdapat pasien (Cahyono, 2008). Aspek yang ada dalam
hubungan antara kesadaran diri yang dimiliki teori ini meliputi: lingkungan eksternal, kepe-
oleh kepala ruangan dengan penerapan budaya mimpinan, budaya organisasi, praktik mana-
keselamatan pasien dengan p value = 0,043 (p jemen, struktur dan sistem,pengetahuan dan
value < 0,05), dan terdapat hubungan antara ketrampilan individu, lingkungan kerja, kebu-
penentuan tujuan yang dimiliki oleh kepala tuhan individu dan motivasi.
ruangan dengan penerapan budaya keselamatan Hasil penelitian dari Dhinamita (2013)
pasien dengan p value = 0,010 (p value < 0,05). menunjukkan adanya pengaruh antara motivasi
Keselamatan pasien merupakan penghin- perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang
daran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian terhadap penerapan budaya keselamatan pasien
yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera- oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah di
cedera dari proses pelayanan kesehatan, Menurut Semarang dengan p value = 0,0001 (p value
IOM, keselamatan pasien didefinisikan sebagai <0,05).
layanan yang tidak mencederai atau merugikan
pasien. Program keselamatan pasien merupakan Metode Penelitian
suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian Desain penelitian ini adalah kuantitatif,
tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada dengan menggunakan pendekatan studi “cross
pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah
merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak seluruh perawat yang bertugas di instalasi rawat
rumah sakit (Nursalam, 2012). inap RS Muhammadiyah Palembang, yang
WHO Collaborating Center For Patien berjumlah 154 perawat. Sampel yang digunakan
Safety (2007), menetapkan 9 (sembilan) solusi dalam penelitian ini diambil dengan metode total
life saving keselamatan pasien rumah sakit yang sampling yaitu menggunakan seluruh anggota
disusun oleh lebih dari 100 negara dengan populasi yang sesuai kriteria inklusi. sampel
mengidentifikasi dan mempelajari berbagai ma- dalam penelitian ini berjumlah 68 perawat.
salah keselamatan pasien (Depkes, 2008). Adapun kriteria inklusi responden yang
Adapun sembilan solusi keselamatan pasien diambil menjadi sampel : bersedia menjadi
tersebut adalah: responden, tidak dalam keadaan cuti maupun
1. Komunikasi secara benar saat serah terima/ skorsing. Waktu penelitian 4-31 Mei 2015, teknik
pengoperan pasien. pengumpulan data menggunakan data primer dan
2. tindakan yang benar pada sisi tubuh yang data sekunder dimana data primer menggunakan
benar. kuesioner yang telah disiapkan peneliti yaitu
3. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh tentang data efektifitas kepemimpinan kepala
yang benar. ruangan dan data tentang pelaksanaan keselamat-
4. Kendalikan cairan elektrolit pekat an sedangkan data sekunder didapat dari rekam
(concentrated). medik meliputi: Kejadian Tidak Diharapkan
5. Pastikan akurasi pemberian obat pada (KTD) dan data tentang pelaksanaan keselamatan
pengalihan pelayanan. pasien. Pengumpulan data menggunakan kuesio-
6. Hindari salah kateter dan salah sambung ner yang berisi 21 pertanyaan untuk variabel
selang (tube). efektifitas kepemimpinan kepala ruangan meli-
7. Gunakan alat injeksi sekali pakai puti aspek 7 langkah keselamatan pasien. Res-
8. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan ponden hanya memilih satu jawaban yang sesuai
Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication dengan pendapatnya, setiap pertanyaan mem-
Names). punyai skor sesuai dengan 4 alternatif pilihan
9. Pastikan Identifikasi Pasien. jawaban : 4 = selalu, 3 = sering, 2 = jarang, dan 1

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 47


= tidak pernah. Untuk variabel pelaksanaan tinggi, dan responden yang menyatakan efek-
keselamatan pasien, peneliti menggunakan tivitas kepemimpinan rendah sebanyak 17 res-
kuesioner yang diadopsi dari kuesioner penelitian ponden (39,5%). Berdasarkan hasil penelitian
Ryan (2013) yang berisi 35 pertanyaan. serta teori yang ada dapat disimpulkan bahwa
Analisa yang terdapat pada penelitian ini sebagian besar kepala ruang rawat inap Rumah
meliputi : Sakit Muhammadiyah memiliki kepemimpinan
1) Analisis Univariat yang efektif. Hal ini sangat baik dalam me-
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui ningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, karena
frekuensi dari semua variabel yang diteliti seorang pemimpin yang efektif akan mampu
baik variabel independen (efektivitas kepe- menentukan tujuan, memberikan contoh, komu-
mimpinan kepala ruangan) maupun variabel nikasi, dan menjadi agen perubahan, serta dapat
dependen (pelaksanaan keselamatan pasien) memberikan keputusan di saat kritis dan
serta bertujuan untuk mendeskripsikan kebingungan.
masing-masing variabel. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
2) Analisis Bivariat penelitian Wadhani (2013) di RS UNHAS yang
Pada analisis bivariat ini dilakukan tabulasi menunjukkan 64 perawat, 41 orang (64,1%)
silang antara dua variabel dengan menggu- menunjukkan perilaku dan kebiasaan yang baik
nakan uji statistik kai-kuadrat (chi square) dalam menerapkan budaya keselamatan pasien,
dengan derajat kepercayaan 95% (0,05). Bila dan 23 orang (35,9%) menunjukkan perilaku dan
p ≤ α (0,05) maka hasil perhitungan statistik kebiasaan yang kurang baik dalam menerapkan
bermakna yang berarti ada hubungan, jika p > budaya keselamatan pasien.
α (0,05) maka hasil perhitungan ststistik tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
bermakna atau tidak ada hubungan (Hastono, penelitian Ryan (2013) di RS Muhammadiyah
2007). Pada penelitian ini jika p ≤ α (0,05) Palembang yang menunjukkan dari 66 perawat,
maka ada hubungan antara efektivitas kepe- 39 orang (59,1%) memiliki pelaksanaan pasien
mimpinan kepala ruangan dengan pelaksanaan safety yang baik, dan 27 orang (40,9%) memiliki
keselamatan pasien, tapi jika p > α (0,05) pelaksanaan pasien safety yang kurang baik.
maka tidak ada hubungan antara efektivitas
kepemimpinan kepala ruangan dengan pelak- 2. Efektivitas Kepemimpinan Kepala
sanaan keselamatan pasien. Ruangan

Pembahasan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Efektivitas Kepe-


1. Pelaksanaan Keselamatan Pasien mimpinan Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap
RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2015.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS Efektivitas Frekuensi Persentase
Muhammadiyah Palembang Tahun 2015 Kepemimpinan Karu (%)
Efektif 35 51,5
Pelaksanaan Frekuensi Persentase Kurang Efektif 33 48,5
Keselamatan Pasien (%) Jumlah 68 100
Baik 47 69,1
Kurang Baik 21 30,9 Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian ini
menunjukkan 51,5% kepala ruangan telah
Berdasarkan distribusi frekuensi pelaksa- memiliki kepemimpinan yang efektif. Hasil ini
naan keselamatan pasien di ruang rawat inap RS sejalan dengan penelitian Dhinamita (2013) di
Muhammadiyah dari 68 responden yang memi- RS Pemerintah di Semarang yang menunjukkan
liki pelaksanaan keselamatan pasien yang baik dari 105 perawat, 57 responden (54,3%)
sebanyak 47 perawat (69,1%). 26 responden menyatakan gaya kepemimpinan kepala ruangan
(60,5%) menyatakan efektivitas kepemimpinan efektif, dan responden yang menyatakan gaya

