Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KONSEP PERAWAT KESEHATAN KERJA

Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Kelompok Keperawatan


Komunitas II
Dosen Pengampu: Endang Sawitri, M.Kes

Disusun Oleh:

1. Ratna Ikasari ( 1801041 )

2. Ria May Syaroh ( 1801042 )

3. Rina Febrianti ( 1801043 )

4. Riska Sari Saraswati D. ( 1801044 )

5. Roni Nurhidayat ( 1801045 )

6. Sarah Febri K. ( 1801046 )

7. Sarida ( 1801047 )

8. Sarra Widya Krisnanta ( 1801048 )

9. Siti Aisah ( 1801049 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat
serta limpahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Makalah Perawat
Kesehatan Kerja” dengan baik.

Penyusunan makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas II agar para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi
perkuliahan tentang konsep kesehatan kerja, kompetensi perawat keehatan kerja, dan praktik
kesehatan kerja

Kelompok menyadari akan kekurangan penyusunan tugas ini, untuk itu kelompok
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
tugas ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga tugas ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran mata kuliah Keperawatan Komunitas II.

Klaten, 15 September 2021

Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
BAB III................................................................................................................................................22
PENUTUPAN.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tempat kerja memiliki resiko bahaya bagi setiap orang yang bekerja
ditempat tersebut. Resiko bahaya yang terjadi biasanya kecelakaan kerja, kebakaran,
bencana , dan lain-lain. Maka, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus
diterapkan di semua tempat kaerja, khususnya yang memiliki resiko bahaya
kesehatan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang No 23 Tahun 1992 pasal 23.
Menurut informasi yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO), 2.78 juta pekerja meninggal setiap tahun kerena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit
akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakan kerja.
(Hamalainen et al., 2017)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.
Menerapkan program kesehatan kerja ditujukan agar setiap pekerja mendapat
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya atau
penyakit akibat lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga tenaga kerja merasa
aman dan nyaman, serta dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga merupakan salah satu isu penting
di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit dan terkhusus dalam
asuhan keperawatan yang perawat berikan kepada pasien di rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah
sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua
sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit
maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014). Sehingga untuk
mengatasi hal tersebut dibuatlah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit dan Undang-Undang No
23 Tahun 1992.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
2. Apa saja tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
3. Apa saja fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
4. Apa saja peran dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
5. Apa saja ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
6. Apa definisi dari hazard ?
7. Apa saja kompetensi perawat kesehatan kerja ?
8. Bagaimana praktik kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja
2. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja
4. Untuk mengetahui peran dari kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Untuk mengetahui definisi dari hazard.
7. Untuk mengetahui kompetensi perawat kesehatan kerja.
8. Untuk mengetahui praktik kesehatan kerja.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (dalam sayuti, 2013) Kesehatan Kerja adalah kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Sedangkan Keselamatan Kerja adalah pengawasan terhadap orang,
mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja supaya pekerja tidak
mengalami cedera.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan, dengan kata lain keselamat kerja merupakan salah satu
factor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang
meniginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis,
bentuk dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Menurut Ramli, (2013) Kesehatan dan Keselamatan adalah kondisi atau factor
yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi Kesehatan dan keselamatan pekerja
atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung atau setiap
orang di tempat kerja.
Menurut Triwibowo & Puspahandani (2013) Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja atau pekerja agar selalu
dalam keadaan sehat dan selamat selama berkerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap atau sering digunakan atau
dimasuki oleh tenaga kerja atau pekerja yang didalamnya terdapat 3 unsur yaitu
adanya suatu usaha, adanya sumber bahaya, adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja
di dalamnya, baik secara terus menerut maupun hanya sewaktu-waktu.

B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Sedarmayanti (2011) ada tiga tujuan dari system manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu :
1. Sebagai mencapai derajat Kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja bebas.
2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelaksaan akibat
kerja, memelihara dan meningkatkan Kesehatan dan gizi tenaga kerja, merawat
dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan
bekerja.
3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari
bahaya pengotoran bahan proses insutrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industry.

Menurut Gayatri (2014) Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi


pekerja dari kecelakaan akibat kerja, untuk tercapainya Kesehatan dan
keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja. Budaya K3 yang baik
akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program K3 dan pencegahan
kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka Panjang. K3 merupakan
kendaraan untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat. Dapat
disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak
harus dilakukan. Tiga alasan yang menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan
yaitu : factor kemanusiaan, factor pemenuhan peraturan dan perundang-
undangan, dan factor biaya.

C. Fungsi Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja


( Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kemenkes, 2016 )
1. Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut.
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di
tempat kerja.
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik
kerja termasuk desain tempat kerja.
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja
dan APD.
d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.
2. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
a. Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.
c. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
d. Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.
D. Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu kesehatan kerja
berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan para pekerja dengan upaya
promosi kesehatan, pemantauan, dan survailan kesehatan serta upaya peningkatan
daya tahan tubuh dan kebugaran pekerja. ( Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kemenkes, 2016 )
E. Ruang Lingkup
Menurut Trriwibowo & Puspahandani (2013) Ruang lingkup Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) angat luas, didalamnya termasuk perlindungan teknis yaitu
perlindungan terhadap tenaga kerja atau pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelaksaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan
dan dilaksanakan di setiap tempat kerja.
F. Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan
disebabkan oleh kekuatan luar baginya. Hazard suatu objek yang terdapat energi, zat
atau kondisi kerja yang potensial serta dapat mengecam keselamatan. Hazard dapat
berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik atau
mental, kerusakan property, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi
dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis potensi bahaya (hazard) adalah sebagai
berikut :
1. Bahaya Fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di Sebagian besar tempat
kerja pada satu waktu tertentu. Hal ini termasuk kondisik tidak aman yang akan
menyebabkan cidera, penyakit dan kematian. Bahaya fisik antara lain yaitu
permukaan lantai basah dan licin, penyimpanan benda di lantai sembarangan, tata
letak kerja area yang tidak tepat, permukaan lantai yang tidak rata, postur tubuh
canggung, desain stasiun kerja yang kurang cocok dan lain-lain.
2. Bahaya Bahan Kimia adalah zat yang mempunyai karateristik dan efek
membahayakan Kesehatan dan keselamatan manusia. Bahyaa kimia mencakup
paparan dapat berupa penyimpanan bahan kimia, bahan yang mudah terbakar.
3. Bahaya Biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang
mungkin menimbulkan ancaman bagi Kesehatan dan keselamatan manusia.
Bahaya biologis mencakup paparan darah atau cairan tubuh lain atau jaringan,
jamur, bakteri dan virus.
4. Bahaya Ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja
meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi
secara langsung karena tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau
bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya ini meluputi redup, tempat kerja tidak
tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja, postur tubuh yang kurang
memadai, mengulangi Gerakan yang sama atau berulang-ulang.
5. Bahaya Psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat
penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan
dikendalikan. Contoh bahaya psikologis antara lain kecepatan kerja, kurangnya
motivasi, tidak ada prosedur yang jelas, dan kelelahan (Kuswana, 2014).
G. Kompetensi Perawat Kesehatan Kerja
Menurut AAOHN (2015) Keperawatan Kesehatan kerja adalah praktik khusus
yang berfokus pada perawatan Kesehatan preventif, pemulihan Kesehatan dalam
konteks lingkungan yang aman dan sehat. Hal ini mencakup pencegahan dampak
Kesehatan yang merugikan diri bahaya pekerjaan dan lingkungan serta promosi
Kesehatan secara umum. Perawat memberikan layanan Kesehatan dan membuat
keputusan keperawatan dalam lingkup praktik yang ditentukan oleh hukum negara.
Menueut Efendi (2015) Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu
karakteristik individu yang memiliki hubungan kasual atau sebab akibat dengan
kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berpenampilan superior di tempat kerja
pada situasi tertentu. Salah satu tujuan utama standar kompetensi yaitu
mempersiapkan perawat yang professional yang kompeten secara intelektual,
memiliki tanggungjawab sosialm serta bersahabat dalam memenuhi kebutuhan bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Menurut Stanhope (2015) focus tentang Pendidikan kualitas dan keselamatan
untuk perawat kompetensi bertarget praktik berbasis bukti mengintegrasikan bukti
klinis terkini dengan prefensi dan nilai klien dan keluarga untuk memberikan
perawatan klien yang optimal. Menurut Nies & Ewen (2018) perawat Kesehatan kerja
harus memiliki beberapa tingkatan kompetensi yaitu kompeten, mahir dan ahli.
Kompeten yaitu perawat telah mendapatkan kepercayaan diri dan persepsi
tentang perannya adalah penguasan dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertentu.
Ada sedikit kebutuhan untuk mengandalkan penilaian rekan kerja professional
lainnya. Perawat Kesehatan kerja dan lingkungan yang kompeten memiliki
pengalaman yang cukup untuk mengenali berbagai masalah praktik dan berfungsi
dengan nyaman dalam peran seperti klinis, coordinator layanan Kesehatan kerja, dan
manajer kasus, perawat ini mengikuti prosedur perusahaan dan mengandalkan daftar
periksa penilaian dan protocol klinis untuk memberikan perawatan.
Mahir yaitu perawat harus memiliki kemampuan yang meningkat untuk
memahami situasi klien secara keseluruhan berdasarkan pengalaman masa lalu,
dengan focus pada aspek-aspek yang relevan dari situasi tersebut.
Menurut Nies & Ewen (2014) Kategori kompetensi dalam keperawatan
Kesehatan kerja dan lingkungan antara lain yaitu :
1. Mengelola total Kesehatan pekerja secara mandiri dan Bersama anggota tim
lainnya.
2. Mematuhi prinsip-prinsip praktik professional.
3. Mendemonstrasikan pemahaman tentang iklim bisnis dan dampaknya terhadap
Kesehatan masyarakat.
4. Praktik asuhan keperawatan berbasis bukti yang sesuai dengan budaya dalam
lingkup praktik berlisensi.
Menurut Nies & Ewen (2014) beberapa contoh kompetensi dalam
keperawatan Kesehatan kerja dan lingkungan antara lain :
1. Perawatan klinis dan utama contohnya menerapkan proses keperawatan dalam
pemberian perawatan, memberikan pertolongan pertama dan perawatan primer
sesuai dengan protocol perawatan, melakukan penilaian fisik, mengambil
Riwayat Kesehatan kerja dan lingkungan, mendiagnosis dan mengobati,
mengetahui banyak tentang protocol imunisasi, mengidentifikasi karyawan
kebutuhan emosional dan memberikan dukungan konseling, menggunakan
pendekatan pemecahan masalah multidisiplin untuk penyakit dan cedera
Kesehatan kerja, memelihara catatan, pengujian dan pemantauan klinis.
2. Menanggapi keadaan darurat medis, contohnya menjadi berpengetahuan tentang
penangangan berhubungan dengan Kesehatan manajemen kasus,
mengdidentifikasi manajemen kasus, melakukan penilaian manajemen kasus,
mengembangkan rencana perawatan manajemen kasus, mengimplementasikan,
memantau dan mengevaluasi hasil, melakukan penelitian berbasis hasil.
3. Ketiga hukum dan tanggung jawab etis contohnya adalah mengetahui Tindakan
praktik keperawatan negara dan kemampuan untuk mempraktikkan keperawatan
Kesehatan kerja dalam pedoman negara, mengetahui peraturan federal, negara
bagian dan kota yang berkaitan dengan Kesehatan kerja dan lingkungan,
mengetahui pedoman terkait dan perkerjaan terkait lainnya dan undang-undang
Kesehatan lingkungan, memiliki pengetahuan tentang semua aspek praktik
pencatatan medis sesuai dengan praktik keperawatan, hukum negara dan standar
praktik, menjadi berpengetahuan luas tentang trend hukum saat ini terkait
dengan kelalaian dan kasus malpraktik dalam keperawatan professional dan
dalam pengaturan Kesehatan kerja, mengetahui parameter kerahasiaan,
mempengaruhi proses peraturan dan hukum terkait Kesehatan kerja dan
lingkungan.
4. Keempat manajemen dan administrasi contohnya yitu mengelola anggaran,
memperkerjakan staf dan mengelola kinerja staf, membina renaca
pengembangan professional, mengembangkan tujuan dan sasaran program,
mengembangkan rencana bisnis melalui pengetahuan sumber daya internal dan
eksternal, menyediakan layanan dan program di tempat kerja untuk mengetahui
kebutuhan bisnis dan karyawan, menulis laporan kerja, analisis efektivitas biaya
dan pemantauan hasil.
5. Kelima Pendidikan Kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan contohnya,
menciptakan jaringan dukungan professional dan teknis yang efektif baik secara
fungsional maupun lintas fungsi.
6. Keenam professional contohnyaterlibat dalam rencana pembelajaran seumur
hidup, menjadi berpengetahuan tentang standar AAOHN (American Association
Of Occupational Health Nurses) Kesehatan kerja dan lingkungan.
7. Ketujuh keperawatan dan kode etik contohnya mempertahankan mata uang
dalam mpraktik, berrtindak sebagai peran professional model untuk siswa dan
kolega, memajukan spesialisasi melalui pengetahuan dan sains.
Kompetensi perawat yang dibutuhkan dalam Kesehatan kerja antara lain
yaitu pertama, pendidik Kesehatan adalah empat kerja promosi Kesehatan dengan
Pendidikan Kesehatan sebagai salah satu prasyarat utama promosi Kesehatan di
tempat kerja adalah aspek integral dari peran perawat Kesehatan kerja. Di beberapa
negara perawat diminta untuk mendukung kegiatan yang bertujuan mengadopsi
gaya hidup sehat dalam proses promosi Kesehatan yang sedang berlangsung, serta
berpartisipasi dalam kegiatan Kesehatan dan keselamatan. Perawat Kesehatan kerja
dapat melakukan penelitian kebutuhan untuk promosi Kesehatan dalam
perusahaan, memprioritaskan kegiatan dalam konsultasi manajemen dan pekerja,
mengembangkan dan merencanakan intervensi yang sesuai, memberikan nilai atau
mengkoordinasikan penyampaian strategi promosi Kesehatan dan dapat
memainkan peran yang berharga dalam mengevaluasi pengiriman dan pencapaian
strategi promosi Kesehatan.
Kedua, konselor yaitu dalam usaha kecil atau menegah, perawat Kesehatan
kerja mungkin merupakan satu-satunya professional perawatan Kesehatan yang hadir
hampir sepanjang waktu dan mereka dapat membantu orang yang bekerja di sana
dalam menangani Kesehatan mental dan stress terkait pekerjaan. Bagi banyak orang,
perawat Kesehatan kerja, yang bekerja di tingkat perusahaan, mungkin merupakan
titik kontak pertama dengan penyedia layanan Kesehatan.

H. Praktik Kesehatan Kerja


1. Prosedur pertolongan pertama secara darurat
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (P3K) merupakan pertolongan
pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan
atau penyakit mendadal dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat
rujukan atau rumah sakit. P3K yang dimaksud yaitu memberiikan perawatan
darurat pada korban ,sebelum pertologan pertama yang lengkap berikan oleh dokter
atau petugas kesehatan lainya
P3K diberikan untuk menyelamatkan korban, meringankan penderitaan
korban, mencegah cidera atau penyakit yang lebih parah, mempertahankan daya
tahan korban, dan mencarikan pertolongan yang lebih lanjut. Adapun prinsip-
prinsip pertolongan terhadap korban serta beberapa peralatan yang diperlukan
terhadap namun tidak semua korban ada, tetapi prinsip kita kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu
keadaan darurat tersebut:
1) Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. terkadang kita lengah atau
kurang berfikir bila kita bertemu suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong
korban, periksa dulu apakah tempat tersebut aman atau masih dalam bahaya.
2) Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumber daya yang ada baik
alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila anda bekerja dalam
tim, buatlah perencanaan yang matang dan dapat dijangkau oleh seluruh
anggota.
3) Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dan sebagainya.
Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan
tambahan oleh pihak lain.

Sistematika Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah:

1) Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. kecelakaan bersifat massal,
korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk
membantu dan memberikan layanan kepada korban yang menderita luka
paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2) Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan
lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang
dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban
yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat
membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3) Perhatikan pernafasan dan detak jantung korban.
Bila penderita segera berhenti melakukan pekerjaan bantuan.
4) Pendarahan.
Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat membawa
kematian dalam waktu 3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan
saputangan atau kain yang bersihkan tempat-tempat pendarahan kuat-kuat
kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau
apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi
luka mendukung, menempatkan bagian pendarahan lebih tinggi dari
bagian tubuh.
5) Perhatikan tanda-tanda syok.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari
letak anggota tubuh yang lain. Jika korban muntah-muntah dalm dalam
keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih
rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk
korban-korban yang dikuatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau
udara dalam paru-parunya. bila penderita mengalami cidera di dada dan
penderita sesak nafas (tapi masih sadar) diletakkan dalam posisi setengah
duduk.
6) Jangan ambil korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari sebelum dapat dipastikan jenis dan
keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak
memungkinkan bagi dibiarkan dibiarkan ditempat tersebut. Jika korban
hendak diusung terlebih dahulu harus dihentikan serta tulang-tulang yang
patah dibidai. Dalam mewujudkan korban usahakanlah agar korban tetap
terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat
oleh kotoran atau muntahan.
7) Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan .
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah korban ke
sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingatkan bahwa
pertolongan pertama hanyalah sebagai penyelamatan dan pengurangan
korban, terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter
atau tenaga medis yang berkompeten.
Namun pada pertolongan pertama pada kecelakaan harus dilakukan secara
sistematis berdasarkan DR CAB, yaitu :
a. Bahaya (Bahaya) Pastikan Keadaan Aman untuk Menolong. Sebelum
menolong korban, sebaiknya Anda memastikan bahwa lokasi benar-
benar aman bagi Anda sebagi penolong, orang-orang di sekitar lokasi
kejadian, dan korban itu sendiri. Periksalah segala sesuatu yang dapat
mengancam keselamatan. Gunakan pelindung diri yang ada, seperti
sarung tangan dan masker untuk mencegah faktor risiko infeksi
menular. Jangan mengambil risiko untuk menjadi korban berikutnya.
b. Tanggapan (Respon) Pastikan Kondisi Kesadaran Korban. Periksa
kesadaran korban dengan cara memanggil namanya jika Anda kenal,
atau bersuara yang agak keras di dekat telinga korban, jika tidak ada
respons juga, tepuk pundak korban perlahan namun tegas, berikan
rangsangan nyeri (misalnya mencubit bagian telinga korban). Jika
korban masih tidak ada respons, segara panggil bantuan medis, dan
lakukan tahap selanjutnya, karena Anda masih memiliki waktu untuk
menunggu bantuan medis datang.
c. Compression (Tekanan pada Dada) Setelah memastikan korban tidak
memberi respons dan memanggil bantuan medis, lakukan kompresi
dada yang biasa di kenal RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru) atau
disebut CPR (Cardio Pulmonary Resutation). melakukan RJP yang
benar adalah dengan meletakkan korban pada permukaan data dan
keras.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan RJP pada korban dewasa
adalah:
 Berlutut samping korban.
 Menentukan posisi kompresi dada, dengan menemukan titik
tengah pertemuan tulang iga dada korban.
 Setelah menemukan titik kompresi, tempatkan tumit tangan
Anda pada titik tersebut, dengan satu tangan lagi diatasnya.
 Posisikan tangan anda tegak lurus dan jaga agar tetap tegak
lurus pada saat melakukan kompresi, dan lalu tekan dada
korban.
 Berikan 30 kali kompresi dada, lakukan dengan cepat dan
pertahankan kecepatannya.
 Berikan kompresi dengan kedalaman 2 inci (5 cm). 4)
d. Airway (Jalan Nafas)
Setelah melakukan 30 kompresi, buka jalan nafas korban dengan
metode Head-tilt chin-lift. Tujuannya adalah untuk membuka jalan
nafas korban yang tersumbat oleh lidah yang tertarik ke tenggorokan
sehingga menutupi jalan nafas.
Cara melakukan metode Head-tilt chin-lift yaitu:
 telapak tangan anda di dahi korban dan letakkan jari tangan
anda yang lain di bawah dagu korban.
 Kemudian tekan dahi ke bawah sambil mengangkat dagu ke
atas sehingga kepala korban mendongak ke atas dan mulut
korban terbuka,
e. Breathing (Bernafas) Setelah jalan nafas terbuka, lanjutkan dengan
pemberian 2 kali nafas bantuan dari mulut ke mulut. Perhatikan
membusungnya dada korban untuk memastikan Volume tidal. Volume
tidal adalah jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali
bernapas, dimana volume tidal normal sesorang adalah 350-400ml.
Adapun cara memberikan bantuan sebagai berikut :
 Pastikan jalan nafas korban masih dalan posisi terbuka dengan
metode Head-tilt chin-lift sebelumnya.
 Tekan hidung korban untuk memastikan tidak ada udara yang
bocor melalui hidung, ambil nafas dengan normal lalu
tempelkan mulut serapat mungkin pada mulut korban dan
tiupkan nafas Anda melalui mulut. lakukan dengan
perbandingan 30:2 yaitu 30 kompresi dada dan 2 kali napas
bantuan, sampai ada respons dari korban atau sampai bantuan
medis tiba. pada korban.
 Resusitasi jantung paru-paru (Cardio Pulmonary
Resuscitation/CPR) Ini adalah langkah-langkah jiwa seseorang
dimana jantung telah berhenti. CPR adalah kombinasi dari
masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk
melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah mengikuti
latihan sehingga mengurangi kemungkinan Anda melakukan
kesalahan yang malah menambah cedera pada penderita.
Adapun prioritas pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan yaitu pada korban:
a) Hénti napas.
b) Henti jantung.
c) Pendarahan berat.
d) Syok ketidaksadaran.
e) Pendarahan ringan.
f) Patah tulang atau cidera lain.

Tindakan penolong selama melakukan pertolongan pertama, harus


diperhatikan pula:

1) Hindari memindahkan korban


Memindahkan korban adalah hal yang sangat berbahaya jika tidak
menguasai dengan baik teknik cara memindahkan korban. Hal in
dapat menebabkan hal yang serius bahkan menambah buruk kondisi
korban, terutama pada kasus cidera tulang belakang.
2) Jangan pernah ragu.
Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan penuh
keyakinan dan tanpa ragu secara cepat dan tepat, karena keraguan
dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
adalah mati.
3) Hubungi petugas yng berwenang.
Menghubungi orang atau petugas yang menguasai teknik baik
pertolongan pertama sebaiknya dilakukan sebaik mungkin.
Adapun kasus-kasus kecelakaan atau gangguan dalam kegiatan alam terbuka
berikut gejala dan penanganannya, yaitu sebagai berikut:
1) Pingsan (Syncope/collapse) yaitu gangguan kesadaran sementara
karena otak kekurangan 02, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga,
dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) , hiploglikemia, animea.
Gejalanya:
 Tak respon (beberapa menit)
 Denyut nadi perasaan limbung
 Pandangan berkunang-kunang
 Nafas tidak teratur
 Muka pucat
 Lemas

Penanganan:

 Baringkan korban dalam posisi terlentang


 Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
 Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernapasan
 Periksa kemungkinan cedera lain
 Selimuti korban
 Korban diistirahatkan beberapa saat •
 Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi posisi stabil, rujuk
ke instansi kesehatan.
2) Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan
cairan. Hal ini terjadi bila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi
cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan
elektrolit (K, Na, CI, Ca). Dehidrasi karena kurang minum dan
kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau
aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala dan tanda dehidrasi:
 Dehidrasi ringan:
 Defisit cairan 5% dari berat badan
 Penderita merasa haus
 Denyut nadi lebih dari 90x/menit
 Dehidrasi sedang:
 Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
 Nadi lebih dari 90x/menit
 Nadi lemah
 Dehidrasi berat:
 Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
Hipotensi;
 Mata cekung;
 Nadi sangat lemah, sampai tak terasa

Penanganan:

 Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi syok


 mengganti elektrolit yang lemah;
 Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
 Rutin minum air
3) Asma yaitu berdiri/gangguan saluran pernafasan.
Gejala:
 Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
 suara nafas tambahan;
 Irama nafas tidak teratur;
 Terjadinya perubahan warna kulit (merah/ pucat/ kebiruan/
sianosis) Kesadaran menurun (gelisah/meracau).

Penanganan:

 Tenangkan korban
 Bawa ketempat yang luas dan sejuk
 posisikan 1/2 duduk
 Atur nafas
 Beri oksigen (bantu) bila diperlukan.
4) Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi
darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala:
 Nyeri di dada
 Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit
membungkuk
 Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
 Denyut nadi tak teraba/lemah
 Gangguan nafas
 Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung

Penanganan:

 Tenangkan korban
 Istirahatkan
 Posisi 1/2 duduk
 Buka jalan pernafasan dan atur nafas
 longgarkan pakaian dan barang yang mengikat pada badan
 Jangan beri makan/minum terlébih terlebih dahulu

Adapun beberapa Alat Pelindung Diri (APD) dan Peralatan yang digunakan
untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, yaitu sebagai berikut:

a. Sarung tangan Lateks


b. Kacamata Pelindung
c. Masker Penolong
d. Masker Resusitasi.

Peralatan Pertolongan Pertama lainnya adalah:

a. Penutup Luka
 Kasa Steril
 Bantalan Kasa
b. Pembalut, contoh:
 Pembalut Gulung / Pipa
 Pembalut Segitiga / Mitela
 Pembalut Tubuler / Tabung
 Pembalut Rekat / Plester
c. Cairan Antiseptik, contoh:
 Alkohol 70%
 Povidone iodine 10%
d. Cairan Pencuci Mata
 Boorwater
e. Peralatan Stabilisasi, contoh:
 Bidai
 Papan Spinal Panjang
 Papan Spinal Pendek
f. Gunting Pembalut
g. Pinset
h. Senter
i. Kapas
j. Alat Tulis
k. Oksigen
l. Tensimeter dan Stetoskop
m. Tandu
Semua peralatan di atas kecuali yang berukuran besar, dapat
dimasukkan ke dalam tas atau sejenisnya. Daftar peralatan di atas
bervariasi harus selalu sama, dapat bervariasi dari penolong dan juga
ketersediaan peralatan tersebut
A. Keterampilan yang diperlukan dalam penerapan Praktik-Praktik Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
1. Menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja setiap hari dalam
pekerjaan
2. Observasi mengenai peringatan bahaya dan tanda-tanda keselamatan
3. Mengenali peringatan bahaya dan tanda-tanda keselamatan
4. Penerapan teknik-teknik penanganan keselamatan secara manual dan teknik
keselamatan operasi peralatan setiap waktu
5. Mengikuti prosedur pertolongan pertama darurat
6. situasi yang berpotensi berbahaya, termasuk peralatan dan penyakit
7. Melaporkan secara langsung situasi yang berpotensi berbahaya, termasuk
kegagalan dan peralatan berbahaya
B. Sikap kerja yang diperlukan dalam penerapan Praktik-Praktik Kesehatan dan
Keselamatan Kerja harus dilakukan secara:
1. Tanggung jawab, cermat dan teliti dalam menerapkan prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja setiap hari dalam pekerjaan sehari-hari
2. Cermat dan teliti dalam mengobservasi mengenai peringatan bahaya dan
tanda-tanda keselamatan
3. Tanggung jawab atas tanggung jawab dalam menerapkan teknik-teknik
penanganan keselamatan secara manual dan penerapan teknik operasi setiap
waktu
4. Taat asas dan tanggung jawab dalam mengikuti prosedur pertolongan pertama
darurat
5. Cermat, teliti, berpikir analitis dan evaluatif dalam mengidentifikasi situasi
yang berpotensi berbahaya, termasuk kegagalan dan peralatan berbahaya
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan, dengan kata lain keselamat kerja merupakan salah satu factor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang meniginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Keperawatan Kesehatan kerja adalah praktik khusus yang berfokus pada perawatan
Kesehatan preventif, pemulihan Kesehatan dalam konteks lingkungan yang aman dan
sehat. Hal ini mencakup pencegahan dampak Kesehatan yang merugikan diri bahaya
pekerjaan dan lingkungan serta promosi Kesehatan secara umum. Perawat memberikan
layanan Kesehatan dan membuat keputusan keperawatan dalam lingkup praktik yang
ditentukan oleh hukum negara

B. Saran
Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, perlu
dilakukan pelaksanaan upaya kesehatan. Sehingga dapat mengurangi atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efesiensi dan produktivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalaluddin Sayuti. 2013. Manajemen Kantor Praktis. Jakarta
Effendi, N F. 2015. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gayatri, I A E M. 2014. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kinerja
Karyawan PT UOB Indonesia Cabang Bengkulu. Ekombis review, p : 185.
Nies, M A & Ewen M M. 2014. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 6th Edition. St Louis : Elseiver
Nies, M A & Ewen M M. 2018. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 7th Edition. St Louis : Elseiver
Ramli Soehatman. 2013. System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta : Dian Rakyat
Sedarmayati. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.
Stanhope, M. Lancaster J. 2015. Public Health Nursing Population-Entered Health Care In
The Community. Mosby : Elseiver
Triwibowo C dan Puspahandani M E. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai