Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP PERAWAT KESEHATAN KERJA

Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Kelompok Keperawatan


Komunitas II
Dosen Pengampu: Endang Sawitri, M.Kes

Disusun Oleh:

1. Ratna Ikasari ( 1801041 )

2. Ria May Syaroh ( 1801042 )

3. Rina Febrianti ( 1801043 )

4. Riska Sari Saraswati D. ( 1801044 )

5. Roni Nurhidayat ( 1801045 )

6. Sarah Febri K. ( 1801046 )

7. Sarida ( 1801047 )

8. Sarra Widya Krisnanta ( 1801048 )

9. Siti Aisah ( 1801049 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat
serta limpahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Makalah Perawat
Kesehatan Kerja” dengan baik.

Penyusunan makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas II agar para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi
perkuliahan tentang konsep kesehatan kerja, kompetensi perawat keehatan kerja, dan praktik
kesehatan kerja

Kelompok menyadari akan kekurangan penyusunan tugas ini, untuk itu kelompok
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
tugas ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga tugas ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran mata kuliah Keperawatan Komunitas II.

Klaten, 15 September 2021

Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUPAN.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tempat kerja memiliki resiko bahaya bagi setiap orang yang bekerja
ditempat tersebut. Resiko bahaya yang terjadi biasanya kecelakaan kerja, kebakaran,
bencana , dan lain-lain. Maka, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus
diterapkan di semua tempat kaerja, khususnya yang memiliki resiko bahaya
kesehatan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang No 23 Tahun 1992 pasal 23.
Menurut informasi yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO), 2.78 juta pekerja meninggal setiap tahun kerena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit
akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakan kerja.
(Hamalainen et al., 2017)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.
Menerapkan program kesehatan kerja ditujukan agar setiap pekerja mendapat
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya atau
penyakit akibat lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga tenaga kerja merasa
aman dan nyaman, serta dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga merupakan salah satu isu penting
di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit dan terkhusus dalam
asuhan keperawatan yang perawat berikan kepada pasien di rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah
sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua
sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit
maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014). Sehingga untuk
mengatasi hal tersebut dibuatlah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit dan Undang-Undang No
23 Tahun 1992.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
2. Apa saja tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
3. Apa saja fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
4. Apa saja peran dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
5. Apa saja ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja ?
6. Apa definisi dari hazard ?
7. Apa saja kompetensi perawat kesehatan kerja ?
8. Bagaimana praktik kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kesehatan dan keselamatan kerja
2. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja
4. Untuk mengetahui peran dari kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dari kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Untuk mengetahui definisi dari hazard.
7. Untuk mengetahui kompetensi perawat kesehatan kerja.
8. Untuk mengetahui praktik kesehatan kerja.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (dalam sayuti, 2013) Kesehatan Kerja adalah kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Sedangkan Keselamatan Kerja adalah pengawasan terhadap orang,
mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja supaya pekerja tidak
mengalami cedera.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan, dengan kata lain keselamat kerja merupakan salah satu
factor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang
meniginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis,
bentuk dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Menurut Ramli, (2013) Kesehatan dan Keselamatan adalah kondisi atau factor
yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi Kesehatan dan keselamatan pekerja
atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung atau setiap
orang di tempat kerja.
Menurut Triwibowo & Puspahandani (2013) Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja atau pekerja agar selalu
dalam keadaan sehat dan selamat selama berkerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap atau sering digunakan atau
dimasuki oleh tenaga kerja atau pekerja yang didalamnya terdapat 3 unsur yaitu
adanya suatu usaha, adanya sumber bahaya, adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja
di dalamnya, baik secara terus menerut maupun hanya sewaktu-waktu.

B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Sedarmayanti (2011) ada tiga tujuan dari system manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu :
1. Sebagai mencapai derajat Kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja bebas.
2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelaksaan akibat
kerja, memelihara dan meningkatkan Kesehatan dan gizi tenaga kerja, merawat
dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan
bekerja.
3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari
bahaya pengotoran bahan proses insutrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industry.

Menurut Gayatri (2014) Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi


pekerja dari kecelakaan akibat kerja, untuk tercapainya Kesehatan dan
keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja. Budaya K3 yang baik
akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program K3 dan pencegahan
kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka Panjang. K3 merupakan
kendaraan untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat. Dapat
disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak
harus dilakukan. Tiga alasan yang menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan
yaitu : factor kemanusiaan, factor pemenuhan peraturan dan perundang-
undangan, dan factor biaya.

C. Fungsi Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja


( Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kemenkes, 2016 )
1. Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut.
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di
tempat kerja.
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik
kerja termasuk desain tempat kerja.
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja
dan APD.
d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.
2. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
a. Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.
c. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
d. Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.
D. Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu kesehatan kerja
berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan para pekerja dengan upaya
promosi kesehatan, pemantauan, dan survailan kesehatan serta upaya peningkatan
daya tahan tubuh dan kebugaran pekerja. ( Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kemenkes, 2016 )
E. Ruang Lingkup
Menurut Trriwibowo & Puspahandani (2013) Ruang lingkup Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) angat luas, didalamnya termasuk perlindungan teknis yaitu
perlindungan terhadap tenaga kerja atau pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelaksaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan
dan dilaksanakan di setiap tempat kerja.
F. Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan
disebabkan oleh kekuatan luar baginya. Hazard suatu objek yang terdapat energi, zat
atau kondisi kerja yang potensial serta dapat mengecam keselamatan. Hazard dapat
berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik atau
mental, kerusakan property, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi
dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis potensi bahaya (hazard) adalah sebagai
berikut :
1. Bahaya Fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di Sebagian besar tempat
kerja pada satu waktu tertentu. Hal ini termasuk kondisik tidak aman yang akan
menyebabkan cidera, penyakit dan kematian. Bahaya fisik antara lain yaitu
permukaan lantai basah dan licin, penyimpanan benda di lantai sembarangan, tata
letak kerja area yang tidak tepat, permukaan lantai yang tidak rata, postur tubuh
canggung, desain stasiun kerja yang kurang cocok dan lain-lain.
2. Bahaya Bahan Kimia adalah zat yang mempunyai karateristik dan efek
membahayakan Kesehatan dan keselamatan manusia. Bahyaa kimia mencakup
paparan dapat berupa penyimpanan bahan kimia, bahan yang mudah terbakar.
3. Bahaya Biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang
mungkin menimbulkan ancaman bagi Kesehatan dan keselamatan manusia.
Bahaya biologis mencakup paparan darah atau cairan tubuh lain atau jaringan,
jamur, bakteri dan virus.
4. Bahaya Ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja
meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi
secara langsung karena tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau
bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya ini meluputi redup, tempat kerja tidak
tepat dan tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja, postur tubuh yang kurang
memadai, mengulangi Gerakan yang sama atau berulang-ulang.
5. Bahaya Psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat
penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan
dikendalikan. Contoh bahaya psikologis antara lain kecepatan kerja, kurangnya
motivasi, tidak ada prosedur yang jelas, dan kelelahan (Kuswana, 2014).
G. Kompetensi Perawat Kesehatan Kerja
Menurut AAOHN (2015) Keperawatan Kesehatan kerja adalah praktik khusus
yang berfokus pada perawatan Kesehatan preventif, pemulihan Kesehatan dalam
konteks lingkungan yang aman dan sehat. Hal ini mencakup pencegahan dampak
Kesehatan yang merugikan diri bahaya pekerjaan dan lingkungan serta promosi
Kesehatan secara umum. Perawat memberikan layanan Kesehatan dan membuat
keputusan keperawatan dalam lingkup praktik yang ditentukan oleh hukum negara.
Menueut Efendi (2015) Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu
karakteristik individu yang memiliki hubungan kasual atau sebab akibat dengan
kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berpenampilan superior di tempat kerja
pada situasi tertentu. Salah satu tujuan utama standar kompetensi yaitu
mempersiapkan perawat yang professional yang kompeten secara intelektual,
memiliki tanggungjawab sosialm serta bersahabat dalam memenuhi kebutuhan bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Menurut Stanhope (2015) focus tentang Pendidikan kualitas dan keselamatan
untuk perawat kompetensi bertarget praktik berbasis bukti mengintegrasikan bukti
klinis terkini dengan prefensi dan nilai klien dan keluarga untuk memberikan
perawatan klien yang optimal. Menurut Nies & Ewen (2018) perawat Kesehatan kerja
harus memiliki beberapa tingkatan kompetensi yaitu kompeten, mahir dan ahli.
Kompeten yaitu perawat telah mendapatkan kepercayaan diri dan persepsi
tentang perannya adalah penguasan dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertentu.
Ada sedikit kebutuhan untuk mengandalkan penilaian rekan kerja professional
lainnya. Perawat Kesehatan kerja dan lingkungan yang kompeten memiliki
pengalaman yang cukup untuk mengenali berbagai masalah praktik dan berfungsi
dengan nyaman dalam peran seperti klinis, coordinator layanan Kesehatan kerja, dan
manajer kasus, perawat ini mengikuti prosedur perusahaan dan mengandalkan daftar
periksa penilaian dan protocol klinis untuk memberikan perawatan.
Mahir yaitu perawat harus memiliki kemampuan yang meningkat untuk
memahami situasi klien secara keseluruhan berdasarkan pengalaman masa lalu,
dengan focus pada aspek-aspek yang relevan dari situasi tersebut.
Menurut Nies & Ewen (2014) Kategori kompetensi dalam keperawatan
Kesehatan kerja dan lingkungan antara lain yaitu :
1. Mengelola total Kesehatan pekerja secara mandiri dan Bersama anggota tim
lainnya.
2. Mematuhi prinsip-prinsip praktik professional.
3. Mendemonstrasikan pemahaman tentang iklim bisnis dan dampaknya terhadap
Kesehatan masyarakat.
4. Praktik asuhan keperawatan berbasis bukti yang sesuai dengan budaya dalam
lingkup praktik berlisensi.
Menurut Nies & Ewen (2014) beberapa contoh kompetensi dalam
keperawatan Kesehatan kerja dan lingkungan antara lain :
1. Perawatan klinis dan utama contohnya menerapkan proses keperawatan dalam
pemberian perawatan, memberikan pertolongan pertama dan perawatan primer
sesuai dengan protocol perawatan, melakukan penilaian fisik, mengambil
Riwayat Kesehatan kerja dan lingkungan, mendiagnosis dan mengobati,
mengetahui banyak tentang protocol imunisasi, mengidentifikasi karyawan
kebutuhan emosional dan memberikan dukungan konseling, menggunakan
pendekatan pemecahan masalah multidisiplin untuk penyakit dan cedera
Kesehatan kerja, memelihara catatan, pengujian dan pemantauan klinis.
2. Menanggapi keadaan darurat medis, contohnya menjadi berpengetahuan tentang
penangangan berhubungan dengan Kesehatan manajemen kasus,
mengdidentifikasi manajemen kasus, melakukan penilaian manajemen kasus,
mengembangkan rencana perawatan manajemen kasus, mengimplementasikan,
memantau dan mengevaluasi hasil, melakukan penelitian berbasis hasil.
3. Ketiga hukum dan tanggung jawab etis contohnya adalah mengetahui Tindakan
praktik keperawatan negara dan kemampuan untuk mempraktikkan keperawatan
Kesehatan kerja dalam pedoman negara, mengetahui peraturan federal, negara
bagian dan kota yang berkaitan dengan Kesehatan kerja dan lingkungan,
mengetahui pedoman terkait dan perkerjaan terkait lainnya dan undang-undang
Kesehatan lingkungan, memiliki pengetahuan tentang semua aspek praktik
pencatatan medis sesuai dengan praktik keperawatan, hukum negara dan standar
praktik, menjadi berpengetahuan luas tentang trend hukum saat ini terkait
dengan kelalaian dan kasus malpraktik dalam keperawatan professional dan
dalam pengaturan Kesehatan kerja, mengetahui parameter kerahasiaan,
mempengaruhi proses peraturan dan hukum terkait Kesehatan kerja dan
lingkungan.
4. Keempat manajemen dan administrasi contohnya yitu mengelola anggaran,
memperkerjakan staf dan mengelola kinerja staf, membina renaca
pengembangan professional, mengembangkan tujuan dan sasaran program,
mengembangkan rencana bisnis melalui pengetahuan sumber daya internal dan
eksternal, menyediakan layanan dan program di tempat kerja untuk mengetahui
kebutuhan bisnis dan karyawan, menulis laporan kerja, analisis efektivitas biaya
dan pemantauan hasil.
5. Kelima Pendidikan Kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan contohnya,
menciptakan jaringan dukungan professional dan teknis yang efektif baik secara
fungsional maupun lintas fungsi.
6. Keenam professional contohnyaterlibat dalam rencana pembelajaran seumur
hidup, menjadi berpengetahuan tentang standar AAOHN (American Association
Of Occupational Health Nurses) Kesehatan kerja dan lingkungan.
7. Ketujuh keperawatan dan kode etik contohnya mempertahankan mata uang
dalam mpraktik, berrtindak sebagai peran professional model untuk siswa dan
kolega, memajukan spesialisasi melalui pengetahuan dan sains.
Kompetensi perawat yang dibutuhkan dalam Kesehatan kerja antara lain
yaitu pertama, pendidik Kesehatan adalah empat kerja promosi Kesehatan dengan
Pendidikan Kesehatan sebagai salah satu prasyarat utama promosi Kesehatan di
tempat kerja adalah aspek integral dari peran perawat Kesehatan kerja. Di beberapa
negara perawat diminta untuk mendukung kegiatan yang bertujuan mengadopsi
gaya hidup sehat dalam proses promosi Kesehatan yang sedang berlangsung, serta
berpartisipasi dalam kegiatan Kesehatan dan keselamatan. Perawat Kesehatan kerja
dapat melakukan penelitian kebutuhan untuk promosi Kesehatan dalam
perusahaan, memprioritaskan kegiatan dalam konsultasi manajemen dan pekerja,
mengembangkan dan merencanakan intervensi yang sesuai, memberikan nilai atau
mengkoordinasikan penyampaian strategi promosi Kesehatan dan dapat
memainkan peran yang berharga dalam mengevaluasi pengiriman dan pencapaian
strategi promosi Kesehatan.
Kedua, konselor yaitu dalam usaha kecil atau menegah, perawat Kesehatan
kerja mungkin merupakan satu-satunya professional perawatan Kesehatan yang hadir
hampir sepanjang waktu dan mereka dapat membantu orang yang bekerja di sana
dalam menangani Kesehatan mental dan stress terkait pekerjaan. Bagi banyak orang,
perawat Kesehatan kerja, yang bekerja di tingkat perusahaan, mungkin merupakan
titik kontak pertama dengan penyedia layanan Kesehatan.

H. Praktik Kesehatan Kerja


BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalaluddin Sayuti. 2013. Manajemen Kantor Praktis. Jakarta
Effendi, N F. 2015. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gayatri, I A E M. 2014. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kinerja
Karyawan PT UOB Indonesia Cabang Bengkulu. Ekombis review, p : 185.
Nies, M A & Ewen M M. 2014. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 6th Edition. St Louis : Elseiver
Nies, M A & Ewen M M. 2018. Community Health Nursing Promoting the Health of
Population 7th Edition. St Louis : Elseiver
Ramli Soehatman. 2013. System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta : Dian Rakyat
Sedarmayati. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju.
Stanhope, M. Lancaster J. 2015. Public Health Nursing Population-Entered Health Care In
The Community. Mosby : Elseiver
Triwibowo C dan Puspahandani M E. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai