PENDAHULUAN
RSU.Imelda Pekerja Indonesia Medan telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien secara bertahap. Upaya tersebut dilakukan melalui pembangunan sarana, prasarana,
pengadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lainnya, sejalan dengan pembangunan
rumah sakit pada umumnya. Namun demikian, disadari pula masih banyak kendala yang dihadapi,
terutama yang berkaitan dengan standar kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belum
selaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakin pesat dimana pelayanan spesialistik dan
sub-spesialistik cenderung semakin berkembang. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat maka sistem nilai dan arientasi dalam masyarakatpun mulai
berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih rama dan
lebih bermututermasuk pula pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat
atas mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit
kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Namun dalam pelaksanaannyabukanlah hal
yang mudah. Kendala yang dirasakan saat ini adalah masih belum adanya kesamaan pengertian dasar
tentang mutu, konsep dan prinsip demikian pula cara-cara penerapannya.
Sementara itu terkait dengan keselamatan ( Safety ), ini telah menjadi isu global termasuk juga
untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan dirumah sakit yaitu :
keselamatan pasien ( patient Safety ), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bagunan dan peralatan dirumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “ bisnis “ rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien,. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra
Perumah sakitan. Berdasarkan kedua hal diatas, maka agar upaya peningkatan mutu dan
keselamatan rumah sakit dapat seperti yang diharapkan maka dirasa perlu disusun buku pedoman
upaya peningkatan mutu dan keselamatn pasien rumah sakit ini di RSU.Imelda Pekerja Indonesia
Medan.
Buku pedoman yang merupakan konsep dan prisip serta gambaran umum mengenai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit ini, diharapkan dapat sebagai acuan bagi para
pengelola rumah sakit dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut.
Mutu pelayanan merupakan faktor yang esensial dalam seluruh operasional sebuah Rumah Sakit.
Salah satu indikator mutu yang penting adalah keselamatan pasien, disamping indikator-indikator
lainnya. Mutu suatu RSU Imelda Pekerja Indonesia tidak bisa dikatakan baik bila belum terlaksana
keselamatan pasien di Rumah Sakit tersebut. Manajemen resiko merupakan salah satu alat yang paling
penting guna terlaksananya proses manajemen yang efektif, untuk itulah maka RSU Imelda Pekerja
Indonesia menyusun pedoman mutu dan keselamatan pasien. Peningkatan mutu dan keselamatan
pasien harus dilakukan berdasarkan data. Penggunaan data secara efektif dapat dilakukan bila praktek
klinik dan praktek manajemen telah dijalankan. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja
diukur berdasarkan standar.
1.2. TUJUAN
1
1.2.1. Tujuan Umum
a. Tercapainya satu pengertian tentang upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan
Mengetahui konsep dasar dan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSU.Imelda
Pekerja Indonesia Medan.
b. Mengetaahui cara-cara atau langkah-langkah dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan
Pelaksanaan Manajemen mutu, manajemen resiko dan keselamatan pasien di RSU Imelda Pekerja
Indonesia harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang berlaku dan standar yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan
Direktur membentuk Departemen mutu, manajemen resiko dan keselamatan untuk mengola upaya
anajemen mutu, resiko dan keselamatan yang koordinasinya langsung dibawah Direktur atau
didelegasikan oleh Direktur.
Aktifitas Manajemen Mutu, resiko dan keselamatan pasien meliputi perencanaan, pencatatan,
pengumpulan, pelaporan data-data indikator mutu, identifikasi dan pengkajian Resiko penanganan dan
pendokumentasian Kejadian Tidak Diduga ( KTD ) dan Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) dan kejadian
sentinel serta ada analisa, rekomendasi, tindak lanjut dan evaluasinya, audit dan modifikasi proses dan
berbagai aktifitas lain.
Untuk pelaksanaan manajemen mutu, resiko dan keselamatan pasien, disetiap unit pelayanan
dibentuk Safety, Quality dan Infection Control Officer
2
BAB II
STANDAR
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
2.1. DEFENISI
Manajemen mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terjadi dalam identifikasi dan menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara menyelesaikan masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilaihasil yang dicapai dan menyusun saran tindak
lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
3
Agar upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
4
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan sumber daya
lain-lain pada fasilitas kesehatan. Baik tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran,
kuantitas biaya dan mutu komponen-komponen struktur itu.
b. PROSES
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien : evaluasi,
diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi penyulit,
follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya
dan mutu proses itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung
terhadap mutu asuhan.
c. OUTCOME:
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga prosefesi lain terhadap pasien
dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan provider.
Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan mutu proses yang
baik.
Sebaliknya mutu yang buruk adalah kelanjutan struktur atau proses yang buruk. Tinggi
rendahnya mutu sangat dipengaruhi oleh :
a. Sumber daya rumah sakit, termasuk antara lain tenaga, pembiayaan, sarana dan teknologi
yang di gunakan.
b. Interaksi pemamfaatan dari sumber daya rumah sakit yang digerakkan melalui proses dan
prosedur tertentu sehingga menghasilkan jasa atau pelayanan.
Berhasil tidaknya peningkatan mutu sangat tergantung dari monitoring faktpr-faktor di atas dan
juga umpan balik dari hasil-hasil pelayanan untuk perbaikan lebih lanjut terhadap faktor-faktor
dalam butir 1 dan 2. Dengan demikian nampak bahwa peningkatan mutu merupakan proses yang
kompleks yang pada akhirnya menyangkut manajemen rumah sakit secara keseluruhan.
5
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengmbil tindakan yang seharusnya diambil.
4. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi nengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ), Kejadian Nyaris Cedera
( KNC ), Kejadian Tidak Cedera ( KTC ), dan Kejadian Potensial Cedera ( KPC )
5. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) adalah yang mengakibatkan harm/cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan kerena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan karena kesalahan medis yang tidak dapat dicegah.
6. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) adalah terjadi suatu insiden yang belum sampai terpapar
kepasien atau suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melakukan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan dapat terjadi
karena suatu keberuntungan ( misalnya pasien menerima obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat ) karena pencegahan ( misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staff lain mengetahuinya dan membatalkannya sebelum obat diberikan ), atau
peringanan ( misalnya suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotumnya.
7. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius,
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima (
misalnya operasi pada bagian tubuh yang salah ).
8. Kejadian Tidak Cedera ( KTC ) adalah insiden yang sudah terpapar kepasien tetapi tidak
timbul cedera.
9. Kondisi Potensial Cedera ( KPC ) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi
untuk pembelajaran.
Pasien tidak
Near Miss
terpapar
(KNC
7
- Identifikasi ditiap bagian Rumah Sakit, orang-orang yang dapt diandalkan untuk
menjadi penggerak dalam peningkatan mutu dan keselamatn pasien Rumah
Sakit.
- Masukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff Rumah Sakit
- Seluruh anggota staf memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan
manajemen resiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan strategi dan kebijakan manajemen resiko
B. Bagi Tim/Unit
- Menjelaskan kepada tim tentang relevansi dan pentingnya serta mamfaat bagi mereka
dengan menjelaskan tentang gerakan keselamatan pasien tentang peningkatan mutu
dan keselamatan pasien Rumah Sakit
8
a. Area Assesmen
Area assesmen resiko mencakup :
- Unit Bedah
- Unit Farmasi
- Unit Radiologi
- Unit Pelayanan Rawat Inap Dan rawat Jalan
- Unit Laboratorium
b. Identifikasi Resiko :
- Proses untuk mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa dan bagaiman hal
tersebut bisa terjadi :
- Instrumenidentifikasi :
- Laporan Insiden
- Komplain dan litigasi
- Risk profiling
- Survei
- Peran staf
c. Analisa Resiko :
- Risk grading matrik
- Root cause analysis ( RCA )
- Failure modes and affects analysis ( FMEA )
2. Penanganan resiko :
- Pengendalian resiko
- Pembiayaan resiko
9
- Pastikan semua unit menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila
telah terjadi insiden. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara
tepat.
2.1.8.BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Mendorong staff untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaiman dan
mengapa kejadian itu bisa terjadi.
10
berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah
biayanya lebih rendah. Efisiensi adalah kunci
11
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RSU. IMELDA PEKERJA INDONESIA
3.1. MONITORING
Monitoring peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien RSU. Imelda Pekerja
Indonesia Medan ini tentunya diharapkan menjadi program yang berkesinambungan dan
memberikan kontribusi positif terhadap kinerja rumah sakit. Untuk itu diperlukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang dimotori oleh team mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah
sakit dengan melibatkan kerja sama dari segenap pihak rumah sakit termasuk pihak luar rumah
sakit yang terkait. Memastikan bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan standar pelayanan medis
dan keperawatan dan menjamin pemberian pelayanan sesuai dengan standar pelayanan medik,
keselamatan pasien dan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
12
mengapa, bagaimana, sebaik apa, dan problem apa yang mungkin dijumpai
- Kejelasan tujuan penyusunan indikator
- Identifikasi pendukung dan penghambat dan bagaimana mengatasinya
b. Menciptakan lingkungan yang menyadari perlunya mengukur mutu ( klinis )
- Membentuk tim penyusun
- Pelajari sistem mutu yang ada
- Tentukan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menyusun indikator
- Workshop untuk mendapatkan dukungan dari pihak terkait
c. Penyusunan indikator
-Review indikator-indikator yang ada dari literatur
-Review indikator-indikator yang selama ini digunakan
-Identifikasi unit-unit terkait
-Identifikasi indikator-indikator yang dapat dimonitor
-Susun indikator
-Tetapkan metode pengumpulan data dan sumber informasi
-Sosialisasi
-Tetapkan cara pelaporan
d. Penerapan indikator
- Monitor proses pengumpulan data
- Monitor analisis terhadap indikator dan pelaporannya
- Monitor penggunaan hasil analisis indikator
- Hitung biaya inplementasi
e. Review
- Kaji ulang terhadap indikator, cara pengumpulan data, analisis dan hasil analisis,
pemamfaatan indikatoruntuk perbaikan, tindak lanjut perbaikan
- Perbaikan/penambahan/pengurangan indikator
f. Evaluasi dan ongoing monitoring
13
3.4 ALUR PEMILIHAN INDIKATOR
2. Pilih masalah 5. Bila Indikator sdh 7b. Uji coba tidak ada
yang ingin/ dapat dipilih, buat profil masalah tetapkan
diperhatikan indikatornya indikator tsb
14
8. Fokus pimpinan
9. Dampak outcome pasien
10. Kepuasan karyawan/dokter
11. Statutory requirement.
Alat ukur ini menggunakan acuan dari Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI tahun 2001 yang terdiri dari :
1. INDIKATOR KLINIS
2. INDIKATOR MANAJEMEN
3. INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN
A. Indikator Klinis :
- Persentase CapaianIndikator Penyakit TB
- Angka kelengkapan Imunisasi
- Angka kelengkapan Asessmen Rawat jalan
- Presentase pencapaian Indikator HIV
- Insiden Kesalahan Setting Program HD
- Presentase angka kejadian Extravasasi pemberian Kemoterapi
- Kematian pasien di IGD
- Nett Death Rate (NDR)
- Penerapan Keselamatan Operasi
- Kepatuhan Penggunaan dalam formularium rumah sakit
- Kesesuaian Jenis Diet Yang Diberikan
- Waktu Lapor Hasil Test Kritis Laboratorium
- Waktu Lapor Hasil Test Kritis Radiologi
- Kepatuhan Clinical Pathway
- Kemampuan menangani BBLR 1500 gr – 2500 gr
- Kemampuan petugas dalam melakukan asessmen resiko jatuh
-
B. Indikator manajemen
- Waktu tunggu Rawat Jalan
- Respon time IGD < 5 menit
- Kepuasan pasien dan Keluarga di IGD
- Presentase Staf Area Kritis Mendapatkan Pelatihan 20Jam/orang/ tahun
- Waktu Tunggu Operasi Elektif (WTE)
- Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat Jadi
- Kejadian linen hilang
- Ketepatan Jadwal Pemberian Diet
- Waktu Tunggu Pelayanan Laboratorium (WTPL)
- Waktu Tunggu Pelayanan Radiologi (WTPR)
- Ketepatan Jam Visite Dokter Spesialis
- Tingkat kepuasan pasien rawat inap
- Kelengkapan asessmen rawat inap dalam waktu satu kali dalam 24 jam
- Kelengkapan Informed Consent (KPCLM)
Dari pencapaian angka-angka indikator mutu pelayanan rumah sakit yang secara berkala
dihitung bisa dilihat tingkat mutu pelayanan RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan. Sehingga dari
15
sini akan nampak aspek aspek mana yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dari waktu
kewaktunataupun aspek aspek yang masih merupakam masalah dalam pelayanan RS yang perlu
ditindak lanjuti. Untuk aspek aspek pelayanan RS yang masih belum memenuhi kriteria standar
mutu pelayanan dilakukan analisa pemecahan masalah dengan Root Cause Analysis. Hasil dari
keseluruhan proses ini dilaporkan oleh tim team PMKP kepada direktur RS serta disosialisasikan
kepada seluruh staf RS melalui pertemuan sosialisasi kepada seluruh staf RS. Dan sebagai tujuan
akhir tentunya akan membangun usaha-usaha peningkatan mutu pelayanan Rsnyang merupakan
kerja sama dari segenap pihak di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan.
16
3. Perbandingan dilakukan dengan standar, bila memungkinkan
4. Perbandingan dilakukan dengan praktek yang baik
Pengumpulan data
- Menentukan sampel/populasi untuk mengumpulkan data
- Validasi data untuk keakuratan dan kelengkapan
- Lakukan perbaikan sesegera mungkin dengan membuat rencana tindak lanjut
Langkah-langkah pengumpulan data
- Penanggung jawab pengumpul data mencatat data kedalam formulir sensur harian atau infut data
kedalam sistem IT ( bila RS sudah mempunyai sistem IT untuk data indikator
- Data direkapitulasi dan dianalisa dalam bentuk grafik melalui sistem IT
- Interpretasi data
- Lakukan perbaikan untuk peningkatan mutu
- Buat laporan dari unit ke pimpinan/komite mutu
Validasi data bertujuan
- Memonitoring akurasi data yang dikumpulkan
- Verifikasi bahwa pengambilan data adalah konsisten dan reproducible
- Verifikasi ekspektasi tentang volume data yang dikumpulkan
Mekanisme validasi data
Siapa yang melakukan
Prisip : Validator adalah bukan pengumpul data/tidak terlibat dalam proses pengumpul
data ( orang kedua )
Kapan dilakukan :
Bila indikator klinik baru saja dikumpulkan ( indikator baru )
Bila ada perubahan sumber data, nemurator, denumerator, defenisi operasional, subyek
pengumpulan data dirubah dan PIC pengumpulan data.
Ketentuan Validasi Data
a. Indikator baru diterapkan khususnya, indikator klinis yang dimaksudkan untuk membantu RS
melakukan evaluasi dan meningkatkan proses atau hasil klinis yang penting
b. Agar diketahui publik, data dimuat di web side RS atau dengan cara lain
c. Suatu perubahan telah dilakukan terhadap indikator :
- Cara pengumpulan data diubah
- Proses pengambilan data
- Pengumpulan data diganti
d. Data yang berasal dari indikator yang ada telah diubah tanpa ada penjelasan
e. Sumber data telah diubah, seperti kalau sebagian dari rekam medis pasien digantikan dengan
format elektronik sehingga sumber data sekarang berupa kertas maupun elektronik
f. Subyek dari pengumpulan data telah diubah, seperti perubahan umur rata-rata pasien,
komorbitas, perubahan protokol riset, penerapan pedoman praktek yang baru, atau teknologi
baru dan metodologi baru pengobatan diperkenelkan/dilaksanakan
Cara Mengevaluasi Data
1. Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat terhadap pengumpulan
data sebelumnya
2. Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data lain
sampai 100% dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus atau data lainnya sangat
kecil jumlahnya
17
3. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan ulang
4. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan dengan total
jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Akurasi 90 % dengan patokan yang baik
5. Jika elemen data yang ditemukan ternyata tidak sama dengan catatan alasannya ( mis :
data tidak jelas defenisinya ) dan dilakukan tindakan koreksi
1. Koleksi sample baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk memastikan tindakan
menghasilkan tingkat akurasi yang diharapkan
Pelaporan Data
4. Pengambin data dilakukan setiap bualan
5. Analisis data dilakukan setiap tiga bulan sekali,
6. Pelaporan data dilakukan setiap enam bulan,
SENTINEL RCA
KTD
MERAH & KUNING
RISK
GRADING
INVESTIGASI
SEDERHANA
18
BAB V
PENUTUP
2.1. KESIMPULAN
Pengelola pelayanan keselamatan dalam hal ini segenap pihak di RSU. Imelda
Pekerja Indonesia Medan harus menyadari bahwa “ QUALITY IS MATTER OF SURVIVAL”.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, maka persaingan antar rumah sakit juga akan
semakin sengit. Oleh karena implementasi dari program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien yang telah ditetapkan ini merupakan suatu kebutuhan untuk menjadikan RSU. Imelda
Pekerja Indonesia Medan tetap berada di garis depan dalam kancah persaingan yang terus
meningkat. Program ini membutuhkan kesepakatan dan komitmen bersama dari seluruh pihak di
RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan tetap berada digaris depan dalam kancah persaingan
yang terus meningkat. Program ini membutuhkan kesepakatan dan komitmen bersama dari
seluruh pihak di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan.
2.2. SARAN
Dengan dikeluarkannya Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini maka
diharapkan setiap petugas Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia ini sebagai pedoman dalam
lingkup kerjanya masing-masing dan dijalankans sebaik-baiknya.
19