Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PELAKSANAAN MEET THE EXPERT STASE KEPERAWATAN BEDAH

“PENGARUH AMBULASI DINI TERHADAP TINGKAT ANSIETAS PADA PASIEN


POST LAPARATOMY”

Di susun oleh :

Mahasiswa Co Ners Stase Keperawatan Bedah Kelompok XVII- XX

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan pelaksanaan Meet The Expert ini dengan judul
"Pengaruh Ambulasi Dini Terhadap Tingkat Ansietas Pada Pasien Post Laparatomy" dapat
terselesaikan dengan baik. Proposal Meet The Expert ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok program Profesi Ners di stase keperawatan bedah. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Cahyo Pramono, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik.
2. Ibu Suprehanti, S.Kep.,Ns. dan bapak Gunawan, S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik di
RSUD Pandan Arang Boyolali.
3. Teman-teman kelompok stase bedah yang telah berjuang dan berusaha bersama-sama
dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, namun
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat terhadap pembaca.

Klaten, 02 Januari 2023


Penulis

Kelompok XVII- XX
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan Depkes RI (2017) menyatakan laparatomi meningkat dari 162 pada tahun
2015 menjadi 983 kasus pada tahun 2016 dan 1.281 kasus pada tahun 2017. Komplikasi
pada pasien post laparatomi adalah nyeri yang hebat, perdarahan, kecemasan, bahkan
kematian. Post laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah pasca
bedah dapat memperlambat penyembuhan dan menimbulkan komplikasi (Depkes, 2019).
Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk
mempercepat pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi
dengan latihan napas dan batuk efektif dan mobilisasi dini. Perawatan post laparatomi
merupakan bentuk perawatan yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi
pembedahan perut. Tujuan perawatannya adalah mengurangi komplikasi, meminimalkan
nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan
mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak pasien masih di ruang pulih sadar (Arif,
2020).
Tindakan medis yang sering menimbulkan nyeri dan kecemasan adalah
pembedahan. Salah satu pembedahan yang mempunyai angka prevalensi yang cukup
tinggi adalah laparatomi. Laparatomi merupakan tindakan dengan memotong pada
dinding abdomen seperti caesareansection sampai membuka selaput perut. Menurut
Nugroho (2020) dalam Rustianawati (2017) masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien pasca laparatomi meliputi impairment, functional limitation, disability. Impaired
meliputi nyeri akut pada bagian lokasi operasi, takut dan keterbatasan LGS (Lingkup
Gerak sendi), functional limitation meliputi ketidakmampuan berdiri berjalan serta
ambulasi dan disability meliputi aktivitas terganggu karena keterbatasan gerak akibat
akibat nyeri dan prosedur medis. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang
diakibatkan operasi regio intra abdomen. Sekitar 60% pasien menderita nyeri sangat
hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara
umum nyeri dapat di definisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun
berat (Mubarak, 2017).
Rasa nyeri merupakan stressor yang dapat menimbulkan ketegangan. Individu
akan merespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis.
Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, ekspresi wajah, nadi, pernafasan, suhu,
sikap badan dan apabila nyeri berada pada derajat berat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler dan syok. Respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang
dapat menekan sistem imun dan peradangan, serta menghambat penyembuhan. Respon
yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri. Nyeri pada pasien dapat
terjadi karena proses perjalanan penyakit maupun tindakan diagnostik dan invasif pada
pemeriksaan (Smeltzer & Bare, 2015).
Kecemasan adalah ketidaknyamanan yang timbul sebagai respon tubuh terhadap
ketakutan terhadap perlakuan tubuh atau kehilangan sesuatu yang bernilai. Cemas
merupakan suatu keadaan emosi dan pengalaman yang subyektif, obyek yang kurang
jelas dan biasanya dimanifestasikan dengan perasaan yang tidak nyaman, perasaan yang
tidak siap, tidak tenang dan merasa terancam.
Menurut Roper (2020) dalam Yanti (2021) penatalaksaan nyeri ada dua yaitu
farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dengan obat-obatan
sedangkan non-farmakologi sangat beragam seperti teknik relaksasi dan ambulasi dini.
Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska
operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari
tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat sesuai kondisi pasien.
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien paska operasi karena jika pasien
membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi
pasien akan semakin sulit untuk berjalan. Masalah yang sering terjadi adalah ketika
pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak
mau melakukan mobilisasi dini dan memilih istirahat di tempat tidur. Maka sebelum
membantu pasien perawat harus mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksaan
ambulasi dini (Kozier, 2021).
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan Meet The Expert : tentang “Pengaruh Ambulasi Dini
Terhadap Tingkat Ansietas Pada Pasien Post Laparatomy” diharapkan mahasiswa dan
umum dapat mengetahui pengaruh ambulasi dini terhadap tingkat ansietas pasien post
laparatomy.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan pengetahuan terkait ambulasi dini post laparatomy
b. Mendapatkan pengetahuan terkait tingkat kecemasan post laparatomy
c. Mendapatkan pengetahuan terkait pengaruh ambulasi dini terhadap tingkat ansietas
pasien post laparatomy
BAB II
PEMBAHASAN KEGIATAN

A. Nama dan Tema Kegiatan


Meet The Expert (MTE) dengan tema "Pengaruh Ambulasi Dini Terhadap Tingkat
Ansietas Pada Pasien Post Laparatomy"

B. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan Meet The Expert (MTE) stase bedah ini dilakukan pada :
Hari / tanggal : Jum’at, 30 Desember 2022
Tempat : Zoom meeting
Waktu : 14.00 – 15.03 WIB

C. Peserta Kegiatan Peserta kegiatan ini di ikuti oleh :


1. Mahasiswa/i Co Ners Stase Angkatan XIX Universitas Muhammadiyah Klaten
2. Mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Klaten
3. Peserta umum

D. Susunan Panitia
Ketua : Sarra Widya Krisnanta
Sekretaris : Aulia Zulfati Jannah
Bendahara : Ayu Mufaizah
Sie acara : Sarah Febri Kusumaningrum
Moderator : Aulia Zulfati Jannah
Poster : Mia Asti Anggraini
Host Zoom : Annisa Rizky Widagdo

E. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan meet the expert ini terdiri dari 23 partisipan, berasal dari mahasiswa universitas
muhammadiyah klaten maupun peserta umum. Kegiatan ini telah terlaksana dengan baik
namun terdapat hambatan dari meet the expert ini yaitu waktu atau jam pelaksanaannya,
hal ini dikarenakan narasumber sedang ada tindakan post operasi. Beberapa audient
bertanya terkait materi yang disampaikan oleh narasumber, meliputi :
Penanya : Gunawan
Pada pasien post laparatomy bagaiman dengan penilaian tingkat nyeri pada pasien ?
Jawab : ambulasi dini juga mempengaruhi skala nyeri karena ambulasi dini itu adalah
kegiatan untuk mempercepat penyembuhan.
Penanya : Mia Asti Anggraini
Untuk operasi post laparatomy apakah ada ketentuan berapa waktu pasien boleh
dilakukan ambulasi dini ?
Jawab : tidak ada ketentuan waktu pasien berapa lama dapat dilakukan ambulasi dini
karena ketika pasien sudah dapat diajak komunikasi maka pasien harus segera dilakukan
ambulasi dini seperti miring kanan dan kiri dan seterusnya, karena apabila pasien cepat
dilakukan ambulasi dini maka pasien akan cepat sembuh dan tidak lama rawat inap.
Penanya : Agustina Alfa A
Pada pasien post laparatomy apakah pasien pasca operasi bisa langsung dilakukan
ambulasi dini ?
Jawab : bisa karena semakin cepat pasien dilakukan ambulasi dini maka cepat pula proses
penyembuhannya namun kita melihat kondisi pasiennya juga, apabila pasien kondisinya
baik dan sudah dapat diajak komunikasi maka segera dilakukan ambulasi dini.
Penanya : Aulia Zulfati J
Pasien post laparatomy dengan pasien langsung transfer ke ruang ICU apakah di ruang
tersebut pasien sudah dapat dilakukan ambulasi dini atau bagaimana ?
Jawab : pasien transfer ke ruang ICU biasanya untuk dilakukan monitoring dan
monitoring biasanya 1 x 24 jam apabila pasien kondisinya stabil terus dan apabila
kondisinya baik atau stabil dan dapat diajak komunikasi maka perlu dilakukan ambulasi
dini di ruang tersebut.
Penanya : Cahyo Pramono
Pada pasien post laparatomy jenis bius yang digunakan bermacam jenisnya, apakah pada
pasien post laparatomy jenis bius mempangaruh ambulasi dini ?
Jawab : memang pada pasien post laparatomy berbeda jenis biusnya sesuai dengan
indikasi pasien dan tindakan yang dilakukan, apabila pasien dengan bius spinal
mengalami kekakuan pada kaki atau kebas nah ketika pasien dapat mengangkatkan kedua
kaki dan dapat diajak komunikasi dengan benar maka pasien sudah dapat dilakukan
ambulasi dini.
F. Teknis Pelaksanaan atau Time Schedule
Terlampir
G. Pengisi Acara/Narasumber :
1. dr. Patric Christ Ardhika Kustono, M.Ked. Klin, Sp.B
Biografi
Dokter Patric merupakan dokter spesialis bedah di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Dokter Patric menyelesaikan pendidikan spesialis bedah di Universitas Airlangga –
Surabaya. Beliau juga adalah seorang lulusan S2 Ilmu Kedokteran Klinik dari
Universitas Airlangga. Beliau rutin mengikuti pelatihan profesional, mulai dari kursus
bedah laparascopy dasar di Bali, upper & lower GI endoscopy di Bali, hingga
cadaveric hemicolestomy di Surabaya.
H. Pengeluaran Dana
No Item Satuan Jumlah
1 Narasumber 1 Orang x Rp. 200.000 Rp. 200.000

Total Rp. 200.000

I. Susunan Acara Kegiatan


Acara kegiatan Meet The Expert (MTE) yang dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Desember
2022 dengan susunan acara :
No Jam Acara Penanggung Jawab
1. 14.00-14.05 Pembukaan Sie Acara
3 14.05-14.10 Sambutan 1 Ketua Pelaksana
4 14.10-14.15 Sambutan 2 Pembimbing akademik
5 14.15-14.40 Materi Narasumber
6 14.40-15.00 Tanya Jawab Moderator
7 15.00-15.03 Penutup Sie Acara
BAB III
PENUTUP

Demikian laporan yang telah tersusun dalam pelaksanaan kegiatan Meet The Expert pada
stase keperawatan bedah di RSUD Pandan Arang Boyolali ini kami buat, atas perhatian
dan kebijaksanaannya kami mengucapkan terima kasih.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN MEET THE EXPERT

Klaten, 02 Januari 2023

Stase Keperawatan Bedah

Ketua Kelompok Sekretaris

Sarra Widya Krisnanta, S.Kep Aulia Zulfati Jannah, S.Kep

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Cahyo Pramono, S.Kep.,Ns.,M.Kep Gunawan, S.Kep.Ns

Menyetujui,
Ka.Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Klaten

Setianingsih, S.Kep.,Ns.,MPH
,
LAMPIRAN KEGIATAN
Time Schedule
Desember 2022 - Januari 2023
No Kegiatan
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2
1 Menyusun
proposal
MTE
2 Konsultasi
proposal
MTE
3 Revisi
Proposal
MTE
4 Permohonan
ijin ruang
dan alat
5 Persiapan
pelaksanaan
6 Pelaksanaan
kegiatan
MTE
7 Penyusunan
Laporan
Flayer Pelaksanaan
Dokumentasi Partisipan

Dokumentasi Pemaparan Materi


Dokumentasi Narasumber dan Panitia

Anda mungkin juga menyukai