Anda di halaman 1dari 19

ASUAHN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN DECUBITUS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerotik

Disusun Oleh:

Erna Meylani 18010

Fitri Tika Mawarni 1801022

Novi Yuliani 1801035

Roni Nur Hidayat 18010

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

2021
13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan
pada Lansia dengan Decubitus.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.........................................................................................................4

Rumusan Masalah....................................................................................................5

Tujuan Masalah........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI

Definisi Decubitus....................................................................................................7

Penyebab Decubitus.................................................................................................7

Factor Resiko Decubitus..........................................................................................8

Klasifikasi Decubitus...............................................................................................9

Patofisiologi Decubitus............................................................................................9

Penatalaksanaan Decubitus....................................................................................10

Komplikasi Decubitus............................................................................................10

Pengkajian .............................................................................................................11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................14

Saran.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan
luka bakar. Kerusakan mekanis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu shear (lipatan),
pressure (tekanan), friction (gesekan), bahan kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan
neuropati (mati rasa). Kerusakan mekanis pada kulit menyebabkan terjadinya luka
(Arisanty, 2013). Tekanan adalah menekan dengan kekuatan kebawah pada area yang
diberikan, jika tekanan melawan jaringan lunak lebih besar dari tekanan darah
intrakapiler (sekitar 32 mmHg) kapiler dapat tersumbat dan jaringan bisa rusak sebagai
akibat hipoksia (Carpenito, 1995). Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas kulit. Salah satu aspek utama dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal
ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten.
Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan integritas kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005).
Gangguan integritas kulit dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit
atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka dekubitus. Dekubitus adalah
kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang
berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang
biasa. Selanjutnya gangguan ini terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas
tempat tidur ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri,serta mengalami
gangguan tingkat kesadaran. Luka tekan mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin
juga diikuti komplikasi dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang lama
perawatan, bahkan adanya luka tekan menjadi penanda buruk prognosis secara
keseluruhan dan mungkin berkontribusi terhadap mortalitas pasien.
13

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi decubitus?
2. Apakah penyebab decubitus?
3. Apakah factor decubitus?
4. Bagaimana klasifikasi decubitus?
5. Bagaimana patofisiologi decubitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan decubitus?
7. Bagaimana komplikasi decubitus?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi decubitus?
2. Mengetahui penyebab decubitus?
3. Mengetahui factor decubitus?
4. Mengetahui klasifikasi decubitus?
5. Mengetahui patofisiologi decubitus?
6. Mengetahui penatalaksanaan decubitus?
7. Mengetahui komplikasi decubitus?
13

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian Decubitus
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus-menerus sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat
(Hidayat, 2009). Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan
diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah
dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008). Pasien yang mengalami dekubitus
sering ditemukan pada pasien dengan gangguan mobilisasi fisik dan pasien yang tidak
mampu merasakan nyeri.
Dekubitus bisa terjadi pada hari pertama pasien dirawat sampai dengan hari kedua
belas atau lebih pasien dirawat, hal ini tergantung dari kondisi penyakit dan inter vensi
pencegahan dekubitus yang diberikan (Morison, 2003). Ketika pasien berbaring atau
duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang.Semakin lama tekanan
diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit.Tekanan menyebabkan penurunan suplai
darah pada jaringan sehingga terjadi iskemi. Apabila tekanan dilepaskan akan terdapat
hiperemia reaktif,atau peningkatan aliran darah yang tiba-tiba ke daerah tersebut.
Hiperemia reaktif merupakan suatu respons kompensasi dan hanya efektif jika tekanan
dikulit di hilangkan sebelum terjadi nekrosis atau kerusakan (Potter & Perry, 2005).

B. Penyebab Decubitus
Penyebab dari luka dekubitus dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik
1. Faktor Ekstrinsik
a. Tekanan
Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka waktu
lama yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik
b. Pergesekan dan Pergeseran
13

Gaya gesekan adalah sebagai faktor yang menimbulkan luka Iskemik Hal ini
biasanya akan terjadi apabila pasien diatas tempat tidur kemudia nsering
merosot, dan kulit sering kali mengalami regangan tekanan yang
mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan.
c. Kelembaman
Kondisi kulit pada pasien yang sering mengalami lembab dengan adanya gesekan
dan pergeseran, memudahkan kulit mengalami kerusakan. Kelembaban ini dapat
akibat dari incontinensia, drain luka, banyak keringat dan lainnya
2. Faktor Intrinsik
a. Usia
Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Hal ini karena pada usia
lanjut terjadi perubahan kualitas kulit diamana adanya penurunan elastisitas, dan
kurangnya sirkulasi pada dermis.
b. Temperature
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan berpengaruh pada
temperatut jaringan. Setiap terjadi peningkatan metabolisme akan menaikkan 1oC
dalam temperatur jaringan. Dengan adanya peningkatan temperatur ini akan
beresiko terhadap iskemik jaringan. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara peningkatan temperatur tubuh dengan risiko
terjadinya luka dekubitus.
c. Nutrisi
Sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya hubungan yang bermakna
pada klien yang mengalami luka dekubitus dengan malnutrisi. Individu dengan
tingkat serum albumin yang rendah terkait dengan perkembangan terjadinya luka
dekubitus.

Adapun faktor lainnya adalah:


1) Menurunnya persepsi sensori
2) Immobilisasi
3) Keterbatasan aktivitas
13

Ketiga faktor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas tekanan pada
bagian permukaan tulang yang menonjol.

C. Faktor Risiko Decubitus


1. Gangguan Persepsi Sensorik
Klien dengan gangguan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan lebih beresiko
mengalami gangguan integritas kulit daripada klien dengan sensasi normal
2. Gangguan Mobilisasi
Klien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri memiliki resiko mengalami
ulkus tekan. Misalnya klien dengan cedera tulang belakang mengalami penurunan
atau tidak memiliki sensasi motorik dan sensorik, serta tidak mampu mereposisi
posisi pada penonjolan tulang.
3. Perubahan Tingkat Kesadaran
Klien yang disorientasi atau yang memiliki perubahan tingkat kesadara ntidak mampu
melindungi diri sendiri dari berkembangnya ulkus tekan
4. Gaya Geser
Gaya geser adalah peningkatan tekanan yang sejajar pada kulit berasal dari gaya
gravitasi, yang menekan tubuh dan tahanan (gesekan) diantara klien dan permukaan
(Pieper, 2007 dalam Potter & Perry , 2010)
5. Gaya Gesek
Tekanan pada dua permukaan bergerak melintasi satu dan yang lainnya seperti
tekanan mekanik yang digunakan saat kulit ditarik melintasi permukaan kasar seperti
linen tempat tidur, disebut dengan friksi (WOCN, 2003 dalam Potter & Perry, 2010).
6. Kelembapan
Adanya kelembapan dan durasi kelembapan pada kulit meningkatkan resiko
pembentukan ulkus. Kelembapan mengurangi tahanan kulit pada faktor fisik seperti
tekanan dan gaya geser.

D. Klasifikasi Decubitus
Menurut Vaughans tahun 2013, klasifikasi Dekubitus terbagi menjadi 5 derajat,
adalah sebagi berikut:
13

1. Derajat 1
Hiperemia yang memucat. Tekanan yang ringan dan singkat denga jari pada tempat
terjadinya eritema yang diakibatkan tekanan di atas kulit dalam periode lama, dapat
menyebabkan kulit menjadi pucat.
2. Derajat 2
Hiperemia yang tidak memucat. Eritema yang tidak hilang pada saat dilakukan
tekanan ringan dengan jari, mengindikasikan adanya beberapa gangguan
mikrosirkulasi.
3. Derajat 3
Ulserasi perkembangan melewati dermis. Ulserasi perkembangan kebidang pemisah
dengan jaringan subkutan
4. Derajat 4
Ulkus meluas ke dalam lemak. Otot yang berada dibawahnya mengalami
pembengkakan dan inflamasi. Ulkus cenderung untuk menyebar kearah lateral,
sementara perkembangan ke bawah dihalangi oleh fasia profunda.
5. Derajat 5
Nekrosis infektif menembus ke bawah menuju fasia profunda pada saat ini destruksi
muskulus terjadi dengan cepat.

E. Patofisiologi Decubitus
Luka decubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lam pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah pada
area yang terkekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia
dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada kapiler adalah 32 mmHg.
Apabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur pembuluh darah pada
kulit,maka akan terjadi kolaps.
Dengan terjadi kolaps akan menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, selain
itu area yang tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan adanya
peningkatan tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan
menyokong untuk terjadi edema danmengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan.
13

F. Penatalaksanaan Ducubitus
a) Perawatan luka decubitus.
b) Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan
yang mati.
c) Terapi obat :
- Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri.
- Antibitik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi.

G. Komplikasi Decubitus
a) Infeksi
b) Keterlibatan jaringan tulang dan sendi
c) Septicemia
d) Anemia
e) Hiperbilirubin
f) Kematian
13

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian resiko luka dekubitus, diperlukan kejelian dari pada
perawat terhadap kondisi pasien dan mempertimbangkan kemungkinan resiko yang dapat
mengkontribusi terjadi dekubitus. Berikut ini beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengkajian terjadinya luka dekubitus.
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Penyakit gangguan persarafan, seperti stroke
3) Trauma tulang belakang
4) Tirah Baring yang terlalu lama
5) Immobilisasi
6) Gangguan sirkulasi
7) Usia
8) Anemia
9) Status nutrisi
10) Inkontinensia.

Table 1 Skala Norton untuk penentuan resiko dekubitus

PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Cukup baik Buruk Sangat buruk
Kondisi Mental Wapada Apatis Kacau Stupor
Aktivitas Aktif berjalan Jalan dengan Kursi roda Di temapt tidur
bantuan
Mobilitas Penuh Sedikit Sangat terbatas Immobilitas
terbatas
Inkontinensia Tidak ada Kadang kala Selalu Inkontinensia
inkontinensia urin & alvi
urin
SKOR
TOTAL SKOR
Sumber (Morison, 2003)
13

Bedasarkan hasil penelitian bahwa rendahnya tekanan diastole akan beresiko


untuk terjadinya luka dekubitus. Untuk menilai resiko terjadinya luka dekubitus dapat
menggunakan skala penilaiaan resiko luka dekubitus seperti skalan Norton. Skala Norton
menemukan adanya hubungan yang hampir linear antara skor pasien dengan insiden
dekubitus (Exton-Smith, 1987 dalam Morison, 2003). Skor pasien 14 atau kurang,
ditemukan beresiko, sedangkan skor pasien kurang dari 12 dikatakan secara khusus
beresiko.
Pada pengkajian luka dekubitus hal-hal yang perlu dikaji adalah tingkatan luka
dekubitus, ukuran luka, eksudat, peradangan atau infeksi, nekrosis jaringan dan granulasi.
Hal ini penting dalam penentuan perawatan luka dekubitus. Perawatan pasien menjadi
sangat penting dimiliki oleh semua perawatan yang ada dalam bangsal, dan rencana
tindakan untuk pencegahan dan penatalaksanaan dekubitus tersaji dalam 10 poin yaitu
1) Kaji resiko pasien terhadap adanya pengembangan dekubitus dengan menggunakan
alat pengkajian yang teruji dan valid dalam 1 jam setelah pasien masuk.
2) Lakukan pengkajian ulang bila mana terdapat perubahan material pada kondisi pasien
3) Pilihlah suatu sistem penyangga bagi pasien yang sesuai dangan skor resiko pasien
dalam 1 jam setelah masuk bangsal.
4) Rencanakan jadwal mobilisasi dan jadwal pergantian posisi yang sesuai dengan
resiko pasien, hindarkan pasien dari kerusakan/kehancuran kulit dan tempat yang
beresiko tinggi sebanyak mungkin dan harus diingat kebutuhan pasien untuk
beristirahat, makan dan menerima kunjungan, catat perubahan posisinya.
5) Inspeksi tempat-tempat beresiko tinggi secara teratur, contohnya setiap kali merubah
posisi pasien, dan lakukan pengkajian ulang adanya dekubitus setiap hari
6) Pertahankan integritas kulit, bersihkan selalu setelah pasien mengalami inkontensia
urine atau fekal, jangan menggunakan sabun secara berlebihan, hindari menggosok
kulit yang lembut, bila memungkinkan lakukan identifikasi dan koreksi terhadap
sebab inkontensia.
7) Dengan bantuan ahli diet lakukan pengkajian status nutrisi pasien dan semua diet
khusus yang diperlukan untuk memperbaiki kebutuhan.
13

8) Ringankan pengaruh dari kondisi melemahkan yang lain yang terjadi secara
bersamaan bila memungkinkan.
9) Lakukan identifikasi dan coba untuk mengkoreksi setiap masalah yang berhubungan
dengan tidur.
10) Jangan lupakan pentingnya dukungan psikologis.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Data Subjektif: Tekanan/kekerasan Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan langsung fisik
“Keluarga dan ↓
perawat Terputusnya kontinuitas
membantu saya tulang
saat ingin ↓
melakukan Deformitas
kegiatan seperti ↓
makan, minum Ekstremitas bawah tidak
dan mandi”. dapat berfungsi dengan baik

Data Objektif: Keterbatasan Mobilitas
- Klien tampak
tidak mampu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri, semua
aktivitas klien
dibantu oleh
keluarga dan
perawat.
13

2 Data Subjektif: Post Op. Gangguan Integritas


- Klien mengatakan ↓ Kulit
”saya tidak bisa Bedrest Total
bergerak dari ↓
tempat tidur Penekanan yang lama pada
karena merasa kulit
nyeri dan pusing ↓
bila duduk atau Kurangnya Suplai O2 dan
bergerak” nutrisi pada daerah tertekan

Data Objektif: Gangguan Integritas Kulit
- Wajah klien
terlihat lesu dan
meringis.
- Kulit dibagian
sakrum dan tumit
pasien terlihat
memerah.

C. Diagnosa Keperawatan
1) Hambatan mobilitas fisik b/d cedera jaringan sekitar fraktur
2) Gangguan Integritas kulit b/d keterbatasan mobilisasi
D. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Hambatan mobilitas fisik NOC: NIC:
1. Joint Mavoment: Active Exercise therapy : ambulation
2. Mobility Level 1. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan
3. Self Care: ADLs dan lihat respon pasien saat latihan
4. Transfer Performance 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
selama 3x24 jam, mobilitas fisik 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
pasien meningkat. berjalan dan cegah terhadap cedera
Dengan kriteria hasil: 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
1. Klien meningkat dalam aktivitas tentang teknik ambulasi
fisik 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari peningkatan 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
mobilitas ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
3. Memverbalisasikan perasaan 7. Damping dan bantu pasien saat mobilitasi
dalam meningkatkan kekuatan dan dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien
kemampuan berpindah 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
4. Memperagalan penggunaan alat 9. Ajarkan pasien merubah posisi dan berikan
5. Bantu untuk mobilisasi (walker) bantuan jika diperlukan.
2. Gangguan integritas kulit NOC: NIC:
1. Tissue Integrity: Skin and Macous Pressure Management
Membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
2. Status Nutrisi pakaian yang longgar
3. Tissue Perfusion: perifer 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
4. Dialiysis Access Integrity 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kering
selama 3x24 jam, gangguan integritas 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
kulit tidak terjadi. dua jam sekali
Dengan kriteria hasil: 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
1. Integritas kulit yang baik bisa 6. Lakukan masase dengan mengoleskan
dipertahankan minyak atau lotion pada daerah yang tertekan
2. Melaporkan adanya gangguan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
sensasi atau nyeri pada daerah 8. Monitor status nutrisi pasien
kulit yang mengalami ganggua 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air
3. Menunjukkan pemahaman dalam hangat
proses perbaikan kulit dan 10. Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor
mencegah terjadinya sedera faktor risiko pasien (skala Braden)
berulang 11. Inspreksi kulit terutama pada tulang-tulang
4. Mampu melindungi kulit dan yang menonjol dan titik-titik tekanan ketika
mempertahankan kelembaban kulit merubah posisi klien
dan perawatan alami 12. Jaga kebersihan alat tenun
5. Status nutrisi adekuat 13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
6. Sensasi dan warna kulit normal. tinggi protesin, mineral dan vitamin
14. Monitor serum albumin dan transferrin.
E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawaat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi mencapai
kesehatan yang baik serta menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan terdiri dari tiga jenis yaitu independent
implementations, interdependent/collaburatif dan dependent implementations (Dinarti,
2017).

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan terapi atau
perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti, 2017).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus-menerus sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat
(Hidayat, 2009). Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan
diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah
dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008)
Penyebab dari luka dekubitus dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Luka decubitus merupakan dampak dari tekanan yang
terlalu lam pada area permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah pada area yang terkekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami
iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi nekrosis. Tekanan yang normal pada kapiler
adalah 32 mmHg. Apabila tekanan kapiler melebihi dari tekanan darah dan struktur
pembuluh darah pada kulit,maka akan terjadi kolaps.
Dengan terjadi kolaps akan menghalangi oksigenasi dan nutrisi ke jaringan, selain
itu area yang tertekan menyebabkan terhambatnya aliran darah. Dengan adanya
peningkatan tekanan arteri kapiler terjadi perpindahan cairan ke kapiler, ini akan
menyokong untuk terjadi edema danmengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan.

B. Saran
Kami berharap agar pembaca dapat mengerti dan memahami dengan baik, pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi dan pengkajian asuhan keperawatan
tentang decubitus.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai