Anda di halaman 1dari 10

JURNAL FENOMENA KESEHATAN

Artikel Penelitian
Volume 02 Nomor 01 Mei 2019 Halaman 155-164

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KOLABORASI


PERAWAT-DOKTER DI RSUD SAWERIGADING PALOPO DAN RSUD ANDI
DJEMMA MASAMBA

Related factors to the collaborative practice nurse-psycian in hospital sawerigading palopo


And andi djemma masamba

Hardin
Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu
hardin.nunung@gmail.com

ABSTRAK
Kolaborasi antara perawat dan dokter merupakan proses interaksional yang kompleks antara kelompok-
kelompok profesional yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pendidikan bersama
dan kerja tim, peduli terhadap penyembuhan, otonomi perawat, dan dominasi dokter dengan praktik kolaborasi
perawat-dokter, serta mengetahui perbedaan praktik kolaborasi perawat-dokter antara RSUD Sawerigading
Palopo dengan RSUD Andi Djemma Masamba. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dengan
sampel sebanyak 59 Ners dan 28 Dokter. Pengambilan sampel menggunakan teknik disproportionate stratified
random sampling.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan skala Likert. Data dianalisis secara univariat
dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji mann whitney. Hasil penelitian di RSUD Sawerigading
Palopo menunjukan ada hubungan antara pendidikan bersama dan kerja tim (p=0.000), peduli terhadap
penyembuhan (p=0.000), dan dominasi dokter (p=0.014) dengan praktik kolaborasi perawat-dokter, sedangkan
otonomi perawat tidak ada hubungan dengan praktik kolaborasi perawat-dokter (p=0.195). Begitu halnya
dengan hasil penelitian di RSUD Andi Djemma Masamba, dimana ada hubungan antara pendidikan bersama
dan kerja tim (p=0.045), peduli terhadap penyembuhan (p=0.008), dan dominasi dokter (p=0.015) dengan
praktik kolaborasi perawat-dokter, sedangkan otonomi perawat tidak ada hubungan dengan praktik kolaborasi
perawat-dokter (p=0.431). Tidak terdapat perbedaan praktik kolaborasi perawat-dokter antara RSUD
Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi Djemma Masamba (p=0.143).
Praktik kolaborasi perawat-dokter akan berjalan dengan baik apabila dokter dan perawat membangun
pendidikan bersama dan kerja tim sejak awal sehingga pelayanan kesehatan kepada pasaien bisa lebih
ditingkatkan.
Kata Kunci: pendidikan bersama dan kerja tim, peduli terhadap penyembuhan, otonomi perawat,
dominasi dokter, praktik kolaborasi perawat-dokter

ABSTRACT
The collaboration between nurses and psycians is complex interactional process between professional
different groups. This study aimed to study the correlation between shared education and teamwork, caring
versus curing, the nurse’s autonomy, and the psycians dominance, and the collaboration practice of the nurse-
psycian, as well as knowing the difference collaboration nurse-psycian practices between Sawerigading Palopo
Hospital with Andi Djemma Masamba Hospital. This research used cross sectional method, with the samples of
59 nurses and 28 psycians. The samples were chosan using disproportionate stratified random sampling
technique. The data collection was carried out using the questionnaires with Likert scale.
The data were analyzed in univariate and bivariate ways using chi-square test and Mann Whitney test.
Results of research in Sawerigading Palopo Hospital shows there is a correlation between shared education and
teamwork (p=0.000), caring versus curing (p=0.000), and the dominance of psycians (p=0.014) with the
collaboration of nurse-psycian practice, whereas no nurse autonomy correlation with the collaboration of nurse-
psycians practice (p=0195). So it is with the results of research in Andi Djemma Masamba Hospital, where there
is a correlation between shared education and teamwork (p=0.045), caring versus curing (p=0.008), and the
dominance of psycians (p=0.015) with the collaboration nurse-psycian practice, while the nurse autonomy are
not related to the collaoration nurse-psycian practice (p=0431). There were no differences in the collaboration
nurse-psycian practice between Sawerigading Palopo Hospital with Andi Djemma Masamba Hospital (p=0143).

155 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


The collaboration nurse-physician practice will work well if psycians and nurses build shared education
and teamwork from beginning thus the health services quality can be improved.
Keywords: shared education and teamwork, caring versus curing, nurses autonomy, physician's dominance,
nurse-psycian collaboration practice

PENDAHULUAN masukan yang diajukan tidak dihargai.


Kolaborasi menyiratkan tindakan Begitupun penelitian Sayed & Sleem
kolektif menuju tujuan bersama dengan (2011), tentang perbedaan sikap perawat
semangat kepercayaan (Siegler & dan dokter terhadap praktik kolaborasi
Whitney, 2000). Kolaborasi antara perawat dengan menggunakan Jefferson Scale yang
dan dokter merupakan proses interaksional menunjukkan bahwa perawat memiliki
yang kompleks antara kelompok- sikap positif tentang praktik kolaborasi
kelompok profesional berbeda (Stein- bila dibandingkan dengan dokter. Faktor-
Parbury & Liaschenko, 2007). faktor seperti tradisi, subordinasi perawat
Pelaksanaan praktik kolaborasi antara untuk dokter, sosialisasi fasilitas dalam
perawat dan dokter seringkali dijumpai perawatan kesehatan, dan model magang
hambatan pada tingkat profesional maupun pendidikan keperawatan ditemukan sama-
institusional (Potter & Perry, 2005). sama mempengaruhi sikap perawat dan
Perbedaan iklim dan kondisi sosial dari dokter terhadap praktik kolaborasi. Secara
kedua profesi ini masih mendukung tradisional, laki-laki didominasi kelompok
dominasi dokter terhadap perawat (Siegler dokter yang memberikan instruksi untuk
& Whitney, 2000). Selain itu, banyaknya perawatan pasien, dan perempuan
dokter yang belum memahami lingkup didominasi kelompok keperawatan yang
praktik perawat membuat tugas mereka melaksanakan instruksi. Dokter yang
sering tumpang tindih sehingga dokter bertanggung jawab dan perawat belajar
kurang meyakini kemampuan perawat untuk mengikuti instruksi dokter.
dalam membuat keputusan terhadap Di Indonesia, penelitian Suryani
perawatan pasien (Clarin, 2007). Inti dari (2002), menunjukkan bahwa ada hubungan
permasalahan ini terletak pada perbedaan bermakna antara kolaborasi perawat-
sikap profesional mereka terhadap pasien, dokter terhadap pelayanan rumah sakit.
serta cara dokter dan perawat Kolaborasi perawat dengan dokter jika
berkomunikasi mengenai kesan masing- dilaksanakan dengan maksimal akan
masing sehingga sering membuat meningkatkan kualitas pelayanan rumah
pelaksanaan kolaborasi belum berjalan sakit. Beberapa penelitian lain juga
optimal (Aiken et al., 2008). mengakui bahwa adanya semangat
Di Italia dan Yunani, perawat yang kerjasama diantara tim profesi kesehatan
melaksanakan praktik kolaborasi masih merupakan hal yang penting dalam
rendah dibanding dengan negara-negara memberikan pelayanan kesehatan yang
Eropa lainnya karena otonomi perawat berkualitas. Kualitas pelayanan kesehatan
terbatas (Papathanassoglou et al., 2012). yang baik akan mempertahankan pasien
Pada penelitian Baiyekusi (2010), untuk tidak pindah ke rumah sakit lain
menunjukkan bahwa hubungan perawat- (Baggs & Scmitt, 1998). Pada penelitian
dokter dipersepsikan 29.6% sebagai Paryanto (2006), yang terkait dengan
hubungan kolaboratif. Hal ini didukung praktik kolaborasi perawat-dokter
oleh penelitian Vazirani et al (2005), menunjukkan 46.7% dokter spesialis
menunjukkan bahwa interaksi tidak mempersepsikan kolaborasi perawat-
dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi dokter kurang baik. Berbagai faktor
karena perawat merasa tidak nyaman penghambat kolaborasi di rumah sakit
menantang dokter dengan memberi sudut tersebut diantaranya adalah perawat
pandang yang berbeda atau karena kurang terampil dalam menyelesaikan

156 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


tugas delegasi, perawat kurang baik dalam
melaksanakan tugas rutin klinis, dan METODE PENELITIAN
komunikasi perawat-dokter kurang baik. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD
Menurut Zuraidah (2005), bahwa 90% Sawerigading Palopo dan RSUD Andi
perawat belum dapat melaksanakan Djemma Masamba Kabupaten Luwu Utara
kolaborasi dengan baik dikarenakan denganmenggunakan desain penelitian
pengetahuan mereka terhadap penyakit cross sectional. Populasi penelitian ini
belum memadai terutama bagi perawat adalah seluruh ners dan dokter umum di
yang masih muda atau junior. RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD
Hasil observasi penulis di RSUD Andi Djemma Masamba yang berjumlah
Sawerigading Palopo dan RSUD Andi 111 orang dengan sampel sebanyak 87
Djemma Masamba Kabupaten Luwu Utara orang yang dipilih secara disproportionate
menunjukkan perawat dalam memberikan statified random sampling dan telah
asuhan keperawatan belum dapat memenuhi kriteria inklusi.
melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya Metode pengumpulan data dalam
dengan dokter. Hal ini didukung oleh hasil penelitian ini menggunakan kuesioner
wawancara dari 10 orang perawat dari dengan skala Likert. Data dianalisis secara
kedua rumah sakit tersebut, mereka univariat untuk melihat distribusi frekuensi
menyatakan bahwa banyak kendala yang dari karakteristik responden dan setiap
dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, variabel. Analisis bivariat menggunakan
diantaranya pandangan dokter yang selalu uji chi-square untuk melihat hubungan
menganggap bahwa semua perawat pendidikan bersama dan kerja tim, peduli
merupakan tenaga vokasional, perawat terhadap penyembuhan, otonomi perawat,
sebagai asisten dokter, dan kebijakan dan dominasi dokter dengan praktik
rumah sakit yang kurang mendukung. kolaborasi perawat-dokter menurut
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ners dan dokter umum.
hubungan pendidikan bersama dan kerja Sedangkan mann whitney untuk melihat
tim, peduli terhadap penyembuhan, perbedaan praktik kolaborasi perawat-
otonomi perawat, dan dominasi dokter dokter antara RSUD Sawerigading Palopo
dengan praktik kolaborasi perawat-dokter dengan RSUD Andi Djemma Masamba.
di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD
Andi Djemma Masamba.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Lama Kerja
di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD Andi Djemma Masamba Tahun 2015
Kelompok Interprofesional Kelompok Interprofesional
Faktor
di RSUD Sawerigading di RSUD Andi Djemma
Kolaborasi Total Total
Palopo Masamba
Perawat-
Dokter Ners Dokter Ners
Dokter
n % n % n % n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 13.5 3 5.8 10 19.2 6 17.1 3 8.6 9 25.7
Perempuan 8 15.4 34 65.4 42 70.8 7 20.0 19 54.3 26 74.3

Umur
25-30 tahun 14 26.9 12 23.1 26 50.0 10 28.6 6 17.1 16 45.7
31-35 tahun 1 1.9 15 28.8 16 30.8 2 5.7 12 34.3 14 40.0
36-40 tahun 0 0 7 13.5 7 13.5 1 2.9 4 11.4 5 14.3
41-45 tahun 0 0 3 5.8 3 5.8 0 0 0 0 0 0

157 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


Lama Kerja
1-3 tahun 11 21.2 5 9.6 16 30.8 9 21.2 3 8.6 12 34.3
4-6 tahun 3 5.8 9 17.3 12 23.1 2 5.8 5 14.3 7 20.0
7-9 tahun 1 1.9 6 11.5 7 13.5 2 1.9 3 8.6 5 14.3
10 tahun ke 0 0 17 32.7 17 32.7 0 0 11 31.4 11 31.4
atas

Total 15 28.8 37 71.2 52 100 13 37.1 22 62.9 35 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui Djemma Masamba, responden paling


responden paling banyak ditemukan di banyak ditemukan adalah ners perempuan
RSUD Sawerigading Palopo adalah ners (54.3%) dan dokter perempuan (20.0%),
perempuan (65.4%) dan dokter perempuan lebih banyak ners berumur 31-35 tahun
(15.4%), lebih banyak ners berumur 31-35 (34.3%) dan dokter lebih banyak berumur
tahun (28.8%) dan dokter lebih banyak 25-30 tahun (28.6%), lebih banyak ners
berumur 25-30 tahun (26.9%), lebih dengan lama kerja 10 tahun ke atas
banyak ners dengan lama kerja 10 tahun ke (31.4%) dan dokter dengan lama kerja 1-3
atas (32.7%) dan dokter dengan lama kerja tahun (21.2%).
1-3 tahun (21.2%). Di RSUD And
Tabel 2: Distribusi Faktor-Faktor Kolaborasi Perawat-Dokter
di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD Andi Djemma Masamba Tahun 2015
Kelompok Interprofesional Kelompok
di RSUD Sawerigading Interprofesional
Faktor Kolaborasi Palopo Total di RSUD Andi Djemma Total
Perawat-Dokter Masamba
Dokter Ners Dokter Ners
n % n % n % n % n % n %
Pendidikan bersama
dan kerja tim
Mendukung 3 5.8 25 48.1 28 53.8 7 20.0 16 45.7 23 65.7
Kurang mendukung 12 23.1 12 23.1 24 46.2 6 17.1 6 17.1 12 34.3
Peduli terhadap
penyembuhan 7 13.5 20 38.5 27 51.9 6 17.1 16 45.7 22 62.9
Peduli 8 15.4 17 32.7 25 48.1 7 20.0 6 17.1 13 37.1
Kurang peduli
Otonomi perawat
Baik 9 17.3 30 57.7 39 75.0 9 25.7 18 51.4 27 77.1
Kurang 6 11.5 7 13.5 13 25.0 4 11.4 4 11.4 8 22.9
Dominasi dokter
Dominan 12 23.1 12 23.1 24 46.2 12 34.3 3 8.6 15 42.9
Kurang dominan 3 5.8 25 48.1 28 53.8 1 2.9 19 54.3 20 57.1

Total 15 28.8 37 71.2 52 100 13 37.1 22 62.9 35 100

Pada tabel 2 diketahui bahwa di menyatakan perawat lebih banyak peduli


RSUD Sawerigading Palopo ditemukan (38.5%) terhadap penyembuhan. Pada
lebih banyak dokter kurang mendukung distribusi otonomi perawat, dokter lebih
(23.1%) pendidikan bersama dan kerja tim, banyak menyatakan otonomi perawat baik
sedangkan ners lebih banyak mendukung (17.3%), begitupun ners yang lebih banyak
(48.1%) pendidikan bersama dan kerja tim. menyatakan otonomi perawat baik
Dokter lebih banyak menyatakan perawat (57.7%). Sedangkan distribusi dominasi
kurang peduli (15.4%) terhadap dokter menunjukkan dokter menyatakan
penyembuhan, berbeda dengan ners yang lebih dominan (23.1%) terhadap perawatan

158 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


pasien, berbeda dengan ners yang (45.7%) terhadap penyembuhan. Pada
menyatakan dokter kurang dominan distribusi otonomi perawat, dokter lebih
(48.1%) terhadap perawatan pasien. Di banyak menyatakan otonomi perawat baik
RSUD Andi Djemma Masamba ditemukan (25.7%), begitupun ners yang lebih banyak
lebih banyak dokter mendukung (20.0%) menyatakan otonomi perawat baik
pendidikan bersama dan kerja tim, (51.4%). Sedangkan distribusi dominasi
begitupun ners lebih banyak mendukung dokter menunjukkan dokter menyatakan
(45.7%) pendidikan bersama dan kerja tim. lebih dominan (34.3%) terhadap perawatan
Dokter lebih banyak menyatakan perawat pasien, berbeda dengan ners yang
kurang peduli (20.0%) terhadap menyatakan dokter kurang dominan
penyembuhan, berbeda dengan ners yang (54.3%) terhadap perawatan pasien.
menyatakan perawat lebih banyak peduli
Tabel 3: Distribusi Indikator Praktik Kolaborasi Perawat-Dokter
di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD Andi Djemma Masamba Tahun 2015
Kelompok Kelompok
Interprofesional Interprofesional
Indikator Praktik di RSUD di RSUD Andi Djemma
Total Total
Kolaborasi Perawat- Sawerigading Masamba
Dokter Palopo
Dokter Ners Dokter Ners
n % n % n % n % n % n %
Kontrol kekuasaan
Baik 13 25.0 22 42.3 35 67.3 6 17.1 18 51.4 24 68.6
Kurang 2 3.8 15 28.8 17 32.7 7 20.0 4 11.4 11 31.4
Lingkup praktik
Baik 6 11.5 23 44.2 29 55.8 4 11.4 13 37.1 17 48.6
Kurang 9 17.3 14 26.9 23 44.2 9 25.7 9 25.7 18 51.4
Kepentingan bersama
Baik 7 13.5 21 40.4 28 53.8 0 0 17 48.6 17 48.6
Kurang 8 15.4 16 30.6 24 46.2 13 37.1 5 14.3 18 51.4
Tujuan bersama
Baik 10 19.2 27 51.9 37 71.2 1 2.9 18 51.4 19 54.3
Kurang 5 9.6 10 19.2 15 28.8 12 34.3 4 11.4 16 45.7

Total 15 28.8 37 71.2 52 100 13 37.1 22 62.9 35 100

Pada tabel 3 diketahui bahwa di bersama baik (19.2%), begitupun dengan


RSUD Sawerigading Palopo lebih banyak ners yang lebih banyak menunjukkan
dokter memiliki kontrol kekuasaan baik tujuan bersama yang baik (51.9%). Di
(25.0%), begitupun ners lebih banyak RSUD Andi Djemma Masamba ditemukan
memiliki kontrol kekuasaan baik (42.3%). lebih banyak dokter memiliki kontrol
Dokter lebih banyak menunjukkan lingkup kekuasaan kurang (20.0%), berbeda
praktik kurang (17.3%), berbeda dengan dengan ners lebih banyak memiliki kontrol
ners yang menunjukkan lingkup praktik kekuasaan baik (51.4%). Dokter lebih
baik (44.2%). Pada distribusi kepentingan banyak menunjukkan lingkup praktik
bersama, dokter lebih banyak kurang (25.7%), sedangkan ners lebih
menunjukkan kepentingan bersama yang banyak menunjukkan lingkup praktik baik
kurang (15.4%), berbeda dengan ners yang (37.1%). Pada distribusi kepentingan
lebih banyak menunjukkan kepentingan bersama, semua dokter menunjukkan
bersama baik (40.4%). Sedangkan kepentingan bersama kurang (37.1%),
distribusi tujuan bersama menunjukkan berbeda dengan ners yang lebih banyak
lebih banyak dokter memiliki tujuan menunjukkan kepentingan bersama baik

159 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


(48.6%). Sedangkan distribusi tujuan (34.3%), berbeda dengan ners yang lebih
bersama menunjukkan sebagian besar banyak menunjukkan tujuan bersama
dokter memiliki tujuan bersama kurang kurang (51.4%).

Analisis Bivariat
Tabel 4: Hubungan Pendidikan Bersama dan Kerja Tim, Peduli Terhadap Penyembuhan,
Otonomi Perawat, dan Dominasi Dokter dengan Praktik Kolaborasi Perawat-Dokter
di RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD Andi Djemma Masamba Tahun 2015
Praktik Kolaborasi Perawat- Praktik Kolaborasi Perawat-
Dokter di RSUD Sawerigading Dokter di RSUD Andi Djemma
Faktor Kolaborasi
Palopo p Masamba p
Perawat-Dokter
Baik Kurang Total Baik Kurang Total
n % n % n % n % n % n %
Pendidikan bersama
dan kerja tim
Mendukung 23 82.1 5 17.9 28 100 0.000 12 52.2 11 47.8 23 100 0.045
Kurang mendukung 7 29.2 17 70.8 24 100 2 16.7 10 83.3 12 100
Peduli terhadap
penyembuhan
Peduli 23 85.2 4 14.8 27 100 0.000 13 59.1 9 40.9 22 100 0.008
Kurang peduli 7 28.0 18 72.0 25 100 1 7.7 12 92.3 13 100
Otonomi perawat
Baik 25 64.1 14 35.9 29 100 0.195 12 44.4 15 55.6 27 100 0.431
Kurang 5 38.5 8 61.5 23 100 2 25.0 6 75.0 8 100
Dominasi dokter
Dominan 9 37.5 15 62.5 24 100 0.014 2 13.3 13 86.7 15 100 0.015
Kurang dominan 21 75.0 7 25.0 28 100 12 60.0 8 40.0 20 100

Total 30 57.7 22 42.3 52 100 14 40.0 21 60.0 35 100

Tabel 4 menunjukkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan


penelitian di RSUD Sawerigading Palopo antara pendidikan bersama dan kerja tim
ditemukan responden yang mendukung dengan praktik kolaborasi perawat-dokter
pendidikan bersama dan kerja tim, di RSUD Sawerigading Palopo (p = 0.000)
sebagian besar praktik kolaborasinya baik dan RSUD Andi Djemma Masamba (p =
(82.1%) dibanding praktik kolaborasinya 0.045).
kurang (17.9%). Begitupun sebaliknya, Hasil penelitian di RSUD
responden yang kurang mendukung Sawerigading Palopo ditemukan
pendidikan bersama dan kerja tim, lebih responden yang peduli terhadap
banyak praktik kolaborasinya kurang penyembuhan, sebagian besar praktik
(70.8%) dibanding praktik kolaborasinya kolaborasinya baik (85.2%) dibanding
baik (29.7%). Sedangkan di RSUD Andi praktik kolaborasinya kurang (14.8%).
Djemma Masamba ditemukan responden Begitupun sebaliknya, responden yang
yang mendukung pendidikan bersama dan kurang peduli terhadap penyembuhan,
kerja tim, lebih banyak praktik lebih banyak praktik kolaborasinya kurang
kolaborasinya baik (52.2%) dibanding (72.0%) dibanding praktik kolaborasinya
praktik kolaborasinya kurang (47.8%). baik (28.0%). Sedangkan di RSUD Andi
Begitupun sebaliknya, responden yang Djemma Masamba ditemukan responden
kurang mendukung pendidikan bersama yang peduli terhadap penyembuhan, lebih
dan kerja tim, sebagian besar praktik banyak praktik kolaborasinya baik (59.1%)
kolaborasinya kurang (83.3%) dibanding dibanding praktik kolaborasinya kurang
praktik kolaborasinya baik (16.7%). Hasil (40.9%). Begitupun sebaliknya, responden

160 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


yang kurang peduli terhadap antara otonomi perawat dengan praktik
penyembuhan, sebagian besar praktik kolaborasi perawat-dokter di RSUD
kolaborasinya kurang (92.3%) dibanding Sawerigading Palopo (p = 0.195) dan
praktik kolaborasinya baik (7.7%). Hasil RSUD Andi Djemma Masamba (p =
uji statistik menunjukkan ada hubungan 0.431).
antara peduli terhadap penyembuhan Hasil penelitian di RSUD
dengan praktik kolaborasi perawat-dokter Sawerigading Palopo ditemukan
di RSUD Sawerigading Palopo (p = 0.000) responden yang menyatakan dokter lebih
dan RSUD Andi Djemma Masamba (p = dominan, lebih banyak praktik
0.008). kolaborasinya kurang (62.5%) dibanding
Hasil penelitian di RSUD praktik kolaborasinya baik (37.5%).
Sawerigading Palopo ditemukan Begitupun sebaliknya, responden yang
responden yang menyatakan otonomi menyatakan dokter kurang dominan, lebih
perawat baik, lebih banyak praktik banyak praktik kolaborasinya baik (75.0%)
kolaborasinya baik (64.1%) dibanding dibanding praktik kolaborasinya kurang
praktik kolaborasinya kurang (35.9%). (25.0%). Sedangkan di RSUD Andi
Begitupun sebaliknya, responden yang Djemma Masamba ditemukan responden
menyatakan otonomi kurang, lebih banyak yang menyatakan dokter lebih dominan,
praktik kolaborasinya kurang (61.5%) lebih banyak praktik kolaborasinya kurang
dibanding praktik kolaborasinya baik (86.7%) dibanding praktik kolaborasinya
(38.5%). Sedangkan di RSUD Andi baik (13.3%). Begitupun sebaliknya,
Djemma Masamba ditemukan responden responden yang menyatakan dokter kurang
yang menyatakan otonomi perawat baik, dominan, lebih banyak praktik
lebih banyak praktik kolaborasinya kurang kolaborasinya baik (60.0%) dibanding
(55.6%) dibanding praktik kolaborasinya praktik kolaborasinya kurang (40.0%).
baik (44.4%). Dan responden yang Hasil uji statistik menunjukkan ada
menyatakan otonomi perawat kurang, hubungan antara dominasi dokter dengan
sebagian besar praktik kolaborasinya praktik kolaborasi perawat-dokter di
kurang (75.0%) dibanding praktik RSUD Sawerigading Palopo (p = 0.014)
kolaborasinya baik (25.0%). Hasil uji dan RSUD Andi Djemma Masamba (p =
statistik menunjukkan tidak ada hubungan 0.015).
Tabel 5 : Perbedaan Praktik Kolaborasi Perawat-Dokter Antara
RSUD Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi Djemma Masamba Tahun 2015
Variabel N Median Min-Max p
RSUD Sawerigading Palopo 52 43.00 25-60
0.143
RSUD Andi Djemma Masamba 35 42.00 20-60

Tabel 5 memperlihatkan nilai median dokter antara RSUD Sawerigading Palopo


untuk praktik kolaborasi perawat-dokter di dengan RSUD Andi Djemma Masamba.
RSUD Sawerigading Palopo lebih besar
dibanding nilai median praktik kolaborasi
perawat-dokter di RSUD Andi Djemma PEMBAHASAN
Masamba (43.00 > 42.00). Sedangkan Pendidikan bersama dan kerja tim
hasil uji statistik dengan menggunakan uji memiliki hubungan yang bermakna
mann whitney test didapat nilai p = 0.143. dengan praktik kolaborasi perawat-dokter.
Karena nilai p > 0.05, maka tidak terdapat Praktik kolaborasi perawat-dokter
perbedaan praktik kolaborasi perawat- cenderung akan berjalan dengan baik
apabila ada dukungan yang baik dari

161 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


kedua interprofesi (dokter dan perawat) Otonomi perawat tidak memiliki
tentang pendidikan bersama dan kerja tim hubungan yang bermakna dengan praktik
dan sebaliknya. Penelitian Stein-Parbury & kolaborasi perawat-dokter. Perawat dalam
Liaschenko (2010), menunjukkan bahwa memberikan pelayanan kepada pasien,
kolaborasi dapat terjadi bila adanya terkadang tidak menggunakan otonominya
dukungan pendidikan bersama antar untuk berkolaborasi dengan dokter.
interdisipliner sejak awal. Menurutnya, Berbeda dengan penelitian
kerjasama tim akan terbangun apabila Papathanassoglou et al (2012), yang
interdisipliner saling mengerti dan menunjukkan bahwa skor otonomi perawat
memahami satu sama lain. Hall & Waever memiliki hubungan positif dengan
(2001), mengemukakan bahwa kolaborasi. Perawat dengan otonomi
pengalaman belajar bersama pada tahap terbatas merasa kurang puas akan
awal akan membantu memudahkan pengaruhnya dalam pengambilan
kolaborasi interdisipliner diantara keputusan terhadap perawatan pasien.
profesional perawatan kesehatan masa Begitupun penelitian Sayed & Sleem
depan. Menurut Amsalu et al (2014), (2011), mengemukakan bahwa faktor
bahwa selama proses pendidikan, sikap yang berkorelasi positif dengan
mahasiswa kedokteran dan keperawatan kolaborasi adalah otonomi perawat (r =
harus terlibat dalam kerja sama tim untuk 0.251). Skor tertinggi dari faktor otonomi
memahami peran masing-masing. perawat adalah perawat harus menjelaskan
Hubungan yang positif dan sikap yang perintah dokter ketika merasa bahwa
saling menghargai peran masing-masing instruksi dokter memiliki potensi efek
sesungguhnya dapat berkembang sejak yang dapat merugikan pasien.
tahap dini, disaat calon perawat dan Dominasi dokter memiliki hubungan
mahasiswa kedokteran masih berfokus yang bermakna dengan praktik kolaborasi
pada pengalaman praktik dan klinis yang perawat-dokter. Dominasi dokter terhadap
sama. pelayanan kesehatan akan menghambat
Peduli terhadap penyembuhan perawat dalam mengambil keputusan
memiliki hubungan yang bermakna sehingga kolaborasi antara perawat dan
dengan praktik kolaborasi perawat-dokter. dokter tidak berjalan dengan baik.
Kepedulian terhadap penyembuhan pasien Penelitian Sayed & Sleem (2011),
akan mendorong tenaga interprofesi ikut menunjukkan terdapat hubungan antara
berpartisipasi dalam pengembilan dominasi dokter dengan praktik kolaborasi
keputusan terhadap perawatan pasien perawat-dokter. Keenan et al (1998),
sehingga kolaborasi dapat berjalan dengan mengemukakan kolaborasi tidak dapat
baik. Penelitian Sayed & Sleem (2011), berjalan dengan baik karena dokter terlalu
menunjukkan bahwa ada hubungan antara mendominasi. Temuan ini memberikan
peduli terhadap penyembuhan dengan bukti bahwa perawat dan dokter tidak
praktik kolaborasi perawat-dokter. secara rutin bekerja sama dengan satu
Kolaborasi tidak dapat berjalan dengan sama lain dalam mengambil keputusan
baik, apabila perawat tidak mampu terhadap perawatan pasien. Meskipun
memahami kondisi penyakit pasien setelah perawat ada keinginan dan berniat untuk
dokter menegakkan diagnosa penyakitnya. berkolaborasi dengan dokter, akan tetapi
Sedangkan pada studi etnografi oleh Hojat kolaborasi tidak dapat terjadi karena
et al (2001), tentang gaya pemberi dokter tidak bersedia untuk membalas.
perawatan, dimana perawat dinyatakan Menurut Gray (1989 dikutip dalam Sayed
lebih mengutamakan masalah-masalah & Sleem, 2011), hambatan utama praktik
psikososial dibanding dengan rekan kolaborasi antara perawat dan dokter
dokternya. adalah ketidakseimbangan kekuasaan
antara dua profesi. Dokter perlu menjadi

162 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


kurang dominan dan perawat tidak terlalu pendidikan bersama dan kerja tim sejak
tunduk untuk berkolaborasi. Meskipun awal, perawat peduli terhadap
peningkatan kontrol yang dilakukan oleh penyembuhan, dan dominasi dokter
salah satu pihak tidak mewajibkan dikurangi. Oleh karena itu, perlunya pihak
penurunan kontrol oleh yang lain rumah sakit mengadakan pelatihan dan
(Tannenbaum, 1974 dikutip dalam Keenan pendidikan bersama antar kelompok
et al., 1998), akan tetapi dokter mungkin interprofesional tentang praktik kolaborasi
merasa bahwa perilaku kurang dominan sehingga mereka dapat memahami
dan lebih kolaboratif akan mengancam perannya masing-masing dalam penerapan
kekuasaan mereka. praktik kolaborasi tersebut.
Tidak terdapat perbedaan praktik
kolaborasi perawat-dokter antara RSUD UCAPAN TERIMA KASIH
Sawerigading Palopo dengan RSUD Andi Peneliti mengucapkan terima kasih
Djemma Masamba. Model praktik kepada Pihak Akademi Keperawatan
kolaborasi perawat-dokter yang berjalan di Sawerigading Pemda Luwu, yang telah
RSUD Sawerigading Palopo dan RSUD memberi bantuan beasiswa melalui
Andi Djemma Masamba menggunakan Program Pengembangan Tenaga SDM
model praktik hirarkis. Dalam Dosen.
pengambilan keputusan terhadap
perawatan pasien, dokter lebih banyak DAFTAR PUSTAKA
mengambil keputusan sendiri dan tidak Aiken L.H., Clarke S.P. & Cheney T.
melibatkan perawat. Hal ini terlihat jelas (2008). Effects of Hospital Care
ketika dokter melakukan visite, dimana Environment on Patient Mortality
keputusan selalu dibuat oleh dokter dan and Nurse Outcomes. Journal
perawat tinggal melaksanakan instruksi Nurse Administration. 38(5), 223-
yang diberikan kepadanya tanpa 229.
mempertimbangkan apakah keputusan itu Amsalu E., Boru B., Getahun F. & Tulu B.
tepat atau tidak. Siegler & Whitney (2014). Attitudes of Nurses and
(2000), menyatakan bahwa model praktik Physicians Towards Nurse-
hirarkis ini menekankan komunikasi satu Physician Collaboration in
arah, kontak terbatas antara pasien dan Northwest Ethiopia: A Hospital
dokter, dan dokter merupakan tokoh yang Based Cross-Sectional Study.
dominan. Biomedical Nursing, 1-6,
doi:10.1186/s12912-014-0037-7.
KESIMPULAN DAN SARAN Baggs J.G. & Scmitt M.H. (1998).
Hasil penelitian menunjukan bahwa Collaboration Between Nurses and
dari empat faktor yang dihubungkan Physicians Image. Jurnal of the
dengan praktik kolaborasi perawat-dokter, American Psychiatric Nurses
terdapat tiga faktor yang memiliki Association. 1, 183-189.
hubungan bermakna dan satu faktor tidak Baiyekusi I. (2010). Physician-Nurses
berhubungan. Ketiga faktor yang Relationship Nurses’ Perception in
berhubungan dengan praktik kolaborasi Internal Medicine and Surgical
diantaranya adalah pendidikan bersama Units (Tesis, Central Ostrobothnia
dan kerja tim, peduli terhadap University of Applied Sciences).
penyembuhan, dan dominasi dokter. Clarin O.A. (2007). Strategies to
Sedangkan faktor yang tidak berhubungan Overcome Barriers to Effective
dengan praktik kolaborasi perawat adalah Nurses Practitioner and Physician
otonomi perawat. Praktik kolaborasi Collaboration. Journal of Nurse
perawat-dokter akan berjalan dengan baik Practitioners, 3(8), 538-548.
apabila dokter dan perawat membangun

163 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019


Hall P. & Weaver L. (2001). Stein-Parbury J. & Liaschenko J. (2007).
Interdisciplinary education and Understanding Collaboration
teamwork: a long and winding Between Nurses and Physicians as
road. Medical Education, 35(9), Knowledge at Work. American
867-875, doi: 10.1046/j. 1365- Journal of Critical Care, 16(5),
2923.2001.00919.x 470-477.
Hojat M. et al. (2001). Attitudes Toward Suryani C.T. (2002). Studi Komparatif
Physician-Nurse Collaboration: A antara Pelaksanaan Kolaborasi
Cross-Cultural Study of Male and Perawat-Dokter di Ruang Rawat
Female Physicians and Nurses in Lantai IV Kanan (MPKP) dan
the United States and Mexico. Lantai V Kiri (Bukan MPKP) Irna
Journal of the Eastern Nursing B di RSUP Cipto Mangunkusumo.
Research Society and the Western (Tesis, Universitas Indonesia,
Institute of Nursing, 50(2), 123- Jakarta, Indonesia).
128. Vazirani S., Hays R.D., F.Shapiro M. &
Keenan G.M., Cooke R. & Hillis S.L. Cowan M. (2005). Effect of a
(1998). Norms and Nurse Multidisiplinary Intervention on
Management of Conflicts: Keys to Communication and Collaboration
Understanding Nurse-Physician Among Physicians and Nurses.
Collaboration. Research in Nursing American Assosiation of Critical-
and Health, 21, 59-72. Care Nurses, 13(2), 154-164.
Papathanassoglou E.D. et al. (2012). Zuraidah. (2005). Analisis Faktor-Faktor
Professional Autonomy, yang Berhubungan dengan
Collaboration With Physicians, and Kolaborasi Perawat-Dokter
Moral Distress Among European Ditinjau dari Perspektif Perawat di
Intensive Care nurses. American RSUD Tarakan Jakarta. (Tesis,
Journal of Critical Care , 21(2), Universitas Indonesia, Jakarta,
41-52. doi: 10.4037/ajcc2012205 Indonesia).
Paryanto H.A. (2006). Analisis Pengaruh
Faktor Kolaborasi Perawat
Terhadap Kepuasan Kerja Dokter
Spesialis di Rawat Inap Paviliun
Garuda RS Dr. Kariadi Semarang
(Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia).
Potter P.A. & Perry A.G. (2005). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik (4 ed.,
Vol. 1). EGC: Jakarta.
Sayed K.A. & Sleem W.F. (2011). Nurse-
Physician Collaboration: A
Comparative Study of The
Attitudes of Nurses and Physician
at Mansoura University Hospital.
Life Science Journal, 8(2), 140-
146.
Siegler E.L. & Whitney F.W. (2000).
Kolaborasi Perawat-Dokter:
Perawatan Orang Dewasa dan
Lansia. Jakarta: EGC.

164 | Jurnal Fenoena Kesehatan, Volume 02 No 01 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai