Anda di halaman 1dari 47

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.SOETRASNO


REMBANG

SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Karya Husada Semarang

Oleh:
YUDA BAGUS YULYARTANTO
1403080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demi upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, diperlukan

dukungan sumber daya manusia khususnya perawat, yang mampu

mengemban tugas dan terus mengadakan perubahan. Keperawatan sebagai

bentuk pelayanan profesional adalah bagian integral yang tidak terpisahkan

dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini ditekankan dalam

Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dilakukan

dengan pengobatan dan atau perawatan. Keperawatan merupakan upaya untuk

menuju derajat kesehatan yang maksimal berdasarkan potensi yang dimiliki

dalam menjalankan kegiatan dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan1

Beban kerja perawat diartikan sebagai dimensi seluruh kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit

pelayanan keperawatan2. Dengan demikian beban kerja yang harus ditanggung

oleh perawat tergantung pada tugas perawat dalam suatu unit pelayanan

keperawatan. Beban kerja yang berlebihan akan berpengaruh terhadap

produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap

produktifitas rumah sakit itu sendiri.


Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus di perhatikan untuk

mendapatkan keserasian dan produktifitas kerja yang tinggi serta beban kerja

seorang perawat juga harus sesuai dengan kemampuan individu perawat

tersebut3

Setiap pelaksanaan proses keperawatan, perawat akan selalu melakukan

pencatatan atau yang sering disebut dengan pendokumentasian, mulai dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pendokumentasian merupakan suatu kegiatan pencatatan, pelaporan atau

merekam suatu kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk

pemberian pelayanan yang dianggap penting dan berharga. Pendokumentasian

yang tidak dilakukan dengan lengkap dapat menurunkan mutu pelayanan

keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat

keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan, dalam aspek legal

perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika klien menuntut ketidakpuasan

akan pelayanan keperawatan1

Dokumentasi asuhan keperawatan sangat penting bagi perawat sebagai

komunikasi antara tenaga medis lain. Di instrumen A terdapat beberapa item

yang telah ditetapkan oleh Depkes mulai dari pengkajian, diagnosa, rencana

tindakan, implementasi, dan evaluasi. Sayangnya, masih banyak perawat yang

kurang melengkapi dokumentasi keperawatannya namun ada juga perawat

yang sudah melengkapi dokumentasi dengan baik. Penelitian yang di lakukan

oleh Masri Saragih (2018) Dengan Judul Hubungan Servant Leadership

Dengan Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Rumah Sakit


Umum Sari Mutiara Medan Menunjukkan Bahwa 71,6% Kelengkapan

Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

Adalah Lengkap4.Hal ini menunjukkan bahwa dalam melengkapi

pendukumentasian perawat belum sepenuhnya dapat mencapai data yang

optimal5. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat

untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan yang lainnya dan

menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan di kerjakan oleh perawat.

Selain itu penulisan dokumentasi yang kurang lengkap akan berdampak pada

pekerjaan perawat yang bersangkutan tidak adekuat. Oleh sebab itu

pendokumentasian yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan

program menejemen resiko6.

Kurangnya dokumentasi asuhan keperawatan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor yang diteliti oleh Nursynta Kimalaha

(2018)adalah faktor beban kerja dalam penelitian tersebut menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dan

pendokumentasian proses keperawatan. Lebih lanjut lagi dalam penelitian

tersebut menerangkan bahwa beban kerja yang berat dapat mengakibatkan

pada pendokumentasian yang tidak lengkap7. Beban kerja perawat sebagai

dimensi seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat

selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan 2. Dengan demikian

beban kerja yang harus ditanggung oleh perawat tergantung pada tugas

perawat dalam suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja yang


berlebihan akan berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan

tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri.

penelitian Retnaningsih dan Fatwawati (2016) menemukan bahwa terdapat

perbedaan tingkat baban kerja pada setiap sif kerja, dengan tingkat beban

kerja yang terdapat pada sif sore (76,6%)8.

Survey yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Rembang pada ruang

rawat inap dengan jumlah perawat terdapat rawat inap diantara nya dahlia

sejumlah bangsal teratai, dahlia, cempaka, anggrek, fllamboyan, kartini 3,

serta terdapat 145 perawat aktif, Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4

orang perawat dibangsal teratai yang bertugas pada shift pagi didapatkan

bahwa tugas yang di kerjakan relative banyak, dikarenakan program

intervensi kepada pasien cenderung dilakukan pada sift pagi, wawancara juga

di lakukan pada 3 orang di bangsal melati didapatkan bahwa yang bertugas

pada shift siang melakukan pemeriksaan ttv dan menyiapkan terapi kepada

pasien berupa obat maupun injeksi dan melakukan program terapi saat sore

hari, serta ditemukan juga pada saat sift malam perawat harus berjaga

semalaman untuk mengawasi pasien serta melakukan pemeriksaan ttv pada

pagi hari. Wawancara dilakukan dengan 3 perawat di bangsal anggrek,

didapatkan hasil wawancara bahwa pasien yang menjadi tanggungjawab saya

terlalu banyak, serta banyak pasien yang meminta bantuan diluar tugas dan

tanggungjawab perawat. selain itu perawat juga merasa ada unsur keterpaksaan

dalam melengkapi asuhan keperawatan. kemudian hasil observasi dari 6

rekam medis yang ada diruang flamboyan di temukan bahwa pada item
tindakan atau implementasi perawat tidak mendokumentasiakan hasil dari

tindakan pendidikan kesehatan dan tindakan yang melibatkan pasien dan

keluarga terdokumentasi dengan baik. Selain itu format pendokumentasian

nya masih banyak dengan cara menulis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang “Hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD dr.Soetrasno Rembang”

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD dr.Soetrasno Rembang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui Hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik ( Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan)

perawat di RSUD dr.Soetrasno Rembang

b. Mendiskripsikan beban kerja perawat di RSUD dr.Soetrasno Rembang

c. Mendiskripsikan kelengkapan dokumen asuhan keperawatan di RSUD

dr.Soetrasno Rembang

d. Menganalisa hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD dr.Soetrasno Rembang

D. ManfaatPenelitian
1. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk:

a. Mengembangkan asuhan keperawatatan terkait hubungan beban

kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan

b. Mengembangkan program yang mendukung kelengkapan data

pasien

c. Menjawab keluhan paseintentang kelengkapan data pasien

d. Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien tantang data pasien

2. Rumah Sakit

Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai

bahan pendukung dalam upaya perbaikan dan pengembangan

manajemen pelayanan keperawatan di. Hasil penelitian juga diharapkan

agar rumah sakit memiliki evidence base sebagai dasar dalam

mengembangkan pelayanan keperawatan oleh pihak manajerial

rumahsakit RSUD dr.Soetrasno Rembang

3. IlmuKeperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan bidang keperawatan, dan dapat

dijadikan sebagai kerangka acuan bagi peneliti selanjutnya serta

memberikan informasi awal bagi pengembangan penelitian

keperawatandimasamendatang.
4. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi

untuk pengembangan penelitian selanjutnya terkait hubungan beban

kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi di RSUD dr.Soetrasno

Rembang
E. Originalitas
Tabel 1.1 Originalitas
Nama Dan Judul Metode Hasil Perbedaan
Tahun
Retnaningsih Beban Kerja Desain Hasil penelitian ini Perbedaan
, Fatmawati, Perawat Terhadap penelitian ini adalah beban kerja penelitian ini
(2016) Implementasi menggunakan perawat p value terletak pada
Patient Safety di total sampling 0.0009 dapat variabel
Ruang Rawat dengan disimpulakan ada implementasi
Inap RSUD pendekatan hubungan bermakna patient
Tugurejo crosssectional. antara beban kerja safetyteknik
Semarang. perawat dengan pengambilan
implementasi patient sampel total
safety. analisa data uji sampling, teknik
chi square. analisa data dan uji
chi square.
Widodo, Hubungan Peran Desain Hasil penelitian Perbedaan
Wungow, Ketua Tim penelitian menunjukkan nilai p penelitian terletak
Hamel, dengan Kinerja menggunakan value 0.003 terdapat pada variabel
(2016) Perawat observasional hubungan antara peran peran ketua tim,
Pelaksana dalam analitik ketua tim dengan kinerja perawat
Pendokumentasia dengan kinerja perawat pelaksana, jenis
n Asuhan pendekatan pelaksana dalam penelitian teknik
Keperawatan di cross pendokumentasian non prability
Irina F RSUP sectional. asuhan keperawatan sampling
Prof DR. R. D. Besar sampel pengambilan
Kandou Manado. 30, analisis sampel dengan
data total sampling,
menggunakan teknik analisis data
Fisher’s Exact Fisher’s
Test
Wirawan Hubungan Antara menggunakan Hasil penelitian variabel supervisi
Novitasari Supervisi Kepala metode menunjukkan nilai p kepala ruang,
Wijayanti Ruang Dengan korelatif value sebesar 0,000 teknik
(2013) Pendokumentasia kuantitatif terdapat hubungan pengambilan
n Asuhan dengan antara supervise kepala sampel dengan
Keperawatan Di pendekatan ruang dengan total populasi, dan
Rumah Sakit cross pendokumentasian teknik analisa data
Umum Daerah sectional. asuhan keperawatan di dengan uji chi
Ambarawa Besar sampel RSUD Ambarawa. square.
81, analisa
data
menggunakan
uji chi square
BAB 2

TINJAUAN TEORI
A. BebanKerja

1. Pengertian

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja yaitu besarnya atau

beratnya suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh sesorang, suatu

jabatan atau unit organisasi yang merupakan hasil kali antara waktu

kerja dan volume kerja9. Beban kerja merupakan faktor paling

signifikan, yang dapat mempengaruhi retensi staff keperawatan layanan

rumah sakit10 .Sedangkan beban kerja menurut (Giammona et al. 2016)

adalah beban kerja yang bersifat kuantitatif jika dihitung berdarkan

banyak atau jumlah tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam

memenuhi kebutuhan pasien, dan beban kerja bisa bersifat kualitatif jika

pekerjaan yang dilakukan oleh perawat menjadi tanggung jawab yang

harus dilaksanakan oleh perawat atau suatu propesi11.

2. Faktor yang mempengaruhi beban kerja peraewat

Kegiatan keperawatan sebagai berikut12 :

a. Kegiatan keperawatan secara langsung Kegiatan keperawatan

langsung atau disebut (Direct care) yaitu suatu kegiatan yang

berfokus pada pasien dan keluarga pasien, seperti : melakukan

komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien, memeriksa

kondisi pasein, membatu pasien pasien eliminasi, memberikan

nutrisi kepada pasien dan mengukur tanda-tanda vital pasien.


b. Kegiatan keperawatan secara tidak langsung Kegiatan

keperawatan tidak langsung yaitu suatu tindakan yang tidak

secara langsung berhungan atau kontak dengan pasien, seperti :

mengisi asuhan keperawatan, membut diagnose,

mendokumentasikan hasil pengkajian dan menyusun intervensi,

melakukan kolaborasi dengan dokter dan lain-lain.

c. Kegiatan pribadi perawat Kegiatan pribadi perawat yaitu suatu

kegiatan untuk memenuhi keperluan perawat itu sendiri seperti;

makan, solat, mandi, dan ganti pakaian.

d. Kegiatan non produktif 12 Kegiatan non produktif yaitu suatu

kegiatan yang tidak berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab

perawat, misalnya : membaca Koran, nonton tv, berbincang-

bincang dan melakukan telponan bersifat urusan pribadi.Perawat

3. Mengukur Beban Kerja Perawat

Mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem

klasifikasi klien. Perhitungan ini menghasilkan perhitungan beban kerja

yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi klien dikelompokkan

sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan

serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan13.

Lebih jauh Swansburg & Swansburg membagi tingkat ketergantungan

klien menjadi lima kategori14:


a. Kategori 1 Perawatan Mandiri

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan

bantuan yang minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri,

dan kebutuhan eliminasi dapat ke kamar mandi sendiri serta

mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri.

2) Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur

diagnosik sederhana, check-up, bedah minor.

3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi,

membutuhkan penjelasan untuk tiap prosedur tindakan,

membutuhkan penjelasan waktu, tempat dan orang tiap shift.

4) Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan

pengobatan sederhana.

b. Kategori 2 Perawatan Minimal

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan / minum perawat membantu dalam

mempersiapkan, masih dapat makan dan minum sendiri,

merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian juga dengan

penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sediikit

bantuan.

2) Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tanda-

tanda vital, urine diabetik, drainage atau infus.


3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap

shift, klien mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat

dikendalikan dengan obat.

4) Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap

shift. Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan

tindakan. Perlu observasi status mental setiap 2 jam.

c. Kategori 3 Perawatan Moderat

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan

menelan makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri,

eliminasi disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap

shift, kenyamanan posisi tergantung kepada perawat.

2) Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu

observasi fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7

jam.

3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30

menit setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan

dengan obat. d. Pengobatan dan tindakan perlu 30-60 menit per

shift, perlu sering diawasi terhadap efek samping atau reaksi

alergi. Perlu observasi status mental setiap 1 jam.

d. Kategori 4 Perawatan Ekstensif (Semi Total)

1) Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai

berikut : makan dan minum, tidak bisa mengunyah dan menelan,


perlu sonde, merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan,

perawatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu,

eliminasi sering ngompol lebih dari dua kali setiap shift.

Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang.

2) Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan,

gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau.

3) Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu

lebih dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak

dapat dikontrol atau dikendalikan dengan obat.

4) Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift.

Pengobatan lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi

status mental perlu lebih sering (kurang dari 1 jam).

e. Kategori 5 Perawatan Intensif (Total) Klien yang termasuk dalam

kategori ini memerlukan pengawasan secara intensif terus-menerus

dalam setiap shift dan dilakukan satu perawatan untuk satu klien.

Semua kebutuhan klien diurus/dibantu oleh perawat.10 Sedangkan

kebutuhan waktu untuk pendidikan kesehatan, pengobatan dan

tindakan lain.

4. Teknik Perhitungan Beban Kerja

Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan

dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu dengan menunjukkan langsung pada yang
bertugas, hasilnya bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan

beban kerja personal tersebut dan sangat subjektif. Swansburg and

Swansburg mengatakan bahwa ada empat teknik perhitungan beban kerja

perawat, yaitu14,2 :

a. Time Study and Task Frequency

Time Study and Task Frequency Adalah studi untuk menghitung beban

kerja dari segi kualitas yang dikaitkan pekerjaan dengan waktu yang

dibutuhkan. Tujuannya untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu kegiatan, langkah-langkahnya adalah :

1) Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan.

2) Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu yang

digunakan.

3) Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi

responden

4) Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam.

b. Work sampling (merupakan variasi dari time study and task frequncy)

Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat.

Informasi yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu dan kegiatan

yang dilakukan oleh perawat melalui pengamatan interval waktu

tertentu atau secara random sebagai sample kegiatan. Pada work

sampling orang yang diamati harus dilihat/ amati dari kejauhan. Dalam

penelitian Ilyas menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-hal

spesifik terhadap pekerjaan seperti :


1) aktifitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja;

2) apakah aktivitas personal tersebut berkaitan

Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan survey adalah :

1) Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti

2) Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan simple

random sampling

3) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan

sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif atau diklasifikasikan

kegiatan langsung dan tidak langsung.

4) Melatih pelaksana peneliti tentang pengamatan kerja dengan

menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan memiliki latar

belakang sejenis dengan subjek yang ingin diamati. Setiap peneliti/

pengamat akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas saat

itu.

5) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 – 15

menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan perawat.

Semakin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati, maka

makin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek jarak

pengamatan semakin banyak sampel pengamatan yang dapat

diambil oleh peneliti sehingga akurasi penelitian Universitas

Sumatera Utara menjadi lebih akurat. Pengamatan dilakukan selama

jam kerja (7 jam) dan bila jenis tenaga yang diteliti berfungsi 24

jam atau 3 shift, maka pengamatan dilakukan sepanjang hari.


c. Continous sampling sama dengan work sampling, perbedaannya

terletak pada cara pengamatan yang dilakukan terus-menerus terhadap

setiap kegiatan perawat dan dicatat secara terperinci serta dihitung

lamanya waktu untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pencatatan

dilakukan mulai perawat datang sampai pulang. Pengamatan dapat

dilakukan pada satu atau lebih responden secara bersamaan15.

d. Self Reporting (variasi time study and task frequency) Perawat

memeriksa daftar kegiatan yang ditetapkan lebih dahulu atau formulir

tugas harian yang dilaksanakan. Catatan-catatan dalam formulir tugas

harian dapat dibuat untuk periode waktu tertentu untuk pekerjaan-

pekerjaan yang ditugaskan. Dengan formulir tugas harian akan

didapatkan data tentang jenis kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan

dilakukan.

Menurut Ilyas cara lain untuk menghitung beban kerja personal perawat

dapat dilakukan dengan cara15:

1) Time and Motion Study Observer

Mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang

dilakukan oleh perawat yang sedang diamati. Teknik ini tidak

sekedar mengetahui beban kerja dari personel/perawat tetapi juga

dapat mengetahui kualitas/mutu kerja personel yang diamati. Pada

teknik ini ditetapkan sampel perawat yang diklasifikasikan sebagai

tenaga perawat mahir, maka penentuan sampling dengan cara

purposive sampling. Jumlah perawat yang diamati dapat satu orang


saja sepanjang perawat tersebut dapat mewakili klasifikasi perawat

mahir. Pelaksana pengamatan juga dilakukan oleh perawat mahir

yang memiliki kompetensi dan fungsi perawat mahir bidangnya dari

rumah sakit yang berbeda. Penelitian dengan time dan motion study

dapat juga untuk mengevaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan dan

pendidikan bersertifikat keahlian.

2) Daily log

Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling. Kegiatan

pada teknih ini adalah orang yang diteliti menulis sendiri kegiatan

yang ia lakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

kegiatan tersebut. Daily log sangat bergantung pada relatif sederhana

dan murah karena peneliti hanya menyiapkan pedoman dan formulir.

Gillies mengatakan metode atau teknik daily log ini memiliki

kelemahan seperti ketidakcakapan beberapa perawat dalam

melaporkan kegiatan yang mereka lakukan secara objektif atau

mengatur waktunya secara akurat13. Bahkan perawat bisa cenderung

untuk menghitung waktu yang digunakan pada kegiatan yang bernilai

tinggi saja misalnya kegiatan mengganti balutan dan mengabaikan

menghitung waktu untuk kegiatan yang dianggap tidak penting,

misalnya mengambil hasil foto ke bagian radiologi, dan sebagainya.

Penelitian persepsi perawat tentang beban kerja perawat ini akan

diteliti dengan menggunakan teknik kuantitatif survey descriptive

adalah penelitian yang dilakuakan tanpa intervensi terhadap subjek


penelitian (perawat) dengan pertimbangan teknik ini sesuai dengan

tujuan dimana akan diketahui persepsi perawat tentang beban kerja

perawat.

B. Perawat

1. Definisi Perawat

Menurut Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat

adalah tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan,

kewenangan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh

pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan16.Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat

baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-

undangan12.

2. Fungsi Perawat

Fungsi utama perawat adalah membantu pasien baik dalam kondisi

sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui layanan

keperawatan. Dalam menjalankan perannya perawat akan melaksanakan

berbagai fungsi yaitu: fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi

interdependen17

a. Fungsi Independen
Tindakan perawat yang bersifat mandiri tanpa instruksi dokter dan

dilakukan berdasarkan pada ilmu keperawatan.

b. Fungsi Dependen.

perawat bertanggung jawab terhadap tindakan dan akibat yang

timbul pada klien yang menjadi tugas perawatannya, sedangkan

tindakan perawat yang dilaksanakan dibawah pengawasan dan atas

instruksi dokter, yang seharusnya tindakan tersebut dilakukan dan

menjadi wewenang dokter

c. Fungsi Interdependen

Perawat melakukan aktifitas yang dilaksanakan dan berhubungan

dengan pihak lain atau tenaga kesehatan lainnya17.

3. Peran Perawat

Menurut Rifani dan Sulihandari (2013), keperawatan memiliki peran-

peran pokok dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Peran pokok erawat

antara lain sebagai berikut12:

1) Caregiver (pengasuh)

Perawat membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

dan mendapatkan kesehatannya kembali melalui proses penyembuhan

dengan pemberian asuhan keperawatan

2) Client advocate (advokat klien)

Perawat bertugas mempertahankan lingkungan yang aman,

mencegah terjadinya kecelakaaan dan hal yang merugikan bagi klien.


Sebagai advokat, perawat membantu klien mengutarakan hak-haknya,

melindungi hak-hak klien sebagai manusia dan secara hokum

3) Counselor

Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,

perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan.Biasanya dilakukan oleh perawat dalam level

struktural.

4) Educator (pendidik)

Perawat dengan segenap kemampuan membantu klien kembali

meningkatkan fungsi maksimal dirinya setelah mengalami kecelakaan,

sakit ataupun peristiwa lain yang menyebabkan klien kehilangan

kemampuan dan menyebabkan ketidakberdayaan

5) Coordinataor (koordinator)

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuhan klien.Dalam rumah sakit ataupun tempat pelayanan

kesehatan lainnya dijalankan oleh perawat sruktural atau kepala ruangan

dan setingkatnya.

6) Collaborator (kolaborator)
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya.Sehingga perawat tidak bisa menjalankan

peranan ini bila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang

terkait.

7) Consultan (konsultan)

Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan

atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberikan.Dan biasanya diberikan oleh para perawat

senior dalam suatu lahan pelayanan perawatan.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Perawat

a. Tugas perawat ,memurut (potter & perry 2010) adalah sebagai

berikut17;

1) Since interset, yaitu perawat menyampaikan rasa hormat dan

perhatian pada klien.

2) Explanation about the delay, yaitu perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya apabila perawat

terpaksa menunda pelayanan.

3) Perawat memperlihatkan kepada klien sikap menghargai

(respect) yang tercermin melalui perilaku perawat. Misalnya


tersenyum, mengucapkan salam, bersalaman, membungkuk, dan

sebagainya.

4) Subject the patients desires, perawat saat melakukan komunikasi

kepada klien, harus berorientasi pada perasaan klien bukan pada

keinginan atau kepentingan perawat.

5) Derogatory, perawat tidak membicarakan klien lain dihadapan

pasien dengan maksud menghina.

6) See the patient point of view, perawat mencoba memahami klien

dari sudut pandang klien serta menerima sikap kritis klien.

Managemen pengorganisasian pelayanan dan asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non

profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk

rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau

keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang

berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan.

Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang klien18

b. Tanggung jawab perawat bersumber dari kebutuhan individu

terhadap perawatan17 sedangkan menurut Kusnanto (2011), tanggung

jawab perawat kepada klien mencakup aspek biologi, psikologi,

sosial, kultural, dan spiritual dalam memenuhi kebutuhan dasar klien,

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi19;
1) Membantu klien memperoleh kembali kesehatannya.

2) Membantu klien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

3) Membantu klien yang tidak dapat disembuhkan untuk menerima

kondisinya.

4) Membantu klien yang menghadapi ajal untuk diperlakukan

secara manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal dengan

tenang.

C. Dokumentasi keperawatan

1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat

seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis

keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan

penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan

dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum20.

2. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan

Berdasarkan penjelasan Ali (2009) menjelaskan tujuan dokumentasi asuhan

keperawatan keperawatan yaitu21:

a. Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan

informasi dalam asuhan keperawatan.

b. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau

dengan pihak lain melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.

d. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.


e. Tersedianya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan

penanganan secara hukum.

f. Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya

ilmiah, pendidikan, dan penyusun/penyempurnaan standar asuhan

keperawatan.

g. Melindungi klien dari tindakan malpraktek

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pendokumentasian2

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dipicu oleh beberapa faktor

yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) , merupakan faktor

yang mendasari untuk terjadi nya perilaku tertentu faktor ini

bersifat internal yang teridiri : Pengetahuan, sikap, nilai budaya,

kepercayaan dari orang terhadap perilaku tertentu, karakteristik

individu seperti :

1) Umur

2) Jenis Kelamin

3) Tingkat Pendidikan

4) Pengetahuan

b. Faktor Pemungkin ( Enabling Factor), faktor yang mendsari

perilaku tertentu, faktor ini terjadi diluar individu, yang terdiri

dari

1) ketersedian pelayanan(petugas/fasilitas)

2) biaya
3) adanya aturan dan komitmen ( Prosedur tetap dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan)

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor) faktor yang memperkuat

terjadi nya sesuatu, yaitu

1) Dukungan

2) Kritik dan Saran

3) Reward/Hadiah

4) Punishmen/Hukuman

4. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Standar asuhan keperawatan adalah pedoman terperinci yang

menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi

yang spesifik. Standar asuhan keperawatan harus menunjukan asuhan yang

menjadi tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan tingkat

ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada tahapan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi6. Ali (2009) menjelaskan tentang

standar asuhan keperawatan dari Departemen Kesehatan RI dengan SK

Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tentang pemberlakuan

standar asuhan keperawatan di rumah sakit, yaitu21 :

a. Standar I : Pengkajian keperawatan Tahapan pengumpulan data

tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,

singkat dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh melalui


anamnesa, observasi, dan pemeriksaan penunjang dan kemudian

didokumetasikan.

b. Standar II : Diagnosis Keperawatan Tahapan ini perawat menganalisa

data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan, adapun

kriteria proses yaitu :

1) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi

masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

2) Diagosa keperawatan terdiri dari masalah (p), penyebab (E), dan

tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

3) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa

c. Standar III : Perencanaan keperawatan Tahapan ini perawat

merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam melakukan

perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.

d. Standar IV : Implementasi Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

e. Standar V : Evaluasi Tahapan ini perawat melakukan tindakan

intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

5. Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan

arah dalam pemeliharaan pencatatan/ dokumentasi kegiatan serta petunjuk

dalam membuat pola/ format pencatatan yang tepat. Dokumentasi yang

baik harus mengikuti karakteristik standar keperawatan17. Standar

dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas

dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi

tertentu22.

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) juga

merupakan salah satu sistem klasifikasi keperawatan yang terstandarisasi,

sebagai sistem klasifikasi untuk proses analisis dan penyajian akhir data

pengkajian dan identifikasi masalah pasien22. Penggunaan sistem

klasifikasi akan memudahkan perencanaan dan intervensi untuk

membantu pasien mengatasi masalah penyakitnya dan memperoleh

kembali status kesehatan dan aktivitasnya yang normal. Sistem klasifikasi

yang juga telah dikembangkan dalam keperawatan adalah Nursing

Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification

(NOC)23.

Nursing Outcome Classification (NOC) adalah standarisasi

penggolongan kriteria hasil dari pasien yang menyeluruh untuk


mengevaluasi efek dari intervensi keperawatan. Hasil NOC merupakan

konsep netral yang merefleksikan pernyataan atau perilaku pasien

(ingatan atau memori, koping, dan istirahat) [23] . NOC merupakan salah

satu bahasa standar yang diakui oleh American Nursing Association

(ANA). Sebagai bahasa yang diakui memenuhi standar pedoman yang

ditetapkan oleh bahasa Informasi Keperawatan ANA dan Data Set

Evaluasi Pusat (NIDSEC) untuk vendor sistem informasi. NOC termasuk

dalam Perpustakaan Nasional Metathesaurus Kedokteran Ahli Bahasa

Medis Bersatu dan Indeks Kumulatif untuk Sastra Keperawatan

(CINAHL) dan telah disetujui untuk digunakan oleh Kesehatan Tingkat 7

Terminologi (HL7)22

Manfaat standarisasi bahasa NOC dalam Keperawatan menurut

(Moorhead, 2013) adalah23 :

a. Memberikan label-label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang

komprehensif. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

b. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat

digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.

c. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status

kesehatan yang umum. Ini memberikan secara langsung untuk

mengidentifikasi masalah ketika ukuran status kesehatan umum

diluar rentang yang dapat diterima.


d. Memberikan kriteria hasil yang cepat penerimaan sepanjang rentang

kriteria hasil yang memberikan informasi kuantitatif tentang kriteria

hasil pasien yang diterima dalam organisasi atau sistem manajemen.

e. Memfasilitasi identifikasi pernyataan faktor risiko untuk kelompok

populasi. Ini merupakan langkah yang dibutuhkan dalam pengkajian

variasi kriteria hasil.

f. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil yang memberikan

informasi kuantitatif tentang kriteria hasil pasien yang diterima dalam

organisasi atau sistem manajemen.

NIC adalah suatu standar klasifikasi keperawatan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

NIC adalah suatu daftar list intervensi perawatan menyeluruh, yang

dikelompokan berdasarkan label yang diuraikan pada aktivitas. Aktivitas adalah

tindakan atau perlakuan spesifik yang dilakukan untuk menerapkan suatu

intervensi, membantu pasien untuk bergerak kearah aktivitas hasil22.


D. Kerangka Teori

1. Kategori
Perawatan
Mandiri
2. KategoriPerawatan
Minimal Beban Kerja Perawat
3. KategoriPerawatan
Moderat
4. KategoriPerawatan
Ekstensif
5. KategoriPerawatan Faktor yang
Intensif Pendokumentasian mempengaruhi
Asuhan Keperawatan dokumentasi :
1. Kegiatan 1. Faktor
keperawatan Predisposisi
langsung atau 2. Faktor
Pemungkin
disebut (Direct care)
1. Pengkajian 3. Faktor Penguat
2. Kegiatan
2. Diagnosa
keperawatan secara 3. Intervensi
tidak langsung 4. Implementasi
3. Kegiatan pribadi 5. evaluasi
perawat
4. Kegiatan non
produktif 12jam

(Sumber2,22,19,12,23)
E. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Beban Kerja Perawat Kelengkapan


dokumentasi asuhan
keperaawatan

F. Variabel

1. Variabel bebas (Independen): Adalah variabel yang dapat mempengaruhi

atau menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

(dependen)24. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja perawat

2. Variabel terikat (Dependen): adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas24. Variabel Terikat dalam penelitian ini

adalah adalah kelengkapan dokumentasi keperawatan

I. Hipotesa

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut24.Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Ha : Ada hubungan beban kerja perawat terhadap kelengkapan

dokumentasi keperawatan di RSUD dr. Soetrasno Rembang


2. H0 : Tidak ada hubungan antara beban kerja terhadap kelengkapan

dokumentasi keperawatan di RSUD dr. Soetrasno Rembang


BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

noneksperimental dengan desain penelitian analitik dimana bertujuan untuk

mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan di RSUD dr. Soetrasno Rembang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat

dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan di RSUD dr. Soetrasno

Rembang, Penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah

yaitupengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan

laporan.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik correlational.

Penelitiansurvei merupakan penelitian pengamatan yang berskala besar pada

suatukelompok manusia. Jadi bahan yang dikumpulkan dalam survei adalah

data yangterdapat dalam kehidupan sehari- hari dan berjalan secara wajar.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang memenuhi kriteria

tertentu untuk diteliti25 Populasi dari penelitian ini adalah perawat ruang

rawat inap dan kepala ruang sebanyak 65 orang.

a. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.[24] Sampling adalah

proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang

ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh untuk

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

degan keseluruhan subjek penelitian25.Teknik sampel dalam penelitian ini

menggunakan Proposive sampling dimana peneliti memnentukan

pengambilan sample berdasarkan kriteria atau ciri ciri khusus25.

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria

inklusi pada penelitian ini :

a) Perawat di ruang rawat inap RSUD dr. Soetrasno Rembang

b) Sehat jasmani dan rohani

c) Minimal sudah bekerja selama 1 tahun

d) Minimal DIII Keperawatan

2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab [24].

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a) Perawat yang sedang cuti

Untuk menentukan besar sampel yang akan diteliti menggunakan rumus

Solvin sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N ( e )

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%.

Berdasarkan rumus diatas diperkirakan besar sampel yangdiperoleh yaitu:

e= (10)/65 = 0,13/0,1 e2 = 0,1 dikuadratkan (0,1 x 0,1= 0,01)

65
n= 2
1+65 (0,1)
65
n=
1+65 (0.01)
65
n=
1+0,65
65
n=
1,65
n=39 Responden
Dari perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 39 responden

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini Januari – September 2021

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD dr. Soetrasno Rembang.

D. Defenisi operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini diuraikan untuk

memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan

diteliti, dan untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam analisis

selanjutnya25.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Variabel Defenisi operasional Alat Hasil ukur Skala
ukur
Beban Kerja Volume kegiatan yang Kuesion Beban Kerja ordinal
Perawat dilakukan oleh perawat er Rendah ≥ Mean
dalam waktu tertentu sesuai (10,5)
dengan tenaga keperawatan Beban Kerja
yang bekerja. Tinggi < Mean
(10,5)
Dokumentas suatu catatan yang memuat Instrume Dokumentasi Ordinal
i Asuhan seluruh data yang n Baik
Keperawatan dibutuhkan untuk Dokume ≥ Mean (20,8)
menentukan diagnosis ntasi Dokumentasi
keperawatan, perencanaan Kepera Kurang Baik
keperawatan, tindakan watan < Mean (20,8)
keperawatan, dan penilaian
keperawatan yang disusun
secara sistematis, valid, dan
dapat
dipertanggungjawabkan
secara moral dan hukum

E. Alat Pengumpulan Data

1. Tahap pengumpulan data

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk pengumpulan data

berupa kuesioner.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data

primer, yaitu data di peroleh dengan memberikan kuesioner tentang hubungan

beban kerja perawat dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan di RSUD

dr. Soetrasno Rembang

2. Alat pengumpulan data


1. Kuesioner beban kerja, merupakan alat ukur beban kerja perawat selama

berdinas di RSUD dr. Soetrasno Rembang dengan cara mencentang

pilihan ya atau tidak

2. Instrument evaluasi dokumentasi keperawatan merupakan alat ukur

pendokumentasian asuhan keperawatan di bangsal dewasa di RSUD dr.

Soetrasno Rembang, dengan cara mencentang pilihan ya atau tidak.

BENTUK INSTRUMENNYA MANA???

UJI VALIDITAS REABILITASNYA MANA???

F. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap-tahap pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Tahap orientasi

a. Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari

STIKES Karya Husada Semarang, peneliti datang ke KesBangPol

setelah surat keluar kemudian dilanjutkan ke Dinkes untuk

mendapatkan ijin penelitian.

b. Setelah peneliti mendapatkan ijin penelitian dari KesBangPol dan

Dinkes kemudian melanjutkan surat ke RSUD dr. Soetrasno

Rembang, peneliti meminta data jumlah perawat di RSUD dr.

Soetrasno Rembang

c. kemudian menyusun rencana untuk penelitian.


d. Peneliti menyusun rencana untuk penelitian dengan bantuan 3 orang

enumerator kemudian peneliti menjelaskan cara kerja enumenator.

Tugas enumerator yaitu pengumpulan data atau menyebarkan lembar

persetujuan kepada responden, kemudian mengecek data yang telah

diisi oleh responden.

e. Persiapan alat

f. Persiapan alat menggunakan Kuesioner beban kerja, Lembar

Observasi, dan alat tulis

g. Data yang telah lengkap terisi dilanjutkan ke pengolahan data untuk

mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

dokumetasi keperawatan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti menemui perawat aktif di rsud ungaran yang bersedia

menjadi responden.

b. Peneliti menanyakan kesanggupan perawat untuk menjadi responden.

c. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian

d. Setelah responden memahami tujuan penelitian, responden diminta

menandatangani surat pernyataan yang bersedia menjadi responden

e. Peneliti membagikan kuesioner beban kerja pada responden untuk di

isi

f. Peneliti melakukan observasi kelengkapan dokumentasi

g. Setelah selesai pasien di beritahukan hasil penelitian

3. Tahap terminasi
a. Data hasil penelitian kemudian di check kelengkapannya.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah lengkap terisi dilanjutkan ke pengolahan data Pengolahan

Data Pengolahan data dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu :25

1. Editing

Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan antara lain mengenai kesesuaian

jawaban kelengkapan pengisian,(consistensy) jawaban responden. Dalam

editing tidak dilakukan penggantian atau penafsiran atas jawaban responden.

2. Scoring

Scoring adalah suatu kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan. Scoring dalam penelitian ini

Total nilai (score):

a. Kuesioner Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

1) YA : 1

2) TIDAK : 0

b. Kuesioner Beban Kerja Perawat

1) Ya = 1

2) Tidak = 0

3. Coding

Kegiatan pengkodean dilakukan setelah editing berupa pemberian nilai

sesuai jawaban untuk memudahkan dalam pengolahan data.

a. Koding kuesioner beban kerja perawat

a. Kode 1 : Beban Kerja Rendah ≤ Mean


b. Kode 2 : Beban Kerja Tinggi > Mean

b. Koding Kuesioner kelengkapan dokumentasi

a) Kode 1 : Dokumentasi Baik ≥ Mean

b) Kode 2 : Dokumentasi Kurang Baik < Mean

4. Tabulating

Data disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisis yaitu proses

penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan.

5. Entry Data

Entry adalah proses pengumpulan data, mengkonversikan data tersebut

ke dalam program pengolahan data, dan menyimpannya di program computer.

Peneliti melakukan pengumpulan data kemudian mengkonversikan data ke

program pengolahan data. Hasil pengolahan data yang sudah jadi kemudian

dilakukan analisis data.

6. Cleaning

Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang telah dimasukan

untuk pengecekan ulang pada data-data yeng telah dimasukkan untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.

Tahapan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi oleh peneliti

H. Analisis Data

1. Analisis univariate
Analisis univariate adalah cara analisis untuk variabel tunggal.

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

jenis datanya. Data numerik digunakan nilai mean dan median. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari tiap variable25.

2. Analisis bivariate

Analisis bivariate adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara

satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Pada penelitian ini

variabel independen dan variabel dependen adalah kategorik dan kategorik,

maka menggunakan analisis chi-square.

Syarat uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang digunakan

besar, sebab ada beberapa syarat chi-square dapat digunakan yaitu :

a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau di sebut juga

actual count (F0) sebesar 0 (Nol);

b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2 maka tidak boleh ada 1 cell saja

yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga exepected count

(“Fh”) kurang dari 5;

c. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, maka jumlah cell

dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

Nilai á yang digunakan adalah 0,05. Berdasarkan nilai p pada uji chi

square, Ho diterima jika nilai p > á, , maka tidak ada hubungan beban kerja
dan kelengkapan dokumentasi , jika Ho ditolak dan Ha diterima p ≤ 0,05,

artinya ada hubungan beban kerja dan kelengkapan dokumentasi25

I. Etika Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini melaksanakan prinsip etika dalam penelitian

atau pengumpulan data yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan25

1. Informed Consent

Peneliti memberikan informasi secara lengkap kepada responden tentang

tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Peneliti juga menyampaikan

bahwa data yang diperoleh dari responden hanya dipergunakan untuk

pengembangan ilmu. Peneliti tidak memaksa calon responden untuk

menandatangani lembar persetujuan ketika mereka tidak bersedia membantu

penelitian.

2. Anonymity

Peneliti menjaga kerahasiaan responden yaitu peneliti tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data nama,

cukup dengan memberi inisial pada masing-masing lembar tersebut

3. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh

responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


4. Justice

Peneliti menjamin seluruh responden diperlakukan secara baik-baiknya dan a

dil selama melakukan penelitian.

5. Beneficiency

Peneliti dalam penelitian ini mempertimbangkan keuntungan dan kerugian

yang bisa ditimbulkan bagi responden. Keuntungan yang diperoleh bagi

responden adalah responden bisamenambah wawasan dalam menjalankan

perannya dalam melakuakan pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Keliat, B. A. & A. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Egc (EGC,


2010).
2. Nursalam. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Salemba
Medika, 2014).
3. Manuho, E., Warouw, H,. & Hamel, R. Hubungan beban kerja perawat dengan
kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di instansi rawat inap CI
RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. J. Keperawatan3, (2016).
4. Masri Saragih. Hubungan Servant Leadership Dengan Kelengkapan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.
(2018).
5. Wirawan, E., Novitasari, D. & Wijayanti, F. Hubungan Antara Supervisi
Kepala Ruang Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ambarawa. J. Manaj. Keperawatan1, 111475 (2013).
6. Dinarti, Ratna A, Heni N, & R. C. Dokumentasi Keperawatan. (Trans info
medika., 2009).
7. Kimalaha, N., Mahfud & Anggraini, A. N. Pengetahuan dan Beban Kerja
Perawat Berhubungan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Bangsal Penyakit Dalam dan Bedah. Indones. J. Hosp. Adm.1,
79–88 (2018).
8. Retnanigsih, D & Fatmawati, D. Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi
Patient Safety di Ruang Rawat Inap. J. Keperawatan Soedirman.11, (2016).
9. Negeri, D. D. Permen Damneg No. 12 tahun 2008 tentang Pedoman Analisa
Beban Kerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah Jakarta. (2008).
10. Khoirunnissa, D. Beban Kerja Perawat Berhubungan Dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Rawat Inap RSUD Panembahan
Senopati Bantul. J. Teknol. Kesehat.5, (2019).
11. Giammona, S. et al. Nursing workload and staff allocation in an Italian
hospital: A quality improvement initiative based on nursing care score. Cent.
Eur. J. Nurs. Midwifery7, 420–427 (2016).
12. Nisya Rifiani dan Hartanti Sulihandari. Prinsip- Prinsip Dasar Keperawatan.
(Dunia cerdas, 2013). doi:10.1190/segam2013-0137.1.
13. Gillies D.A. Nursing Management a Syestem Approach. Third edition : WB
Saunders. Philadelpia. (WB Saunder, 2009).
14. Swansburg, R. C. Legal Principles of Nursing: Introduction to Management
and Leadership for Nurse Managers. (2012).
15. Ilyas, Y. Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. (UGM, 2012).
16. Wardah, Febrina, D. Pengaruh Pengetahuan Perawat Dalam Pemenuhan
Perawatan Spiritual Pasien Di Ruang Intensif. J. Edurance2, (2017).
17. Potter dan Perry. Fundamental keperawatan. (Salemba Medika, 2010).
18. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Profil Perawat Nasional di
Indonesia. (PPNI, 2014).
19. Kusnanto. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. (EGC, 2011).
20. Kementerian Kesehatan. Permenkes RI Nomor 1691/Menke.Per/Viii/ 2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. (2011).
21. Ali, H, Z. Dasar - dasar Dokumentasi Keperawatan. (EGC, 2009).
22. Ahern R,Nancy, dan W. Buku saku diagnosis nanda,. (EGC, 2011).
23. Moorhead, S., Johnson, M., L.Maas, M. and Swanson, E. Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes. (Mosby Elsevier).
24. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. (Salemba
Medika, 2011).
25. Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan,. (Rineka Cipta, 2014).

Anda mungkin juga menyukai