Anda di halaman 1dari 8

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN

BENCANA

DI SUSUN OLEH :

Fadhila Yuana M (1907073)

Muna Suseptia R ( 1907076)

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane
menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-
bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan
terkait dengan evidence base, diantaranya evidence basemedicine (EBM),
evidence base nursing (EBN), dan evidence basepractice (EBP). Evidence
Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan danvalid. Oleh karena itu EBP
merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam
praktek sehingga perawat dapat meningkatkan“quality of care” terhadap
pasien. Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yangdapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta.Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Negara Indonesia merupakan
negara yang memiliki wilayah yangsangat luas dan terletak pada posisi
silang antara dua benua besar dan dua samudera besar, Indonesia juga
berada di atas lempeng benua yang masih aktif serta Indonesia adalah negara
yang masih dijejeri oleh barisan gunung api yang masih aktif, sehingga
Indonesia sering sekali disapa dengan negara yang sangat akrab dengan
bencana. Kondisi geografis Negara Indonesia itulah yang merupakan faktor
penyebab kerentanan Indoensia terhadap bencana.

B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara
penanggulanganbencana dan evidence based practice (EBP) pada
penggulangan bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Evidance Based Practice (EBP)


Evidence Based Practice(EBP) adalah tindakan yang teliti dan
bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang
berhubungan dengankeahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008).Menurut
Institute of Medicine dalam Glasner (2010) Evidence Based adalah integrase
hasil penelitian berdasarkan bukti ilmiah dengan keahlian klinis dan nilai
nilai pasien.
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk
meningkatkan kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti
terbaik,Almaskari (2017). Evidence adalah kumpulan fakta yang di yakini
kebenarannya.
1. Menurut Greenberg & Pyle(2006)dalamKeele(2011),“Evidence-Based
Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan
keputusan di pelayanan kesehatan”.
2. Menurut Melnyk&Fineout-Overholt (2011)Evidence-Based Practice in
Nursing adalah penggunaan bukti ekternal,bukti
internal(clinicalexpertise),serta manfaat dan keinginan pasien untuk
mendukung pengambilan keputusan dipelayanan kesehatan.
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk
meningkatkan kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti
terbaik,Almaskari (2017). Evidenceadalah kumpulan fakta yang diyakini
kebenarannya.

B. Manfaat Evidance Based Practice (EBP)


1. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik
2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk.
3. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil
penelitian.
4. Mengeliminasi budaya“practice which is not evidence based”
C. Kekuatan dan kelemahan pada Evidance Based Practice
Kekuatan :
1. Memberikan pelayanan yang terbaik
2. Menggunakan sumber daya yang terbaik dan terpercaya.
Kelemahan :
1. Membatasi autonomi professional.

D. Hierarki Evidance Based Practice (EBP)


Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hieraraki dari tingkat
kepercayaannya yang paling rendah hingga yang paling tingi. Dibawah ini
mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi :
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temuai sehari-hari
2. Studi kasus
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif
4. Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara
acak (random)
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok
pembanding, dan menggunakan sampel secara acak
6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta analisa yaitu
pengkajian berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaanyang
tinggi.
E. Bencana
UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis”. Sementara Asian Disaster Preparedness Center (ADPC)
mendefinisikan bencanadalam formulasi “The serious disruption of the
functioning of society,causing widespread human, material or environmental
losses, whichexceed the ability of the affected communities to cope using
their ownresources” (Abarquez & Murshed, 2004)
Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar,
yaitu:
1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak
(hazard).
2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan,penghidupan,
dan fungsi dari masyarakat.
3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka.

F. Penangulanggan Bencana
Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahaan bencana,tanggap darurat dan rehabilitasi. Undang-
Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam Pasal 1
ayat (6) menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat,dan rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa asas-asas
penanggulangan bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan,keselarasan, dan
keserasian, ketertiban dan kepastian hukum,kebersamaan, kelestarian
lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menutut Carter
dalam Hadi Purnomo tahun 2010, mendefinisikan pengelolaan bencana
sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan(aplikatif) yang mencari, dengan
observasi sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-
tindakan (measures) terkait dengan preventif (pencegahan), mitigasi
(pengurangan), persiapan,respon darurat dan pemulihan. Sebagaimana UU
No. 24 tahun 2007, Peraturan KepalaBadan Penanggulangan Bencana
Nomor 04 tahun 2008 tentangPedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana jugamenyebutkan bahwa penanggulangan bencana
terdiri dari beberapafase, yaitu fase pencegahan dan mitigasi, fase
kesiapsiagaan, fasetanggap darurat dan fase pemulihan.
G. Organisasi Penanggulangan Bencana.
Berikut ini merupakan organisasi penanggulangan bencana:
1. Tingkat Nasional : Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana
2. Tingkat Propinsi : Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana
3. Tingkat Kabupaten : Satuan Laksana Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana memerlukan manajemen pada
tahapannya, yaitu:
1. Tahap Persiapan (Preparedness)
a.Pengembangan SPGDT
b.Pengembangan SDM
c.Pengembangan Sub sistem Komunikasi
d.Pengembangan Sub sistem Transportasi
e.Latihan Gabungan
f.Kerjasama lintas sector
2. Tahap Akut (Acute response)
a. Rescue – triage
b.Acute medical response
c.Emergency relief
d.Emergency rehabilitation.
H. Alur Penanggulangan Bencana.
Berikut ini merupakan alur pelayanan medis di lapangan pada
penanggulangan bencana: Dalam hal ini rumah sakit harus sanggup memberi
pelayanansecara cepat, tepat, cermat, nyaman, dan terjangkau untuk
mencegah kematian dan kecacatan.
Berikut ini label triage dan keterangan tindakan yang harus dilakukan:
1. Merah : Segera Ditanggulangi terlebih dahulu
a. Mengancam Jiwa
b. Cacat
2. Kuning : Boleh Ditangguhkan
a. Keadaan tidak mengancam Jiwa
b. Segera ditangani bila yang mengancam Jiwa sudah teratasi
3. Hijau : Boleh ditunda & Rawat Jalan Tidak Membahayakan Jiwa
4. Hitam : Boleh Diabaikan & Ditinggalkan
a. Diurus paling akhir
b. Sudah tidak ada tanda-tanda vital
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah
tindakan yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti
(berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai
pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan.
pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan(aplikatif) yang
mencari, dengan observasi sistematis dan analisis bencana untuk
meningkatkan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan preventif
(pencegahan), mitigasi (pengurangan), persiapan, respon darurat dan
pemulihan. Sehingga menurutnya, tujuan dari Manajemen Bencana tersebut
diantaranya, yaitu mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik,
ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan, masyarakat, negara,
mengurangi penderitaan korban bencana, mempercepat pemulihan,dan
memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang
kehilangan tempat ketika kehidupannya terancana.
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai