Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 21 No.

3, November 2018, hal 180-188


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v21i3.773

MODEL KEPEMIMPINAN SERVANT PALING DOMINAN


BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA
Lilis Rayatin1*, Enie Novieastari2, Efy Afifah2

1. Harapan Kita Children and Women’s Hospital, Jakarta 11420, Indonesia


2. Faculty of Nursing Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*E-mail: raya.fikui@gmail.com

Abstrak

Model kepemimpinan kepala ruangan dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara model kepemimpinan kepala
ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Metode penelitian menggunakan cross sectional, dengan melibatkan 141
responden di sebuah RS. Instrumen yang digunakan adalah instrumen model kepemimpinan yang pernah digunakan
sebelumnya. Model kepemimpinan yang berhubungan dengan kinerja adalah servant, visioner, dan transaksional.
Model kepemimpinan yang paling dominan berhubungan dengan kinerja adalah servant (p= 0,0001; α= 0,05; CI:
2,733–11,853; Odd Ratio: 5,691). Kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana menggunakan model
kepemimpinan servant berpeluang meningkatkan kinerja perawat pelaksana sebesar 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak dipersepsikan menggunakan model kepemimpinan servant. Hasil penelitian ini merekomendasikan
kepada pimpinan Rumah sakit khususnya untuk kepala ruangan dapat menggunakan model kepemimpinan servant
dalam peran dan fungsinya untuk meningkatkan kinerja perawat pelaksana.

Kata kunci: Kinerja perawat pelaksana, Model kepemimpinan servant.

Abstract

Head Nurse Leadership Model Can Improve The Performance of Nurses in Providing Nursing Care. The purpose of
this study was to identify the correlation between the head nurse leadership model and the nurses’ performance. This
study applied a cross-sectional method and involved 141 nurses at a Hospital. This study used the instruments was
developed in the other studies. The results showed that the leadership model related to the performance was a servant,
visionary, and transactional. The most dominant leadership model related to the performance was servant (p= 0.0001;
α= 0.05, CI: 2.733 to 11.853; odds ratio: 5.691). Head nurses that were perceived by nurses as using the servant
leadership model had an opportunity to improve the nurses’ performance five times higher than those who were not
perceived as using the servant leadership model. It is recommended that the head of Hospitals, especially the head
nurses, to apply the servant leadership model in their roles and functions to improve the nurses’ performance.

Keywords: Nurses’ performance, Servant Leadership model

Pendahuluan yang terjadi dengan cepat, dan segera meng-


antisipasinya sesuai dengan keinginan dan ke-
Semua bidang bersaing di era globalisasi untuk butuhan masyarakat serta selalu memuaskan kon-
meningkatkan mutu dan daya saingnya agar sumen/ Customer satisfaction (Ahmad, 2012).
dapat memuaskan pelanggan. Pesatnya kema- Sikap karyawan yang positif terhadap pemim-
juan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala pin, dan lingkungan kerja mempunyai hasil yang
bidang berdampak pada semakin tingginya kua- signifikan untuk meningkatkan kepuasan pe-
litas pelayanan (Fitrihana, 2011). Rumah sakit langgan dan keuntungan organisasi (Wilches-
agar selalu tanggap akan perubahan-perubahan Alzate, 2009).
Rayatin, et al., Model Kepemimpinan Servant Paling Dominan Berhubungan dengan Kinerja 181

Kinerja perawat perlu diteliti karena hasil kerja nerja organisasi di sebuah perusahaan komuni-
perawat merupakan salah satu indikator mutu kasi di Amerika Serikat (Kieu, 2010).
rumah sakit. Kinerja perawat yang baik dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit se- Penelitian terdahulu tentang model kepemim-
hingga memberikan kepuasan kepada pelang- pinan kepala ruangan belum dikaitkan dengan
gan. Kompetensi karyawan berupa kinerja yang kinerja. Melalui penelitian ini dengan metoda
baik dapat mendorong tercapainya tujuan or- cross sectional diharapkan dapat teridentifikasi
ganisasi (Robert & John, 2006). Karyawan di- model kepemimpinan yang paling dominan ber-
tuntut untuk bekerja dengan baik sesuai dengan hubungan meningkatkan kinerja perawat pe-
tugasnya sehingga memberikan hasil kerja yang laksana rumah sakit. Prestasi kerja berkorelasi
terbaik bagi perusahaan (Oei, 2005). Perawat positif dengan komitmen organisasi, kepuasan
profesional adalah sumber daya yang paling kerja, profesional, dan variabel pribadi (Al-
penting di rumah sakit oleh karena itu kompen- Ahmadi, 2009). Rumah sakit tidak dapat suk-
sasi berbasis kinerja yang sesuai untuk pelayan- ses dan makmur tanpa evaluasi perawat oleh
an keperawatan merupakan hal yang prioritas pemimpin yang efektif (Hewison & Griffiths,
(Mamikhani, Tofighi, Sadeghifar, Heydari, & 2004).
Jenab, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Rumah sakit di Indonesia semakin banyak tun- hubungan persepsi perawat pelaksana tentang
tutan masyarakat terhadap pelayanan khusus- model kepemimpinan kepala ruangan dengan
nya keperawatan semakin tinggi, maka mana- kinerja perawat pelaksana di salah satu Rumah
jemen keperawatan segera berubah, guna me- Sakit di Jakarta.
ningkatkan mutu pelayanannya. Beberapa mo-
del yang telah dikembangkan dan diterapkan Metode
di luar negeri dan telah diteliti di Indonesia
(Robbins, & Judge 2013; Yuswanto, 2013). Penelitian cross sectional, jumlah sampel de-
Penelitian oleh Yasman (2013) dan Yuswanto ngan total sampling yang berjumlah 141 orang.
(2013) tentang model kepemimpinan kepera- Cara pengambilan sampel dengan mengguna-
watan yang dibangun, secara positif didukung kan instrumen kuesioner kepada responden.
oleh model kepemimpinan servant, visioner, Analisis data dengan univariat, bivariat, dan
situasional, transaksional, transformasional, be- multivariat. Proses penelitian ini dilakukan se-
serta elemen-elemennya. lama 9 hari dari 21 – 29 April 2014 di sebuah
rumah sakit di Jakarta Barat. Persetujuan etik
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kepe- didapatkan dari komite etik FIK UI. Penelitian
mimpinan memberi pengaruh terhadap kinerja ini menerapkan prinsip etik dengan menghor-
karyawannya. Hasil penelitian yang dilakukan mati harkat dan martabat manusia.
oleh Didimus, Indar, dan Hamzah (2013) di-
dapatkan salah satu faktor yang berhubungan Kriteria inklusi sampel mencakup perawat pe-
dengan kinerja perawat adalah kepemimpinan. laksana yang bertugas di ruang rawat yang me-
Penelitian Natalia (2010) memaparkan bahwa laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
model kepemimpinan diwakili oleh kepemim- pendekatan proses keperawatan, berpendidikan
pinan transformasional memengaruhi kinerja diploma tiga keperawatan atau Kebidanan atau
waktu proyek. Penelitian yang dilakukan oleh Gigi, diploma empat Kebidanan atau Gigi dan
Kieu (2010) menemukan bahwa kepemimpin- Sarjana keperawatan (Ners) atau Kebidanan,
an adalah salah satu kontributor paling signi- lama kerja di rumah sakit minimal setahun.
fikan untuk kinerja organisasi. Analisis regresi Kriteria eksklusi adalah perawat ketua tim, cli-
logistik menunjukkan bahwa hubungan yang nical instructor, kepala ruangan, pengelola urus-
signifikan antara gaya kepemimpinan dan ki- an, kepala seksi, kepala bidang keperawatan,
182 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 21, No. 3, November 2018, hal 180-188

dan tenaga keperawatan yang tidak memberi- Bidang Keperawatan Rumah Sakit Anak dan
kan asuhan keperawatan, serta perawat yang Bunda Harapan Kita (2014), Ilyas (2012), Ke-
sedang sakit, sedang cuti, atau sedang tugas menterian Kesehatan RI (2013a), Kementeri-
belajar pada saat dilakukan penelitian. an Kesehatan RI (2013b), Kuspriyomurdono
(2012), dan Sari (2009).
Kuesioner A berisi tentang data demografi pe-
rawat berdasarkan Robbins dan Judge (2013), Uji validitas dan reliabilitas dengan nilai r ta-
dan Sitanggang (2010) yang dikembangkan bel 0,361. Hasil Uji validitas kuesioner B dan
oleh peneliti dan merupakan data langsung C diperoleh rerata r= 0,563. Uji reliabilitas ins-
yang diperoleh dari responden. Data demografi trumen ini dengan Croncbach Alpha reliabili-
terdiri dari usia, tingkat pendidikan, status per- tas 0,971.
kawinan, dan lama kerja. Kuesioner B berisi
tentang model kepemimpinan kepala ruangan. Hasil
Model kepemimpinan sesuai penelitian oleh
Yasman (2013) dengan modifikasi penambah- Hasil analisis karakteristik perawat pelaksana
an pernyataan negatifnya dari tiga item men- di Rumah Sakit X pada Tabel 1 menunjukkan
jadi 20 item. Instrumen meliputi elemen model bahwa dari sejumlah 141 perawat pelaksana
kepemimpinan servant, model kepemimpinan sebagian besar berusia 34 tahun atau lebih (51,
visioner, model kepemimpinan situasional, mo- 1%), perempuan (95,7%), pendidikan vokasi-
del kepemimpinan transaksional, dan model onal (90,1%), status menikah (89,4%), dan la-
kepemimpinan transformasional. ma kerja minimal 11 tahun (51,1%). Usia te-
rendah 24 tahun dan tertinggi 56 tahun. Lama
Kuesioner C merupakan kuesioner kinerja pe- kerja terendah setahun dan tertinggi 38 tahun.
rawat pelaksana. Komponen kinerja yang ter-
diri dari: hubungan dengan pasien dan keluar- Kinerja perawat pelaksana menunjukkan bah-
ga, hubungan dengan rekan kerja, keselamatan wa 83 (58,9%) berkinerja baik. Hasil analisis
pasien, penampilan, ketaatan, dan pengembang- model kepemimpinan kepala ruangan di rumah
an diri. Kuesioner ini dikembangkan oleh pe- sakit menunjukkan bahwa kepala ruangan do-
neliti dengan menggabungkan dari referensi minan menggunakan model kepemimpinan trans

Tabel 1. Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Perkawinan,
dan Lama Kerja

Distribusi Frekuensi
Karakteristik
N %
Usia
< 34 69 48,9
≥ 34 72 51,1
Jenis kelamin
Laki-laki 6 4,3
Perempuan 135 95,7
Pendidikan
Vokasional 127 90,1
Profesional 14 9,9
Status perkawinan
Belum kawin 15 10,6
Kawin 126 89,4
Lama Kerja
< 11 69 48,9
≥ 11 72 51,1
Rayatin, et al., Model Kepemimpinan Servant Paling Dominan Berhubungan dengan Kinerja 183

Tabel 2. Hubungan Model Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Kinerja
Model Kepemimpinan Baik Kurang OR p
n % n %
Servant 5,691 0,0001*
Digunakan 61 76,3 19 23,8
Tidak digunakan 22 36,1 39 63,9
Visioner 5,579 0,0001*
Digunakan 68 72,3 26 27,7
Tidak digunakan 15 31,9 32 68,1
Situasional 1,294 0,605
Digunakan 59 60,8 38 39,2
Tidak digunakan 24 54,5 20 45,5
Transaksional 3,150 0,003*
Digunakan 63 68,5 29 31,5
Tidak digunakan 20 40,8 29 59,2
Transformasional 2,357 0,196*
Digunakan 77 61,1 49 38,9
Tidak digunakan 6 40,0 9 60,0
*Bermakna pada α= 0,05

formasional (89,4%), situasional (68,8%), visio- ngan kinerja perawat pelaksana. Lama kerja
ner (66,7%), transaksional (65,2%), dan servant perawat rerata yang memiliki kinerja baik ada-
(56,7%). lah ≥ 11 tahun (63,9%). Hasil uji statistik yaitu
nilai p= 0,286, p>α 0,05, maka dapat disimpul-
Rerata usia perawat yang berkinerja baik ada- kan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
lah sama atau lebih dari 34 tahun (62,5%). Ha- antara lama kerja dengan kinerja perawat pe-
sil uji statistik didapatkan nilai p= 0,49, p>α laksana.
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara usia dengan kinerja perawat Hasil analisis hubungan model kepemimpinan
pelaksana. Jenis kelamin perawat pelaksana yang kepala ruangan dengan kinerja perawat pelak-
memiliki kinerja baik yaitu Laki-laki (83,3%) sana menurut persepsi perawat pelaksana di
dengan nilai p= 0,412, p>α 0,05, maka dapat rumah sakit dapat dilihat pada tabel 2.
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan kinerja Hasil analisis multivariat dari tahap awal sam-
perawat pelaksana. pai akhir menunjukkan bahwa variabel yang
paling berhubungan secara bermakna dengan
Pendidikan keperawatan perawat rerata yang kinerja perawat adalah servant dengan nilai p=
memiliki kinerja baik yaitu Vokasional (D3/ 0,0001. Hasil analisis menunjukkan bahwa ke-
D4 Keperawatan, Kebidanan, Gigi) (59,5%). pala ruangan yang menggunakan model kepe-
Uji statistik menunjukkan nilai p= 0,855, p> α mimpinan servant cenderung meningkatkan ki-
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada nerja perawat pelaksana. Hasil akhir analisis
hubungan yang bermakna antara pendidikan multivariat menunjukkan model kepemimpin-
dengan kinerja perawat pelaksana. Status per- an yang paling berhubungan dengan kinerja pe-
kawinan perawat rerata yang memiliki kinerja rawat pelaksana dengan mengacu kepada OR
baik yaitu sudah kawin (61,1%). Uji statistik yang paling besar.
menunjukkan nilai p= 0,196, p>α 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Servant memiliki OR 5,691, maka model ke-
yang bermakna antara status perkawinan de- pemimpinan yang paling berhubungan adalah
184 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 21, No. 3, November 2018, hal 180-188

servant. Kepala ruangan yang dipersepsikan S1 Keperawatan perlu terus ditingkatkan agar
oleh perawat pelaksana menggunakan model dapat memenuhi kualifikasi perawat klinik
kepemimpinan servant mempunyai OR 5,691 (PK) IV, memenuhi jabatan clinical instruct,
artinya berpeluang meningkatkan kinerja pe- dan kepala ruangan. Walaupun perbedaan ki-
rawat pelaksana sebesar 5 kali lebih tinggi di- nerja baik perawat vokasional dan profesional
bandingkan dengan yang tidak dipersepsikan sedikit tetap pendidikan profesional perlu di-
menggunakan model kepemimpinan servant. tingkatkan agar metoda asuhan keperawatan
dengan primary nursing dapat berjalan lebih
Pembahasan optimal di seluruh ruangan. Hal tersebut sesuai
pendapat Ilyas (2012), bahwa semakin tinggi
Sebagian besar perawat pelaksana di RS tem- tingkat pendidikan seseorang, akan semakin
pat penelitian dilakukan berada pada usia men- logis, kritis, dan sistematis dalam berfikir dan
dekati dewasa tengah yaitu sekitar 40 sampai bertindak, sehingga akan meningkatkan kuali-
60 tahun. Pada rentang usia ini sebagian besar tas hasil kerja.
berkinerja baik. Pada usia ini perawat merasa
puas mencapai puncak karier. Kepala ruangan Perawat yang sebagian besar perempuan dan
dapat mengantisipasinya dengan lebih tanggap mempunyai anak usia pra sekolah diperlukan
terhada sumber stres seperti ketidakberhasilan sistem pendukung support system sistem pen-
mencapai apa yang dicita-citakan, kesalahpa- dukung yang baik agar tumbuh kembangnya
haman. Pemberian reinforcement positif untuk dapat optimal dan orang tua dapat bekerja de-
memberikan reward atas upaya yang dilaku- ngan konsentrasi. Hasil penelitian ini sejalan
kan merupakan hal yang penting dilakukan dengan penelitian Sitanggang (2010), berbeda
(Bastable, 2002). Beberapa perawat pelaksana dengan penelitian Al-Ahmadi (2009).
sudah berusia 58 tahun dengan pendidikan D3
dan S1 Keperawatan, hal ini seharusnya men- Pengalaman kerja perawat di rumah sakit se-
jadi perhatian. Pemimpin dan kepala ruangan bagian besar tergolong senior. Masa kerja ini
perlu menata jenjang karir berdasarkan kinerja, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang ber-
kemampuan, dan minat dari perawat pelaksa- kesinambungan agar diperoleh pengalaman ker-
na, sehingga pada usia tengah akhir sudah me- ja yang sebanding dengan peningkatan kinerja.
miliki posisi jenjang karir yang sesuai dengan Tappen (2004) menyatakan bahwa lama kerja
harapan. yang tidak didukung pengembangan staf yang
optimal akan menurunkan kualitas pekerjaan-
Robbins dan Judge (2013), perempuan lebih nya. Perawat yang berpengalaman kerja lebih
menyenangkan dan mudah beradaptasi dengan lama dapat menjadi mentor bagi perawat yang
otoritas, laki-laki lebih agresif cenderung meng- lebih junior, sehingga diharapkan dapat men-
harapkan keberhasilan. Mengingat partisipasi capai jenjang karir yang sesuai dengan harap-
perempuan meningkat pada 40 tahun terakhir, an, dan mempunyai kinerja yang baik. Menu-
maka diasumsikan tidak ada perbedaan yang rut peneliti tidak adanya hubungan lama kerja
signifikan dalam kinerja antara laki-laki dan dengan kinerja dapat disebabkan masih kurang
perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan optimalnya pendidikan dan pelatihan perawat.
Setiawati (2010) tidak ada hubungan antara Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
usia dengan kinerja. Setiawati (2010), berbeda halnya dengan hasil
penelitian Al-Ahmadi (2009).
Persepsi perawat pelaksana tentang kinerja
baik pada pendidikan Profesional dimungkin- Pada penelitian ini didapatkan bahwa adanya
kan mempunyai standar yang tinggi, sehingga hubungan antara kepemimpinan servant, visi-
perawat yang memiliki kinerja baik jumlahnya oner dan transaksional dengan kinerja perawat
menjadi kurang. Perawat dengan pendidikan pelaksana. Penelitian Goleman, Boyatzis, dan
Rayatin, et al., Model Kepemimpinan Servant Paling Dominan Berhubungan dengan Kinerja 185

Mckee (2007) menunjukkan bahwa pendekat- bangkan staf, mampu mendorong staf untuk
an visioner merupakan model paling efektif membangun kebersamaan, dan mampu mem-
untuk menggugah hati staf bahwa pekerjaan bantu staf dalam menyelesaikan pekerjaan.
mereka ikut berperan dalam pencapaian visi Penelitian Mahembe dan Engelbrecht (2014),
organisasi. Transparansi sangat penting untuk model kepemimpinan servant memainkan pe-
dapat memiliki kredibilitas, pemimpin harus ranan penting dalam efektifitas organisasi, te-
sungguh-sungguh meyakini akan keberhasilan muan menekankan peran kepemimpinan ser-
visi organisasinya. Model ini cocok digunakan vant dalam mempromosikan perilaku positif
di salah satu rumah sakit di Jakarta yang me- dan hasil untuk tim.
miliki perawat pelaksana hampir sebagian de-
ngan lama kerja kurang dari 11 tahun. Model Model kepemimpinan servant juga cocok di-
ini tidak cocok diterapkan pada situasi dimana pergunakan oleh perawat yang mempunyai pe-
stafnya yang sudah ahli atau sangat berpenga- kerjaan sebagai Helper (penolong) untuk siap,
laman karena dianggap tidak sejalan dengan dan tanggap dalam menolong pasien. Pelayan-
tugas yang ada sehingga akan berdampak ki- an bermutu yang berorientasi pada kebutuhan
nerja kurang. pelanggan. Menurut Waterman (2011), bahwa
kelebihan menggunakan model kepemimpinan
Model transaksional berpasangan dengan trans- servant adalah memperlakukan orang lain se-
formasional untuk memperoleh hasil yang op- bagai ujung tombak, memungkinkan orang lain
timal. Model ini cocok untuk kepemimpinan untuk berkembang, menunjukkan komitmen ter-
penjualan, perusahaan yang berorientasi pada hadap masyarakat, pendekatan interpersonal,
bisnis. Heller (2008/2001), berkaitan dengan penggunaan caring, memfasilitasi bukan otori-
interaksi yang efisien dengan realitas yang se- tas, meningkatkan kinerja staf.
lalu berubah, berfokus pada intisari dan keja-
dian. Model ini akan memberikan penghargaan Faktor yang paling dominan memengaruhi ki-
tinggi bagi karyawan yang mempunyai kinerja nerja adalah model kepemimpinan sedangkan
tinggi dan memberi penghargaan kecil pada faktor karakteristik individu tidak berhubung-
karyawan yang mempunyai kinerja kurang. an. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Didimus, et al. (2013), bahwa faktor-faktor
Model kepemimpinan servant menempati urut- yang berhubungan dengan kinerja perawat, ada
an pertama sebagai model kepemimpinan yang hubungan antara kepemimpinan, pelatihan, re-
paling berhubungan dengan kinerja perawat kan kerja, kondisi kerja, pengakuan, dan sis-
pelaksana di rumah sakit. Kepala ruangan yang tem imbalan. Penelitian Natalia (2010), mema-
dipersepsikan menggunakan model kepemim- parkan bahwa model kepemimpinan diwakili
pinan servant berpeluang untuk meningkatkan oleh kepemimpinan transformasional yang me-
kinerja perawat pelaksana lima kali lebih besar mengaruhi komunikasi, kolaborasi dan keutuh-
dibandingkan dengan kepala ruangan yang ti- an tim (kerja sama tim) dan kinerja waktu pro-
dak dipersepsikan menggunakan model kepe- yek. Hasil penelitian ini mendukung pendapat
mimpinan servant. Tokoh pemimpin servant bahwa model kepemimpinan memengaruhi ki-
seperti Umar Bin Khotob, Mahatma Gandhi, nerja perawat pelaksana. Kinerja perawat pe-
dan Nelson Mandela (Alfian, 2009). laksana yang masih kurang baik menuntut ma-
najer untuk mengupayakan peran dan fungsi-
Perawat pelaksana mengharapkan sosok pe- nya secara optimal. Memahami hubungan an-
mimpin servant yang mampu mendengarkan tara model kepemimpinan dengan kinerja pe-
keluhan staf, empati dengan staf, mempunyai rawat adalah penting untuk meningkatkan ki-
kesadaran diri yang tinggi, dapat mengajak staf, nerja perawat. Menggunakan model kepemim-
mampu membuat konsep perencanaan yang pinan servant atau menggabungkan model ser-
baik, berwawasan ke depan, mampu mengem- vant, visioner, dan transaksional berhubungan
186 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 21, No. 3, November 2018, hal 180-188

dengan kinerja perawat. Keterbatasan peneli- nelitian ini dapat dijadikan evidance based
tian ini hanya dilakukan di satu rumah sakit practiced untuk mengembangkan ilmu kepe-
pemerintah, belum dilakukan penelitian di ru- rawatan khususnya manajemen keperawatan
mah sakit swasta dan militer. Penelitian hanya (INR, RR, TN).
menggunakan instrumen persepsi perawat pe-
laksana dan belum disertai dengan observasi. Ucapan Terima Kasih
Kesimpulan Direktur, Bagian Sumber Daya Manusia, Ba-
gian Pendidikan dan Penelitian, dan Bidang
Tidak ada hubungan karakteristik responden Keperawatan RSAB Harapan Kita yang telah
umur, jenis kelamin, pendidikan, status per- memberi bantuan baik berupa financial mau-
kawinan, lama kerja dengan kinerja perawat pun nonfinancial. Direktur, Bagian Penelitian
pelaksana di rumah sakit. Sedangkan, ada hu- dan Pengembangan, Bidang Keperawatan, dan
bungan model kepemimpinan servant, visio- Komite Keperawatan RS Kanker Dharmais
ner, dan transaksional, kepala ruangan dengan atas kesempatan dan bantuan untuk uji coba
kinerja perawat pelaksana di rumah sakit. instrumen penelitian.
Selain itu, tidak ada hubungan model kepe-
mimpinan situasional dan transformasional ke-
pala ruangan dengan kinerja perawat pelaksa- Referensi
na. Model kepemimpinan servant yang paling
dominan berhubungan dengan peningkatan ki- Ahmad, M. (2012). Analisis manajemen mutu
terpadu (TQM) dalam pelaynan rumah
nerja perawat pelaksana di Rumah sakit. sakit (Jurnal Artikel Riset Dosen).
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Saran bagi pelayanan keperawatan membuat Retrieved from http://repository.ung.ac.
kebijakan tentang metode kepemimpinan ke- id/hasilriset/show/1/116/analisis-manajem
pala ruangan menggunakan servant. Membuat en-mutu-terpadu-tqm-dalam-pelayanan-r
acuan peran dan fungsi kepala ruangan ber- umah-sakit.html
dasarkan model kepemimpinan servant. Saran
bagi pendidikan keperawatan dengan menam- Al-Ahmadi, H. (2009). Factors affecting
bah materi model kepemimpinan, dan kinerja performance of hospital nurses in Riyadh
perawat. Saran bagi penelitian selanjutnya de- Region, Saudi Arabia. International
ngan metode kuasi eksperimen, dan melaku- Journal of Health Care Quality Assurance,
22 (1), 40–54. doi: http://dx.doi.org/10.
kan replikasi penelitian di rumah sakit swasta 1108/09526860910927943.
dan militer.
Alfian, M.A. (2009). Menjadi pemimpin politik.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
yang signifikan antara kepemimpinan servant
dengan kinerja perawat pelaksana. Temuan ini Bastable, S.B. (2002). Nurse educator: Principle of
dapat dijadikan sebagai masukan bagi pimpin- teaching and learning (Perawat sebagai
an rumah sakit untuk memfasilitasi kepala ru- pendidik prinsip-prinsip pengajaran dan
angan dalam meningkatkan penerapan kepe- pembelajaran). (Alih bahasa: G. Wulanari
mimpinan servant. Selain itu, diharapakan & G. Widiyanto). Jakarta: Penerbit Buku
rumah sakit dapat mengimplementasikan mo- Kedokteran EGC.
del kepemimpinan servant yang mempunyai Bidang Keperawatan RSAB Harapan Kita. (2014).
daya ungkit meningkatkan kinerja perawat pe- Laporan tahunan bidang keperawata
laksana. Kepala ruangan menggunakan model RSAB Harapan Kita (Laporan, tidak
kepemimpinan servant melalui elemen-elemen dipublikasikan). Jakarta: RSAB Harapan
dalam menjalankan peran dan fungsinya. Pe- Kita.
Rayatin, et al., Model Kepemimpinan Servant Paling Dominan Berhubungan dengan Kinerja 187

Didimus, I.S., Indar, I., & Hamzah, A. (2013). Kuspriyomurdono, S. (2012). Penilaian prestasi
Faktor yang berhubungan dengan kinerja kerja pegawai negeri sipil. Jakarta: Badan
perawat di ruang rawat inap rumah sakit Kepegawaian Negara.
ibnu sina YBW-UMI Makasar. Jurnal Mahembe, B., & Engelbrecht, A. S. (2014). The
Universitas Hasanuddin. Retrieved from relationship between servant leadership,
http:// repository. unhas.ac.id/ bitstream/ organisational citizenship behaviour and
handle/123456789/5747/JURNAL.pdf?seq team effectiveness. SA Journal of
uence=1 Industrial Psychology, 40(1), 1-10.
doi:10.4102/sajip.v40i1.1107.
Fitrihana, N. (2011). Peningkatan daya saing
produk melalui fungsi-fungsi manajemen Mamikhani, J., Tofighi, S., Sadeghifar, J., Heydari,
sumber daya manusia. Yogyakarta: M., & Jenab, V. H. (2014). Prioritizing the
Fakultas Teknik Universitas Negeri Compensation Mechanisms for Nurses
Yogyakarta. Working in Emergency Department of
Hospital Using Fuzzy DEMATEL
Goleman, D., Boyatzis, R., & McKee, A. (2007). Technique: A Survey from Iran. Global
Emotional inteligence. Jakarta: Gramedia Journal of Health Science, 6(2), 86-93.
Pustaka Utama.
Natalia, F. (2011). Analisia kepemimpinan
Heller, R. (2008/2001). Steven Covey: Guru paling transaksional dan transformasional untuk
laris yang mengajarkan efektifitas pribadi meningkatkan kerjasama tim dan kinerja
dan professional (Alih bahasa: Irzam waktu proyek. Tesis, tidak dipublikasikan.
Hardiansyah). Jakarta: Erlangga. Jakarta: UI.

Hewison, A., & Griffiths, M. (2004). Leadership Oei, I. (2005). Riset sumber daya manusia: Cara
development in health care: A word of paktis mengukur stress, kepuasan kerja,
caution. Journal of Health Organization komitmen, loyalitas, motivasi kerja dan
and Management, 18 (6), 464–473. aspek-aspek kerja karyawan lainnya.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ilyas, Y. (2012). Kinerja teori, penilaian &
penelitian (edisi revisi). Depok: Fakultas Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2013).
Kesehatan Masyarakat Universitas Oragnizational behavior (15th Ed). USA:
Indonesia. Prentice Hall.

Kementerian Kesehatan RI. (2013a). Petunjuk Robert L. M. & John H. J. (2006). Human
pelaksanaan jenjang karir perawat di resources management, Edisi sepuluh,
rumah sakit. Jakarta: Kementerian Penerbit Salemba Empat
Kesehatan RI.
Sari, M. T. (2009). Hubungan budaya organisasi
Kementerian Kesehatan RI. (2013b). Pedoman dan gaya kepemimpinan kepala ruangan
remunerasi perawat di rumah sakit. dengan kinerja perawat pelaksana di
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. ruang rawat inap rumah sakit daerah
Raden Mattaher Jambi (Tesis, Program
Kieu, H.Q. (2010). Leadership styles and Studi Magister). Depok: Fakultas Ilmu
organizational performance: A predictive Keperawatan Universitas Indonesia
analysis (3442746 D.M.). University of
Phoenix, Ann Arbor. Retrieved from Setiawati, D. (2010). Determinan kinerja perawat
http://search.proquest.com/docview/85364 di ruang rawat inap rumah sakit TNI AL
1823?accountid=17242ABI/INFORM Dr Mintohardjo (Tesis, Program Studi
Magister). Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
188 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 21, No. 3, November 2018, hal 180-188

Sitanggang, L. (2010). Hubungan karakteristik NR56174 Ph.D., University of Waterloo


individu kepemimpinan transformasional (Canada), Ann Arbor. Retrieved from
dan transaksional kepala ruangan dengan http://search.proquest.com/docview/30513
kinerja perawat di pk st. carolus Jakarta 9170?accountid=17242ABI/INFORMCom
(Tesis, Program Studi Magister). Depok: plete; ProQuest Dissertations & Theses
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Global database.
Indonesia
Yasman, Y. (2013). Model kepemimpinan kepala
Tappen, R.M. (2004). Essentials of nursing ruangan menurut pandangan perawat
leadership and management. 3 rd Ed. pelaksana berhubungan dengan retensi.
Philadelphia: Davis Company. Jurnal Keperawatan Indonesia 18 (1), 31-
37. doi: 10.7454/jki.v18i1.395.
Waterman, H. (2011). Principles of 'servant
leadership' and how they can enhance Yuswanto, T.J.A. (2013). Pengembangan model
practice. Nursing Management, 17(9), 24- kepemimpinan keperawatan di ruang
26. rawat inap rumah sakit kelas A di
Indonesia (Tesis, Program Studi Magister).
Wilches-Alzate, G. (2009). The relationship Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
between rewards and recognition, service- Universitas Indonesia.
oriented organizational citizenship
behaviour, and customer satisfaction.

Anda mungkin juga menyukai