48 | Volume III – No. 1, September 2017


kepemimpinan kepala ruangan kurang efektif memperbaiki kualitas dan mutu pelayanan suatu
sebanyak 48 responden (45,7%). Hasil penelitian rumah sakit. Karenanya perawat yang merupakan
ini sejalan dengan penelitian Setiawan (2014) di kunci dalam pengembangan mutu melalui
RSUD Palembang Bari yang menunjukkan dari keselamatan pasien harus mampu melaksanakan
43 responden, 26 responden (60,5%) menyatakan keselamatan pasien dengan baik.
efektivitas kepemimpinan tinggi, dan responden
yang menyatakan efektivitas kepemimpinan 3. Hubungan antara variabel efektivitas
rendah sebanyak 17 responden (39,5%). kepemimpinan kepala ruangan dan
Pelaksanaan keselamatan pasien menjadi hal pelaksanaan keselamatan pasien.
penting yang tidak dapat dipisahkan dalam misi

Tabel 3. Analisis Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan


Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS Muhammadiyah Palembang Tahun
2015

Pelaksanaan
Efektivitas Keselamatan Pasien Jumlah p
Kepemimpinan OR
Baik Kurang Baik value
Karu
N % N % N %
Efektif 29 82,9 6 17,1 35 100 0,024 4,028
Kurang Efektif 18 54,5 15 45,5 33 100
Jumlah 47 69,1 21 30,9 68 100

Berdasarkan analisis hubungan efektivitas penerapan budaya keselamatan pasien di instalasi


kepemimpinan kepala ruangan dengan pelak- rawat inap RS UNHAS tahun 2013 dengan p
sanaan keselamatan pasien di ruang rawat inap value 0,010 (p value ≤ 0,05). Penelitian Wadhani
RS Muhammadiyah dari 68 responden yang juga menunjukkan adanya hubungan antara
menyatakan kepemimpinan kepala ruangan kesadaran diri yang dimiliki oleh kepala ruangan
efektif serta memiliki pelaksanaan keselamatan dengan penerapan budaya keselamatan pasien
pasien yang baik sebanyak 29 perawat (82,9%). dengan p value 0,043 (p value ≤ 0,05).
Sedangkan yang menyatakan kepemimpinan Hal ini sejalan dengan teori yang dikemu-
kepala ruangan kurang efektif serta memiliki kakan oleh Burke dan Litwin dalam Cahyono
pelaksanaan keselamatan pasien yang baik (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan
sebanyak 18 perawat (54,5%). Dari hasil uji Chi- merupakan salah satu dari centered dan
Square didapatkan nilai p value = 0,024 (p value entreprenurial lebih baik meningkatkan kesela-
< 0,05), sehingga H0 ditolak berarti ada matan pasien (r=0,63) dan (r=0,60) daripada tipe
hubungan yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan goal-centered dan bureaucratic
kepemimpinan kepala ruangan dengan pelaksa- (r=0,25) dan (r=0,19).
naan keselamatan pasien di RS Muhammadiyah Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang
Palembang. Dari uji statistik didapatkan nilai ada dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
OR=4,028 yang berarti kepemimpinan kepala signifikan antara efektivitas kepemimpinan
ruangan yang efektif 4 kali lebih baik meng- kepala ruangan dengan pelaksanaan keselamatan
hasilkan penerapan keselamatan pasien diban- pasien. Hal ini dikarenakan seorang pemimpin
dingkan kepemimpinan yang kurang efektif. yang efektif mampu menentukan tujuan, mem-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian berikan contoh, komunikasi, dan menjadi agen
yang dilakukan oleh Wadhani (2013) yang perubahan, serta dapat memberikan keputusan di
menunjukkan adanya hubungan antara penentuan saat kritis dan kebingungan, dalam hal ini
tujuan yang dimiliki oleh kepala ruangan dengan berfungsi untuk memastikan pelaksanaan kese-

Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 49


lamatan pasien berjalan dengan baik. Tanpa Referensi
dukungan pimpinan yang kuat maka tidak akan Al-Ahmadi, S. (2011). Patient Safety Climate And
Leadership In The Emergency Department. Alberta:
pernah terjadi perubahan dalam organisasi, dan
University of Alberta
keselamatan pasien tidak akan berjalan dengan Cahyono. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien
baik. Karena itu peran seorang pemimpin yang Dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit
efektif sangat dibutuhkan untuk memimpin Kanisius
pelaksanaan keselamatan pasien. Depkes. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien.
Jakarta: Depkes RI
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
Dhinamita, N. (2013). Pengaruh motivasi perawat dan gaya
penelitian Dhinamita (2013) yang menunjukkan kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya
adanya pengaruh gaya kepemimpinan kepala keselamatan pasien oleh perawat pelaksana pada rumah
ruang terhadap penerapan budaya keselamatan sakit pemerintah di semarang. Jurnal Managemen
Keperawatan, 1.
pasien oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta:
di Semarang dengan p value 0,001 (p value < FKM-UI
0,05). Hasil penelitian di Utah, Amerika Serikat, KKP-RS. 2008. Pedoman Pelaporan Insiden Kesehatan
yang dilakukan oleh Merrill (2011) juga Pasien. www.docstoc.com
menunjukkan adanya hubungan antara patient Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha
safety dengan gaya kepemimpinan transfor-
Merrill, K. (2011). The relationship among nurse manager
masional (p value = 0,001). leadership style, span control, staff nurse practice
Hasil penelitian di Alberta, Kanada, yang environment, safety climate, and nurse-sencitive patient
lakukan oleh Al-Ahmadi (2011) menunjukkan outcomes. Utah: College of Nursing The University of
Utah
ada hubungan yang positif antara empat tipe
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi
kepemimpinan dengan keselamatan pasien Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi
dengan (p value = 0,001), tipe kepemimpinan Profesional. Jakarta: Salemba Media
kepemimpinan employee-centered dan Ryan. (2013). Hubungan Pelaksanaan Pasien Safety
entreprenurial lebih baik meningkatkan kesela- Dengan Kepuasan Pasien di RS Muhammadiyah
Palembang Tahun 2013. Palembang: Stikes
matan pasien (r=0,63) dan (r=0,60) daripada tipe
Muhammadiyah Palembang
kepemimpinan goal- centered dan bureaucratic Satrianegara & Saleha. (2009). Buku Ajar Organisasi Dan
(r=0,25) dan (r=0,19). Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
Setiawan, A. (2014). Hubungan Efektifitas Kepemimpinan
Penutup
Kepala Ruangan Dengan Motivasi Perawat di RSUD
Ada hubungan yang signifikan antara Palembang Bari tahun 2014. Palembang: Stikes
efektifitas kepemimpinan kepalaruangan dengan Muhammadiyah Palembang
pelaksanaan keselamatan pasien di ruang rawat Utarini, A. (2011). Mutu pelayanan kesehatan di Indonesia :
inap RS Muhammadiyah Palembang tahun 2015 Sistem regulasi yang responsif. Yogyakarta : UGM.
Wadhani, N. (2013). Hubungan Kepemimpinan Efektif
dengan p value = 0,024.
Kepala Ruangan Dengan Penerapan Budaya
Diharapkan untuk rumah sakit dapat mem- Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap RS Unhas
berikan gambaran mengenai efektivitas kepe- Tahun 2013. http://repository.unhas.ac.id
mimpinan kepala ruangan serta pelaksanaan
keselamatan pasien. Dan dalam rangka mendu-
kung pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah
Sakit Muhammadiyah.

50 | Volume III – No. 1, September 2017


Jurnal Kesehatan Aeromedika – Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung | 51

Anda mungkin juga menyukai