Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN

PADA PERAWAT PELAKSANA


DI RUANG RAWAT INAP RS GPI DEPOK
Sumijatun
Institut Kesehatan Indonesia Jakarta.
Telp. 087875155990/0818708557, email : atunsumardi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerapan etika keperawatan di RS GPI Depok ,
sebuah rumah sakit swasta, tipe C yang berlokasi di dekat Universitas Indonesia dan Universitas
Gunadharma. Penelitian ini bersifat Cross sectional, dengan pendekatan concurrent mixed methods,
dengan menyatukan data kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh analisis komprehensif, strategi
yang digunakan Embedded Konkuren. Fokus penelitian adalah penerapan etika keperawatan di ruang
rawat inap. Prediksi yang mempengaruhi adalah kepemimpinan kepala ruangan dan tim kerja.Sampel
30 orang perawat pelaksana (PP), 3 orang Kepala Ruangan (Ka Ru) dan 30 orang pasien. Hasil
Univariat menunjukkan bahwa seluruh perawat belum pernah mendapatkan pelatihan etika. PP
mempersepsikan bahwa kepemimpinan masih perlu ditingkatkan, capaian target 72.00%, Tim Kerja
67.00% dan etika 73.00%. Ka Ru mempersepsikan kepemimpinan sebesar 86.40%, Tim Kerja 78.85%
dan etika 91.60%. Sedangkan pasien mempersepsikan etika masih kurang (65.40%). Hasil bivariat
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan etika (p:1.000). Tidak ada
hubungan antara Tim Kerja dengan Etika (p:0.069) Faktor-faktor lain yang diduga ada hubungannya
dengan penerapan etika antara lain adalah : komunikasi, kolaborasi diantara tim kesehatan dan juga
pendidikan perawat. Saran dari penelitian ini adalah pelatihan etika, meningkatkan komunikasi dan
kolaborasi serta meningkatkan pendidikan perawat

Kata Kunci : Perawat, Kepemimpinan, Tim Kerja dan Etika

ABSTRACT

This research was conducted to find out the description of nursing application at GPI Hospital Depok,
a private hospital, type C located near Universitas Indonesia and Universitas Gunadharma. This
research is a cross sectional method, with concurrent mixed methods approach, by integrating
quantitative and qualitative data to obtain analysis, strategy used Embedded Concurrent. The focus of
research is the application of nursing ethics in the inpatient room. Developing predictions are
leadership of the head unit and team leads. Samples of 30 staff nurses (PP), 3 Heads nurse (Ka Ru)
and 30 patients. Univariate results show all that all nurses had not received ethics training. PP that
perceive leadership should still be improved, achievement of target is 72.00%, 67.00% for team work,
and 73.00% for ethics. Ka Ru perceives leadership as 86.40%, Team Work 78.85% and for ethics as
91.60%. While the patient perceives ethics is still less (65.40%). Bivariate results show no association
between leadership and ethics (p: 1,000). There is no relationship between teamwork and Ethics (p:
0,069) Other factors include communication, collaboration between health teams and nurse education.
Suggestions from this research are ethical training, and improving communication, and collaboration
Keywords: Nurse, Leadership, Team Work and Ethics

PENDAHULUAN juga diartikan sebagai salah satu factor penentu


baik / buruknya mutu dan citra sebuah rumah
Keperawatan adalah salah satu bentuk sakit, sehingga kualitas pelayanan keperawatan
pelayanan professional , bagian integral yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal
tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan mungkin (SK.Dir Jendral Pelayanan Medik No
kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan Yan. 00.03.2.6/7637)
Berbagai upaya telah dilakukan dalam orang pasien di ruang rawat inap pada rumah
rangka meningkatkan pelayanan keperawatan sakit yang sama. Hasil penelitian menunjukkan
agar dapat sesuai dengan tuntutan, namun bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik
banyak keluhan tentang etika perawat yang individu pasien dengan persepsinya terhadap
masih dirasakan kurang oleh pasien., hal ini penerapan prinsip – prinsip etika keperawatan
juga terlihat pada hasil penelitian yang telah oleh perawat pelaksana di rumah sakit tersebut,
dilakukan diberbagai negara antara lain adalah selain itu juga ditemukan bahwa penerapan
Malaysia dan Indonesia. prinsip kesetiaan, kejujuran dan kerahasiaan
Survei yang dilakukan Asosiasi masih dianggap kurang optimal, namun
Perawat Amerika (ANA) tentang Etika dan penerapan prinsip beneficence dan mal-
Hak Asasi Manusia di Konvensi ANA (1994), eficence sudah dilakukan dengan baik.
bahwa 79% dari anggota mereka mengalami Penelitian lanjutan dianjurkan untuk
permasalahan etika pada setiap harinya. mengetahui apakah ada hubungan antara
Sebuah penelitian yang dilakukan di Malaysia penerapan prinsip etika dengan kepemimpinan
(Maizura binti Musa, 1,2 Md Harun-Or-Rashid, dan tim kerja yang ada
1 dan Junichi Sakamoto1) pada bulan Agustus Temuan dari kedua penelitian tersebut
– September 2010, melibatkan 417 orang digunakan sebagai data awal dalam rancangan
(69,2%) dari 603 manajer perawat di enam penelitian selanjutnya di rumah sakit lain yang
buah rumah sakit pemerintah, menyatakan dikelola oleh swasta. Yang antara lain adalah
bahwa sebanyak 397 orang (95,2%) mengalami RS.TI dan RS.GPI yang berlokasi didekat
masalah etika. Pada umumnya terjadi pada staf Universitas Indonesia dan Universitas
dengan permasalahan perawatan pasien dan Gunadarma.. RS.TI dan RS.GPI melayani
sebagian besar akan membicarakannya dengan masyarakat sekitar Depok, Jakarta dan Bogor.
sesama perawat
(http://www.biomedcentral.com/1472-
6939/12/23/prepub) RS.GPI didirikan pada thn 2001,
kemudian diubah status dan fungsinya menjadi
Thoreteinsson, 2002, pada studi Rumah Sakit Ibu dan Anak GPI . Pada tahun
kualitatif lain yang dilakukan di Islandia, 2011 RSIA GPI ditingkatkan menjadi Rumah
menyatakan bahwa banyak pasien yang sakit Umum RS.GPI. dengan 100 tempat tidur.
mengeluhkan tentang kualitas perawatan yang Ada beberapa masukan yang masih bernada
kurang baik dan dijabarkan sebagai perawat negative antara lain adalah pembicaraan
yang acuh tak acuh, tidak memiliki inisiatif, tentang perilaku tenaga kesehatan yang
bersikap buruk, dan akhirnya berdampak pada bertugas di RS GPI Depok , seperti : informasi
hal – hal negatif seperti kemarahan dan stres. yang kurang jelas, ketidakpuasan terhadap
(Duffy.J.R, 2009) pelayanan di poliklinik karena harus menunggu
Harian lokal Banjarmasin Indonesia, terlalu lama dan juga adanya kesan kakunya
menyatakan bahwa perawat di RS.SM ( rumah peraturan terkait dengan pembayaran pada
sakit swasta) tidak responsive dalam pasien di Unit Gawat Darurat seperti apa yang
memberikan pelayanan, demikian juga yang telah ditulis oleh pelanggan pada tanggal 07
disampaikan melalui lembar saran pasien, Januari 2008 (https://www.mail-
dikatakan bahwa sikap perawat yang kurang archive.com/balita-anda@balita-
ramah, perawat kurang responsif atau kurang anda.com/msg198380.html)
antisipatif terhadap kebutuhan pasien. (Husin , Berdasarkan hal tersebut diatas perlu
dkk, 2009) dilakukan penelitian yang akan membahas
Hasil penelitian Sumijatun,dkk, 2009 tentang perilaku tenaga kesehatan, khususnya
terhadap 79 orang perawat pelaksana di RSUD perawat , apakah perilaku tersebut ada
C, di Jawa Barat Indonesia terbukti tidak ada hubungannya dengan kepemimpinan dan tim
hubungan antara karakteristik individu perawat kerja atau ada factor-faktor lain yang ikut
dengan penerapan prinsip – prinsip etika mempengaruhinya
keperawatan yang dilakukan. Meskipun
demikian ternyata masih ada 55,70 % perawat METODOLOGI
belum menerapkan prinsip – prinsip etika Penelitian ini menggunakan desain Cross
keperawatan dengan baik. Penelitian lanjutan sectional, dengan pendekatan concurrent
dilakukan Sumijatun, dkk, 2010, terhadap 80 mixed methods, yakni prosedur-prosedur
dimana peneliti menyatukan data kuantitatif Ru) yang menjadi informan dalam penelitian
dan kualitatif untuk memperoleh analisis ini, semua berusia antara 26-50 th, wanita,
komprehensif pada masalah penelitian yang DIII. Kep. dan lama bekerja >10 thn,
ditemukan. Strategi yang digunakan adalah seluruhnya pernah mendapatkan pelatihan
Embedded Konkuren, dimana metode kualitatif manjemen dan sekitar 50 % pelatihan tehnis
ditancapkan kedalam rancangan kuantitatif tetapi belum pernah mendaptkan pelatihan ttg
(Sugiyono,2011, Cresswell.J.W, 2010 ). etika
Fokus penelitian ini adalah penerapan etika Ditinjau dari faktor usia mayoritas
keperawatan di ruang rawat inap non intensif. perawat di RS.GPI telah memasuki tahap
Prediksi yang mempengaruhi adalah dewasa awal dan tengah, merupakan tahapan
kepemimpinan kepala ruangan dan tim kerja. yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis.
Untuk mendapatkan apakah betul ada Tantangan dapat meliputi tuntutan kerja dan
hubungan antara kepemimpinan dan tim kerja juga membentuk sebuah keluarga. Perubahan
dengan penerapan etika keperawatan di ruang tersebut merupakan suatu proses alami
rawat inap digunakan uji statistic .Kai Kuadrat maturasi, sosialisasi dan merupakan fase untuk
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 , melewati pergantian stabilitas dan
populasi penelitian adalah seluruh perawat perubahan.Individu yang dewasa, bisa
yang bertugas di RS GPI Depok yang berkomunikasi dengan baik, mengakui
berjumlah 107 orang Adapun perawat yang kelebihan dan kekurangan masing-masing ,
bekerja di ruang rawat inap non intensif mampu menghadapi tugas secara terbuka
diprediksi sebanyak 35% , yakni 37 orang. (mampu menyelesaikan segala tugas yang
Dalam penelitian ini digunakan table diberikan), dapat menerima saran dan kritik
Nomogram Harry King dengan derajat yang membangun tanpa kehilangan
kesalahan sebesar 5%, maka didapatkan sampel kepercayaan diri, dapat berkembang dengan
sebanyak 32 orang, namun karena yang 2 orang belajar dari diri sendiri atau pengalaman orang
drop , maka responden menjadi 30 orang ( lain. Mampu menggunakan teknik pembuatan
Sugiyono, 2012 ). keputusan untuk memecahkan masalah, selain
Kriteria inklusi dalam penelitian adalah itu perbuatannya dapat diperhitungkan dan
perawat yang bersedia untuk menjadi dipertanggungjawabkan (Potter dan Perry,
responden, berstatus pegawai tetap, berada 1999, Suwarto 1999)
ditempat pada waktu penelitian dilakukan. Robbins dan Judge ( 2008) dalam
sedangkan criteria eksklusinya adalah perawat Suwarto 1999 , menyatakan bahwa semakin
yang sedang cuti / berhalangan dan tidak bertambah usia , maka pekerja akan membawa
bersedia menjadi responden sifat-sifat positif dalam tugas seperti
Guna melengkapi hasil penelitian digunakan pengalaman, perilaku etik yang kuat dan
informan kunci yakni pendapat/ persepsi 3 komitmen dalam menjaga kualitas pekerjaan.
orang Kepala Ruangan, 30 orang pasien dan Pada orang dewasa dalam perkembangan moral
telaah dokumentasi. Dokumentasi dalam akan menaruh perhatian yang lebih terhadap
penelitian ini adalah profil RS GPI, hasil hak orang lain, tidak peduli dengan pendapat
penelitian serta masukan dari social media di mayoritas, dan mempunyai kecenderungan
rumah sakit tersebut untuk menentang budaya dalam organisasi
yang dirasa tidak sesuai dengan prinsip etik
HASIL DAN PEMBAHASAN atau moral yang individu yakini (Indrastuti.Y,
Gambaran Karakteristik Perawat di 2010 )
RS.GPI Depok Mayoritas perawat di RS.GPI adalah
Usia Perawat Pelaksana (PP) yang wanita, pada umumnya wanita berjuang dalam
kurang dari 25 tahun sama besar dengan yang merawat dan bertanggung jawab, sebaliknya
berusia antara 26-50 th, mayoritas wanita hubungan mereka mengalami kemajuan
(86.70 %) , pendidikan DIII. Kep.(63.33%) dan terhadap maturitas interdependen. Wanita telah
S1 Keperawatan (36.70%), hampir seluruh lama menyadari bahwa tanpa kasih sayang,
perawat mempunyai masa bekerja < 5 thn kualitas kehidupan bisa berubah. Wanita akan
(96.70 %), hampir seluruhnya pernah mempertahankan kasih sayang di rumah,
mendapatkan pelatihan tehnis (96.66%) tetapi lingkungan sekolah dan lingkungan kerjanya,
belum pernah mendapatkan pelatihan ttg etika . tetapi wanita bisa menjadi mudah frustrasi
Sedangkan karakteristik Kepala ruangan (Ka
dalam perkembangannya karena rasa tanggung baik didalam tim kerjanya (Gibson,dkk:1997,
jawab yang terbagi ( Potter dan Perry, 1999 ). Kim.H.S, 2010),
Robbins dan Judge,2007 , menyatakan Hampir seluruh perawat yang bekerja
bahwa kaum perempuan cenderung telah mengikuti pelatihan tehnis namun belum
mengevaluasi suatu permasalahan secara lebih pernah ada yang mendapatkan pelatihan etika
mendalam dan seksama sebelum mengambil keperawatan. Hal ini membuktikan pernyataan
keputusan etis dibandingkan dengan laki-laki. yang terkandung dalam Peraturan Menteri
Penerapan perilaku etik pada perempuan juga Kesehatan Republik Indonesia No.49 tahun
lebih baik, hal ini dimungkinkan karena wanita 2013, tentang Komite Keperawatan Rumah
lebih empati dan mampu memahami perasaan Sakit, yang menyatakan sampai saat ini masih
orang lain dengan lebih baik (Indrastuti.Y, 2010 ada pandangan bahwa : Kemampuan praktik
) yang etis hanya merupakan kemampuan yang
Mayoritas pendidikan perawat di dipelajari pada saat di masa studi/ pendidikan,
RS.GPI adalah DIII Keperawatan, tetapi sudah belum merupakan hal yang penting dipelajari
ada yang S1 Keperawatan (36.70%) hal ini dan diimplementasikan dalam praktik
menunjukkan bahwa perkembangan
pendidikan telah menjadi perhatian rumah Gambaran Pasien di RS GPI Depok
sakit. Sesuai dengan kemajuan ilmu dan Pasien di RS.GPI, mayoritas berusia 31
teknologi kesehatan, maka perawatpun harus – 50 thn (56.67%), wanita (73.33%),
selalu meningkatkan pengetahuannya agar Pendidikan Tinggi (53.66%), lama dirawat
dapat meningkatkan kualitas asuhan sekitar 3-5 hr (63.33%) dan sebagian besar
keperawatan yang diberikan , oleh karena itu pasien sudah dirawat lebih dari sekali
pendidikan formal menjadi penting. (56.67%). Ditinjau dari usia, masing-masing
Hampir seluruh perawat di RS.GPI individu pasien berada pada satu titik /poin
mempunyai masa kerja kurang dari 5 tahun dalam sebuah rentang maturasi, dari tingkat
(96.70%), dapat dipersepsikan bahwa semua kedewasaan yang rendah sampai yang tinggi.
perawat masih baru, hal ini sesuai dengan (Sumijatun, 2009, Jones.R.A.P & Beck.S.E,
berdirinya rumah sakit yang baru dimulai pada 1996 ), mayoritas berada pada tahap matur,
tahun 2011. Menurut Mathis dan Jackson, kerja dimana individu – individu tersebut berani
(work ) adalah sebagai usaha yang ditujukan mengungkapkan perasaannya secara terbuka,
untuk produksi atau mencapai hasil . Paine, dengan pendidikan pasien yang mayoritas
Turner dan Payke, mengartikan bahwa kerja tinggi, maka complain yang diajukan juga
sebagai pengerahan usaha yang diarahkan pada sudah terkait dengan hak-haknya di rumah
membuat sesuatu. Sedangkan menurut Steers, sakit
kerja adalah suatu aktivitas yang menghasilkan Ditinjau dari sejarah berdirinya , dapat
sesuatu yang berharga untuk orang lain ( dipahami bahwa mayoritas pasien wanita
Kodyat.A.G, 2011 ) karena perkembangan rumah sakit berawal dari
Dengan mengacu pada pendapat Rumah Sakit Ibu dan Anak. Pada profil rumah
Taylor, maka dapat diartikan bahwa perawat di sakit yg terkait dengan fasilitas dan sarana ,
RSGPI masih memerlukan bimbingan dari disampaikan juga bahwa Ruang Bersalin telah
seniornya, dengan semakin lama seseorang dilengkapi dengan peralatan medis modern
bekerja akan semakin terampil dalam untuk mengantisipasi penanganan kasus yang
mengelola pekerjaannya. Demikian juga beragam, baik yang terencana maupun darurat
perawat yang telah menggunakan ilmunya dan Dengan mencantumkan peralatan
mengacu pada standar operasional prosedur modern, maka dapat dipersepsikan bahwa
yang berlaku untuk menjalankan tugasnya pengguna jasanya juga cukup tinggi, hal ini
dengan baik. Seiring dengan bertambahnya sesuai dengan karakteristik individu pasien
waktu, perawat juga akan mengembangkan yang merupakan golongan menengah keatas
dirinya sesuai peran dan fungsinya sebagai dan berpendidikan tinggi. Lama perawatan
profesi, terutama sebagai role model bagi sekitar 3-5 hari juga sesuai dengan standar lama
perawat baru yang didukung dengan rawat pada penanganan ibu persalinan. Jumlah
pengetahuan dalam praktik, tradisi yang ada rawat ulang mayoritas lebih dari sekali, hal ini
dilingkungan kerjanya serta kesiapan dalam dipersepsikan bahwa mobilitas penduduk
pendidikan formal yang menunjang disekitar rumah sakit stabil, sesuai dengan
kemampuannya dalam bekerjasama dengan lingkungan perumahan yang terencana dan
tergolong dalam area hunian masyarakat data . Peringkasan data numeric yang
menengah keatas digunakan adalah nilai rata-rata

Analisis Univariat 1. Kepemimpinan dan Tim Kerja


Tujuan dari analisis ini untuk menjelaskan atau Persepsi PP dan Ka Ru terhadap
mendeskriptifkan karakteristik masing-masing kepemimpinan dan Tim Kerja dapat dilihat
variable yang diteliti, fungsi analisis ini untuk pada table 1. sebagai berikut
menyederhanakan atau meringkas kumpulan

Tabel.1. Persepsi PP dan Ka Ru terhadap


Kepemimpinan dan Tim Kerja di Ruang
Rawat Inap RS GPI Depok tahun 2014

Nilai rata - rata


Sub Variabel Komponen PP ( n: Ka Ru (
30) n: 3)
Kepemimpinan Perencanaan 3.73 4.16*
Pengorganisasian 3.63 4.49
Pelaksanaan 3.26* 4.50
Evaluasi 3.78 4.16*
Rata-rata Kepemimpinan 3.60 4.32
Tingkat capaian, cut of 90% dari nilai maksimal (5) 72% 86.40%

Tim Kerja Kerjasama 3.35 3.79


Kepercayaan 3.31* 3.66*
Saling Menghargai 3.40 4.33

Komunikasi 3.33 3.99


Rata-rata Tim Kerja 3.35 3.94
Tingkat capaian, cut of 90% dari nilai maksimal (5) 67.00% 78.85%

pembinaan etika yang dilakukan masih


Dari table tersebut diatas terlihat bahwa kurang, pembinaan etika belum
capaian nilai rata-rata terendah pada sub menjadi prioritas yang kemungkinan
variable kepemimpinan yang dinilai oleh terabaikan karena ada hal-hal lain yang
PP adalah pelaksanaan sedangkan Ka Ru lebih diprioritaskan. seperti tingginya
,menilai perencanan dan evaluasi . beban kerja tenaga keperawatan dan
Capaian nilai rata-rata terendah pada sub menghadapi pasien gawat-kritis (
variable Tim Kerja yang dinilai oleh PP Permenkes RI.No.49 tahun 2013 )
dan Ka Ru sama , yakni pada kepercayaan. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa kepemimpinan
a. Kepemimpinan Ka Ru di RS GPI yang dipersepsikan
Penilaian terendah PP pada sub oleh PP baru mencapai 72.% ,
komponen pelaksanaan, sedangkan Ka tergolong kurang. Apabila dilihat dari
Ru pada sub komponen perencanaan lama kerja perawat di RS.GPI,
dan evaluasi. Pelaksanaan merupakan mayoritas kurang dari 5 tahun,
proses nyata dalam pembinaan etika merupakan suatu kebersamaan yang
yang meliputi penentuan pembinaan belum lama sehingga belum mampu
yang harus dikerjakan, siapa yang akan membentuk suatu tim yang kuat.
membina, bagaimana pembinaan Mayoritas pendidikan juga ikut
dikelompokkan, siapa membina berpengaruh, biasanya semakin tinggi
siapa,dan dimana keputusan-keputusan pendidikan tuntutannya juga semakin
etika dibuat. (Robbins.S.P & judge tinggi., di RS GPI mayoritas PP menilai
T.A,2008). Ka Ru berpendapat bahwa Ka Ru kurang karena banyak tuntutan,
perencanaan dan evaluasi terhadap demikian juga dengan tuntutan pasien
yang juga tinggi, dengan demikian merupakan elemen yang mengandung
ketrampilan Ka Ru pada saat ini belum makna adanya kekuatan dan control.
sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam kolaborasi terjadi proses
Apabila pimpinan keperawatan interaktif yang dinamis melalui
mampu membawa anak buahnya untuk koordinasi, kerjasama dan komunikasi
dapat melaksanakan tugas dengan baik, yang efektif. Sehingga dengan adanya
maka penerapan praktik keperawatan kolaborasi yang baik diharapkan
juga akan baik termasuk dalam tujuan asuhan kesehatan akan tercapai
penerapan prinsip-prinsip etika (Sumijatun, 2011, Northhouse.P.G.,
keperawatan 2003, Kozier.B, Erb.G & Blais.K,
Ketrampilan yang diperlukan 1997).
oleh seorang pemimpin, menurut
Joner R.A.P dan Beck S.E, 1996
yang dikutip oleh Sumijatun, 2009,
meliputi : komunikasi yang baik,
kreativitas yang tinggi, pengetahuan
yang baik tentang tugas dan
penanganannya, kepekaan yang
tinggi terhadap lingkungan,
pengorganisasian tugas yang baik,
ketrampilan konsep yang baik,
menguasai tehnikal dengan baik dan
hubungan antar manusia yang baik.
Ka Ru yang mempunyai
ketrampilan-ketrampilan tersebut
dengan baik , diharapkan juga
mampu memimpin anak buahnya
dengan baik.

b. Tim Kerja
Penilaian rata-rata Tim Kerja
dapat dilihat pada table 1. Penilaian
terendah PP dan Ka Ru terhadap
tim kerja sama yakni pada sub
komponen kepercayaan. Apabila
diukur dengan cut of 90% dari nilai
maksimal rata-rata, maka Tim Kerja
yang dipersepsikan oleh PP
(67.00%) lebih rendah dari Ka Ru,
masih termasuk kurang
Menurut Trenholm,1986,
kelompok kerja yang baik adalah
kelompok yang secara konsisten
berinteraksi, mempunyai persepsi yang
sama, melaksanakan kegiatan
terstruktur, saling percaya dan saling
tergantung diantara anggotanya.
Apabila kepercayaan masih dipandang
kurang, maka kolaborasi dengan
profesi lainpun masih kurang , hal ini
sesuai dengan pendapat Virginia
Henderson, 1991, kolaborasi
2. Penerapan Etika Keperawatan di RS.GPI

Tabel 2. Persepsi PP, Ka Ru dan Pasien terhadap


Penerapan Etika Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RS.GPI Depok tahun 2014

Nilai rata - rata


Sub Variabel Komponen PP Ka Ru Pasien
( n: 30) ( n: 3) (n: 30)
Otonomi 3.86 4.66 2.46*
Etika Kesetiaan 3.96 4.83 3.86
Keperawatan Beneficence & Mal-Eficience 3.16* 3.83* 3.78
Kerahasiaan 3.60 5.00 2.98
Rata-rata Penerapan Etika 3.65 4.58 3.27

Tingkat capaian, cut of 90% dari nilai


maksimal (5) 73.00% 91.60% 65.40%

Dari table tersebut diatas terlihat bahwa informasi yang tepat, simpatik dan
capaian nilai rata-rata terendah pada sub mudah dimengerti.( PP.PPNI,2010)
variable etika keperawatan yang dinilai
oleh PP dan Ka Ru sama, yakni pada sub b. Kesetiaan ( Fidelity )
komponen Beneficence & Mal-Eficience . Persepsi pasien terhadap kesetiaan
Sedangkan capaian nilai rata-rata terendah perawat di RS.GPI (table 2) masih
oleh pasien pada otonomi Nilai capaian kurang, pasien mengharapkan
rata-rata akhir etika yang disampaikan keramahan, kenyamanan dan rasa
oleh PP lebih tinggi dari pasien , tetapi aman. Kesetiaan berkaitan dengan
lebih rendah jika dibandingkan dengan kewajiban untuk selalu setia atau
KaRu loyal pada kesepakatan dan tanggung
jawab yang telah dibuat. Kewajiban
a. Otonomi (Autonomy ) ini meliputi menepati janji dan
Penilaian rata-rata etika dapat menyimpan rahasia serta perhatian
dilihat pada table 2. Persepsi pasien terhadap pasien. Perawat
terhadap otonomi paling rendah jika berkewajiban untuk berperilaku
dibandingkan dengan penilain PP dan caring dalam memberikan asuhan
Ka Ru, diasumsikan bahwa pasien keperawatan antara lain dengan
masih merasakan belum optimalnya memberikan perhatian kepada pasien,
penghargaan perawat terhadap memberi pengharapan dan membuat
haknya sebagai pasien. Perawat harus pasien sejahtera.( PP.PPNI,2010)
menghargai hak-hak pasien seperti
hak untuk terhindar dari bahaya dan c. Kebaikan (Beneficence) dan tidak
mendapatkan penjelasan secara membahayakan ( Nonmaleficence)
benar. Penerapan ”informed- PP masih merasa bahwa
consent” secara tidak langsung penerapan prinsip Beneficence &
menyatakan suatu trilogi hak pasien Mal-Eficience masih dirasakan
yaitu hak untuk dihargai, hak untuk kurang optimal ( table 2).
menerima dan menolak terapi. dipersepsikan bahwa kesadaran PP
Penghargaan perawat terhadap pasien terhadap keamanan pasien paling
diwujudkan dalam pemberian asuhan tinggi, artinya PP merasa bahwa
keperawatan yang bermutu secara belum sepenuhnya melakukan tugas
ramah dan penuh perhatian. Karena tersebut dengan baik. Perawat
perawat merupakan tenaga kesehatan melakukan tindakan untuk kebaikan
yang mempunyai kontak paling lama klien/pasien ketika memberikan
dengan pasien , maka perawat suntikan, mengganti balutan dan
dituntut untuk dapat memberikan memberikan dukungan emosional
bila klien/pasien cemas Prinsip ini (table 2) masih kurang.Prinsip ini
berkaitan dengan kewajiban perawat berkaitan dengan penghargaan
untuk tidak membahayakan dan tidak perawat terhadap semua informasi
menimbulkan kerugian atau cedera tentang klien/pasien yang dirawatnya.
pada klien/pasien. Kerugian atau klien/pasien harus diyakinkan bahwa
cidera dapat diartikan adanya informasi yang diberikan kepada
kerusakan fisik seperti nyeri, tenaga profesional kesehatan akan
kecacatan. kematian atau adanya dihargai dan tidak disampaikan
gangguan emosi antara lain adalah kepada pihak lain secara tidak tepat.
perasaan tidak berdaya , merasa Perlu dipahami bahwa menjelaskan
terisolasi dan adanya kekesalan. informasi tentang klien/pasien
Kerugian juga dapat berkaitan dengan dengan anggota kesehatan lain yang
ketidak adilan , pelanggaran atau ikut merawat klien/pasien dapat
berbuat kesalahan. Persepsi pasien dilakukan ” selama informasi
pada penerapan prinsip beneficence tersebut relevan dengan kasus yang
dan mal-eficence juga masih kurang ditangani ” .( PP.PPNI,2010) Apabila
dibandingkan dengan penilaian Ka diukur dengan cut of 90% dari nilai
Ru, hal ini membuktikan bahwa maksimal rata-rata, maka etika yang
pasien sudah menyadari resiko yang dipersepsikan oleh PP baru mencapai
dihadapi apabila tindakan seperti 72.90 %, capaian yang dipersepsikan
memberikan suntikan, pemasangan Ka Ru sudah 91.60% dan capaian
infuse, dll bisa berdampak buruk yang dipersepsikan oleh pasien masih
apabila tidak dilakukan dengan benar. paling rendah 65.40% . Hal ini
.( PP.PPNI,2010) dipersepsikan bahwa pasien sudah
menuntut hak-haknya yang harus
d. Kerahasiaan (Confidentiality) dipenuhi oleh perawat
Persepsi pasien terhadap
kerahasiaan perawat di RS.GPI

3. Distribusi responden menurut kategori skor kepemimpinan, tim kerja dan etika

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Kategori Skor Kepemimpinan , Tim Kerja dan Etika

Sub variabel Kategori Skor Kepemimpinan Min – Mak SD Frekuensi %


( n : 30 )
Kepemimpinan Kurang (skor kepemimpinan ≤ 23) 10.00-25.00 4.06 27 90
Baik (skor kepemimpinan > 23) 3 10
Tim Kerja Kurang (skor tim kerja ≤ 19) 12.00-21.00 2.48 21 70
Baik (skor tim kerja > 19) 9 30
Etika Kurang (skor etika ≤ 17) 12.00-19.00 1.93 26 86.70
Baik (skor etika > 17) 4 13.30

Semua sub variable yang dikategorikan


baik dalam penelitian ini adalah cut of Analisis Bivariat
90% dari nilai maksimal. dengan demikian Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
didapatkan kondisi proporsi hubungan satu variabel bebas dengan satu
kepemimpinan baik sebanyak 10.00%, ( > variabel terikat, yang dilakukan dengan uji kai
23), Tim Kerja yang baik sebesar 30.00% kuadrat. Berikut ini adalah hasil dari analisis
(>19) dan Etika yang baik sebesar 13.30% bivariat:
(>17)
1. Hubungan Kepemimpinan dengan Etika baik, tetapi juga kurang dalam penerapan
Terdapat perbedaan proporsi antara etika. Dengan demikian dapat dikatakan
responden yang memiliki nilai bahwa secara bermakna tidak ada perbedaan
kepemimpinan kurang dengan responden antara PP yang mempunyai persepsi baik
yang memiliki nilai kepemimpinan baik terhadap kepemimpinan dan yang
terhadap penerapan etika. Terdapat 23 dari berpersepsi kurang dalam menerapkan etika
27 orang (85.20%) responden yang keperawatan (nilai p 1.000) atau dengan
memiliki kepemimpinan kurang , ternyata kata lain tidak ada hubungan antara
juga kurang dalam penerapan etika, kepemimpinan dengan penerapan etika Hal
sedangkan sebanyak 3 dari 3 orang (100%) ini dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut
responden yang memilki kepemimpinan

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kepemimpinan dan Etika di RS GPI


Etika
Jumlah
Kepemimpinan Kurang (< 17) Baik (≥ 17) Nilai p
n % n % N %
Kurang (skor < 23) 23 85.20 4 14.80 27 100 1.000

Baik (skor ≥ 23) 3 100.0 0 0 3 100


Jumlah 26 86.70 4 13.30 30 100

Bagi perawat, etika adalah peraturan atau dianut, maka secara konsisten orang tersebut
norma yang dapat digunakan sebagai acuan akan mencerminkan pola perilakunya
perilaku seseorang yang berkaitan dengan karena telah mempunyai kontrol internal.
tindakan yang baik dan buruk , dilakukan Etika adalah ilmu pengetahuan yang terkait
guna memenuhi kewajiban dan tanggung dengan nilai-nilai moral, sedangkan nilai
jawab moralnya sebagai perawat (Darr K, adalah keyakinan pribadi tentang kebenaran
1997) dan manfaat dari pemikiran, objek atau
Nilai adalah identitas individu, profesi perilaku. Jadi nilai sangat erat hubungannya
dan masyarakat. Perawat setiap hari dengan etika, bahkan penerapan etika sangat
ditantang dalam hubungan dan pengambilan tergantung dari nilai-nilai yang dianut
keputusan yang dipengaruhi oleh nilai seseorang. ( PP.PPNI,2010:3)
tersebut. Selain nilai pribadinya sendiri, Dengan demikian dapat dipahami
perawat juga merasa harus menerapkan bahwa kepemimpinan tidak dapat langsung
sejumlah nilai yang disandang karena memberikan dampak pada perubahan nilai
profesinya sebagai perawat. Perawat pemula atau penerapan etika dalam praktik , tetapi
secara bertahap akan tersosialisasi dengan menjadi perantara bagaimana individu
nilai-nilai yang diacu oleh profesinya mewujudkan tata nilai, aturan, atau norma
melalui lingkungan, dengan nilai – nilai hidup dan kesadaran diri setiap manusia
yang dianut perawat belajar dan bekerja sebagai anggota kelompok keperawatan ,
untuk memberikan asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi benturan kepentingan
kepada pasiennya. (Potter & Perry,1997), dari berbagai pihak, dengan demikian akan
dengan demikian peran dari perawat senior terjadi keserasian. Agar norma-norma
dalam menerapkan etika keperawatan tersebut dapat diformulasikan dengan baik,
menjadi penting karena dapat dijadikan tepat, jelas, dapat dipahami dan diterima,
sebagai role model serta dapat dijunjung tinggi oleh setiap
Selain belajar dari lingkungan perawat anggota masyarakat maka perlu adanya
juga mengembangkan nilai dari seorang pemimpin yang berkualitas ,
kehidupannya, nilai didapat dari budaya mampu mendiagnosa dan memahami
individu, adat istiadat, agama, tradisi dan situasi, adaptasi dengan berbagai budaya,
juga kelompok seumat serta keluarga. Nilai mampu menutup kesenjangan yang ada serta
akan mendasari perilaku. Jika seseorang melakukan komunikasi yang efektif (
telah menyadari tentang nilai-nilai yang
Whitehead.D.K, Sally.A.W & Ruth.M.T,
2007) 2. Hubungan Tim Kerja dengan Etika
Burn menggunakan teori Terdapat perbedaan proporsi antara
kepemimpinan transformasional, yang responden yang memiliki nilai tim kerja
menitik beratkan kekuatan pada kebutuhan kurang dengan responden yang memiliki
anak buah, nilai serta moral yang dianut. nilai tim kerja baik terhadap penerapan
Kepemimpinan transformasional adalah etika. Terdapat 20 dari 21 orang (95.20%)
pimpinan yang mencoba untuk mengikut responden dengan nilai tim kerja kurang
sertakan anak buah dalam menggerakkan yang juga kurang dalam penerapan etika,
tanggung jawab moral dan standar kerja sedangkan sebanyak 6 dari 9 orang
yang tinggi. Pola kepemimpinan ini (66.70%) responden dengan nilai tim kerja
dianggap paling baik dalam pendekatannya baik yang juga kurang dalam penerapan
karena terlihat pimpinan berada pada etika. Dengan demikian dapat dikatakan
dimensi moral secara jelas. pimpinan bahwa terbukti secara bermakna tidak ada
membujuk individu untuk mengikuti dan perbedaan antara PP yang mempunyai
membantu memecahkan permasalahan persepsi baik dan yang mempunyi persepsi
yang dihadapi anak buahnya. Selama kurang dalam penerapan etika (nilai p
berinteraksi antara pimpinan dan anak buah, 0,069), dengan kata lain dapat dikatakan
keduanya akan menjunjung tinggi nilai dan bahwa tidak ada hubungan antara tim kerja
moral yang dianut (Northouse.P.G, 2005) dengan penerapan etika . Hal tersebut
dapat dilihat pada table 5. sebagai berikut

Tabel 5.Distribusi Responden Menurut Tim Kerja dan Etika di RS GPI


Etika
Jumlah
Tim Kerja Kurang (< 17) Baik (≥ 17) Nilai p
n % n % N %
Kurang (skor < 19) 20 95.20 1 4.80 21 100 0.069

Baik (skor ≥ 19) 6 66.70 3 33.30 9 100


Jumlah 26 86.70 4 13.30 30 100

stres tinggi, sehingga perawat kurang


Meskipun tim kerja tidak berhubungan mampu dalam memberikan
langsung dengan penerapan etika , tetapi pelayanan/asuhan keperawatan dengan
berdampak pada situasi dan kondisi yang baik. Tidak jarang dijumpai di lapangan
kurang kondusif dan dipersepsikan dapat klien, keluarga dan dokter mengeluh
memicu stress kerja bagi perawat. tentang kinerja perawat yang tidak
Beberapa kondisi yang dapat profesional, seperti lupa/lalai atau
menyebabkan stres kerja perawat, antara terlambat dalam memberikan tindakan
lain kondisi klien kritis, saat klien mandiri maupun melaksanakan program
menghadapi kematian dan merawat klien dokter (Huber, 2006 )
dengan penyakit menular. Keadaan lain Berdasarkan masukan dari social
sebagai sumber stres adalah jumlah tenaga media, ada beberapa keluhan pasien di
perawat terbatas, beban kerja berlebihan, RSGPI yang disampaikan antara lain
pengorganisasian kerja kurang baik, adalah : tentang informasi di Unit Gawat
konflik sesama teman kerja, dokter serta Darurat yang kurang jelas, ketidakpuasan
administrator, keterbatasan fasilitas dan terhadap pelayanan di poliklinik karena
sarana serta merasa tidak mampu dalam menunggu dokter yang terlalu lama,
melakukan prosedur keperawatan, adanya kesan kakunya peraturan terkait
sehingga membuat ketidak puasan perawat dengan pembayaran , satpam yang galak,
dalam bekerja (Tomey ,2009). dokter dalam hal penjelasan penyakit,
Sumber-sumber stress dapat sikap terburu-buru serta visit yang terlalu
menyebabkan perawat bekerja dengan malam dan bagian administrasi yang
berbelit-belit. Oleh karena perawat selalu KESIMPULAN DAN SARAN
berdekatan dengan pasien selama 24 jam
terus menerus, sehingga keluhan atau 1. Mayoritas Perawat Pelaksana (PP) dan
permasalahan dari semua pasien langsung Kepala Ruangan (Ka Ru) berusia antara 26-
akan ditangani oleh perawat meskipun itu 50 th, wanita, DIII. Keperawatan, lama
bukan pekerjaannya Pada kenyataannya, bekerja < 5 thn, pernah mendapatkan
banyak perawat merasa bangga terhadap pelatihan tehnis dan pelayanan prima tetapi
kemampuan mereka untuk mengerjakan belum pernah mendapatkan pelatihan ttg
banyak tugas. Tetapi tanpa disadari etika .
perawat telah terjebak dalam penyelesain 2. Secara umum penerapan prinsip - prinsip
permasalahan yang terkait dengan etika dalam praktik keperawatan di ruang
kebutuhan pasien, kekurangan jumlah rawat inap non intensif RS GPI Depok
tenaga perawat, tuntutan fisik dari masih dikatakan kurang, dengan
pekerjaan perawat, dan membuat menggunakan cut of 90% dari nilai
keputusan klinis, aliran informasi selama maksimal, hal ini sesuai dengan prinsip
24 jam penuh, beban kerja yang berlebihan penerapan perawatan prima
membuat banyak perawat merasa terkuras 3. Tidak ada perbedaan dalam penerapan etika
tenaganya dan kelelahan. Emosi tersebut, antara perawat yang memiliki persepsi
tanpa mereka sadari, mulai tumbuh terhadap nilai kepemimpinan yang baik
menjadi ketidakpuasan umum dan bahkan dengan yang kurang
gejala fisik serta munculnya kelelahan 4. Tidak ada perbedaan dalam penerapan etika
kerja ( Duffy.J.R, 2009) antara perawat yang memiliki persepsi
Pengertian kelelahan kerja adalah suatu terhadap nilai Tim Kerja yang baik dengan
kondisi kernunduran yang cepat dalam yang kurang
penampilan kerja. Peningkatan kesulitan 4. Faktor-faktor lain yang diduga ada
dalam menangani stres kerja yang tinggi hubungannya dengan penerapan etika antara
dan terus menerus menyebabkan kelelahan lain adalah : kepercayaan, komunikasi,
kerja. (Tappen, 1998). Perawat yang kolaborasi diantara tim kesehatan dan juga
kelelahan kerja akan menunjukkan pendidikan perawat
hilangnya simpati dan respek terhadap
klien, dengan demikian akan terjadi Saran
pelanggaran –pelanggaran etika, meskipun 1. Mengadakan pelatihan / pembinaan etika
tidak disengaja. keperawatan secara periodik pada seluruh
perawat
Hambatan dalam tim kerja pada 2. Meningkatkan kepercayaan diantara tenaga
penelitian ini adalah kepercayaan antara kesehatan
perawat dengan tim kesehatan lain, 3. Meningkatkan komunikasi diantara tenaga
khususnya dokter. Kemungkinan kesehatan
disebabkan terdapatnya gap dalam 3. Meningkatkan kolaborasi multidisiplin
kemampuan dan ketrampilan sehingga antara tenaga kerja di rumah sakit
terjadi adanya dependensi yang kuat dan 4. Meningkatkan pendidikan perawat baik
inbalance yang sulit untuk dijembatani. secara formal maupun non formal
Untuk itu peran serta manajer Rumah 5. Mengoptimalkan peran dan fungsi Komite
Sakit sangat dibutuhkan sehingga terjadi Keperawatan apabila sudah ada
jalinan kerja sama yang baik diantara ke
dua “mitra” tersebut.

Company Profile RS GPI, 2014


DAFTAR PUSTAKA
Darr.Kurt, 1997, Ethics in Health Services
Creswell.J.W, 2010, Research Design, Management , Health Professions Press,
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Baltimore
Mixed, Edisi ketiga, terjemahan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Duffy.J.R, 2009, Quality Caring In Nursing, Mariner-Tomey, 1996, Nursing Management
Applying Theory To Clinical Practice, and Leadership, Mosby Company, St
Education, and Leadership, Springer Louis
Publishing Company, New York
Northouse.P.G, 2005, Leadership, Theory And
Gibson.J.L, , J.H. Donnely, J.M. Ivancevich Practice, Fourth Printing, Response
1997, Managemen, Cetakan Books, A division of sage Publications,
kesembilan, Alih Bahasa Zuhad New Delhi
Ichyaudin, PT Gelora Aksara Pratama,
Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Goodman .B & Ruth Clemow, 2010, Nursing Indonesia, No : 49 tahun 2013, tentang
and Collaborative Practice, A Guide Komite Keperawatan Rumah Sakit, 16
to Interprofessional Learning and juli 2013
working, British Library Cataloguing
in Publication Data Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2010,
Konsep Dasar Etika Keperawatan,
Huber D, 2000, Leadership and Nursing Care Buku I, Jakarta
Management, 2nd ed, WB Saunders
Company, Philadelphia Robbins S.P & Timothy A.J, 2007, Perilaku
Organisasi, Edisi 12, Penerjemah :
Husin, Retna.S.P, Andreasta.M, Pembinaan Diana Angelica, dkk, Salemba Empat,
Sikap Profesional Perawat Dalam Jakarta
pelaynan Keperawatan di Rumah Sakit
Sari Mulia, Banjarmasin, 2009, .
Working Papers Series, KPMK, Sumijatun, 2009, Konsep Dasar dan aplikasi
Universitas Gadjah Mada, diunduh 14- Pengambilan Keputusan Klinis, Trans
10-2014.7:18 PM Info Media , Jakarta

Indrastuti.Y., 2010, Analisis Hubungan …………., 2010, Konsep Dasar Menuju


Perilaku Caring dan Motivasi dengan Keperawatan Profesional, Trans Info
Kinerja Perawat Pelaksana dalam Media , Jakarta
Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan
di RSUD Sragen, Tesis Fakultas Ilmu ………….., 2011, Membudayakan Etika dalam
Keperawatan Kekhususan Praktik Keperawatan, , Salemba
Kepemimpinan dan Manajemen Medika, Jakarta
Keperawatan Depok Jakarta
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi
( Mixed Methods ), Alfabeta , Bandung
Kim.H.J, 2010, The nature of Theoritical
Thinking In Nursing, Third Edition, Whitehead.D.K, Sally.A.W and Ruth.M.T,
Springer Publishing Company, New 2010, Essentials of Nursing Leadership
York, USA and Management, fifth edition, F.A.
davis Company.Philadelphia
Kodyat.A.G, 2011, Hubungan Antara Budaya
Organisasi, Kecerdasan Emosional, (SK.Dir Jendral Pelayanan Medik No Yan.
dan Sikap Profesional dengan Perilaku 00.03.2.6/7637)
Kerja Widyaiswara, Disertasi, Program (http://www.biomedcentral.com/1472-
Pascasarjana Universitas Negeri
6939/12/23/prepub)
Jakarta
( https://id.foursquare.com/v/rs-tugu-
Kozier B.Erb G & Blais.K,1997, Professional
ibu/4c839f291b63b713e7169404?#tipsSort=re
Nursing Practices, third edition,
Addison, Wesley, California cent )

Anda mungkin juga menyukai