OLEH :
OLEH :
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 219012826
Tanda Tangan :
Tanggal :
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji I,
Ditetapkan di :
Tanggal :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang
berjudul “Pengarug Back Massage Menurukan Nyeri Akut Pada Lansia Dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan” tepat pada waktunya. Karya
Ilmiah Akhir Ners ini disusun dalam rangka memenuhi sebagaian persyaratan
untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ini, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati,
peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesa-besarnya
kepada:
1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana., M.M, selaku Ketua STIKes Wira
Medika Bali.
2. Ns. Ni Wayan Trisnadewi, S.Kep., M.Kes, selaku ketua Program Studi
Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali.
3. Ns. Ni Putu Wiwik Oktaviani, S.Kep., M.Kep, selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian Karya Ilmiah
Akhir Ners ini serta dengan penuh kesabaran memberikan pertimbangan-
pertimbangan guna terselesaikannya Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
4. Orang tua atas segala doa, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik
moril maupun material dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
5. Teman teman mahasiswa profesi Ners STIKes Wira Medika Bali yang ikut
serta memberi dukungan semangat dan membantu dalam penyusunan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
v
v
6. Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusuanan
Karya Ilmiah Akhir ini.
Saya menyadari masih banyak keterbatasan dalam penyusunan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini. Saya telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam
menuangkan pemikiran ke dalam Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tentunya akan
masih banyak ditemukan hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Saya sangat
mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan Karya Ilmiah Akhir Ners
ini.
Denpasar, 2022
Penulis,
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik STIKes Wira Medika Bali saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Ni Putu Yeni Armayanti, S.Kep
NIM : 219012826
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Wira
Medika Bali
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
Dibuat di : Denpasar
Pada Tanggal : Desember 2022
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Pengarug Back Massage Menurukan Nyeri Akut Pada Lansia Dengan Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia
akibat proses penuaan. Gejala yang sering muncul pada hipertensi salah satunya
adalah nyeri kepala. Manajemen nyeri dilakukan untuk menangani nyeri agar
pasien merasa aman dan nyaman, yang dapat dilakukan melalui intervensi non
farmakologi yaitu back massage. Tujuan karya ilmiah ini untuk mengetahui
efektifitas back massage dalam mengatasi nyeri pada pasien lansia hipertensi. Hasil
pengkajian didapatkan keluhan utama pasien adalah sakit kepalanya berdenyut-
denyut skala nyeri 4, rencana keperawatan memberikan back massage, tindakan
keperawatan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Hasil evaluasi menunjukkan
pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang, skala nyeri 2 dan pasien merasa
lebih nyaman dan rileks. Disarankan kepada Puskesmas agar back massage standar
operasional prosedur sehingga dapat dijadikan alternatif intervensi pada lansia
hipertensi yang mengalami sakit kepala.
viii
ABSTRACT
Nursing Care for the Family of Mr. W.A. Suffering from Hypertension with
Nursing Problems with Acute Pain by Giving Back Massage in the Work Area of
the Payangan Health Center
Hypertension is a disease that often occurs in the elderly due to the aging process.
One of the most common symptoms of hypertension is headache. Pain
management is carried out to treat pain so that patients feel safe and comfortable,
which can be done through non-pharmacological interventions, namely back
massage. The purpose of this scientific work is to determine the effectiveness of
back massage in overcoming pain in elderly patients with hypertension. The
results of the study found that the patient's main complaint was a throbbing
headache on a pain scale of 4, the nursing plan provided back massage, nursing
actions were carried out in three meetings. The results of the evaluation showed
the patient said the pain was slightly reduced, the pain scale was 2 and the patient
felt more comfortable and relaxed. It is recommended to the health center that
back massage is a standard operating procedure so that it can be used as an
alternative intervention for hypertensive elderly who experience headaches.
ix ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISILANITAS................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................................................... vii
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
ABSTRACT......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 6
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Profil Lahan Praktek.......................................................................... 48
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep Evidance Based
Practice dan konsep kasus terkait...................................................... 49
4.3 Analisis intervensi dengan konsep Evidance Based Practice............ 51
4.4 Konsep Penelitian Terkait.................................................................. 53
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dilakukan............................... 55
DAFTAR PUSTAKA
x
x
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan dari usia harapan hidup merupakan salah satu dampak dari
khas dan biasa terjadi pada lansia akibat perubahan fisik, biologis, psikologis,
sosial dan berbagai masalah degenerative lainnya akibat masa penuaan (Nugroho,
2018). Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada
menerus yang disebabkan satu atau beberapa factor yang tidak berjalan
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah akibat berkurangnya keelastisan
terutama aorta sehingga menyebabkan kehilangan daya penyesuaian diri dan tidak
dapat lagi mengalirkan darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar.
Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi
( sistolik ) dan lembah yang dalam ( diastolik ) (Corwin, 2017). Gejala klasik yang
diderita pasien hipertensi antara lain nyeri kepala, epistaksis/mimisan, pusing, dan
tinnitus/suara berdengung pada telinga yang berhubungan dengan naiknya tekanan
darah. Gejala yang sering muncul pada hipertensi salah satunya adalah nyeri
kepala (Aspiani, 2018). Nyeri kepala pada pasien hipertensi memiliki ciri-ciri
seperti nyeri kepala yang terasa berat di tengkuk namun tidak berdenyut, sering
muncul dipagi hari namun akan hilang seiring matahari terbit (Price & Wilson,
2016).
Australia sebanyak 70% mengalami nyeri kepala, dan di Prancis sebanyak 68%
Baki Sukoharjo sebanyak 94% yang mengalami nyeri sedang dan nyeri ringan
sebanyak 6%. Penelitian yang lain dilakukan oleh Maria (2018) tentang gambaran
gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien Hipertensi di wilayah kerja Unit
akibat dari hipertensi pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam
pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan yang
meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Selain
2
merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat
Dampak nyeri kepala pada lansia hipertensi apabila tidak segera ditangani
gangguan mobilitas fisik, dan masalah perawatan diri (Aspiani, 2018). Dampak
dari nyeri terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pola tidur terganggu, selera
manusia lebih mudah tersinggung, atau bahkan terhadap mood (sering menangis
dan marah), kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan (Rusdi &
Isnawati, 2019).
aman dan nyaman, yang dapat dilakukan melalui intervensi farmakologi dan non
Walaupun analgesik sangat efektif untuk mengatasi nyeri, namun hal tersebut
akan berdampak kecanduan obat dan akan memberikan efek samping obat yang
berbahaya bagi pasien (Potter & Perry, 2016). Masing-masing obat mempunyai
efek samping yang berbeda pada orang yang berbeda. Efek samping obat anti
hipertensi meliputi pusing saat berdiri dari posisi tidur atau duduk, kadar potasium
dalam darah rendah, gangguan tidur, mengantuk, mulut kering, sakit kepala,
massage merupakan salah satu teknik stimulusi kutaneus, dimana back massage
3
merupakan salah satu tindakan masase pada punggung dengan usapan yang
perlahan selama 10 sampai 30 menit dengan usapan 12-15 kali permenit, dengan
kedua tangan menutup area selebar 5 cm diluar tulang belakang yang dimulai
pada bagian tengah punggung bawah kemudian kearah atas area belahan bahu
Efek masase pada punggung didapatkan hasil terjadinya penurunan kadar kortisol,
serotonin dan dopamin akan berdampak terjadinya penurunan rasa nyeri (Field,
kepala pada pasien hipertensi antara intervensi back massage dan relaksasi nafas
dalam (p=0.001) dengan back massage lebih signifikan dalam menurunkan skala
nyeri karena memiliki nilai mean 2,1 yang lebih kecil dari nilai mean relaksasi
nafas dalam yaitu 3,6. Penelitian Mulyadi (2018) menemukan terdapat perbedaan
yang nyeri kepala pasien hipertensi antara intervensi back massage dengan
relaksasi benson (p=0.011), pengaruh back massage lebih baik dengan mean 1,8
4
Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan
dimana sebanyak empat orang mengalami nyeri ringan (skala 1-3) sebanyak 5
orang mengalami nyeri kepala sedang (skala 4-6) dan sebanyak satu orang
mengalami nyeri kepala berat (skala7-9) Upaya yang dilakukan oleh lansia untuk
mengatasi nyeri kepala hanya dengan minum obat dari dokter, serta memijjat
daerah kepala selaian itu belum ada upaya lain yang dilakukan untuk mengurangi
kasus dengan judul “asuhan keperawatan keluarga Bapak W.A yang menderita
Akhir Ners dengan harapan nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam
Payangan?”
5
1.3 Tujuan Penulisan
Manfaat dalam karya ilmiah akhir ini terdapat dua manfaat yaitu:
6
1.4.1 Manfaat bagi pelayanan
sebagai terapi terhadap pasien hipertensi dengan masalah kecemasan serta sebagai
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi
back massage jari pada lansia hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sosial individu-individu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
adalah ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
berlainan jenis yang hidup bersama ataupun seorang perempuan atau laki-laki
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik adopsi atau anaknya sendiri
adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah, hubungan
anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam
keluarga.
9
2.2.3 Tipe Keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
bibi).
1. Tahap I
menjadi :
3) Keluarga berencana
10
kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit—penyakit kelamin baik
sebelum maupun sesudah perkawinan. Pada tahap ini, peran perawat sebagai
2. Tahap II
pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Setelah lahir anak pertama keluarga
anggota keluarga
Masalah keluarga utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas
yang terpusat pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengertian dan penanganan
kesehatan umumnya. Pada tahap kedua ini peran perawat memberikan konseling
11
3. Tahap III
Keluarga dengan anak usia prasekolah. Tahap ini dimulai ketika anak
pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan pasti suami-ayah, istri-ibu,
2) Mensosialisasikan anak
dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
4. Tahap IV
Keluarga dengan anak usia sekolah. Tahap ini dimulai ketika anak pertama
telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
5. Tahap V :
diawali pada saat anak pertama berusia 13 tahun, tahap ini akan berlangsung 6-7
12
tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga
lebih awal atau jika anak masih tinggal dirumah sampai berusia 19 atau 20 tahun.
6. Tahap VI :
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda. Permulaan dari fase
kehidupan keluarga ini ditandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang
tua dan berakhir dengan ―rumah kosong‖ ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini agak singkat atau panjang tergantung pada berapa banyak anak
yang belum menikah tinggal setelah tamat sekolah pada tugas perkembangan
tahap ini yaitu memperoleh siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
yang paling penting adalah membantu orang tua lanjut usia yang sakit dari suami
atau istri.
7. Tahap VII :
Orang tua usia pertengahan. Orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian salah
satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55
tahun sampai kurang lebih 16-18 tahun kemudian. Tugas perkembangan yang
dengan para orang tua, lansia dan anak-anak, yang terakhir memperkokoh
hubungan perkawinan.
13
8. Tahap VIII
Keluarga dalam usia pensiun dan lansia. Tugas keluarga antara lain: untuk
perkawinan dan menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, hal ini juga
eksistensi mereka
menciptakan ikatan dengan individu, keluarga ataupun kelompok yang lebih besar
dan keluarga sangat dipengaruhi ikatan ini dan keluarga merupakan pelaku-pelaku
merupakan hal kecil. Jika menemukan masalah kesehatan dalam keluarga maka
14
perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi serta bagaimana
masalah kesehatan yang dapat terjadi pada lansia. Keluarga dapat membedakan
kepada anggota keluarga tentang masalah kesehatan pada lansia sehingga keluarga
faktor risiko menderita penyakit pada lansia seperti obesitas, rokok, pola diet,
15
Maka dengan demikian keluarga perlu mengetahui berbagai tindakan
pola makan, pengaturan latihan atau olahraga, pengaturan berat badan, dan
gaya hidup dan berbagai sumber yang dibutuhkan seperti keuangan serta
mengetahui konsekuensi atau manfaat dari setiap tindakan yang akan dilakukan
seperti pengaturan pola makan, olahraga, pengaturan berat badan dan gaya
sebagai sumber bantuan yang praktis dan konkrit terhadap lansia seperti
atau menghindari ancaman atau resiko kesehatan atau mengatur ruangan untuk
16
seperti kamar kecil bagi anggota keluarga yang mengalami keterbatasan atau
anggota keluarga seperti lansia yang tidak dapat menjangkau toilet karena
keluarga.
karena suatu keluarga yang sehat harus sering melakukan komunikasi verbal
fasilitas atau pelayanan kesehatan sangat penting bagi semua usia antara lain
17
memperlambat disability, menjaga kesehatan agartetap baik, dan
2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda tekanan darahnya lebih tinggi
dari 140/90 mmHg (Muttaqin, 2018). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140
menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal ≥ 140/90 mmHg yang
18
2.2.2 Etiologi
hipertensi yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi.
individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan
3) Jenis kelamin, prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita
4) Etnis, hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya.
19
Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
1) Stres, hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas
sedangkan saraf parasimpatis adalah saraf yang yang bekerja pada saat kita
2) Obesitas khususnya di bagian tubuh bagian atas (pinggang dan perut yang
memberikan bentuk seperti apel) lebih dekat dengan hipertensi. Orang dengan
kelebihan berat badan di bokong, pinggul, dan paha (memberikan kesan seperti
bentuk buah pear) mempunyai risiko lebih kecil untuk menderita hipertensi.
pusat.
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Nikotin dalam rokok dan obat-
20
2.2.3 Klasifikasi hipertensi
Tabel 2.1
Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC-VIII
Menurut Triyanto (2016) gejala klinis yang dialami oleh para penderita
tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea darah. Keterlibatan pembuluh darah
21
2.2.5 Patofisiologi
yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif
ventrikel kiri, pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tidak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner
menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio antara massa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi
ventrikel pada saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung koroner.
meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang, ada 2 faktor utama
1. Penebalan arteri olkoroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara
kapiler dan serat otot yang hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut
22
2.2.6 Pathway
Elastisitas , arteriosklerosis
Hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Status kesehatan
berubah
otak Ginjal Pembuluh darah
Paparan informasi
Resistensi Suplai O2 kurang
pembuluh otak menurun Vasokonstriksi sistemik Koroner
darah otak pembuluh darah
ginjal Kurang
Vasokonstriksi Iskemi Pengetahuan
Nyeri Gangguan pola miocard
kepala tidur Blood flow
Afterload
munurun
meningkat Nyeri dada Kecemasan
Gangguan
Rangsang Penurunan Fatique
perfusi jaringan
aldosteron curah jantung
Retensi Na Intoleransi
aktifitas
edema
23
2.2.7 Komplikasi Hipertensi
1. Jantung
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
2. Otak
3. Ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh
4. Mata
3. Pemeriksaan retina
24
4. Pemeriksaan : fungsi ginjal terpisah, pielogram, kadar urin, renogram,
mortalitas serta morbilitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Menurut Mansjoer (2015) ada
1. Penatalaksanaan farmakologis
samping daripada efek terapi yang didapatkan. Efek usia pada ginjal juga
dengan kecepatan filtrasi glomerolus. Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang,
begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi glomerolus
berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda. Fungsi tubulus
juga memburuk akibat bertambahnya usia yang secara aktif disekresi oleh tubulus
2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
25
1) Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan : rendah garam, diet rendah garam dapat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-
tahun akan meningkatkan tekanan darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot
halus pada dinding arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini
(Aspiani, 2016).
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang (Amigo,
2016).
3) Olahraga
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
26
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung
(Amigo, 2016).
Massage dalam bahasa arab dan perancis berarti menyentuh atau meraba.
Dalam bahasa indonesia disebut pijat atau urut, selain itu massage dapat diartikan
sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia
2018). Massage adalah melakukan tekanan pada tangan pada jaringan lunak,
difokuskan pada area punggung bagian bawah yaitu dari segmen spinal T.12
stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi
27
nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang
sinap untuk transmisi impuls nyeri. Sensasi hangat back massage juga dapat
meningkatkan rasa nyaman. Nilai terapeutik yang lain dari termasuk mengurangi
menit untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengurangi keluhan nyeri.
posisi seseorang saat akan diberikan back massage hendaknya dalam posisi yang
rileks agar bagian yang akan di massage tidak mengalami ketegangan. Posisi yang
dianjurkan adalah posisi tidur telungkup dan duduk. Posisi tidur telungkup yang
baik adalah kedua lengan lurus ke bawah di samping badan, kepala dipalingkan ke
samping dan diletakkan diatas bantal yang tidak terlalu tinggi atau bila tidak ada
bantal, dapat melibatkan kedua tangan yang diletakkan di bawah dagu. Lengan
posisi duduk, punggung diposisikan tegak. Kaki, tangan, leher dan kepala dalam
No Prosedur
A Persiapan
1 Memberikan salam terapeutik
2 Menyediakan lingkungan yang tenang
3 Memvalidasi kondisi pasien
4 Menjaga privasi pasien
5 Kontrak kegiatan
B Tahap Kerja
1 Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2 Menanyakan keluhan utama pasien
3 Jaga privasi pasien
4 Memulai kegiatan dengan cara yang baik
28
5 Minta pasien untuk membuka pakaian atas sampai ke bokong, bantu bila
perlu
6 Atur pasien ke posisi prone/side lying dengan punggung menghadap ke
arah perawat
7 Tutup bagian tubuh yang lain dengan memakai selimut
8 Letakkan handuk di bawah punggung pasien
9 Tuangkan lotion secukupnya di tangan
10 Tuangkan lotion di punggung pasien
11 Mulai massage dengan gerakan stroking/effleurage, bergerak dari
bokong menuju bahu dengan gerakan yang kuat, kemudian dari bahu
menuju bokong dengan gerakan yang lebih ringan
12 Ubah gerakan dengan menggunakan gerakan yang sirkuler, khususnya
pada daerah sakrum dan pinggang
13 Ubah gerakan dengan gerakan kneading/petrissage, dimulai dari bokong
menuju bahu dan kembali menuju bokong dengan gerakan stroking
14 Ubah gerakan dengan tehnik friction, dimulai dari bokong menuju bahu.
Ubah gerakan menjadi stroking/effleurage saat bergerak dari arah bahu
menuju bokong dan kemudian ulangi gerakan friction saat menuju bahu
15 Ubahlah gerakan menjadi gerakan tapotement dimulai dari bokong
menuju bahu. Ubah gerakan menjadi gerakan stroking saat bergerak
menuju bokong
16 Lengkapi dengan gerakan stroking beberapa kali
17 Katakan pada pasien bahwa anda akan mengakhiri massagenya
18 Bersihkan sisa lubrikasi dari punggung dengan handuk
19 Bantu pasien memankai bajunya kembali dan mencapai posisi yang
nyaman
C Tahap Terminasi
1 Evaluasi perasaan pasien
2 Lakukan kontrak pertemuan selanjutnya
3 Akhiri dengan salam
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat sampai
sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai caranya. Dalam perawatan
masyarakat yang menerima pelayanan perawatan dibagi dalam tiga tingkat yaitu
29
Fungsi yang khas dari perawatan dalam pelayanan keluarga adalah
menerus tidak mereka butuhkan lagi, karena keluarga sudah sanggup mengenal
masalah kesehatan dan sanggup juga mengambil tindakan yang tepat (Achjar,
metode ilmiah dan sistematis yang disebut dengan proses keperawatan. Tahap-
tahap proses keperawatan saling tergantung satu sama lainnya dan bersifat di
2.4.1 Pengkajian
1. Data Umum
keluarga, latar belakang budaya, agama, status social ekonomi, aktivitas rekreasi
keluarga.
30
2. Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
3. Data Lingkungan
4. Data Keluarga
5. Fungsi Keluarga
perawatan Kesehatan.
6. Pemeriksaan fisik
7. Koping Keluarga
Koping keluarga yang meliputi stesor jangka panjang dan jangka pendek,
31
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
1. Kecemasan
3. Nyeri kepala
6. Intoleransi aktifitas
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) nyeri akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Terdapat tiga penyebab utama
nyeri akut menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
32
Gejala dan tanda nyeri menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) adalah
sebagai berikut:
1. Mayor
2. Minor
2) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
Tabel 2.2
Skoring Masalah Keperawatan
33
c. Tidak Dapat 2
0
3 Potensi masalah untuk di rubah adalah sifat dan
beratnya masalah yang timbul dan dapat dicegah
dengan intervensi keperawatan
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 0
4 Menonjolkan masalah
a. Masalah berat harus ditangani 3
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani 2 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
Skor
x Bobot
Angka Tertinggi
1. Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk
34
3. Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang
2.4.3 Perencanaan .
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga
35
indikator-indikator atau kriteria-kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua
jenis luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan) dan luaran
negatif (perlu diturunkan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Adapun
berupa kata-kata kunci informasi luaran), ekspetasi (penilaian terhadap hasil yang
pasien yang dapat diamati atau diukur, dijadikan sebagai dasar untuk menilai
yang artinya bertambah baik dalam ukuran, jumlah, maupun derajat atau
tingkatan, menurun artinya berkurang baik dalam ukuran, jumlah maupun derajat
atau tingkatan, membaik artinya menimbulkan efek yang lebih baik, adekuat, atau
efektif. Pemilihan luaran keperawatan tetap harus didasarkan pada penilaian klinis
intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali
dengan kata benda (nomina) yang berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas dari
36
yang menjelaskan tentang makna dari tabel intervensi keperawatan. Tindakan
adalah rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk
dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Sebelum
tujuan. Dalam hal ini tujuan yang diharapkan pada klien dengan nyeri akut yaitu:
Tidak mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif, tidak gelisah, tidak
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi TTD
Hasil SIKI
SLKI
Nyeri akut Setelah dilakukan Dukungan Nyeri Akut:
berhubungan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan agen selama 3x pertemuan, Observasi
pendera fisik maka diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
(prosedur tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
operasi) (skala 2) dan kontrol frekuensi, kualitas,
nyeri meningkat dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Tidak mengeluh 3. Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal
2. Tidak meringis 4. Identifikasi faktor yang
3. Tidak bersikap memperberat dan
protektif memperingan nyeri
37
4. Tidak gelisah 5. Identifikasi pengetahuan
5. Tidak mengalami dan keyakinan tentang
kesulitan tidur nyeri
6. Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap respon
7. Tekanan darah nyeri
membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri
8. Melaporkan nyeri pada kualitas hidup
terkontrol 8. Monitor keberhasilan
9. Kemampuan terapi komplementer yang
mengenali onset sudah diberikan
nyeri meningkat 9. Monitor efek samping
10. Kemampuan penggunaan analgetik
mengenali Terapeutik
penyebab nyeri 1. Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
11. Kemampuan mengurangi rasa nyeri
menggunakan (back massage )
teknik non- 2. Kontrol lingkungan yang
farmakologis memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
2.4.4 Pelaksanaan
38
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat
yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada
diagosa nyeri akut adalah manajemen nyeri dengan dengan pemberian back
massage.
2.4.5 Evaluasi
proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai
tindakan keperawatan.
39
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan
evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan
2016) :
obyektif.
40
BAB III
3.1 Pengkajian
Oktober 2022 pukul 08.00 WITA di Banjar Bayad, Desa Melinggih Kelod,
Payangan. Sumber data pengkajian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan
pasien, dan keluarga pasien. Pasien dengan nama Bapak W.A, umur 67 tahun,
status menikah, pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani, beragama Hindu dan
derajat II.
Riwayat penyakit pasien mengatakan sakit kepala sejak 10 hari yang lalu,
pernah berobat ke Bidan desa tetapi tidak ada perubahan. Pasien mengatakan
memiliki riwayat hipertensi sejak dua tahun. Riwayat penyakit keluarga, dalam
anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita hipertensi, DM, dan penyakit
dirinya menderita penyakit tekanan darah tinggi akan tetapi tidak mengetahui
pengertian, penyebab, gejala, dan cara merawat dirumah agar tidak terjadi
komplikasi
GCS total :15 (E: 4, V:5, M: 6), pupil isokor, tanda-tanda vital: TD:
kepala simetris, tidak ada lesi, masa, nyeri kepala, observasi simetris, pengelihatan
normal, konjungtiva merah mudah, sclera putih, keringat dingin, warna kulit sawo
matang, kelembaban normal, dan tidak terdapat edema pada kedua tungkai,
keadaan bibir lembab, keadaan gusi normal, bising usus 7x/menit, tidak ada
gangguan miksi, tidak ada pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan,
kekuatan otot bebas, reflek sendi normal, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada
pembesaran prostat.
3.2 Diagnosa
42
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3.3 Intervensi
mengatasi diagnosa nyeri akut pada Bapak W.A sesuai dengan ketentuan yang
keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI. Adapun tujuan dan kriteria hasil yang
ingin dicapai penulis untuk Bapak W.A adalah sebagai berikut : setelah dilakukan
menurun (skala 2) dan kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil: tidak
mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif, tidak gelisah, tidak
teknik non-farmakologis.
1. Observasi
43
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Terapeutik
pencahayaan, kebisingan)
nyeri
3. Edukasi
4. Kolaborasi
44
3.4 Impelentasi Keperawatan
pengalaman nyeri, respon subyektif pasien terlihat nyaman dan dapat mengulangi
nama perawat, respon obyektif pasien sangat kooperatif dan menjawab semua
pertanyaan dengan baik. Jam 09.15 Wita melakukan pengkajian nyeri respon
meringgis, skala nyeri 4 (0-10) sedang. Jam 09.30 Wita memberikan penilaian
tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya menderita hipertensi itu apa, respon
10.00 Wita mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, respon subyektif
pasien tampak meringis. Jam 10.30 Wita memberikan back massage, respon
tampak kooperatif. Jam 11.00 Wita mengukur tanda - tanda vital : suhu, nadi,
09.00 Wita adalah membantu pasien minum obat Amlodipine 1x10 mg/oral,
45
respon subyektif pasien mengatakan sudah teratur minum obat, respon obyektif
obat tampak diminum oleh pasien. Jam 09.10 Wita melakukan pengkajian nyeri,
respon subyektif pasien sakit kepala mulai berkurang, sakit kepalanya berdenyut-
ringan. Jam 09.30 Wita memberikan back massage, respon subyektif pasien
pasien tampak kooperatif. Jam 10.00 Wita mengukur tanda - tanda vital :
09.00 Wita adalah membantu pasien minum obat Amlodipine 1x10 mg/oral,
respon subyektif pasien mengatakan sudah teratur minum obat, respon obyektif
obat tampak diminum oleh pasien. Jam 09.15 Wita melakukan pengkajian nyeri,
respon subyektif pasien sakit kepala mulai berkurang, pasien mengatakan sakit
skala nyeri 3 (0-10) ringan. Jam 09.30 Wita memberikan back massage, respon
respon obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 10.00 Wita mengukur tanda -
Jam 10.30 Wita melakukan pengkajian nyeri, respon subyektif, pasien sakit
pasien terlihat senang rasa sakitnya mulai berkurang, skala nyeri 2 (0-10) ringan
46
3.5 Evaluasi Keperawatan
masalah keperawatan adalah sebagai berikut : hasil evaluasi pada tanggal tanggal
17 Oktober 2022 Jam 10.30 Wita dengan metode SOAP, Respon subyektif pasien
mengatakan sakit kepala berkurang, pasien mengatakan merasa lebih nyaman . Respon
obyektif pasien terlihat senang rasa sakitnya mulai berkurang, skala nyeri 2 (0-10)
intervensi dan pertahankan kondisi pasien, sarankan agar minum obat secara
teratur
47
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan pengaruh back
massage menurunkan nyeri akut pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja
merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Payangan, dengan luas wilayah
1,79 KM2 dengan batas-batas sebagai berikut : di sebelah Utara Banjar Melinggih,
Banjar Bayad merupakan daerah dataran tinggi yang secara umum dengan
keadaan tanah yang cukup subur dengan curah hujan yang cukup tinggi dan suhu
rata-rata 29°C. Jumlah penduduk Banjar Bayad tahun 2021 sebanyak 1.032 jiwa
terdiri dari 250 KK. Tempek Kauh Banjar Bayad dengan jumlah 130 KK dan
Tempek Kangin Banjar Bayad dengan jumlah 120 KK dengan jumlah lansia
Sarana dan perasarana yang ada di Banjar Bayad yaitu sarana kesehatan
satu puskesmas dengan jarak ±1 km. Banjar Melinggih saat ini sudah memiliki
lansia adalah melaksanakan kegiatan seperti senam lansia. Kegiatan yang selama
lansia dan cara memberikan perawatan pada lansia, namun kegiatan tersebut tidak
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) nyeri akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Sakit kepala yang dialami oleh
Bapak W.A sesuai dengan teori Triyanto (2016) gejala klinis yang dialami oleh
para penderita hipertensi biasanya berupa sakit kepala yang disebabkan karena
49
darah mengalir lebih cepat di dalam pembuluh darah di kepala sehingga kerja dari
otak untuk memenuhi kebutuhan oksigennya juga lebih besar. Sehingga akibat
akibat dari hipertensi pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam
pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan
meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Selain
merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat
Kasus kelolaan pasien bernama Bapak W.A, umur 67 tahun, jenis kelamin
tahun ke atas. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu 50-
60% memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
Sedangkan menurut Armilawati. (2016) tekanan darah pada usia lanjut (lansia)
akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi
meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami
50
penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Evidance Based Practice
signifikan dalam untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi. Penelitian serupa
signifikan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi antara intervensi back
massage dan relaksasi nafas dalam (p=0.001) dengan back massage lebih
signifikan dalam menurunkan skala nyeri karena memiliki nilai mean 2,1 yang
lebih kecil dari nilai mean relaksasi nafas dalam yaitu 3,6. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Mulyadi (2018) menemukan terdapat perbedaan yang nyeri kepala
(p=0.011), pengaruh back massage lebih baik dengan mean 1,8 dibandingkan
TENS dengan mean 2,7.. Penelitian dilakukan oleh Nopri (2017) yaitu efektifitas
kombinasi terapi back massage dan akupresur terhadap penurunan tekanan darah
rasa nyaman dan mengurangi sakit kepala, serta meningkatkan kualitas tidur.
