Disusun Oleh
TITLE
Judul 1 Praktik kolaborasi perawat-dokter dan faktor yang
memengaruhinya
Penulis Wiwin Martiningsih
Di Publikasikan 22 Oktober 2019
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar Belakang : Kolaborasi pada dasarnya membahas
Ringkasan terstruktur tentang kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari praktik kolaborasi
antara perawat dan dokter serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Metode: Rancangan penelitian ini
adalah studi korelasional dan komparatif, dan populasi
adalah dokter yang bekerja di RSUD Ngudi Waluyo Blitar,
kerjasama intensif dengan perawat di ruangan, tidak
memegang jabatan struktural dan tidak belajar, diambil 19
orang dari total populasi. dan perawat yang bekerja di
RSUD Ngudi Waluyo, tidak memegang jabatan struktural
(Kepala Bagian atau Kepala Bagian), memiliki hubungan
dengan dokter dan sampel penelitian berjumlah 31 orang
yang diambil secara probability proportional to size (PPS).
Metode pengumpulan data dengan memberikan kuisioner
tentang karakteristik responden (perawat dan dokter) dan
skala praktik kolaborasi. Data karakteristik dan sikap
perawat dan dokter tentang praktik kerjasama dianalisis
dengan statistik deskriptif, untuk mengetahui perbedaan
sikap perawat dan dokter menggunakan uji mann whitney u
Untuk mengetahui karakteristik yang mempengaruhi sikap
perawat dan dokter dengan analisis multivariat. Hasil:
Hasil uji mann whitney nilai p 0,611 yang berarti tidak ada
perbedaan antara sikap perawat dan dokter dalam
kolaborasi praktik, dan hasil analisis multivariat pengaruh
karakteristik perawat (umur, pendidikan, jabatan
fungsional, lama bekerja) dengan sikap sebesar 0,460 atau
46%, sedangkan 54% dipengaruhi oleh faktor lain, dan
pengaruh karakteristik dokter (usia, pendidikan, lama
bekerja) dengan sikap sebesar 0,435 atau 43,5%,
sedangkan 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Pembahasan: Perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor lain
yang mempengaruhi dan penelitian dengan observasi
dampak kerjasama antara perawat dengan dokter terhadap
kualitas pelayanan.
INTRODUCTION/P
ENGETAR
Rationale/Alasan 3 Perawat dan dokter memiliki kepuasan dan kebanggaan
tersendiri dalam berkarya. Tetapi mereka sering
dihadapkan pada masalah yang sama yaitu mereka tidak
dapat berkolaborasi dengan baik sehingga menghambat
usaha mereka untuk membantu klien.
Objectives/Tujuan 4 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari praktik
kolaborasi antara perawat dan dokter serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Metode: Rancangan penelitian ini
adalah studi korelasional dan komparatif, dan populasi
adalah dokter yang bekerja di RSUD Ngudi Waluyo Blitar,
kerjasama intensif dengan perawat di ruangan, tidak
memegang jabatan struktural dan tidak belajar, diambil 19
orang dari total populasi.
METHODS AND
RESULTS/Metode
Dan Hasil
- Protokol and 5 -
registration/Protok
ol Dan Registrasi
- Eligibility 6 https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/3978
criteria/Kriteria
Kelayakan
- Information 7 Wiwin Martiningsih. Praktik kolaborasi perawat-dokter
sources/Sumber dan faktor yang memengaruhinya
Informasi
- Search/Cari 8 Sikap, kerja sama, perawat, dokter
- Study 9 Keperawatan manajemen
selection/Seleksi
Study
- Data collection 10 Metode pengumpulan data dengan memberikan kuisioner
procces/Proses tentang karakteristik responden (perawat dan dokter) dan
Pengumpulan Data skala praktik kolaborasi. Data karakteristik dan sikap
perawat dan dokter tentang praktik kerjasama dianalisis
dengan statistik deskriptif, untuk mengetahui perbedaan
sikap perawat dan dokter menggunakan uji mann whitney u
Untuk mengetahui karakteristik yang mempengaruhi sikap
perawat dan dokter dengan analisis multivariat.
- Data items/Item 11 Sampel dalam penelitian ini adalah dokter yang bekerja di
Data RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar yang intensif
bekerja sama dengan perawat di ruangan, tidak memegang
jabatan struktural dan tidak menjalankan tugas belajar
sebanyak 19 orang yang diambil secara total dan perawat
yang bekerja di RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar,
tidak memegang jabatan struktural (Kepala Bidang atau
Kepala Seksi), mempunyai hubungan kerja praktik
kolaborasi dengan dokter, yang seluruhnya berjumlah 150
orang. Teknik pengambilan sampel secara Probability
Proportional to Size (PPS), besar sampel 31 orang (diambil
dari 20% Populasi).
- Hasil Penelitian 12 Hasil uji mann whitney nilai p 0,611 yang berarti tidak ada
perbedaan antara sikap perawat dan dokter dalam
kolaborasi praktik, dan hasil analisis multivariat pengaruh
karakteristik perawat (umur, pendidikan, jabatan
fungsional, lama bekerja) dengan sikap sebesar 0,460 atau
46%, sedangkan 54% dipengaruhi oleh faktor lain, dan
pengaruh karakteristik dokter (usia, pendidikan, lama
bekerja) dengan sikap sebesar 0,435 atau 43,5%,
sedangkan 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
Pembahasan: Perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor lain
yang mempengaruhi dan penelitian dengan observasi
dampak kerjasama antara perawat dengan dokter terhadap
kualitas pelayanan.
- Kesimpulan : 13 P (problem)
PICOT Perawat dan dokter memiliki kepuasan dan kebanggaan
tersendiri dalam berkarya. Tetapi mereka sering
dihadapkan pada masalah yang sama yaitu mereka
tidak dapat berkolaborasi dengan baik sehingga
menghambat usaha mereka untuk membantu klien.
I (Intervention)
Banyak faktor yang memengaruhi atau menghambat
pelaksanaan kolaborasi diantaranya adalah faktor sosial,
institusional, faktor ekonomi, kemampuan klinik dan
kemampuan menjalin hubungan interpersonal (Siegler,
2000)
C (Comparation)
Tidak ada pembanding dalam jurnal ini
O (Outcome)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat dan
dokter tentang praktik kolaborasi terbanyak adalah
berunding atau kompromi. Kompromi atau berunding
merupakan suatu situasi di mana tiap-tiap pihak pada suatu
konflik bersedia untuk melepaskan sesuatu. Kedua unsur
yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah
dibuat.
T (Time)
Tahun Penertibitan 2019
- Analisa SWOT 14 S (Strength)
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan
bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan
perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu
dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-
benar didengar dan konsensus untuk dicapai. Tanggung
jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari
hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung
jawab untuk membagi informasi penting mengenai
perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis.
W (Weakness)
sikap berunding ini bagi perawat dan dokter merupakan
tindakan yang paling tepat dilakukan saat ini, karena
perawat dan dokter mengerti bahwa keterbatasan-
keterbatasan yang mereka miliki baik dalam hal waktu,
tenaga dan kemampuan (terutama perawat) masih
merupakan permasalahan yang patut diselesaikan secara
bertahap. Sesuai dengan hasil penelitian,
O (Opportunity)
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan
bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-
nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain
yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga
dan masyarakat.
T (Threats)
Sikap perawat dan dokter tentang praktik kolaborasi hanya
sedikit yang menghindar. Menurut Sullivan menghindar
merupakan mencoba sekadar mengabaikan suatu masalah
dan menghindari orang-orang lain yang tidak sependapat
dengannya. Menghindari konflik menjadi pilihan yang baik
ketika terdapat lebih dari satu isu kepentingan, kurangnya
kesempatan untuk menyelesaikan kebutuhan dan urusan,
karena harus memberikan orang lain kesempatan untuk
memenangkan konflik, karena butuh informasi tambahan,
dan terkadang untuk meminimalkan kerugian.
Analisa Jurnal II
Section/Topik No Checklist Item
TITLE
Judul 1 Hubungan Pengalaman Kerja Perawat Dengan Perspektif
Kolaborasi Perawat-Dokter Di Rsu Gmim Pancaran Kasih
Penulis Trisca J.V Sinubua, Lenny Gannika b, Andi Buanasaric
Di Publikasikan Agustus 2021
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar Belakang : Interprofesional kolaborasi merupakan
Ringkasan terstruktur strategi umum untuk mencapai kualitas hasil yang
diinginkan secara efektif dan efisien dalam kesatuan
kompleks pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam
kolaborasi merupakan unsur penting untuk kualitas
perawatan dan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan komunikasi
dalam kolaborasi perawat-dokter di ruang rawat inap
Rumah Sakit. Penelitian telah dilaksanakan di RSUD
Sumedang pada bulan Juni 2010. Populasi dalam penelitian
ini semua perawat dan dokter yang ada di ruang rawat inap.
Cara penarikan sampel adalah stratified random sampling
sehingga diperoleh 59 perawat dan 11 dokter.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner inventori dari
Skala Komunikasi Perawat Dan Dokter oleh Feiger &
Schmitt (1979). Analisis statistik dilakukan dengan
penjumlahan skala komunikasi perawat-dokter. Implikasi
dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan dalam persepsi tentang pelaksanaan
komunikasi dalam kolaborasi perawat dokter.
INTRODUCTION/P
ENGETAR
Rationale/Alasan 3 Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting
untuk kualitas perawatan dan keselamatan pasien.
Objectives/Tujuan 4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pelaksanaan komunikasi dalam kolaborasi perawat-dokter
di ruang rawat inap Rumah Sakit.
METHODS AND
RESULTS/Metode
Dan Hasil
- Protokol and 5 -
registration/Protok
ol Dan Registrasi
- Eligibility 6 Http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/17
criteria/Kriteria
Kelayakan
- Information 7 Arya Reni*Kurniawan Yudianto**Irman Somantri**
sources/Sumber Efektifitas pelaksanaan komunikasi dalam kolaborasi
Informasi antara perawat dan dokter di ruang rawat inap rumah sakit
umum sumedang
- Search/Cari 8 Kolaborasi, Komunikasi, Hubungan perawat-dokter
- Study 9 Keperawatan Manajemen
selection/Seleksi
Study
- Data collection 10 Pengumpulan data menggunakan kuesioner inventori dari
procces/Proses Skala Komunikasi Perawat Dan Dokter oleh Feiger &
Pengumpulan Data Schmitt (1979). Analisis statistik dilakukan dengan
penjumlahan skala komunikasi perawat-dokter. Implikasi
dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan dalam persepsi tentang pelaksanaan
komunikasi dalam kolaborasi perawat dokter.
- Data items/Item 11 Populasi dalam penelitian ini semua perawat dan dokter
Data yang ada di ruang rawat inap. Cara penarikan sampel
adalah stratified random sampling sehingga diperoleh 59
perawat dan 11 dokter.
- Hasil Penelitian 12 Dari hasil penelitian ini disarankan untuk membuat
kebijakan khusus terkait pelaksanaan kolaborasi perawat
dan dokter salah satunya yang mengatur tentang
pelaksanaan komunikasi, sehingga peran professional
setiap disiplin berjalan dengan baik. Selain itu perlu
mengadakan pertemuan rutin dengan komite medik untuk
mengembangkan pemahaman terhadap persepsi tentang
kolaborasi.
- Kesimpulan : 13 P (problem)
PICOT Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting
untuk kualitas perawatan dan keselamatan pasien.
I (Intervention)
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi
keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter
untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan
supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan
kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan
suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai
kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas
lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan
serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi
terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
C (Comparation)
Tidak ada pembanding dalam jurnal ini
O (Outcome)
hasil penelitian ini disarankan untuk membuat kebijakan
khusus terkait pelaksanaan kolaborasi perawat dan dokter
salah satunya yang mengatur tentang pelaksanaan
komunikasi, sehingga peran professional setiap disiplin
berjalan dengan baik. Selain itu perlu mengadakan
pertemuan rutin dengan komite medik untuk
mengembangkan pemahaman terhadap persepsi tentang
kolaborasi.
T (Time)
Tahun Penerbitan Jurnal ini 2020
- Analisa SWOT 14 S (Strength)
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter
menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lain sebagai membuat relevan pemberian
pengobatan. Sedangkan perawat memfasilitasi dan
membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan
sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan. Pemberian layanan oleh dokter
maupun perawat membentuk suatu unit kesatuan kerja
yang bernaung dalam tim pelayanan kesehatan.
W (Weakness)
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan
bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-
nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain
yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga
dan masyarakat.
O (Opportunity)
Interprofesional kolaborasi merupakan strategi umum
untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan secara
efektif dan efisien dalam kesatuan kompleks pelayanan
kesehatan.
T (Threats)
Sikap perawat dan dokter tentang praktik kolaborasi hanya
sedikit yang menghindar. Menurut Sullivan menghindar
merupakan mencoba sekadar mengabaikan suatu masalah
dan menghindari orang-orang lain yang tidak sependapat
dengannya
TITLE
Judul 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik kolaborasi
perawat-dokter di rsud sawerigading palopo dan rsud andi
djemma masamba
Penulis Hardin
Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu
hardin.nunung@gmail.com
Di Publikasikan 01 Mei 2019
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar Belakang : Kolaborasi antara perawat dan dokter
Ringkasan terstruktur merupakan proses interaksional yang kompleks antara
kelompok- kelompok profesional yang berbeda. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pendidikan
bersama dan kerja tim, peduli terhadap penyembuhan,
otonomi perawat, dan dominasi dokter dengan praktik
kolaborasi perawat-dokter, serta mengetahui perbedaan
praktik kolaborasi perawat-dokter antara RSUD
Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi Djemma
Masamba. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner
dengan skala Likert. Data dianalisis secara univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji mann
whitney. Hasil penelitian di RSUD Sawerigading Palopo
menunjukan ada hubungan antara pendidikan bersama dan
kerja tim (p=0.000), peduli terhadap penyembuhan
(p=0.000), dan dominasi dokter (p=0.014) dengan praktik
kolaborasi perawat-dokter, sedangkan otonomi perawat
tidak ada hubungan dengan praktik kolaborasi perawat-
dokter (p=0.195). Begitu halnya dengan hasil penelitian di
RSUD Andi Djemma Masamba, dimana ada hubungan
antara pendidikan bersama dan kerja tim (p=0.045), peduli
terhadap penyembuhan (p=0.008), dan dominasi dokter
(p=0.015) dengan praktik kolaborasi perawat-dokter,
sedangkan otonomi perawat tidak ada hubungan dengan
praktik kolaborasi perawat-dokter (p=0.431). Tidak
terdapat perbedaan praktik kolaborasi perawat-dokter
antara RSUD Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi
Djemma Masamba (p=0.143).
Praktik kolaborasi perawat-dokter akan berjalan dengan
baik apabila dokter dan perawat membangun pendidikan
bersama dan kerja tim sejak awal sehingga pelayanan
kesehatan kepada pasaien bisa lebih ditingkatkan.
INTRODUCTION/P
ENGETAR
Rationale/Alasan 3 tentang perbedaan sikap perawat dan dokter terhadap
praktik kolaborasi dengan menggunakan Jefferson Scale
yang menunjukkan bahwa perawat memiliki sikap positif
tentang praktik kolaborasi bila dibandingkan dengan
dokter. Faktor- faktor seperti tradisi, subordinasi perawat
untuk dokter, sosialisasi fasilitas dalam perawatan
kesehatan, dan model magang pendidikan keperawatan
ditemukan sama- sama mempengaruhi sikap perawat dan
dokter terhadap praktik kolaborasi. Secara tradisional, laki-
laki didominasi kelompok dokter yang memberikan
instruksi untuk perawatan pasien, dan perempuan
didominasi kelompok keperawatan yang melaksanakan
instruksi.
Objectives/Tujuan 4 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
pendidikan bersama dan kerja tim, peduli terhadap
penyembuhan, otonomi perawat, dan dominasi dokter
dengan praktik kolaborasi perawat-dokter, serta
mengetahui perbedaan praktik kolaborasi perawat-dokter
antara RSUD Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi
Djemma Masamba.
METHODS AND
RESULTS/Metode
Dan Hasil
- Protokol and 5 -
registration/Protok
ol Dan Registrasi
- Eligibility 6 https://stikeskjp-palopo.e-journal.id/JFK/anticle/view/81
criteria/Kriteria
Kelayakan
- Information 7 Hardin
sources/Sumber Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu
Informasi hardin.nunung@gmail.com Faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik kolaborasi perawat-dokter di
rsud sawerigading palopo dan rsud andi djemma masamba
- Search/Cari 8 pendidikan bersama dan kerja tim, peduli terhadap
penyembuhan, otonomi perawat, dominasi dokter, praktik
kolaborasi perawat-dokter
- Study 9 Manajemen Keperawatan
selection/Seleksi
Study
- Data collection 10 Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
procces/Proses menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Data
Pengumpulan Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi
frekuensi dari karakteristik responden dan setiap variabel.
Analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk
melihat hubungan pendidikan bersama dan kerja tim,
peduli terhadap penyembuhan, otonomi perawat, dan
dominasi dokter dengan praktik kolaborasi perawat-dokter
menurut persepsi ners dan dokter umum. Sedangkan mann
whitney untuk melihat perbedaan praktik kolaborasi
perawat- dokter antara RSUD Sawerigading Palopo dengan
RSUD Andi Djemma Masamba.
- Data items/Item 11 Populasi penelitian ini adalah seluruh ners dan dokter
Data umum di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD Andi
Djemma Masamba yang berjumlah
111 orang dengan sampel sebanyak 87 orang yang dipilih
secara disproportionate statified random sampling dan telah
memenuhi kriteria inklusi.
- Hasil Penelitian 12 Hasil penelitian di RSUD Sawerigading Palopo
menunjukan ada hubungan antara pendidikan bersama dan
kerja tim (p=0.000), peduli terhadap penyembuhan
(p=0.000), dan dominasi dokter (p=0.014) dengan praktik
kolaborasi perawat-dokter, sedangkan otonomi perawat
tidak ada hubungan dengan praktik kolaborasi perawat-
dokter (p=0.195). Begitu halnya dengan hasil penelitian di
RSUD Andi Djemma Masamba, dimana ada hubungan
antara pendidikan bersama dan kerja tim (p=0.045), peduli
terhadap penyembuhan (p=0.008), dan dominasi dokter
(p=0.015) dengan praktik kolaborasi perawat-dokter,
sedangkan otonomi perawat tidak ada hubungan dengan
praktik kolaborasi perawat-dokter (p=0.431). Tidak
terdapat perbedaan praktik kolaborasi perawat-dokter
antara RSUD Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi
Djemma Masamba (p=0.143).
Praktik kolaborasi perawat-dokter akan berjalan dengan
baik apabila dokter dan perawat membangun pendidikan
bersama dan kerja tim sejak awal sehingga pelayanan
kesehatan kepada pasaien bisa lebih ditingkatkan.
- Kesimpulan : 13 P (problem)
PICOT Tentang perbedaan sikap perawat dan dokter terhadap
praktik kolaborasi dengan menggunakan Jefferson Scale
yang menunjukkan bahwa perawat memiliki sikap positif
tentang praktik kolaborasi bila dibandingkan dengan
dokter. Faktor- faktor seperti tradisi, subordinasi perawat
untuk dokter, sosialisasi fasilitas dalam perawatan
kesehatan, dan model magang pendidikan keperawatan
ditemukan sama- sama mempengaruhi sikap perawat dan
dokter terhadap praktik kolaborasi. Secara tradisional, laki-
laki didominasi kelompok dokter yang memberikan
instruksi untuk perawatan pasien, dan perempuan
didominasi kelompok keperawatan yang melaksanakan
instruksi.
I (Intervention)
hubungan bermakna antara kolaborasi perawat- dokter
terhadap pelayanan rumah sakit. Kolaborasi perawat
dengan dokter jika dilaksanakan dengan maksimal akan
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Beberapa
penelitian lain juga mengakui bahwa adanya semangat
kerjasama diantara tim profesi kesehatan merupakan hal
yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik akan
mempertahankan pasien untuk tidak pindah ke rumah sakit
lain (Baggs & Scmitt, 1998).
C (Comparation)
Pada penelitian Paryanto (2006), yang terkait dengan
praktik kolaborasi perawat-dokter menunjukkan 46.7%
dokter spesialis mempersepsikan kolaborasi perawat-
dokter kurang baik. Berbagai faktor penghambat kolaborasi
di rumah sakit tersebut
O (Outcome)
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari empat faktor yang
dihubungkan dengan praktik kolaborasi perawat-dokter,
terdapat tiga faktor yang memiliki hubungan bermakna dan
satu faktor tidak berhubungan. Ketiga faktor yang
berhubungan dengan praktik kolaborasi diantaranya adalah
pendidikan bersama dan kerja tim, peduli terhadap
penyembuhan, dan dominasi dokter. Sedangkan faktor
yang tidak berhubungan dengan praktik kolaborasi perawat
adalah otonomi perawat.
T (Time)
01 Mei 2019