Anda di halaman 1dari 4

PENTINGNYA MENGETAHUI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

Wentri Siska Veronika Hutagalung/ 181101095


wentrihutagalung@gmail.com

Absrak
Latar belakang: Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Sejak awal tahun 1900, institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen,
yaitu struktur, proses dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang,
misalnya penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit tujuan: Untuk mengetahui bagaimana
pentingnya budaya keselamatan pasien. metode: Literature review hasil: paling banyak
responden merupakan lulusan D3 keperawatan sebanyak 41 reponden (54,7%), masa
kerja responden menunjukkan bahwa mayoritas memiliki masa kerja 1-5 tahun
sebanyak 31 responden(41,3%) pembahasan: Budaya keselamatan pasien yang ada
dirumah sakit memiliki hubungan langsung terhadap pelaksanaan pelayanan kesimpulan:
perawat yang memiliki budaya keselamatan pasien yang tinggi akan lebih memberikan
pelaksanaan pelayanan yang lebih jika dibandingkan dengan perawat yang mempunyai budaya
keselamatan pasien yang rendah. kata kunci: Budaya keselamatan, Pasien, peran perawat.

Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Sejak
awal tahun 1900, institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen, yaitu
struktur, proses dan outcome dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang,
misalnya penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya.1
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health
Organization di Illinois pada tahun 2002. Berbagai hasil studi merekomendasikan untuk
memperbaiki upaya keselamatan pasien dengan memperhatikan isu-isu budaya/iklim
keselamatan pasien dilangkah awal. Survei untuk mengukur iklim keselamatan di rumah sakit
kemudian berkembang dan digunakan secara rutin dan berperan dalam memprediksi
perhatian RS terhadap keselamatan pasien.3 Menurut Agency of Health Care Research and
Quality dalam menilai budaya keselamatan pasien di rumah sakit terdapat beberapa aspek
dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu harapan dan tindakan supervisor/manajer dalam
mempromosikan keselamatan pasien, pembelajaran peningkatan bekerlanjutan, kerjasama tim
dalam unit, keterbukaan komunikasi, umpan balik terhadap error, respon tidak menyalahkan,
staf yang adekuat, persepsi secara keseluruhan, dukungan manajamenen rumah sakit,
kerjasama tim antar unit, penyerahan dan pemindahan pasien dan frekuensi pelaporan
kejadian.

Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pentingnya budaya keselamatan pasien.
Metode
Metode kajian ini menggunakan penelusuran buku teks, buku reffeerensi, jurnal
dan e.book (10 tahun terahir) dengan system literature review yaitu dengan
menganalisis mengeksplorasi, dan kajian bebas dengan menggunakan kata kunci.
Hasil
Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 60 responden
(80%) sedangkan laki-laki sebanyak 15 responden (20%), mayoritas responden berada
dalam rentang umur 20-29 tahun, yaitu sebanyak 35 responden (46,7%) dan paling
sedikit responden berada dalam rentang umur 50-59 tahun, yaitu sebanyak 8 responden
(10,6%), paling banyak responden merupakan lulusan D3 keperawatan sebanyak 41
reponden (54,7%), masa kerja responden menunjukkan bahwa mayoritas memiliki masa
kerja 1-5 tahun sebanyak 31 responden(41,3%) dan paling sedikit memiliki masa kerja
6-10 tahun sebanyak 9 responden (12,1%).
Pembahasan
Budaya keselamatan pasien yang ada dirumah sakit memiliki hubungan langsung
terhadap pelaksanaan pelayanan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien. Kemudian
budaya keselamatan pasien itu sendiri juga dipengaruhi olek kepemimpinan transformasional
dalam organisasi tersebut. Ditinjau dari aspek-aspek pembentuk budaya keselamatan pasien
pada dasarnya hampir seluruh aspek terbilang telah diterapkan dengan baik. Hanya saja berbeda
untuk penyerahan dan pemindahan pasien, staf yang adekuat, harapan dan tindakan
supervisor/manajer dalam mepromosikan keselamatan pasien, serta respon tidak menyalahkan.
Ke empat dimensi tersebut masih terbilang rendah penerapannya karena persentase untuk
kategori rendah, yaitu dalam rentang 40-49%.

Kesimpulan
perawat yang memiliki budaya keselamatan pasien yang tinggi akan lebih memberikan
pelaksanaan pelayanan yang lebih jika dibandingkan dengan perawat yang mempunyai budaya
keselamatan pasien yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa pihak rumah sakit harus
meningkatkan aspek-aspek penyusun budaya keselamatan pasien dengan harapan akan
menghasilkan pelaksanaan pelayanan yang lebih baik lagi.

Referensi
Anggraini, D., Hakim, L., & Imam, C. W. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Sistem
Identifikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 28(1), 99-105
Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan
keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Jurnal Health and Sport, 5(03)
Harsul, W., Syahrul, S., & Majid, A. (2018). PENERAPAN BUDAYA PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI SEBUAH RSU DAERAH PROVINSI
SULAWESI SELATAN. Panrita Abdi-Jurnal Pengabdian pada Masyarakat,
2(2), 119-126
Irawan, A. G., Yulia, S., & Mulyadi, M. (2017). Hubungan supervisi dengan penerapan
budaya keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit XX. Masker
Medika, 5(1), 241-254
Mudayana, A. A. (2015). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69-74
Ningsih, N. A., Sudiro, S., & Fatmasari, E. Y. (2017). Analisis Kepemimpinan Kepala
Ruangan Dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 5(1), 111-117
Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh motivasi perawat dan
gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien
oleh perawat pelaksana pada rumah sakit pemerintah di Semarang. Jurnal
Manajemen Keperawatan, 1(2)
Nurmalia, D., Handiyani, H., & Pujasari, H. (2014). Pengaruh program mentoring
terhadap penerapan budaya keselamatan pasien. Jurnal Manajemen Keperawatan,
2(1), 55-63
Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap
RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. Makassar.
Tanggal, 31
R. H. Simamora. (2019). Buku Ajar Pelaksaan Identifikasi Pasien. Uwais inspirasi
Indonesia
R. H. Simamora. (2019). Documentation of Patient Identification Into the Electronic
System to Improve the Quality of Nursing Servies. International Journal of
Science & Technology Reseach
R. H. Simamora. (2019). The Influence Of Training Handover Based SBAR
Communication For Improving Patients Safety. Indian Journal of Public Health
Research & Development
Rasdini, I. A., Wedri, N. M., & Mega, I. (2014). Hubungan penerapan budaya
keselamatan pasien dengan supervisi pelayanan keperawatan oleh perawat
pelaksana
Setiowati, D. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse dengan Penerapan
Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RSUPN Dr. Cipto
Mangkusumo Jakarta. Cipto Mangunkusumo Jakarta [Tesis]. Depok: Universitas
Indonesia, 7
Setiyajati, A. (2014). „Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan
Standar Keselamatan Pasien di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr.
Moewardi‟. Moewardi. UPT Perpust Univ Sebel Maret.
Yulia, S., Hamid, A. Y. S., & Mustikasari, M. (2012). Peningkatan pemahaman perawat
pelaksana dalam penerapan keselamatan pasien melalui pelatihan keselamatan
pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 185-192

Anda mungkin juga menyukai