Disusun Oleh:
7. Sarida ( 1801047 )
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat
serta limpahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Makalah Perawat
Kesehatan Kerja” dengan baik.
Penyusunan makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas II agar para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi
perkuliahan tentang konsep kesehatan kerja, kompetensi perawat keehatan kerja, dan praktik
kesehatan kerja
Kelompok menyadari akan kekurangan penyusunan tugas ini, untuk itu kelompok
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
tugas ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga tugas ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
BAB III................................................................................................................................................22
PENUTUPAN.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tempat kerja memiliki resiko bahaya bagi setiap orang yang bekerja
ditempat tersebut. Resiko bahaya yang terjadi biasanya kecelakaan kerja, kebakaran,
bencana , dan lain-lain. Maka, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus
diterapkan di semua tempat kaerja, khususnya yang memiliki resiko bahaya
kesehatan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang No 23 Tahun 1992 pasal 23.
Menurut informasi yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO), 2.78 juta pekerja meninggal setiap tahun kerena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit
akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakan kerja.
(Hamalainen et al., 2017)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.
Menerapkan program kesehatan kerja ditujukan agar setiap pekerja mendapat
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya atau
penyakit akibat lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga tenaga kerja merasa
aman dan nyaman, serta dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga merupakan salah satu isu penting
di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit dan terkhusus dalam
asuhan keperawatan yang perawat berikan kepada pasien di rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah
sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua
sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit
maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014). Sehingga untuk
mengatasi hal tersebut dibuatlah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit dan Undang-Undang No
23 Tahun 1992.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
2. Apa saja tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
3. Apa saja fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
4. Apa saja peran dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
5. Apa saja ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
6. Apa definisi dari hazard ?
7. Apa saja kompetensi perawat kesehatan kerja ?
8. Bagaimana praktik kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja
2. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja
4. Untuk mengetahui peran dari kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Untuk mengetahui definisi dari hazard.
7. Untuk mengetahui kompetensi perawat kesehatan kerja.
8. Untuk mengetahui praktik kesehatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (dalam sayuti, 2013) Kesehatan Kerja adalah kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Sedangkan Keselamatan Kerja adalah pengawasan terhadap orang,
mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja supaya pekerja tidak
mengalami cedera.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan, dengan kata lain keselamat kerja merupakan salah satu
factor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang
meniginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis,
bentuk dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Menurut Ramli, (2013) Kesehatan dan Keselamatan adalah kondisi atau factor
yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi Kesehatan dan keselamatan pekerja
atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung atau setiap
orang di tempat kerja.
Menurut Triwibowo & Puspahandani (2013) Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja atau pekerja agar selalu
dalam keadaan sehat dan selamat selama berkerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap atau sering digunakan atau
dimasuki oleh tenaga kerja atau pekerja yang didalamnya terdapat 3 unsur yaitu
adanya suatu usaha, adanya sumber bahaya, adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja
di dalamnya, baik secara terus menerut maupun hanya sewaktu-waktu.
1) Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. kecelakaan bersifat massal,
korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk
membantu dan memberikan layanan kepada korban yang menderita luka
paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2) Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan
lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang
dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban
yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat
membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3) Perhatikan pernafasan dan detak jantung korban.
Bila penderita segera berhenti melakukan pekerjaan bantuan.
4) Pendarahan.
Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat membawa
kematian dalam waktu 3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan
saputangan atau kain yang bersihkan tempat-tempat pendarahan kuat-kuat
kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau
apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi
luka mendukung, menempatkan bagian pendarahan lebih tinggi dari
bagian tubuh.
5) Perhatikan tanda-tanda syok.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari
letak anggota tubuh yang lain. Jika korban muntah-muntah dalm dalam
keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih
rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk
korban-korban yang dikuatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau
udara dalam paru-parunya. bila penderita mengalami cidera di dada dan
penderita sesak nafas (tapi masih sadar) diletakkan dalam posisi setengah
duduk.
6) Jangan ambil korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari sebelum dapat dipastikan jenis dan
keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak
memungkinkan bagi dibiarkan dibiarkan ditempat tersebut. Jika korban
hendak diusung terlebih dahulu harus dihentikan serta tulang-tulang yang
patah dibidai. Dalam mewujudkan korban usahakanlah agar korban tetap
terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat
oleh kotoran atau muntahan.
7) Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan .
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah korban ke
sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingatkan bahwa
pertolongan pertama hanyalah sebagai penyelamatan dan pengurangan
korban, terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter
atau tenaga medis yang berkompeten.
Namun pada pertolongan pertama pada kecelakaan harus dilakukan secara
sistematis berdasarkan DR CAB, yaitu :
a. Bahaya (Bahaya) Pastikan Keadaan Aman untuk Menolong. Sebelum
menolong korban, sebaiknya Anda memastikan bahwa lokasi benar-
benar aman bagi Anda sebagi penolong, orang-orang di sekitar lokasi
kejadian, dan korban itu sendiri. Periksalah segala sesuatu yang dapat
mengancam keselamatan. Gunakan pelindung diri yang ada, seperti
sarung tangan dan masker untuk mencegah faktor risiko infeksi
menular. Jangan mengambil risiko untuk menjadi korban berikutnya.
b. Tanggapan (Respon) Pastikan Kondisi Kesadaran Korban. Periksa
kesadaran korban dengan cara memanggil namanya jika Anda kenal,
atau bersuara yang agak keras di dekat telinga korban, jika tidak ada
respons juga, tepuk pundak korban perlahan namun tegas, berikan
rangsangan nyeri (misalnya mencubit bagian telinga korban). Jika
korban masih tidak ada respons, segara panggil bantuan medis, dan
lakukan tahap selanjutnya, karena Anda masih memiliki waktu untuk
menunggu bantuan medis datang.
c. Compression (Tekanan pada Dada) Setelah memastikan korban tidak
memberi respons dan memanggil bantuan medis, lakukan kompresi
dada yang biasa di kenal RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru) atau
disebut CPR (Cardio Pulmonary Resutation). melakukan RJP yang
benar adalah dengan meletakkan korban pada permukaan data dan
keras.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan RJP pada korban dewasa
adalah:
Berlutut samping korban.
Menentukan posisi kompresi dada, dengan menemukan titik
tengah pertemuan tulang iga dada korban.
Setelah menemukan titik kompresi, tempatkan tumit tangan
Anda pada titik tersebut, dengan satu tangan lagi diatasnya.
Posisikan tangan anda tegak lurus dan jaga agar tetap tegak
lurus pada saat melakukan kompresi, dan lalu tekan dada
korban.
Berikan 30 kali kompresi dada, lakukan dengan cepat dan
pertahankan kecepatannya.
Berikan kompresi dengan kedalaman 2 inci (5 cm). 4)
d. Airway (Jalan Nafas)
Setelah melakukan 30 kompresi, buka jalan nafas korban dengan
metode Head-tilt chin-lift. Tujuannya adalah untuk membuka jalan
nafas korban yang tersumbat oleh lidah yang tertarik ke tenggorokan
sehingga menutupi jalan nafas.
Cara melakukan metode Head-tilt chin-lift yaitu:
telapak tangan anda di dahi korban dan letakkan jari tangan
anda yang lain di bawah dagu korban.
Kemudian tekan dahi ke bawah sambil mengangkat dagu ke
atas sehingga kepala korban mendongak ke atas dan mulut
korban terbuka,
e. Breathing (Bernafas) Setelah jalan nafas terbuka, lanjutkan dengan
pemberian 2 kali nafas bantuan dari mulut ke mulut. Perhatikan
membusungnya dada korban untuk memastikan Volume tidal. Volume
tidal adalah jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali
bernapas, dimana volume tidal normal sesorang adalah 350-400ml.
Adapun cara memberikan bantuan sebagai berikut :
Pastikan jalan nafas korban masih dalan posisi terbuka dengan
metode Head-tilt chin-lift sebelumnya.
Tekan hidung korban untuk memastikan tidak ada udara yang
bocor melalui hidung, ambil nafas dengan normal lalu
tempelkan mulut serapat mungkin pada mulut korban dan
tiupkan nafas Anda melalui mulut. lakukan dengan
perbandingan 30:2 yaitu 30 kompresi dada dan 2 kali napas
bantuan, sampai ada respons dari korban atau sampai bantuan
medis tiba. pada korban.
Resusitasi jantung paru-paru (Cardio Pulmonary
Resuscitation/CPR) Ini adalah langkah-langkah jiwa seseorang
dimana jantung telah berhenti. CPR adalah kombinasi dari
masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk
melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah mengikuti
latihan sehingga mengurangi kemungkinan Anda melakukan
kesalahan yang malah menambah cedera pada penderita.
Adapun prioritas pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan yaitu pada korban:
a) Hénti napas.
b) Henti jantung.
c) Pendarahan berat.
d) Syok ketidaksadaran.
e) Pendarahan ringan.
f) Patah tulang atau cidera lain.
Penanganan:
Penanganan:
Penanganan:
Tenangkan korban
Bawa ketempat yang luas dan sejuk
posisikan 1/2 duduk
Atur nafas
Beri oksigen (bantu) bila diperlukan.
4) Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi
darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala:
Nyeri di dada
Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit
membungkuk
Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
Denyut nadi tak teraba/lemah
Gangguan nafas
Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
Penanganan:
Tenangkan korban
Istirahatkan
Posisi 1/2 duduk
Buka jalan pernafasan dan atur nafas
longgarkan pakaian dan barang yang mengikat pada badan
Jangan beri makan/minum terlébih terlebih dahulu
Adapun beberapa Alat Pelindung Diri (APD) dan Peralatan yang digunakan
untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, yaitu sebagai berikut:
a. Penutup Luka
Kasa Steril
Bantalan Kasa
b. Pembalut, contoh:
Pembalut Gulung / Pipa
Pembalut Segitiga / Mitela
Pembalut Tubuler / Tabung
Pembalut Rekat / Plester
c. Cairan Antiseptik, contoh:
Alkohol 70%
Povidone iodine 10%
d. Cairan Pencuci Mata
Boorwater
e. Peralatan Stabilisasi, contoh:
Bidai
Papan Spinal Panjang
Papan Spinal Pendek
f. Gunting Pembalut
g. Pinset
h. Senter
i. Kapas
j. Alat Tulis
k. Oksigen
l. Tensimeter dan Stetoskop
m. Tandu
Semua peralatan di atas kecuali yang berukuran besar, dapat
dimasukkan ke dalam tas atau sejenisnya. Daftar peralatan di atas
bervariasi harus selalu sama, dapat bervariasi dari penolong dan juga
ketersediaan peralatan tersebut
A. Keterampilan yang diperlukan dalam penerapan Praktik-Praktik Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
1. Menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja setiap hari dalam
pekerjaan
2. Observasi mengenai peringatan bahaya dan tanda-tanda keselamatan
3. Mengenali peringatan bahaya dan tanda-tanda keselamatan
4. Penerapan teknik-teknik penanganan keselamatan secara manual dan teknik
keselamatan operasi peralatan setiap waktu
5. Mengikuti prosedur pertolongan pertama darurat
6. situasi yang berpotensi berbahaya, termasuk peralatan dan penyakit
7. Melaporkan secara langsung situasi yang berpotensi berbahaya, termasuk
kegagalan dan peralatan berbahaya
B. Sikap kerja yang diperlukan dalam penerapan Praktik-Praktik Kesehatan dan
Keselamatan Kerja harus dilakukan secara:
1. Tanggung jawab, cermat dan teliti dalam menerapkan prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja setiap hari dalam pekerjaan sehari-hari
2. Cermat dan teliti dalam mengobservasi mengenai peringatan bahaya dan
tanda-tanda keselamatan
3. Tanggung jawab atas tanggung jawab dalam menerapkan teknik-teknik
penanganan keselamatan secara manual dan penerapan teknik operasi setiap
waktu
4. Taat asas dan tanggung jawab dalam mengikuti prosedur pertolongan pertama
darurat
5. Cermat, teliti, berpikir analitis dan evaluatif dalam mengidentifikasi situasi
yang berpotensi berbahaya, termasuk kegagalan dan peralatan berbahaya
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan, dengan kata lain keselamat kerja merupakan salah satu factor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang meniginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Keperawatan Kesehatan kerja adalah praktik khusus yang berfokus pada perawatan
Kesehatan preventif, pemulihan Kesehatan dalam konteks lingkungan yang aman dan
sehat. Hal ini mencakup pencegahan dampak Kesehatan yang merugikan diri bahaya
pekerjaan dan lingkungan serta promosi Kesehatan secara umum. Perawat memberikan
layanan Kesehatan dan membuat keputusan keperawatan dalam lingkup praktik yang
ditentukan oleh hukum negara
B. Saran
Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, perlu
dilakukan pelaksanaan upaya kesehatan. Sehingga dapat mengurangi atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efesiensi dan produktivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalaluddin Sayuti. 2013. Manajemen Kantor Praktis. Jakarta
Effendi, N F. 2015. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gayatri, I A E M. 2014. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kinerja
Karyawan PT UOB Indonesia Cabang Bengkulu. Ekombis review, p : 185.
Nies, M A & Ewen M M. 2014. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 6th Edition. St Louis : Elseiver
Nies, M A & Ewen M M. 2018. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 7th Edition. St Louis : Elseiver
Ramli Soehatman. 2013. System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta : Dian Rakyat
Sedarmayati. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.
Stanhope, M. Lancaster J. 2015. Public Health Nursing Population-Entered Health Care In
The Community. Mosby : Elseiver
Triwibowo C dan Puspahandani M E. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta :
Nuha Medika.