Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KADAR GULA DARAH

PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA KEDUNGGEDE


KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO

Agustina Tri Wahyuni


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Email : agustinatri.w123@gmail.com

Abstrak
Studi epidemiologi menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-7 dengan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes secara global. Diabetes berkaitan
dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, penderita bisa mengalami
komplikasi jangka panjang jika tidak dikelola dengan baik. Dengan itu dukungan
keluarga diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada lansia
dengan Diabetes Melitus. Desain penelitian analitik korelasional dengan metode
pendekatan case control. Populasi seluruh lansia dengan Diabetes Melitus di Desa
Kedunggede, Kec.Dlanggu, Kab.Mojokerto sebanyak 30 responden dengan teknik total
sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen kuesioner dan glucometer. Hasil
tabulasi penelitian menunjukkan 8 (100%) responden dengan dukungan keluarga yang
baik memiliki kadar gula dalam rentang baik. 12 responden (100%) dengan dukungan
keluarga yang cukup diketahui 2 responden (16,7%)memiliki kadar gula dalam rentang
baik, 9 responden (75%) memiliki kadar gula dalam rentang sedang dan 1 responden
(8,3%) memiliki kadar gula dalam rentang buruk. Kemudian 10 responden (100%)
dengan dukungan keluarga yang kurang diketahui 1 responden (10%) memiliki kadar
gula dalam rentang baik dan 9 responden (90%) memiliki kadar gula dalam rentang
buruk. Berdasarkan penelitian didapatkan ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes melitus di Desa Kedunggede,
Kec.Dlanggu, Kab.Mojokerto. Ditunjukkan dengan responden yang memiliki dukungan
keluarga yang baik maka kadar gula darah juga baik.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kadar Gula Darah
PENDAHULUAN di Indonesia (Fahra, Rima Ulfa., Nur Widayati.,
2017). Menurut data Dinas Kesehatan
Studi epidemiologi menunjukkan
Kabupaten Mojokerto pada tahun 2017 yang
Indonesia menempati urutan ke-7 dengan
melakukan pemeriksaan diabetes berjumlah
adanya kecenderungan peningkatan angka
134.373 penduduk (20,24%) dengan proporsi
insidensi dan prevalensi diabetes melitus secara
laki-laki sebanyak 64.965 penduduk (20,09%)
global seiring dengan usia dan perubahan pola
dan perempuan sebanyak 69.408 penduduk
hidup yang cenderung tidak sehat (Winta, Ayla
(20,37%), sedangkan yang terdeteksi menderita
Efyu., 2018). Penyakit diabetes berkaitan
diabet berjumlah 16,113 penduduk (11,99%)
dengan kadar gula darah yang tinggi terus
dengan proporsi laki-laki sebanyak 8,150
menerus sehingga berakibat rusaknya
penduduk (12,55%) dan perempuan sebanyak
pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
7,963 penduduk (11,47%) dari jumlah
lainnya. Penderita diabetes bisa mengalami
penduduk usia ≥ 18 tahun di Kabupaten
komplikasi jangka panjang jika diabetesnya
Mojokerto sebanyak 664.046 jiwa.
tidak dikelola dengan baik (Afrida, 2017).
Dengan itu dukungan keluarga sangat Hasil penelitian dari Khasanah Budi
diperlukan dalam membantu menyelesaikan Rahayu tentang Faktor-faktor yang
masalah. (Tamher, S., 2009). berhubungan dengan kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus tipe-2 di wilayah
Menurut Internasional Diabetes
kerja Puskesmas Kedungmundu di kota
Federation 2017 terdapat 382 juta jiwa
Semarang pada tahun 2017 menunjukan
penduduk dunia mengalami Diabetes pada
sebagian responden dari 65 sampel berada di
tahun 2013 dan pada tahun 2017 meningkat
rentang usia 50-63 tahun (55,4%) dan
menjadi 425 juta jiwa. Jumlah penderita
berdasarkan kadar gula darah lebih dari
Diabetes di Indonesia mengalami peningkatan
setengah responden memiliki kadar gula darah
dari tahun 2013 sebesar 8,5 juta menjadi 10,3
yang tidak terkendali sebanyak 60%. Diketahui
juta jiwa pada tahun 2045 dan menjadikan
yang mendapatkan dukungan sebanyak 55,6%
Indonesia sebagai penyandang Diabetes
dan yang tidak mendapat dukungan sebanyak
terbanyak ke-6 di dunia (IDF, 2017). Menurut
44,4% telah menunjukkan bahwa dukungan
hasil Riskesdas (2018) prevalensi Diabetes di
keluarga berhubungan dengan kadar gula darah
Indonesia berdasarkan pemeriksaan darah
dengan kecenderungan semakin tinggi
menurut konsensus Perkeni tahun 2011
dukungan keluarga, maka semakin rendah
mengalami peningkatan pada penduduk umur
kadar gula darah. Berdasar nilai r diketahui
≥15 tahun sebesar 6,9% pada tahun 2013
bahwa dukungan keluarga memiliki kekuatan
menjadi 8,5% pada tahun 2018 dengan
hubungan yang rendah dengan kadar gula darah
beberapa alasan seperti obat tidak tersedia di
(r=-0,31) (Rahayu, 2018). Kemudian hasil
fasilitas layanan kesehatan, tidak mampu
penelitian dari Honesty Putri dkk tentang
membeli obat secara rutin, tidak tahan efek
Hubungan peran keluarga dengan pengendalian
samping obat, sering lupa, meminum obat
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tradisional, tidak rutin berobat, merasa sudah
di wilayah kerja Puskesmas Pauh Padang pada
sehat, sedangkan prevalensi Diabetes
tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 90
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
keluarga terdapat 48 keluarga memiliki peran
umur ≥15 tahun di provinsi Jawa Timur dari
keluarga kurang baik dimana 42 (87,5%) pasien
tahun 2013-2018 mengalami peningkat
diabetes melitus memiliki gula darah tidak
(Kemenkes, 2018). Jawa Timur menempati
terkendali. Namun masih ada 6 (12,5%) pasien
urutan ke-10 dengan jumlah Diabetes terbanyak
diabetes melitus memiliki gula darah
terkendali. Sedangkan 42 keluarga memiliki badan, stres, riwayat diabetes pada kehamilan,
peran baik terdapat 32 (76,2%) pasien diabetes penyakit lain, pemakaian obat-obatan
melitus memiliki gula darah terkendali dan 10 (Maulana, 2015). Dampak dari faktor tersebut
(23,8%) pasien diabetes melitus memiliki gula akan mengakibatkan terjadinya hiperglikemia
darah tidak terkendali. Berdasarkan nilai p yang disertai berbagai kelainan metabolik
0,000 dimana p < 0,05 ini menunjukkan adanya akibat gangguan hormonal dan menimbulkan
hubungan yang bermakna antara Peran keluarga berbagai komplikasi(Aini Nur., 2016).
dengan pengendalian kadar gula darah pada Sedangkan dari hasil studi sebelumnya menurut
pasien diabetes melitus (Putri, Yeni, & Setiadi tentang dukungan keluarga telah
Handayani, 2013). mengonseptualisasi dukungan sosial sebagai
koping keluarga, baik dukungan yang bersifat
Berdasarkan data dari Puskesmas
eksternal maupun internal. Jika tidak ada
Dlanggu pada tahun 2018 terdapat 13% dari
dukungan, rasa percaya diri klien akan menurun
116 kasus lansia terdiagnosa dengan Diabetes
dan tidak ada motivasi untuk menghadapi
yang terdiri dari 29 laki-laki dan 87 perempuan
masalah seperti terlalu lamanya proses
dari 884 jumlah total lansia dengan usia 50-86
pengobatan membuat klien jenuh dan merasa
tahun. Puskesmas Dlanggu dibagi menjadi 16
setres dalam kehidupannya (Setiadi, 2008).
Desa dan 80 Dusun dalam satu wilayah kerja
Puskesmas. Kemudian di desa tertinggi dengan Dukungan keluarga diperlukan dalam
Diabetes sebanyak 25% dari 30 lansia di Desa penyelesaian suatu masalah seperti salah satu
Kedunggede, diikuti dengan Diabetes sebanyak fungsinya yaitu perawatan kesehatan keluarga.
22% dari 26 lansia di Desa Ngembeh, dan Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan
Diabetes 20% dari 22 lansia di Desa Punggul. bertambah dan motivasi untuk menghadapi
Dari hasil studi pendahuluan di Desa masalah yang terjadi akan meningkat(Tamher,
Kedunggede pada tanggal 26 November 2018 S., 2009). Dengan demikian keluarga dan klien
didapatkan jumlah seluruh lansia sebanyak 63 mampu melakukan tindakan perawatan secara
lansia dan sebanyak 48% lansia dengan mandiri di rumah dalam masalah pengontrolan
Diabetes, kemudian dilakukan wawancara kadar gula darah, dengan upaya yang dilakukan
dengan menemui 4 lansia dan memberikan keluarga pada klien untuk mencapai tujuan
beberapa pertanyaan dengan beragam jawaban dengan melakukan kombinasi antarapengaturan
diantaranya jarang diantar berobat, tidak pernah diet, olah raga, obat antidiabetik, dan
di ingatkan untuk jadwal kontrol, tidak pernah pendidikan (Sari, 2014). Sehingga mampu
di ingatkan tentang pola makan yang melakukan tindakan perawatan di rumah untuk
dianjurkan, jarang di beri uang atau sarana membantu mengendalikan kadar gula darah
untuk berobat. Kemudian peneliti melakukan klien agar terhindar dari komplikasi (Fahra,
pemeriksaan kadar gula darah dan didapatkan Rima Ulfa., Nur Widayati., 2017).Tujuan
kadar gula darah >200 mg/dl pada 4 lansia penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
yang ditemui peneliti. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kadar
Gula Darah pada Lansia dengan Diabetes
Penyebab peningkatan angka kejadian
Melitus di Desa Kedunggede, Kec.Dlanggu,
perubahan kadar gula darah dikarenakan faktor
Kab.Mojokerto.
endogen dan eksogen, sedangkan penyebab
peningkatan angka kejadian Diabetes pada
lansia dikarenakan beberapa faktor diantaranya
faktor genetik (keturunan), usia, virus, bahan
toksik (beracun), infeksi, nutrisi, kurang gerak
METODE PENELITIAN Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan pendidikanpada lansia dengan
Desain yang digunakan dalam penelitian Diabetes Melitus di Desa Kedunggedepada
ini adalah analitik observasional atau tanggal 25-28 Februari 2019.
korelasional dengan pendekatan case control,
yaitu peneliti melakukan pengukuran pada No Pendidikan Frekuensi Presentase
variabel dependen terlebih dahulu (efek (%)
penyakit atau status kesehatan) pada saat itu, 1. Tidak 12 40,0
kemudian variabel independen ditelusuri secara Sekolah
retrospektif untuk diidentifikasi ada faktor yang 2.
berperan atau berisiko yang terjadinya pada SD 10 33,3
waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010). 3. SMP 8 26,7
4. SMA 0 0
Populasi dalam penelitian ini adalah 5. Perguruan 0 0
seluruh lansia dengan Diabetes Melitus
sebanyak 30 responden di Desa Kedunggede, Tinggi
Kec.Dlanggu, Kab.Mojokerto. Tehnik sampling Total 30 100,0
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non Sumber Data : Data Primer 2019
probability sampling (non random) yaitu
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
dengan teknik total sampling atau sampling
jenuh. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi hampir setengah pendidikan lansia dengan
relatif kecil < 30 orang atau penelitian yang Diabetes Melitus yaitu tidak sekolah sebanyak
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan 12 responden (40%).
yang sangat kecil (Nursalam, 2008).Sampel Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berdasarkan keluarga terdekat pada lansia
dengan Diabetes Melitus sebanyak 30 dengan Diabetes Melitus di Desa
responden di Desa Kedunggede, Kec.Dlanggu, Kedunggede pada tanggal 25-28 Februari
Kab.Mojokerto. 2019.
Dalam penelitian ini pengumpulan data No Keluarga Frekuensi Presentase
dukungan keluarga diperoleh dengan Terdekat (%)
menggunakan kuesioner dan pengumpulan data 1. Suami/Istri 16 53,3
kadar gula pada lansia dengan Diabetes Melitus 2. Anak 7 23,3
menggunakan glucometer. Apabila semua data 3. Menantu 2 6,7
terkumpul, data diproses melalui proses editing, 4. Cucu 4 13,3
coding, scoring, dan tabulating. Kemudian
5. Keponakan 1 3,3
Untuk menganalisis hubungan dukungan
keluarga dengan kadar gula darah pada lansia Total 30 100,0
dengan diabetes melitus menggunakan Sumber Data : Data Primer 2019
crosstabulation dengan bantuan komputerisasi
SPSS for Windows. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar keluarga terdekat lansia dengan
HASIL PENELITIAN Diabetes Melitus yaitu suami/istri sebanyak 16
Hasil penelitian yang dilakukan pada responden (53,3%).
tanggal 25-28 Februari 2019 di Desa
Kedunggede wilayah kerja Puskesmas Dlanggu
Kabupaten Mojokerto didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 3 Distribusi frekuensi responden Tabel 5 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan lama menderita pada lansia berdasarkan dukungankeluarga pada lansia
dengan Diabetes Melitus di Desa dengan Diabetes Melitus di Desa
Kedunggede pada tanggal 25-28 Februari Kedunggede pada tanggal 25-28 Februari
2019. 2019.
No Lama Frekuensi Presentase No Dukungan Frekuensi Presentase
Menderita (%) Keluarga (%)
DM 1. Baik 8 26,7
1. < 1 tahun 10 33,3 (76%-100%)
2. 2. Cukup 12 40,0
1-2 tahun 9 30,0
(55%-75%)
3. > 2 tahun 11 36,7 3. Kurang 10 33,3
Total 30 100,0 (<54%)
Sumber Data : Data Primer 2019 Total 30 100,0
Sumber Data : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
hampir setengah lansia lama menderita Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
Diabetes Melitus yaitu > 2 tahun sebanyak 11 hampir setengah dukungan keluarga pada lansia
responden (36,7%). dengan Diabetes Melitus memiliki dukungan
keluarga yang cukup baik sebanyak 12
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jadwal kontrol pada lansia responden (40%).
dengan Diabetes Melitus di Desa Tabel 6 Distribusi frekuensi responden
Kedunggede pada tanggal 25-28 Februari berdasarkan kadar guladarah pada lansia
2019. dengan Diabetes Melitus di DesaKedunggede
No Jadwal Frekuensi Presentase pada tanggal 25-28 Februari 2019.
Kontrol (%)
1. Rutin 14 46,7 No Kadar Gula Frekuensi Presentase
2. Darah (%)
Tidak Rutin 16 53,3
1. Baik (<110- 11 36,7
Total 30 100,0 144 mg/dl)
Sumber Data : Data Primer 2019 2. Sedang (145- 9 30,0
179 mg/dl)
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa 3. Buruk (>180 10 33,3
sebagian besar jadwal kontrol lansia dengan mg/dl)
Diabetes Melitus yaitu tidak rutin sebanyak 16 Total 30 100,0
responden (53,3%). Sumber Data : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
hampir setengah kadar gula darah pada lansia
dengan Diabetes Melitus memiliki kadar gula
darah dalam rentang baik sebanyak 11
responden (36,7%).
Tabel 7 Tabulasi silang dukungan keluarga 10 responden (33,3) memiliki dukungan
dengan kadar guladarah pada lansia dengan keluarga yang kurang baik.
Diabetes Melitus di DesaKedunggede pada Dukungan Keluarga merupakan suatu
tanggal 25-28 Februari 2019. bentuk pemberian dukungan terhadap anggota
Kadar Gula Darah
Baik Sedang Buruk keluarga lainnya yang sedang mengalami
Dukungan (<110- (145- (>180 permasalahan dengan memberikan dukungan
Total
Keluarga 144 179 mg/dl) emosional maupun instrumental sebagai suatu
mg/dl) mg/dl) koping dalam keluarga yang sangat penting dan
F % F % F % F % diperlukan untuk mencapai kesejahteraan
Baik anggota keluarganya (Friedman, Marily. M.,
(76%-
100%) 8 100 0 0,0 0 0,0 8 100 2010). Efek keberadaan dukungan yang lebih
adekuat terbukti berhubungan dengan
Cukup menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh
(55%- 2 16,7 9 75 1 8,3 12 100
dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan
75%) emosi. Disamping itu pengaruh positifnya
Kurang
adalah pada penyesuaian terhadap kejadian
(<54%) 1 10 0 0,0 9 90 10 100 dalam kehidupan yang penuh dengan stres
(Setiadi, 2008).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Total 11 36,7 9 30 10 33,3 30 100
banyak keluarga yang cukup baik dalam
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa memberikan dukungan pada anggota
8 responden (100%) dengan dukungan keluarga keluarganya (lansia) yang menderita diabetes
yang baik diketahui memiliki kadar gula darah melitus. Dukungan yang diberikan berupa
dukungan instrumental, informasional,
dalam rentang baik (<110-144 mg/dl). 12
emosional, dan penilaian atau penghargaan.
responden (100%) dengan dukungan keluarga
yang cukup diketahui bahwa 2 responden Faktor yang mempengaruhi dukungan
(16,7%) memiliki kadar gula darah dalam keluarga adalah keluarga terdekat. Berdasarkan
rentang baik (<110-144 mg/dl), 9 responden tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar
(75%) memiliki kadar gula darah dalam rentang keluarga terdekat lansia dengan DM yaitu
sedang (145-179 mg/dl) dan 1 responden suami/istri sebanyak 16 responden (53,3%).
(8,3%) memiliki kadar gula darah dalam Dukungan keluarga adalah suatu keadaan
rentang buruk (>180 mg/dl). Kemudian 10 yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh
responden (100%) dengan dukungan keluarga dari keluarganya. Dukungan keluarga ini bisa
yang kurang diketahui bahwa 1 responden diperoleh dari suami atau istri, anak, orang tua
(10%) memiliki kadar gula darah dalam rentang kandung, mertua, kakak, adik, nenek atau
baik (<110-144 mg/dl) dan 9 responden (90%) kakek, cucu dan saudara sehingga individu
tersebut merasa dirinya diperhatikan, dihargai
memiliki kadar gula darah dalam rentang buruk
dan dicintai oleh keluarganya. Dari hasil studi
(>180 mg/dl).
menurut Setiadi tentang dukungan keluarga
PEMBAHASAN telah mengonseptualisasi dukungan sosial
keluarga sebagai koping keluarga. Faktor-faktor
1. Dukungan Keluarga dukungan keluarga eksternal antara lain
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan, keluarga besar,
8 responden (26%) memiliki dukungan kelompok sosial. Faktor-faktor dukungan
keluarga yang baik, 12 responden (40%) keluarga internal antara lain dukungan dari
memiliki dukungan keluarga yang cukup baik,
suami atau istri, orang tua, dan anak (Setiadi, Perubahan perilaku sangat dibutuhkan
2008). agar mendapatkan hasil pengelolaan diabetes
yang optimal. Supaya perubahan perilaku
Teori tersebut menunjukkan bahwa
berhasil, dibutuhkan edukasi (pendidikan) yang
sangat penting dukungan dan fungsi keluarga
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
dalam membentuk responden sebagai anggota
Perubahan perilaku bertujuan agar penderita
masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial dan
diabetes dapat menjalani polah hidup sehat.
spiritual, karena itu dukungan keluarga terdekat
Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan
sangat diperlukan dalam mengontrol kadar gula
seperti mengikuti pola makan sehat,
dara. Dalam penelitian ini dengan dukungan
meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan
paling banyak yaitu dukungan dari suami/istri,
obat diabetes dan obat-obatan pada keadaan
dimana sebagian besar responden tinggal
khusus secara aman dan teratur, melakukan
bersama suami/istri.
pemantauan glukosa darah, serta memanfaatkan
2. Kadar Gula Darah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Aini
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa Nur., 2016).
11 responden (36,7%) memiliki kadar gula Teori tersebut menunjukkan bahwa
darah dalam rentang baik (<110-144 mg/dl), 9 edukasi (pendidikan) sangat dibutuhkan untuk
responden (30%) memiliki kadar gula darah merubah perilaku responden dengan tujuan pola
dalam rentang sedang (145-179 mg/dl), 10 hidup yang lebih sehat. Pendidikan yang
responden (33,3%) memiliki kadar gula darah semakin tinggi dapat mempengaruhi
dalam rentang buruk (>180 mg/dl). kemampuan, penerimaan dan pemahaman dari
Kadar gula darah adalah jumlah glukosa masing-masing responden untuk menyerap
(gula) dalam darah yang berasal dari dua informasi baru yang dapat digunakan sebagai
sumber yaitu makanan dan yang diproduksi jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
oleh hati. Kadar glukosa dalam darah kita Faktor kedua yang mempengaruhi kadar
biasanya berfluktuasi, naik atau turun gula darah adalah lama menderita Diabetes
sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada Melitus. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
makanan yang masuk dan aktivitas fisik kita hampir setengah lansia lama menderita
(Tandra, 2008). Faktor penyebab perubahan Diabetes Melitus yaitu > 2 tahun sebanyak 11
kadar gula darah yaitu faktor endogen (insulin, responden (36,7%). Didukung dengan faktor
glukagon, kortisol) dan faktor eksogen ketiga yang mempengaruhi kadar gula darah
(edukasi, diet, olahraga, obat)(Aini Nur., 2016). adalah jadwal kontrol. Berdasarkan tabel 4
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diketahui bahwa sebagian besar jadwal kontrol
kadar gula darah pada responden dalam rentang lansia dengan Diabetes Melitus yaitu tidak rutin
baik (<110-144 mg/dl). Peningkatan atau sebanyak 16 responden (53,3%).
penurunan kadar glukosa darah pada responden Diabetes merupakan penyakit menahun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang akan diderita seumur hidup dan akan
pendidikan, lama menderita DM, dan jadwal dihadapkan proses pengobatan yang sangat
kontrol. panjang, sehingga diperlukan perawatan dan
Faktor pertama yang mempengaruhi dukungan sosial yang berkelanjutan.
kadar gula darah adalah pendidikan. Kurangnya dukungan sosial dapat
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hampir mempengaruhi kondisi psikososial pasien.
setengah pendidikan lansia dengan Diabetes Lamanya penyakit yang diderita akan
Melitus yaitu tidak sekolah sebanyak 12 memungkinkan penderita beradaptasi dan
responden (40%). menerima keadaannya atau bahkan mungkin
sebaliknya (Jauhari, 2016). Selain itu diabetes
termasuk penyakit yang belum dapat
disembuhkan, yang bisa dilakukan penderita Menurut (Waspadji, 2008)
diabetes adalah melakukan pemeriksaan rutin mengatakanbahwa pengawasan dan
untuk mengontrol dan mengendalikan kadar pemantauan dalampenatalaksanaan diabetes
gula darahnya agar dapat mempertahankan pada setiap saatmenjadi sangat penting. Dimana
kualitas hidupnya dan dapat mencegah dukungan darikeluarga diperlukan khususnya
terjadinya komplikasi atau paling sedikit dapat untuk keberhasilan dalampengontrolan dan
menghambat komplikasi. Kondisi penderita pengendalian kadar guladarah,
diabetes tergantung pada individu masing-
pencegahankomplikasi akut maupun kronik
masing, terutama dari segi kepatuhan dan
pada penderita diabetes. Perencanaan
disiplin untuk melakukan penatalaksanaan yang
telah dianjurkan (Nofriani, 2013). pengelolaan diabetes harus dilakukan secara
bersama-samaantara pasien dengan keluarga
Teori tersebut menunjukkan bahwa agar kadargula darah dapat terkontrol dengan
penyakit seperti diabetes yang dapat diderita baik.
seumur hidup akan menjalani proses
pengobatan terus menerus sehingga dapat Dari hasil penelitian menunjukkan
mempengaruhi kondisi psikososial respoden. responden yang memiliki dukungan keluarga
Dan untuk mengontrol kadar gula darah pada yang baik maka memiliki kadar gula darah
responden dapat melakukan pemeriksaan atau yang baik juga, hal ini dikarenakan kesadaran
kontrol secara rutin untuk mengetahui dari responden dan keluarga untuk pentingnya
kepatuhan responden terhadap penatalaksanaan menjaga kesehatan diri sedini mungkin.
yang telah dianjurkan. Karena sebagian besar Kemudian responden yang memiliki dukungan
responden yang memulai pengobatannya secara keluarga yang cukup baikmaka kadar gula
antusiasme, namun pada tahun-tahun darah bisa baik, sedang atau buruk tergantung
berikutnya antusiasme tersebut menjadi
dari bagaimana dukungan yang selalu diberikan
menurun tanpa disadari.
oleh keluarga kepada responden setiap harinya,
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan hal ini didapatkan pada responden yang sadar
Kadar Gula Darah pada lansia dengan akan pentingnya kesehatan, dimana responden
Diabetes Melitus menjaga pola makan, minum obat teratur dan
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa polah hidup sehat atau bisa juga terdapat pada
8 responden (100%) dengan dukungan keluarga responden yang mengganggap penyakitnya
yang baik diketahui memiliki kadar gula darah merupakan penyakit seumur hidup yang tidak
dalam rentang baik (<110-144 mg/dl). 12 dapat disembuhkan.
responden (100%) dengan dukungan keluarga Sedangkan pada responden yang
yang cukup diketahui bahwa 2 responden memiliki dukungan keluarga kurang baik maka
(16,7%) memiliki kadar gula darah dalam kadar gula darah buruk, hal ini didapatkan pada
rentang baik (<110-144 mg/dl), 9 responden responden yang merasa jenuh dalam proses
(75%) memiliki kadar gula darah dalam rentang pengobatan sehingga responden merasa stres,
sedang (145-179 mg/dl) dan 1 responden tidak ada pengontrolan dari keluarga secara
(8,3%) memiliki kadar gula darah dalam rutin dan tidak mendapatkan dukungan yang
rentang buruk (>180 mg/dl). Kemudian 10 membuat responden merasa diperhatikan dalam
responden (100%) dengan dukungan keluarga menghadapi penyakitnya.
yang kurang diketahui bahwa 1 responden
(10%) memiliki kadar gula darah dalam rentang KESIMPULAN
baik (<110-144 mg/dl) dan 9 responden (90%) Hasil crostabulation menunjukkan bahwa
memiliki kadar gula darah dalam rentang buruk 8 responden (100%) dengan dukungan keluarga
(>180 mg/dl). yang baik diketahui memiliki kadar gula darah
dalam rentang baik (<110-144 mg/dl). 12 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
responden (100%) dengan dukungan keluarga Penelitian yang dilakukan masih terbatas
yang cukup diketahui bahwa 2 responden pada kuesioner untuk dukungan keluarga
(16,7%) memiliki kadar gula darah dalam yang mungkin membuat responden yang
rentang baik (<110-144 mg/dl), 9 responden sudah berusia lanjut merasa kesulitan
(75%) memiliki kadar gula darah dalam rentang dalam membaca atau pun menulis sehingga
sedang (145-179 mg/dl) dan 1 responden diharapkan untuk penelitian selanjutnya
memberi inovasi yang lebih mudah.
(8,3%) memiliki kadar gula darah dalam
rentang buruk (>180 mg/dl). Kemudian 10 DAFTAR PUSTAKA
responden (100%) dengan dukungan keluarga
Afrida. (2017). Hubungsn Efiksia Diri dengan
yang kurang diketahui bahwa 1 responden
Kualitas Hidup pada pasien Diabetes
(10%) memiliki kadar gula darah dalam rentang Melitus Tipe II di Rumah Sakit, 10, 595.
baik (<110-144 mg/dl) dan 9 responden (90%)
memiliki kadar gula darah dalam rentang buruk Aini Nur., L. M. A. (2016). Asuhan
(>180 mg/dl). Berdasarkan penelitian Keperawatan pada Sistem Endokrin
didapatkan koefisien korelasi dukungan dengan Pendekatan NANDA NIC NOC.
keluarga dan kadar gula darah pada lansia Jakarta: Salemba Medika.
dengan Diabetes Melitus memiliki arti jika Fahra, Rima Ulfa., Nur Widayati., J. H. S.
dukungan keluarga baik maka kadar gula darah (2017). Hubungan Peran Perawat Sebagai
akan lebih baik. Edukator Dengan Perawatan Diri Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2, 2, 62.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan Friedman, Marily. M., D. (2010). Buku Ajar
keluarga dengan kadar gula darah pada lansia Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
dengan diabetes melitus di Desa Kedunggede, Praktik (5th ed.). Jakarta: EGC.
Kec.Dlanggu, Kab.Mojokerto. Ditunjukkan IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eighth edition
dengan responden yang memiliki dukungan 2017.
keluarga yang baik maka kadar gula darah juga
baik. Jauhari. (2016). Dukungan Sosial Dan
Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus.
SARAN
Kemenkes. (2018). Hasil Utama RISKESDAS
1. Bagi Responden 2018, 76-78.
Hasil penelitian diharapkan kepada
Nofriani, I. (2013). Kepatuhan Penderita
responden beserta keluarga untuk lebih
Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau Dari
memperhatikan dan bisa lebih teratur Locus Of Control, 1(2).
dalam melakukan jadwal kontrol dalam
upayah pengendalian kadar gula darah agar Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
tidak terjadi komplikasi yang tidak Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
diinginkan. Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
2. Bagi Tenaga Kesehatan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen
memberikan penyuluhan kepada keluarga Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
tentang pentingnya dukungan keluarga Medika.
dalam pengendalian serta pemantauan
Putri, H., Yeni, F., & Handayani, T. (2013).
kadar gula darah pada anggota keluarga
Hubungan Peran Keluarga Dengan
yang menderita diabetes melitus.
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang.
Rahayu, K. B. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2, 6.
Sari, N. P. W. P. (2014). Peran Keluarga Dalam
Merawat Klien Diabetik Di Rumah, 2, 7-8.
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses
Keperawatan Keluarga (Pertama).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tamher, S., N. (2009). Kesehatan Usia Lanjut
Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tandra, H. (2008). Panduan Lengakap
Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan
Cepat dan Mudah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Waspadji. (2008). Mekanisme Dasar dan
Pengelolaan yang Rasional dalam
Penatalaksanaan Diabetes.
 

Anda mungkin juga menyukai