Penelitian yang dilakukan Tri Ayu (2018) juga menyatakan bahwa pijat punggung
antara intervensi kompres hangat dan back massage (p=0.001) dengan back
51
massage lebih signifikan dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan karena
memiliki nilai mean 1,6 yang lebih kecil dari nilai mean kompres hangat yaitu 2,2.
pada Bapak W.A dengan memberikan back massage karena back massage
terapi back massage karena teknik back massage sangat efektif dalam
gangguan nyeri, dengan dilakukan back massage selain dapat menurunkan tingkat
nyeri yang dirasakan pasien juga dapat merileksasikan otot-otot yang tegang
sehingga dengan merileksasikan otot sehingga pasien merasa nyaman dan pasien
dapat mengontrol nyeri yang dirasakan dan membuat perasaan menjadi tenang
dan nyaman. Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan kepada Bapak W.A
maka didapatkan hasil yaitu ada pengaruh back massage terhadap keluhan sakit
kepala akibat hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah
52
nyeri (Field, 2017). Menurut (Nanda, 2018) nyeri kepala pada hipertensi dapat
dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis seperti teknik distraksi
dan relaksasi salah satunya back massage. Menurut Wong (2018) back massage
stimulusi kutaneus, dimana back massage merupakan salah satu tindakan masase
pada punggung dengan usapan yang perlahan selama 10 sampai 30 menit dengan
usapan 12-15 kali permenit, dengan kedua tangan menutup area selebar 5 cm
diluar tulang belakang yang dimulai pada bagian tengah punggung bawah
pijat punggung untuk mengurangi nyeri kepala pada penderita Hipertensi di Desa
53
kepala pada penderita Hipertensi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
terhadap skala nyeri kepala pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Mitra Siaga
Tegal. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh pemberian slow stroke back
massage terhadap skala nyeri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Putri (2020) yang meneliti tentang pengaruh terapi back massage terhadap
nyeri. Beberapa hasil penelitian diatas sesuai dengan teori Field (2017) terjadinya
penurunan frekuensi dan intensitas nyeri kepala setelah dilakukan massae. Hal ini
terjadinya penurunan rasa nyeri. Back Massage adalah salah satu teknik
pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi
54
bagian dari Sistem Saraf Pusat/ SSP. Fungsi dari SSP adalah sebagai pengendali
utama tubuh. Sehingga jika diberikan massage pada punggung dapat memberikan
relaksasi pada otot dan sumsum tulang belakang. Sehingga sumsum tulang
distraksi yang dapat merangsang reseptor opiat yang berada pada otak dan spinal
cord. Sistem saraf pusat mensekresi opiat endogen (endorfin) melalui sistem
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien kelolaan dapat diatasi bila
terjadi hubungan terapeutik perawat dengan klien, termasuk juga pemberi layanan
kesehatan lainnya. Selain itu juga perawat harus memberikan edukasi tentang
penyakit, gaya hidup serta diit bagi pasien sangat penting dalam implementasi
nyeri akut pada pasien hipertensi diperlukan peranan penting berbagai pihak.
dapat juga dilakukan dengan tindakan non farmakologi untuk menurunkan rasa
55
nyeri yang dirasakan dan menganjurkan pasien untuk melakukan te back massage
apabila rasa nyeri muncul sebagai salah satu intervensi mandiri perawat.
Penangan nyeri dengan back massage terbukti efektif untuk menurunkan nyeri,
namun respon setiap pasien memiliki perbedaan karena sifat manuasia yang unik,
bila pemberian relaksasi genggam jari tidak mampu menurunkan nyeri maka
atau seminar tentang masalah-masalah nyeri akut serta psikologis dan intervensi
yang harus dilakukan terhadap pasien pada kasus hipertensi sehingga perawat
56
BAB V
5.1 Simpulan
5.1.1 Hasil Kasus kelolaan pasien hipertensi pada Bapak.W.A pasien berusia 67
5.1.3 Pemberian back massage pada Bapak. W.A selama 3 hari. Back Massage
serupa, pasien mengatakan nyeri lebih berkurang dan skala nyei sedang
menjadi ringan.
rileks.
5.1 Saran
1. Bagi perawat
pengaruh back massage terhadap skala nyeri kepala pada pasien hipertensi,
2. Bagi Puskesmas
pasien yang mengalami nyeri kepala. Puskesmas juga diharapkan membuat SOP
dan menerapkannya kepada pasien yang selama ini belum diterapkan dalam
pelayanan. Selain itu, Puskesmas juga harus menyediakan ruangan khusus untuk
dilakukannya back massage yaitu ruangan yang tenang dan nyaman sehingga
3. Bagi Pasien
teknik back massage terhadap gangguan rasa nyaman nyeri pada kasus-kasus
yang lainnya
58
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek
Edisi 5. Jakata :EGC
59
kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. E-journal keperawatan (e-
Kp) volume 11.Nomor 1.
Guideline Joint National Committee (JNC) VIII. (2015) . The Eight Report of the
Joint National Committee.Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide.Am
J Manag Care
Istyawati. (2018). Pengaruh Slow Stroke Back Massage Terhadap Skala Nyeri
Kepala Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal. Journal
Keperawatan Soedirman Vol. 2 No. 3
Maria, Isana. (2018) . Gambaran Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien
Hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Martapura 1.
Jurnal IPTEKS Terapan Volume 10 No. 2
Mulyadi. (2018). Efektifitas Back Massage dan Relaksasi Benson pada Pasien
Hipertensi dengan Gejala Nyeri Kepala di Puskesmas Baki Sukoharjo.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4, Volume 2, Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.
Jakarta: EGC.
Price, & Wilson. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
60
Putri, R. (2020) . Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri
Rheumatoid Arthritis pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar.
Jurnal Makara, Kesehatan. Volume 10, Nomer 2
Rusdi & Isnawati. (2019) . Nyeri Kepala & Vertigo. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press.
Tri Ayu. (2018). Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dan Slow Stroke Back
Massage (SSBM) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi
di UPTD PSLU Jember. Jurnal Ners Indonesia. Vol . l No. 2
61
Wijanarko, B., & Riyadi. (2016). Sport Massage. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
62
Lampiran
A. Pengkajian
1. Data Umum
(2). Umur : 67 th
(4). Pendidikan : SD
Tabel 3.1
Komposisi Keluarga
W.A K.A
N.K. W.D
K
P.A K.D
Keterangan :
menggunakan bahasa Bali, tidak ada kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh
9
6). Agama
hari keagamaan.
Bapak.W.A bekerja sebagai petani dengan penghasilan rata-rata sebulan + Rp. 2-3
jt, Ibu K.A bekerja sebagai pedangan dengan penghasilan rata-rata sebulan + Rp.
2jt, anak W.D bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan rata-rata
sebulan + Rp. 3-4 jt, semua penghasilan digunakan untuk biaya keperluan rumah
Sehat (KIS). Barang yang dimiliki keluarga dirumah seperti sepeda motor, TV,
TV.
Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu pada Tahap VIII : keluarga
10
2) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Bapak.W.A dan Ibu K.A menikah sekitar 41 tahun yang lalu, perkawinan
yang dilakukan karena pilihan sendiri dan direstui orang tua kedua belah pihak.
Penyakit yang banyak diderita oleh orang tua dan saudara Bapak.W.A kebanykan
menderita hipertensi oleh ayah Bapak. W.A, sedangkan di keluarga Ibu K.A lebih
3. Data Lingkungan
pekarangan 8 are dengan tipe rumah permanent. Rumahnya terdiri dari 5 kamar
mengatakan pembuangan limbah atau air cucian ditempat khusus dan membuang
kali sekali, kamar mandi tampak bersih dan tidak berbau keadaan dapur tampak
bersih dan perabotan tertata rapi, ventilasi cukup jendela terbuka saat kunjungan,
sinar matahari bisa masuk dan menyinari ruangan atau kamar, pakaian tertata rapi.
11
Denah rumah
2 3
1
4
5
10
6
8
7
Gambar 3.2
Denah Rumah Keluarga Bapak.W.A
Keterangan :
1. Sanggah
2. Kamar Bapak W.A
3. Kamar Tidur anak
4. Kamar cucu
5. Kamar kosong
6. Gudang
7. Dapur
8. WC/Kamar Mandi
9. Bale Dangin
tetangga sebagian besar merupakan penduduk asli dan mayoritas suku bali,
lingkungan tetangga cukup akrab dan biasa saling membantu bila ada kesusahan
turun temurun.
12
5) Sistem Pendukung Keluarga
mendapat dukungan dan bantuan dari kerabat dekat, tetangga dan keluarga lain.
4. Struktur Keluarga
Interaksi dalam keluarga cukup baik dan dilakukan setiap saat, pola
didiskusikan bersama. Bila ada anggota keluarga sakit diusakan untuk berobat dan
keuangan keluarga diatur oleh Ibu K.A dan ibu N.K kegiatan sehari- hari seperti
mencuci, menyapu dan menyeterika dilakukan Ibu K.A dan ibu N.K Masing-
5. Fungsi Keluarga
menyayangi satu sama lainnya, membina keakraban, saling bertukar pikiran dalam
13
menanggulangi masalah keluarga. Respon keluarga sangat bangga bila ada
anggota keluarga yang berhasil dan keluarga sangat sedih bila ada anggota
adalah kedua orang tua . Anak dan orang tua saling menghargai dan menghormati.
kegiatan di wilayahnya dapat diikutinya bila tidak bisa hadir selalu memberikan
alasan yang jelas, juga kegiatan keagamaan dapat diikuti dengan baik.
tekanan darahnya yang tinggi tersebut dengan memakan timun mentah dan minum
obat dari puskesmas. Bapak. W.A mengeluh sakit kepala, sakit kepalanya
diderita Bapak. W.A adalah penyakit tekanan darah tinggi akan tetapi tidak
paham tentang pengertian, penyebab, gejala, dan cara merawat dirumah agar tidak
terjadi komplikasi.
14
4). Fungsi Reproduksi
laki-laki, semua anaknya sudah menikah, Bapak. W.A saat ini tinggal dengan
darahnya yang tidak turun ke nilai normal, Bapak. WA mengatakan akhir-akhir ini
mudah tersinggung dengan adanya penyakit dan beban yang pasien alami, pasien
merasakan cemas, pasien mengatakan sulit tidur dan terbangun saat malam hari,
berkeringat
stress. Keluarga memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan
angota keluarga.
15
3) Strategi koping yang digunakan
mengatasi masalah.
Dihadapi
petugas kesehatan, sehingga dapat memberi informasi yang lebih tentang penyakit
yang diderita oleh Bapak W.A, keluarga berharap kalau ada waktu petugas
8. Pemeriksaan fisik
Bapak .W.A
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD: 170/90mmHg, Nadi: 87x/menit, pernapasan: 20x/menit,
Suhu: 36,7 ̊c, BB= 72 KG
Rambut : ikal,tidak rontok kebersihan cukup
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis,
penglihatan normal
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara
16
jantung normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising
usus positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan
normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
Ibu K.A
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD = 100/80 mmHg, N= 80x menit, BB= 52 KG
Rambut : Lurus, tidak rontok, kebersihan cukup
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis,
penglihatan normal
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries.
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara
jantung normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising
usus positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak keputihan, tidak
haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan
normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
W.D
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD= 100/60 mmHg, N= 82v/menit, BB=61 Kg
Rambut : lurus, Hitam, tidak rontok
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan
normal
17
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Hidung : simetris, polip negative, tidak ada ingus
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung
normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
N.K
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD= 110/70 mmHg, N= 80X/menit, BB=55 Kg
Rambut : Ikal, Hitam, tidak rontok
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan
normal
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Hidung : simetris, polip negative, tidak ada ingus
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung
normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
P.A
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD= 120/80 mmHg, N= 80v/menit, BB=56 Kg
18
Rambut : lurus, Hitam, tidak rontok
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan
normal
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Hidung : simetris, polip negative, tidak ada ingus
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung
normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
N.K
Keadaan umum : baik
Tanda vital : TD= 100/70 mmHg, N= 80X/menit, BB= 42 Kg
Rambut : Ikal, Hitam, tidak rontok
Mata : tidak oedema, sclera tidak icteric, tidak anemis, penglihatan
normal
Telinga : tidak ada serumen, kanalis bersih, pendengaran normal
Hidung : simetris, polip negative, tidak ada ingus
Mulut : bersih,tidak ada tanda peradangan, gigi tidak ada caries
Dada : simetris, ronchi negative, wheezing negative, suara jantung
normal
Abdomen : datar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bising usus
positif.
Genitalia : selalu dijaga kebersihannya, tidak haemoroid
Extremitas : tidak ada edema, tidak ada nyeri pergerakan, gerakan normal
Kulit : sawo matang, tampak bersih
19
B. Analisa Data
Tabel 3.2
Analisa Data
2 DS : Kecemasan
- Bapak.W.A mengatakan mengkhwatirkan berhubungan dengan
tekanan darahnya yang tidak turun ke nilai perubahan status
normal. Pasien mengatakan akhir-akhir ini kesehatan
mudah tersinggung dengan adanya
penyakit dan beban yang pasien alami,
pasien merasakan cemas, pasien
mengatakan sulit tidur dan terbangun saat
malam hari, sulit berkonsentrasi
DO :
- Bapak.W.A tampak khawatir dan gelisah
pasien tampak berkeringat.
TD:160/90mmHg, Nadi:80kali/Menit, RR:
20kali/Menit dan Suhu: 36,2 ̊c.
C. Rumusan Masalah
1. Nyeri Akut
2. Kecemasan
20
Tabel 3.3
Scoring Nyeri Akut Berhubungan Dengan Peningkatan Tekanan Vaskuler
Serebral
21
Tabel 3.4
Scoring Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
22
informasi yang ditandai dengan pasien tidak tahu penyebab hipertensi, pasien
tersinggung dengan adanya penyakit dan beban yang pasien alami, pasien
merasakan cemas, pasien mengatakan sulit tidur dan terbangun saat malam
E. Perencanaan
Tabel 3.5
Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi TTD
Hasil SIKI
SLKI
Nyeri akut Setelah dilakukan Dukungan Nyeri Akut:
berhubungan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan agen selama 3x pertemuan, Observasi
pendera fisik maka diharapkan 10.Identifikasi lokasi,
(prosedur tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
operasi) (skala 2) dan kontrol frekuensi, kualitas,
nyeri meningkat dengan intensitas nyeri
kriteria hasil: 11.Identifikasi skala nyeri
12. Tidak mengeluh 12.Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal
23
13. Tidak meringis 13.Identifikasi faktor yang
14. Tidak bersikap memperberat dan
protektif memperingan nyeri
15. Tidak gelisah 14.Identifikasi pengetahuan
16. Tidak mengalami dan keyakinan tentang
kesulitan tidur nyeri
17. Frekuensi nadi 15.Identifikasi pengaruh
membaik budaya terhadap respon
18. Tekanan darah nyeri
membaik 16.Identifikasi pengaruh nyeri
19. Melaporkan nyeri pada kualitas hidup
terkontrol 17.Monitor keberhasilan
20. Kemampuan terapi komplementer yang
mengenali onset sudah diberikan
nyeri meningkat 18.Monitor efek samping
21. Kemampuan penggunaan analgetik
mengenali Terapeutik
penyebab nyeri 5. Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
22. Kemampuan mengurangi rasa nyeri
menggunakan (back massage )
teknik non- 6. Kontrol lingkungan yang
farmakologis memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
10.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
F. Tindakan Keperawatan
Tabel 3.6
24
Tindakan Keperawatan
25
Suhu: 36,2 ̊c
26
pasien
27
G. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.7
Evaluasi Keperawatan
28