Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan


yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara tersendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat (UU RI No 44,2009).

Pelayanan dalam kesehatan dilakukan secara seimbang oleh seluruh


pemerintah dan masyarakat. Pelayanan di rumahsakit di bidang keperawatan
menjalankan tugas dan fungsinya dengan didasari oleh kesadaran akan tugas,
tanggung jawab, dan timbang rasa yang tinggi agar tugas melayani kesehatan
untuk masyarakat dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik dan sesuai
harapan pasien. Dikarenakan pentingnya kinerja perawat dalam pelayanan
kesehatan. Permaslahan kinerja perawat dalam pelayanan kesehatan akan
berpengaruh terhadap hasil kinerja yang di berikan perawat pada pasien. (
Suriana,2014)

Pentingnya kinerja dilihat berdasarkan standar. Perawat diharapkan


dapat menunjukkan profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu
keperawatan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Untuk
meningkatkan kinerja adanya kebijakan. Visi dan misi rumah sakit yang jelas
dan kemampuan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui pengembangan diri yang berhubungan dengan profesi keperawatan.
(Sarlota dkk, 2013)

Kinerja merupakan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat


fisik/material maupun non-fisik/nonmaterial. Penilaian kinerja merupakan usaha
mengidentifikasi, mengukur (menilai) dan mengelola (manajemen) pekerjaan
yang dilaksanakan oleh para pekerja (SDM) di lingkungan suatu
organisasi/perusahaan. Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi pekerjaan yang dilaksanakan pekerja dapat berarti menjajaki
dan mendeskrisipkan segala sesuatu yang dikerjakan selama tenggang waktu
tertentu (Nawawi, 2008 dalam Novita dkk 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Hadriyana(2013), dimana jumlah


responden sebanyak 21 orang, responden yang memiliki kinerja yang baik selalu
menerima insentif dari pihak rumah sakit yaitu 13 orang 32 orang (32,5%)
sedangkan responden yang memiliki kinerja buruk dan tidak pernah menerima
insentif sebanyak delapan orang (20,0%). Ini menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara insentif dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

Manajemen waktu sebagai kemampuan untuk memprioritaskan,


menjadwalkan dan melaksanakan tanggung jawab individu demi kepuasan
individu tersebut. Seorang perawat pelaksana harus bisa menggunakan waktu
secara baik. Diantara tenaga kesehatan yang ada, tenaga perawat memainkan
peranan yang penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
dan karenanya produktivitas dari tenaga keperawatan harus dijaga. (Jones,
2007).

Hasil penelitian ​menunjukkan ada hubungan antara disiplin waktu dengan


kinerja pelayanan kesehatan dengan kategori tepat waktu (baik) = 10 (83.8%), tepat
waktu (kurang baik) = 2 (16.7%). Sedangkan disiplin waktu dengan kategoti lambat
(baik) = 8 (40%), lambat (kurang baik) = 12 (60%).

Disiplin Waktu di Puskesmas Tataba Kec. Buko Kabupaten Banggai Kepulauan


Berdasarkan tabel 6, didapatkan bahwa jumlah kinerja petugas kesehatan yang
kategori baik ada 12 petugas kesehatan dengan presentase 37,5%, sedangkan petugas
kesehatan yang kategori kurang baik berjumlah 20 orang (62,5%).

Dari ​Variabel ​Kinerja perawat 87,08 Tergolong baik


Kepemimpinan
Transformasional 65 83,58 Sangat Baik Tergolong
Disiplin kerja 70 90,52 Tergolong
Sangat Baik
hasil penelitian diketahui bahwa kedua variabel tersebut memberikan sumbangan
efektif terhadap kinerja perawat sebesar 66,5%.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana di


instalasi rawat inap rumah sakit dengan kategori kinerja seluruhnya termasuk sedang
yaitu sebanyak 44 orang (77.2%). Dan ada yang kinerjanya baik yaitu sebanyak 13
orang (22.8%).

Penelitian tentang beban kerja pernah diteliti oleh Pitoya, di RSUD Dr. Syaiful
Anwar Malang Jawa Timur pada tahun 2003. Pengukuran beban kerja perawat dengan
metode ​time motion dengan ​self-assesment.​ Hasil penelitian diketahui 70% perawat
memiliki beban kerja berat.

Beban kerja sebagian besar karyawan pada umumnya sedang dengan


persentase 54,4%. Tetapi perbandingan dengan karyawan yang memiliki beban
kerja sedang sangat tipis yaitu 45,6%. Beban kerja karyawan perlu diperhatikan
agar tidak terjadi over yang dapat menimbulkan stres dan berakibat pada
menurunnya kinerja karyawan.
Beban kerja adalah suatu pekerjaan yang harus ditanggung dalam suatu
jabatan didapatkan hasil perkalian antara volume kerja dengan norma waktu.
(Haryanti ,Purwaningsih 2013)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zenah (2014) di RSUD I. A Moeis


Samarinda menunjukkan bahwa insentif yang diterima perawat cukup sesuai
dengan beban kerja yang ada sebanyak 51,6% dan yang tidak pernah menerima
bonus saat melaksanakan pekerjaan dengan baik sebanyak 87,1%. Sedangkan
dalam kesesuaian metode dan prosedur pemberian bonus sebanyak 41,9%
perawat mengatakan metode dan prosedur pemberian bonus masih tidak sesuai
dengan golongan, pendidikan dan masa kerja.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui


bagaimana ​hubungan antara manajemen waktu perawat dan beban kerja
dengan kinerja kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang Tahun 2018?

B. Rumusan Masalah

Manajemen waktu didefinisikan sebagai kemampuan untuk


memproritaskan, menjadwalkan dan melaksnakan tanggung jawab individu
tersebut. beban kerja adalah lama seseorang melakukan aktivitas pekerjaan
dengan kemampuan dan kapasitas kerja yang bersangkutan tanpa menunjukkan
tanda kelelahan. Kinerja merupakan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik
bersifat fisik/material maupun non-fisik/nonmaterial. Berdasarkan hal tersebut
maka permasalahan yang ingin di teliti dalam penelitian ini adalah hubungan
manajemen waktu perawat dan beban kerja dengan kinerja perawat diruang
rawat inap Rumah Sakit.
Berdasarkan data yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan manajemen waktu perawat dan
beban kerja dengan kinerja kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Bhyangkara Palembang Tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

dengan kinerja kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit


Bhayangkara Palembang Tahun 2018​.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran manajemen waktu tentang kinerja kerja


perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
Tahun 2018.
b. Diketahuinya gambaran beban kerja perawat tentang kinerja kerja
perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2018.
c. Diketahuinya gambaran pelaksanaan kinerja kerja perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2018.
d. Diketahuinya hubungan manajemen waktu dengan pelaksanaan kinerja
kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang Tahun 2018.
e. Diketahuinya hubungan beban kerja dengan pelaksanaan kinerja kerja
perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
Tahun 2018.

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini berada dalam ruang lingkup manajemen keperawatan


​ anajemen dengan melihat hubungan Kinerja
khususnya fungsi ​controlling m
Kerja Perawat dengan manajemen waktu perawat dan beban kerja di
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2018.

E. Manfaat penelitian
1 Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan teori
terkait pelaksanaan kinerja kerja perawat, serta dapat memberikan
gambaran atau informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai manajemen
waktu dan beban kerja perawat dalam kinerja kerja perawat.
2 Manfaat praktis

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan tolak ukur evaluasi bagi rumah sakit


khususnya bidang perawatan untuk mengambil kebijakan sehingga mutu
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan kinerja kerja perawat dapat
dijamin serta untuk meningkatkan Standar Operasional Prosedur di
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diketahuinya hubungan antara manajemen waktu dan beban kerja
Sebagai sumber referensi dan riset dalam bidang keperawatan dalam
manajemen keperawatan terkait pelaksanaan kinerja kerja perawat, serta
bahan acuan untuk penelitian lanjutan khusunya mahasiswa Keperawatan
STIKes Bhayangkara Palembang.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu
keperawatan dan manajemen keperawatan yang didapatkan peneliti selama
menempuh pendidikan akademik di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Bhayangkara Palembang, serta menambah wawasan tentang pelaksanaan kinerja
kerja perawat.
F. Keaslian
Penelitian

No Nama Judul Sampel Variabel Hasil P


penelitian

1 (Fajrillah, Hubungan Stres Sampel dalam Variabel Berdasarkan hasil uji 1

Nurfitriani,2015) Kerja Dengan penelitian ini dependen : chi square


menunjukkan bahwa
Ki nerja yaitu seluruh hubungan stress
ada hubungan antara
Perawat perawat kerja Dengan
stres kerja dengan
Pelaksaan pelaksana yang Kinerja Perawat
kinerja perawat 2
Dalam berada Pelaksana
pelaksana
Melaksanakan diruangan Dalam
Pelayanan Instalasi Melaksanakan
Keperawatan di Gawat Darurat Pelayanan
Instalasi Gawat RSU Keperawatan di
Darurat Anutapura Instalasi Gawat
Rumah Sakit Palu yang Darurat
Umum berjumlah 31 Rumah Sakit
Anutapura Palu orang. Umum
Anutapura Palu

(Sasono Faktor-faktor Sampel Variabel Dari hasil analisis 1.


Mardiono, yang Penelitian ini dependen : uji ​chi square :
Andina mempengaruhi menggunakan 1. Ada Pengaruh 2
Kinerja Perawat
Primitasari,2016) kinerja perawat perawat di umur terhadap
Dalam
dalam pelayanan rungan Rawat kinerja Perawat
Pelayanan
keperawatan di inap yang ada dalam pelayanan
Keperawatan di
rumah sakit di Rumah keperawatan di
Rumah Sakit
muhammadiyah Sakit Rumah Sakit
Muhammadiyah
Muhammadiya Muhammadiyah
palembang h Palembang Palembang Tahun 2015 dimana
Tahun 2015. yang Tahun 2015 Hasil p
berjumlah 157 value 0,000 (≤
orang perawat 0,25).
2. Tidak Ada
Pengaruh
pendidikan
terhadap
kinerja Perawat
dalam Pelayanan
Keperawatan
di Rumah Sakit
Muhammadiyah
Tahun 2015
dimana Hasil p
value 1,000
(>0,25).
3. Ada Pengaruh
motivasi terhadap
kinerja
Perawat dalam
pelayanan
keperawatan di
Rumah Sakit
Muhammadiyah
Tahun 2015
dimana Hasil p
value 0,000 (≤
0,25).
4. Ada Pengaruh
status perawat
terhadap kinerja
perawat dalam
pelayanan
keperawatan di
Rumah Sakit
Muhammadiyah
Tahun 2015
dimana Hasil
dimana p value
0,001 (≤ 0,25).
5. Ada Pengaruh
persepsi imbalan
atau gaji terhadap
kinerja perawat
dalam pelayanan
keperawatan di
Rumah Sakit
Muhamadiyah
Tahun 2015 dimana
Hasil p value 0,000
(≤
0,25).

(Hartati, Noer Gambaran Sampel yang Variabel Dari hasil analisis 1.


Bahry Noor, Kinerja Perawat digunakan dependen : yang menggunakan
Alimin Maidin, Dalam sebanyak 69 Kinerja Perawat tabulasi silang,
2.
2013) Pelaksanaan orang metode Dalam terdapat 35 orang
Asuhan sampel dengan Pelaksanaan (97,2%) yang
Keperawatan di teknik Asuhan kemampuannya
Instalasi Rawat purposive Keperawatan di baik dan penilaian
Inap Lontara sampling​. instalasi rawat kerjanya baik, 2
RSUP. inap Lontara orang (5,1%) yang
Dr.Wahidin RSUP. mendapatkan
Sudirohuso Dr.Wahidin motivasi rendah
Sudirohuso tapi kinerjanya
sangat baik, 2
orang (6,3%) yang
mendapatkan
supervisi kurang
baik tapi penilaian
kerjanya sangat
baik, 3 orang
(6,5%) yang
pendapatannya baik
dn penilaian
kerjanya sangat
baik, dan 3 orang
(7,1%) yang
merasa tingkat
kepemimpinan baik
dan penilaian kerja
sangat baik
`BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Definisi Kinerja

Kinerja dal hal organisasi dapat diartikan suatu keberhasilan untuk


menyelesaikan tugas untuk memenuhi target yang ditentukan. Definisi kerja
menurut (irawan dalam Nursalam,2014) adalah keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Kinerja atau prestasi pekerjaan adalah hasil kerja secara kualitas dari kuantitasyang
dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksankan tugasnya seseuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja bila diartikan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata
performance maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan seseuai
dengan wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya
pencapain tujuan perusahaan secara legal,tidak melanggar hukum dan tidak
bertentaangan dengan moral dan etika (irawan dalam Nursalam,2014)

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
performance atau hasil dalam sebuah pekerjaan yang dilakukan individu maupun
kelompok untuk memenuhi tanggung jawab yang telah diberikan untuk mencapai
prestasi kerja dalam waktu tertentu.

2. Kinerja perawat

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat


dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing,tidak melanggar hukum,aturan serta moral dan etika, dimana kinerja
yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa. Untuk aktifitas seorang
perawat adalah mengumpulkan data kesehatan mengenai pasien, membuat
diagnosis menurut ilmu keperawatan, serta mengevaluasi terhadap perawatan.
Selain aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
pelayanan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasienya. (Tanjary,2009)

3. Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

Menurut Gibson (2011). Ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

a. Faktor individu

Kemampuan keterampilan, latar belakang, keluarga, pengalaman kerja, tingkat


sosial,dan demografi seseorang.

b. Faktor psikologis

Persepsi,peran,sikap,kepribadian,motivasi,dan kepuasan kerja

c. Faktor organisasi

Struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan


(reward system)
Bagan 2.1 teori prilaku dan kinerja (Gibson,James L,Ivancevich,Jhon M,
dan Donelly JR,James H,2011)
a Penilaian kinerja perawat

Penilaian kinerja merupakan alat ukur yang paling dipercaya oleh


manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas
(Swanburg,1987). Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan prilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan
dalam kualitas dan volume yang tinggi. Manajer perawat dapat menggunakan
proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam
memilih,melatih,membimbing, perencanaan karir, serta memberikan
penghargaan kepada perawat yang kompeten. (Nursalam,2011)

Prinsip-prinsip penilaian kinerja :

Menurut Gillies (1996), manajer sebaiknya mengamati prinsip tertentu untuk


mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil. Prinsip terbut diantaranya adalah
sebagi berikut:

1. Evaluasi pekerjaan sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja


dan orientasi tingkah lak atau posisi yang ditempati (Romber,1986 dikutip
Gillies,1996). Deskripsi dan standar pelaksanaan kerja diberikan pegawai selama
masa orientasi sebagai tujuan yang diusahakan. Pelaksanaan kerja sebaiknya
dievaluasi berkenaan dengan sasaran –sasaran yang sama.

2. Sampel tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati


dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerja, perhatian harus diberikan untuk
mengevaluasi tingkah laku umum atau tingkah laku konsistennya untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja,standar pelaksanaan


kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi.
Dengan demikian,, baik perawat maupun supervisor dapat mendiskusikan
evaluasi dari kerangka kerja yang sama.

4. Penilaian pelaksanaan kerja pegawai sebaiknya menunjukan hal-hal yang


sudah memuaskan dan menunjukan hal yang perlu di perbaiki oleh pegawai.
Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingkah
laku yang memuaskan ssupaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar yang
bersifat evaluatif.

5. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan


diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan
kerja.

6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi


perawat dan manajer sehingga diskusi evaluasi terjadi dalam waktu yang cukup
bagi keduanya.

7. Laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun secara terencana,


sehingga perawat tidak menyadari bahwa pelaksanaan kerjanya sedang
dianalisis. Seseorang pegawai dapat bertahan dari kecaman seseorang manajer
yang menunjukan empati atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk
meningkatkan pelaksanaan kerjanya. (Nursalam,2011)

b Proses kegiatan penilaian kerja


Penilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atau
individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaan dan potensinya
untuk pengembangan.
Proses kegiatan penilaian kerja meliputi :
1. Merumuskan tanggungjawab dan tugas yang harus dicapaai oleh staf
keperawatan rumusan tersebut telah disepakati oleh atasnya, sehingga langkah
perumusan tersebut dapat memberikan kontribusi berupa hasil.
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh
karyawan dalam kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan
tolak ukur yang telah ditetapkan.
3. Melakukan monitoring,koreksi,dan memberikan kesempatan serta
bantuan yang diperlukan oleh stafnya.
4. Menilai prestasi kerja staf melalui perbandingan antara prestasi yang
dicapai dengan standar yang telah di tetapkan.
5. Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai dalam
pemberian umpan balik ini, atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara
memperbaikin kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi
pada priode berikutnya.
c Alat Ukur
Berbagai macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan
kerja karyawan keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang
untuk mengurangi bias, meningkatkan objektivitas, serta menjamin keabsahan
dan ketahan.
Objektivitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara
emosional dari suatu keadaan untuk mempertimbangkan fakta, tanpa adanya
penyimpangan oleh perasaan pribadi.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada
lima yaitu laporan bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan
kerja, penilaian grafik, dan perbandingan pilihan yang dibuat-buat.
(Nursalam,2011) .

d. Standar instrumen penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan


keperawatan
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada klien menggunakan
standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar adalah pernyataan deskritif
mengenai tingkat penampilan yang diinginkan , kualitas struktur, proses, atau
hasil yang dapat dinilai. Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan
deskritif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi
pelayanan yang diberikan pada pasien.
Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2000) yaitu
mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Standar I pengkajian keperawatan
Standar II Diagnosis keperawatan
Standar III perencanaan keperawatan
Standar IV implementasi
Standar V evaluasi keperawatan

B. Manajemen Waktu
1. Pengertian Manajemen Waktu

Manajemen waktu sebagai kemampuan untuk memprioritaskan,


menjadwalkan dan melaksanakan tanggung jawab individu demi kepuasan individu
tersebut. Seorang perawat pelaksana harus bisa menggunakan waktu secara baik.
Diantara tenaga kesehatan yang ada, tenaga perawat memainkan peranan yang
penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik dan karenanya
produktivitas dari tenaga keperawatan harus dijaga. (Jones, 2007).

2. Aspek-Aspek Manajemen Waktu

Macan (1994) mengemukan aspek-aspek manajemen waktu yaitu :


a. Penetapan tujuan dan prioritas, penetapan tujuan dan prioritas ini dikaitkan
dengan apa yang ingin dicapai atau apa yang dibutuhkan untuk memperoleh
dan membuat prioritas dari tugas yang penting untuk mencapai tujuan
b. Mekanisasi dari manjemen waktu. Didalam aspek ini meliputi dari rencana
yang akan dilakukan
c. Kontrol terhadap waktu, control terhadap waktun berhubungan dengan
perasaan dapat mengatur waktu dan pengontrolan terhadap hal-hal yang
dapat mempengaruhi penggunaan waktu.

3. Komponen dalam Manajemen Waktu

Menurut Fitriah (2014) terdapat 3 komponen dalam manajemen waktu:


a. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang muncul untuk


mencakup berbagai item yang memerlukan perencanaan jangka.pendek,
baik dalam hari atau dalam minggu biasanya berhubungan dengan jadwal
harian atau mingguan, seperti membuat urutan jadwal harian
b. Sikap Waktu

Sikap terhadap waktu berhubungan dengan bagaimana seorang


mahasiswa merasakan efisiensi terhadap waktu yang digunakan, bagaimana
mengontrol waktu, dan bagaimana keahlian dalam mengatur diri sendiri.
c. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang yang berhubungan dengan pengaturan


tujuan jangka panjang yang diperlukan pengorganisasian dengan baik.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu


Menurut Fitriah (2014) ada tiga faktor yang mempengaruhi manajemen
waktu, yaitu:
a. Pengaturan diri (​self-regulation)​
Dengan adanya pengaturan diri, seseorang dapat mengatur waktunya
dengan baik.
b. Motivasi
Seseorang yang bermotivasi tinggi memiiliki manajemen waktu yang
tinggi.
c. Pencapaian tujuan
Seseorang yang berusaha mencapai tujuannya akan dapat mengatur
waktunya dengan baik

5. Hambatan dalam Manajemen Waktu


Menurut Mediana (2008) terdapat beberapa hambatan yang sering
dijumpai saat mengelola waktu, diantaranya adalah:
a. Suka menunda-nunda pekerjaan
Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan membuat beberapa deadline yang datang
bersamaan diselesaikan dengan kurang maksimal
b. Melanggar deadline dan target yang sudah ditentukan sendiri.
Deadline dan target yang terlewat batas waktu biasanya berawal dari
perasaan masih banyak waktu luang yang tersedia. Pada mulanya sesekali
melanggar target kerja tidak akan merusak perencanaan yang ada, dengan
terus memaafkan diri akhirnya terjadi penumpukan dan penundaan pekerjaan
berikutnya
c. Manajemen ​by mood,​ ​mood y​ ang positif biasanya akan menghasilkan
karya yang maksimal. Perasaan ini menjadi ditunggu, sementara tugas tidak
dapat menunggu datangnya mood yang tepat. Akhirnya pekerjaan menjadi tidak
terselesaikan

6. Strategi Manajemen Waktu


Ada beberapa strategi manajemen waktu. Seseorang dapat meluangkan
waktu kira-kira 10-15 menit untuk mengelola jadwal kegiatan. Strategi
manajemen waktu menurut Rosita (2008), yaitu:
a. Membiasakan diri untuk menyiapkan daftar. Daftar ini berisi segala sesuatu
yang butuh untuk dilakukan dan memprioritaskan menurut tingkat
kepentingannya
b. Merencanakan kegiatan tertentu dilakukan pada waktu tertentu pula. Hal
ini diperlukan disiplin diri
c. Menemukan waktu bekerja yang optimal. Masing-masing orang memiliki
waktu optimal untuk menyelesaikan tugas-tugas secara maksimal
d. Memprioritaskan tugas-tugas berdasarkan tingkat kepentingannya seperti
vital, penting, harus dilakukan hari ini atau dapat dilakukan besok
e. Pengorganisasian, seseorang perlu memilih atau mengatur lingkungan
dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, mungkin diperlukan suasana
atau lingkungan yang dipersyaratkan, misalny
Dengan adanya perubahan masalah keperawatan, hasil yang diharapkan
juga akan berubah. Seorang klien dengan status kesehatan yang terus
berubah membutuhkan evaluasi dengan frekuensi waktu yang lebih sering.
Proses evaluasi yang menentukan yang menentukan efektifitas asuhan
keperawatan meliputi: mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi,
mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah
terpenuhi, menginterprestasi dan meringkas data, menghentikan, meneruskan,
atau merevisi rencana perawatan, dan mendokumentasikan tindakan asuhan
keperawatan setelah melakukan evaluasi terhadap klien dan pertimbangan
klinis. (Potter& Perry, 2009)
Penelitian ini mengukur dan menganalisis penerapan manajemen waktu
perawat dalam proses asuhan keperawatan berdasarkan konsep manajemen
waktu yang telah dibahas sebelumnya.
C. Beban Kerja
1. Definisi beban kerja
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu.Setiap pekerja
dapat bekerja secara tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan No 36 Tahun 2009).
2. Perhitungan Beban Kerja menurut Nursalam
Menurut Nursalam (2011) ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan beban kerja perawat antara lain :
1) Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
2) Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
3) Rata-rata hari perawatan
4) Pengukuran keperawatan langung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5) Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
6) Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung, dan pendidikan
kesehatan.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menghitung beban kerja secara
personel antara lain sebagai berikut :
1) Work sampling
Teknik dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja
yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang mauoun jenis tenaga
tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati hal-hal spesifik pekerjaan
antara lain :
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja
b. Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif
d. Pola beban kerja personel dilakukan dengan waktu dan jadwal kerja.
Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu dilakukan survei tentang kerja
personel dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan jenis personel yang di survei
b. Bila jumlah personel banyak perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai
subjek personel yang akan di amati dengan menggunakan metode simple
random sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif
c. Membuat formulir kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai
kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga dikategorikan sebgai
kegiatan langsung dan tidak langsung
d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling.
e. Pengamatan kgiatan personel dilakukan dengan interval 2 – 15 menit
tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan.
Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan
kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Karena besarnya jumlah
pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel
pengamatan kegiatan penelitian. Artinya cukup besar dengan sebaran
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamtan dapat dihitung.
2) Time and Motion study
Pada teknik ini kita mangamati dan mengikuti dengan cermat tentang
kejadian yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui teknik
ini akan dilakukan oleh personel dan kualitas kerjanya. Langkah-langkah
untuk melakukan teknik ini yaitu :
a) Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan
metode purposive sampling
b) Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personel
c) Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak
personel yang melakukan kegitan tersebut secara baik dan rutin selama
dilakukan pengamatan.
d) Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi
kegiatan medis, kegiatan keperawatan, dan kegiatan administrasi.
e) Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
3) Daily Log
Daily log ​atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana
work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati.
Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerjasama dan
kejujuran dari personel yang diamati. Pengukuran beban kerja menggunakan
metode ​daily log r​ elatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Penelitian
biasa membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh
informan. Sebelum dilakukan pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan
dan pengisian formulir kepada subjek personal yang diteliti, tekankan pada
personel yang diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama
kegiatan, sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan
dicantumkan pada laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan
waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan ​daily
log​.
BAB III

KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan antara


konsep-konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2007).
Konsep yang hanya dapat diamati atau di ukur melalui ukuran atau ciri
yang lebih dikenal dengan nama variabel. Variabel adalah ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota atau suatu kelompok yang berbeda yang dimiliki
oleh kelompok lain. Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variable independen,
(bebas, sebab, mempengaruhi) dan variable dependen (tergantung, akibat,
terpengaruh) (Notoatmodjo,2005).
Variabel independen pada penelitian ini yaitu manajemen waktu dan
beban kerja . Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pelaksanaan kinerja kerja​.
Berdasarkan kerangka teori tentang Hubungan manajemen waktu dan
beban kerja perawat Dengan kinerja kerja perawat ​, maka kerangka konseptual
dapat dirumuskan sebagai berikut

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependen


A. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau teliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau
“Definisi Operasional”, yang digunakan untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta atau
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2012).
B. Hipotesis
Ha :
1. Ada hubungan antara Manajemen waktu dengan kinerja kerja ​perawat ​di
ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2018.
2. Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan kinerja kerja perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2018.

Ho :

1. Tidak ada hubungan antara manajemen waktu dengan kinerja kerja perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2018.
2. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja kerja perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2018.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat ​kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan


deskriptif corelatif dan menggunakan pendekatan ​cross sectional yaitu penelitian
yang mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko dan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang
sama (Notoatmodjo, 2013).

Pada penelitian ini variabel yang termasuk faktor efek/ dependen adalah
pelaksanaan ​discharge planningd​ an variabel-variabel yang termasuk faktor/
independen adalah komunikasi dan pengetahuan perawat.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang diteliti, populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2008).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah yang di ambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling
yaitu metode seluruh populasi diambil untuk dijadikan sampel.
Kriteria inklusi sampel perawat dalam penelitian ini memiliki kriteria inklusi
sebagai berikut :
a. Bersedia menjadi responden
b. Perawat pelaksana yang tidak sedang dalam cuti (melahirkan, menikah,
tahunan)
c. Perawat yang tidak dalam tugas belajar
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara
2. Waktu Penelitian
Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Desember, dan pengambilan
data studi pendahuluan pada tanggal Januari . Penelitian ini dilakukan pada tanggal

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan


proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2011).

1. Data Primer.
Setiadi(2013) mengatakan bahwa data primer adalah data yang diperoleh sendiri
atau peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara. Data primer
dalam penelitian ini meliputi (gambaran komunikasi, gambaran pengetahuan, dan
pelaksanaan
2. Data Sekunder
Pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data penunjang, ialah bahan
data di suatu unit ruangan berupa pedoman pelaksanaan operasional; Standar
Prosedur Operasional (SPO) dan Dimana data tersebut diolah sebagai bahan dasar
yang mewakili sample yang diteliti.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen pengumpulan data penelitian ini terdiri dari kuesioner dan melihat
dokumen.
a. Kuesioner
Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2005).
b. Dokumen
Data yang diperlihatkan kinerja kerja perawat yang berjalan di unit ruang
inap sesuai dengan (SPO) standar prosedur operasional.

2. Uji Validitas dan Reabilitas


Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang melalui uji validitas dan reabilitas data (Hidayat, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010) kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian yang perlu uji validitas dan reabilitas. Maka dari itu kuesioner harus
dilakukan uji coba “trial” dilapangan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil
pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji
coba paling sedikit 20 orang.
Peneliti akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen
penelitian yang mengukur variabel pada perawat ruang rawat inap Rumah Sakit
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang
akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Kuesioner
yang valid berarti kuesioner itu dapat dipergunakan untuk mengumpulkan
data-data itu valid. Valid berarti kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai
tolak ukur apa yang hendak diukur. Kuesioner yang telah valid harus
mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam
kuesioner secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur,
sedangkan kuesioner yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam
kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta emperis yang telah ada (eksternal)
(Suparyanto, 2010).
Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel
dengan nilai r hasil, dengan ketentuan jika r hasil > r tabel, maka pernyataan
tersebut valid dan jika r hasil < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak valid.
1. Kuesioner A (manajemen waktu)
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner manajemen waktu dilakukan diruang
rawat inap Rumah Sakit Palembang
2. Kuesioner B (beban kerja)
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner beban kerja dilakukan diruang rawat
inap Rumah Sakit Palembang
3. Kuesioner C (kinerja kerja ​)
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner kinerja kerja perawat dilakukan
diruang rawat inap Rumah Sakit TK II Dr.A.K.Gani Palembang
b. Uji Reliabilitas
Setiadi (2013) menyatakan uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil
apabila pengukuran dilaksanakan untuk memastikan apakah kuesioner penelitian
yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian atau tidak.
Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dilakukan pengukuran
berulang, akan mendapatkan hasil yang sama.
Uji realibilitas dilakukan dengan cara membandingkan r Alpha dengan r
tabel dengan ketentuan jika r Alpha > r tabel, maka pernyataan tersebut reliabel
dan jika r Alpha < r tabel, maka pernyataan tersebut tidak reliabel.

F. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Proses analisa data terhadap variabel penelitian didahului oleh ​editing,
coding, sorting, entry data, cleaning, dan mengeluarkan informasi (Setiadi, 2007 ;
Hastono, 2009). yaitu :
a. Editing
Editing adalah peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data seperti kelengkapan jawaban, keterbacaan, tulisan dan
relevansi jawaban.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
berbentuk angka atau bilangan. Untuk variabel manajemen waktu, dengan kode
“1” jika komunikasi baik (≥ 38) dan kode “2” jika manajemen waktu kurang baik
(< 38). Untuk variabel beban kerja, dengan kode “1” jika beban kerja baik
(>75%), kode “2” jika beban kerja cukup (60 - 75%), dan kode “3” jika beban
kerja kurang (< 60%). Untuk variabel kinerja kerja, dengan kode “1” jika kinerja
kerja baik (≥ 93) dan kode “2” untuk kinerja kerja kurang baik (< 93).
c. Entry Data
Pada penelitian ini, jawaban-jawaban dari responden dimasukan dalam
tabel dengan cara menghitung frekuensi data melalui pengolahan komputer.
d. Sorting
Sorting adalah peneliti mensortir dengan memilih atau mengelompokkan
data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Pada penelitian ini,
peneliti memilih dan mengelompokkan data sesuai dengan variabel manajemen
waktu ,beban kerja perawat, dan kinerja kerja perawat.
e. Cleaning
Pembersihan data adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Pada penelitian ini data yang sudah
diolah mengunakan uji ​Chi square​, dilakukan pengecekan kembali untuk
memastikan data sudah diolah dengan benar.
f. Mengeluarkan Informasi
Pada tahap ini data yang telah diolah dengan menggunakan suatu program
komputer disajikan sesuai dengan tujuan permasalahan yang telah ditentukan.
Pada penelitian ini data yang akan disajikan yaitu manajemen waktu dan beban
kerja perawat dengan kinerja kerja disajikan dalam dua bentuk yaitu :
1. Tulisan (​Textular)​
Hasil informasi yang didapat dituliskan dalam bentuk interpretasi data
dimana data yang didapat dijelaskan secara deskriptif.
2. Tabel (​Tabular​)
Hasil data yang didapat dituliskan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan tabel silang.

2. Teknik Analisa Data


Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, variabel
yang diteliti adalah variabel independen. Berdasarkan penelitian ini maka uji
statistik yang digunakan adalah ​univariat​ dan ​bivariat.
a. Analisa Univariat
Hasil analitik univariat berbentuk distribusi frekuensi dan presentasi
dari tiap variabel (Notoatmodjo,2012). Analisa Univariat dilakukan bertujuan
untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dari semua variabel yang diteliti
baik variabel dependen (kinerja kerja perawat) maupun variabel independen
(manajemen waktu dan beban kerja perawat) serta bertujuan untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel. Hasil analisa univariat disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.
Dalam analisa univariat menggunakan uji normalitas data yang
bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data yang membentuk distribusi normal bila
jumlah data diatas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga
simpangan bakunya (Sugiyono,2015). Jika data dengan distribusi normal maka
menggunakan mean, dan sebaliknya jika data dengan distribusi tidak normal
maka menggunakan median. Hasil mean atau median untuk mengetahui hasil
ukur dari variabel.
Dalam analisa univariat pada penelitian ini telah dilakukan uji
normalitas ​Shapiro-Wilk​jika nilai p ​value​> 0,05 dengan n ≤ 50 maka hasil
menunjukkan data dengan variabel independen nilai yang digunakan adalah
median dengan angka dikarenakan pada uji normalitas yang telah dilakukan
berdistribusi tidak normal (p = 0,000), dan variabel dependen yang digunakan
adalah angka dikarenakan pada uji normalitas yang telah dilakukan
berdistribusi tidak normal (p = 0,000) sehingga peneliti menggunakan median.
Untuk variabel tidak lagi di ambil dr hasil uji normalitas karena sudah
memakai ketentuan baku.
Hasil penjumlahan tabulasi nilai kuesioner dari dikonfersikan menjadi
persentase dengan cara :
Total nilai setiap responden x 100
Jumlah nilai keseluruhan kuesioner pengetahuan
Setelah didapatkan hasil persentase dari setiap responden, lalu
dikategorikan baik jika pengetahuan > 75%, cukup jika pengetahuan 60-75%,
kurang jika pengetahuan < 60%.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan atau korelasi
variabel independen, variabel dependen. Uji statistik yang akan digunakan
adalah ​chi squared​ engan derajat kepercayaan 95 % bila p ​value α > 0,05
menunjukkan hubungan bermakna, bila p ​value α > 0,05 menunjukkan
hubungan tidak bermakna.
Uji ​ChiSquare a​ dalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan frekuensi harapan sama ,maka dikatakan tidak ada
perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya, bila nilai frekuensi
observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan
bermakna.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tahap persiapan dan
pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Peneliti menyampaikan surat permohonan izin penelitian kepada Direktur Rumah
Sakit Bhayangkara Palembang, melalui Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, serta meminta izin kepada Kepala Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Setelah mendapat izin,
peneliti membuat daftar responden.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti bekerja sama dengan Kepala Ruangan untuk mengecek daftar
responden yang telah dibuat.
b. Dengan bantuan Kepala Ruangan, peneliti menemui responden dan
menjelaskan tujuan manfaat dan proses penelitian.
c. Peneliti menyerahkan kuesioner serta menjelaskan cara pengisian kuesioner
dan responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner.
d. Responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan sebagai
pernyataan untuk menandatangani lembar persetujuan sebagai pernyataan
persetujuan atas keikutsertaan sebagai subjek penelitian.
e. Responden diberikan waktu untuk mengisi kuesioner dan diperkenankan
kepada responden untuk mengklarifikasi pertanyaan yang kurang jelas.
3. Tahap Akhir
a. Setelah selesai kuesioner dikumpulkan dan peneliti melakukan pengecekan
terhadap kelengkapan dan kejelasan isian kuesioner
b. Mengumpulkan kuesioner-kuesioner yang telah diisi responden dalam stu
berkas.
c. Peneliti melakukan pengolahan data dengan program komputer
d. Hasil penelitian diseminarkan dalam sidang komprehensif
e. Memasukkan hasil penelitian kedalam jurnal.

H. Etika Penelitian
Penelitian menjelaskan tentang aspek etik dalam penelitian disertai dengan
penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan terhadap aspek tersebut. Penelitian ini
untuk mengatasi resiko atau dampak yang muncul dalam penelitian ini adalah
(hidayat, 2010) :

1. Lembar Persetujuan
Diberikan pada responden, tujuannya adalah subyek mengetahui maksud,
tujuan dan harapan penelitian mempersilahkan responden menandatangani
lembar persetujuan. Bila responden menolak maka penelitian tidak memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
2. Tanpa Nama ​(Anonymity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan (​Confidentialy)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.
4. Keadilan ​(Justice)
Setiap subjek penelitian diberlakukan sama berdasarkan moral, maratabat,
dan hak asasi manusia. Peneliti tidak mengistimewahkan sebagian responden
dengan responden yang lain.
5. Keuntungan ​(Benefit)
Peneliti berusaha untuk memaksimalkan manfaat dari penelitian dan
meminimalkan kerugian yang terjadi. Manfaatnya baik untuk instansi terkait
ataupun untuk responden sendiri.

Anda mungkin juga menyukai