Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kinerja Tenaga


Keperawatan Rawat Inap Di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperolehp value

= 0,416 (p value> α) maka Ho diterima Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan mutu sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan

dengan kinerja tenagakeperawatan rawat inap di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan

Brandan Tahun 2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maulani dan Dasuki (2015)di

Rumah Sakit Umum Daerah H.Hanafie Muara Bungo, menyatakan tidak terdapat

hubungan yang signifikan artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

perawat dengan kinerja perawat rawat inap. Selanjutnya penelitian oleh Mathius et al

(2015) di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat rawat inap dengan p

value = 0,263, yang memberikan makna bahwa tingkat pendidikan perawat tidak

memiliki hubungan dengan kinerja tenaga keperawatan rawat inap di Rumah Sakit.

Secara teori yang mendukung penelitian ini, pendidikan berpengaruh terhadap

pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku

seseorang.Kinerja perawat yang baik tidak tergantung berdasarkan pendidikan yang

dimiliki, namun berdasarkan pengalaman selama bekerja (Yuniarsih dan Suwatno,

2017).

61
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan antara mutu SDM berdasarkan tingkat

pendidikan dengan kinerja tenaga keperawatan,bahwa hasil penelitian terhadap 31

responden di ruang rawat inap perawat Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan

2018,dapat disimpulkan dari 27 responden pendidikan tinggi dengan kinerja baik di

ruang rawat inap Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebanyak 19 orang

(70,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat mampu memberikan

pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dengan jenis penyakit yang berbeda-

beda. Sedangkan responden pendidikan tinggi tetapi kinerja kurang baik sebanyak 8

orang (29,7%). Hal ini dikarenakan perawat tidak melakukan komunikasi

interpersonal dengan tidak baik kepada pasien, tidak memberikan semangat dan

dorongan kepada pasien.

Dari 4 responden pendidikan menengah dengan kinerja baik sebanyak 2

(50,0%) responden. Hal ini dikarenakan responden memiliki masa kerja lebih lama 5

dan 7 tahun dalam bekerja sehingga lebih sering mendapatkan pelatihan-pelatihan

dari rumah sakit diantaranya manajemen nyeri, komunikasi efektif, bantuan dasar

hidup, lean manajemen yang berguna meningkatkan kinerja perawat. Sedangkan

responden pendidikan menengah dengan kinerja kurang baik sebanyak 2 (50,0%)

responden.Hal ini dikarenakan perawat memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun

sehingga masih sedikit pengalaman dalam bekerja dan belum banyak mendapatkan

pelatihan-pelatihan yang berguna meningkatkan kinerja perawat.

62
Menurut asumsi peneliti, bahwa tingkat pendidikan tinggi dan menengah

perawat dengan memiliki kinerja baik dikarenakan mampu memberikan pelayanan

asuhan keperawatan dengan sesuai standar serta memiliki pengalaman berkerja lebih

banyak.Sedangkan bahwa tingkat pendidikan tinggi dan menengah perawat dengan

memiliki kinerja kurang baik dikarenakan masa kerja yang masih sedikit sehingga

pengalaman bekerja masih sedikit.

5.2.Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Kinerja Tenaga Keperawatan


Rawat Inap Di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh p value

= 0,031 (p value< α) maka Ho ditolak Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan mutu sumber daya manusia berdasarkan pengetahuan dengan kinerja

tenaga keperawatan rawat inap di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan Tahun

2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Koro et al. (2014) di unit rawat

inap Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Kabupaten Wajo, menyatakan

terdapat hubungan yang signifikan artinya ada hubungan pengetahuan perawat

dengan kinerja perawat rawat inap. Selanjutnya penelitian olehMailool (2017) di RSU

Pancaran Kasih GMIM Manado, menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan kinerja perawat rawat inap dengan p value = 0,047, yang

memberikan makna bahwa semakin baik pengetahuan perawat maka semakin baik

kinerja perawat.

63
Secara teori yang mendukung penelitian ini, pengetahuan merupakan

informasi yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai

dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau

strategi tertentu (Nursalam, 2015).

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan antara mutu SDM berdasarkan

pengetahuan dengan kinerja tenaga keperawatan, bahwa hasil penelitian terhadap 31

responden di ruang rawat inap perawat Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan

2018, dapat disimpulkan dari12 responden dengan pengetahuan baikdengan kinerja

baik di ruang rawat inap Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebanyak 5

orang (41,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat sadar dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dengan tanggungjawab utama meningkatkan

kesehatan. Sedangkan responden pengetahuan baik tetapi kinerja kurang baik

sebanyak 7 orang (57,4%). Hal ini dikarenakan perawat beranggapan harus dilayani

dalam praktek asuhan keperawatan.

Dari 7 responden pengetahuan cukupdengan kinerja baik sebanyak 5 (71,4%)

responden. Hal ini dikarenakan perawat mengetahui Undang-Undang nomor 38 tahun

2014 yang mengatur dasar hukum praktik keperawatan. Sedangkan responden

pengetahuan cukup dengan kinerja kurang baik sebanyak 2 (28,6%) responden.Hal

ini dikarenakan perawat tidak mengetahui Undang-undang nomor 38 tahun 2014

yang mengatur dasar hukum praktik keperawatan.

64
Dari 12 responden dengan pengetahuan kurang dengan kinerja baik sebanyak

11 (91,6%) responden. Hal ini dikarenakanperawat sadar dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dengan tanggungjawab utama meningkatkan kesehatan, sehingga kinerja

baik dimiliki perawat dengan sadar akan tanggungjawab. Sedangkan responden

pengetahuan kurang dengan kinerja kurang baik sebanyak 1 (8,4%) responden. Hal

ini dikarenakan perawat dalam memberi asuhan keperawatan berwenang membantu

apoteker meresep obat, yang seharusnya tidak berwenang.

Menurut asumsi peneliti, bahwa pengetahuan baik karena perawat selalu

menyegarkan pengetahuan mengenai hal-hal terbaru praktik asuhan keperawatan,

sehingga perawat sadar dalam melaksanakan asuhan keperawatan tanggung jawab

utama meningkatkan kesehatan. Sedangkan perawat pengetahuan cukup karena

perawat jarang menyegarkan pengetahuan mengenai hal-hal terbaru praktik asuhan

keperawatan, sehingga ada perawat yang tidak tahu dasar hukum praktik

keperawatan. Kemudian perawat pengetahuan kurang disebabkan karena perawat

tidak menyegarkan pengetahuan mengenai hal-hal terbaru praktik asuhan

keperawatan, sehingga perawat beranggapan bahwa harus dilayani dan berwenang

membantu apoteker dalam meresep obat. Memiliki pengetahuan yang terbaru

mengenai asuhan keperawatan dapat membantu perawat dalam menjalankan profesi

keperawatan yang profesional.

65
5.3.Hubungan Keterampilan Perawat Dengan Kinerja Tenaga Keperawatan
Rawat Inap Di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan Tahun 2018

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh p value

= 0,718 (p value> α) maka Ho diterima Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan mutu sumber daya manusia berdasarkan keterampilan dengan

kinerja tenagakeperawatan rawat inap di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan

Tahun 2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Koro et al. (2014) di unit rawat

inap Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Kabupaten Wajo, membuktikan

tidak terdapat hubungan yang signifikan artinya tidak ada hubungan keterampilam

perawat dengan kinerja perawat rawat inap. Selanjutnya penelitian oleh Kesenda A et

al (2015) di RSUD Liunkendage Tahuna, menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan keterampilan dengan kinerja perawat rawat inap dengan p value = 0,748,

yang memberikan makna bahwa tidak ada hubungan keterampilan dengan kinerja

perawat rawat inap.

Secara teori yang mendukung penelitian ini, keterampilan merupakan hal

yang sangat penting dalam suatu profesi dan menjadi persyaratan bila profesi tersebut

ingin berkembang. Keterampilan dapat didefenisikan sebagai kemampuan atau

keahlian atau kemahiran yang diperoleh dari praktek atau pengetahuan (Nursalam,

2015).

66
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan antara mutu SDM berdasarkan

keterampilan dengan kinerja tenaga keperawatan, bahwa hasil penelitian terhadap 31

responden di ruang rawat inap perawat Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan

2018, dapat disimpulkan dari 27 responden dengan keterampilan baik dengan kinerja

baik di ruang rawat inap Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebanyak 19

orang (70,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat sebelum

menegakkan diagnosa keperawatan terlebih dahulu melaksanakan pengkajian

terhadap pasien, mencatatnya pada dokumentasi asuhan keperawatan dan sebelum

melaksanakan tindakan keperawatan mempersiapkan segala bahan serta peralatan

yang akan dipakai. Sedangkan responden keterampilan baik tetapi kinerja kurang baik

sebanyak 8 orang (29,7%). Hal ini dikarenakan perawat saat melakukan tindakan

keperawatan tidak ramah mengucapkan salam kepada pasien yang berguna sebagai

pembuka melakukan komunikasi interpersonal kepada pasien.

Dari 2 responden keterampilan cukup dengan kinerja baik sebanyak 1 (50,0%)

responden. Hal ini dikarenakan perawatmampu berkomunikasi interpersonal dengan

baik dan mampu menjelaskan tujuan tindakan keperawatan yang dilakukan.

Sedangkan responden keterampilan cukup dengan kinerja kurang baik sebanyak 1

(50,0%) responden.Hal ini dikarenakan perawat tidak mampu berkomunikasi

interpersonal dengan baik dan tidak mampu menjelaskan tujuan tindakan

keperawatan yang dilakukan kepada pasien.

Dari 2 responden dengan keterampilan kurang dengan kinerja baik sebanyak 1

(50,0%) responden. Hal ini dikarenakan perawat dengan masa kerja 13 tahun

67
sehingga sering mendapatkanpelatihan dari rumah sakit seperti manajemen nyeri,

komunikasi efektif, bantuan dasar hidup, lean manajemen. Sedangkan responden

keterampilan kurang dengan kinerja kurang baik sebanyak 1 (50,0%) responden. Hal

ini dikarenakan perawat dengan masa kerja 1 tahun yang mana belum atau minim

mendapatkan pelatihan dari rumah sakit.

Menurut asumsi peneliti, bahwa keterampilan baik karena perawat

melaksanakan prosedur asuhan keperawatan dengan baik dari perawat sering

mendapatkan pelatihan-pelatihan dari rumah sakit yang mendukung dalam praktik

asuhan keperawatan. Sedangkan perawat keterampilan cukup karena perawat kurang

membiasakan diri untuk mengucapkan salam terlebih dahulu yang berguna mampu

berkomunikasi interpersonal yang baik. Kemudian perawat keterampilan kurang

disebabkan karena perawat belum melaksanakan prosedur asuhan keperawatan

dengan baik dan perawat minim mendapatkan pelatihan-pelatihan dari rumah sakit

yang mendukung dalam praktik asuhan keperawatan.

68

Anda mungkin juga menyukai