Kelompok 4 B
Nama Kelompok
Stefina Merrysa
Siti Hapsah
Rikae
Okta Viana Ulandari
Dicky Wahyudi
Anisa Hafizah
SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR IS.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasae Teori....................................................................................2
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................2
C. Etiologi / Predisposisi..................................................................................3
D. Pathway........................................................................................................4
E. Patofisiologi..................................................................................................5
F. Manifestasi klinis.........................................................................................5
G. Penatalaksanaan..........................................................................................6
H. Komplikasi...................................................................................................7
I. Pengkajian Fokus........................................................................................7
J. Pemeriksaan Peninjang..............................................................................8
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................9
BAB 4 ANALISIS JURNAL
A. Rumusan Masalah......................................................................................20
B. Metode/strategi penelusuran bukti...........................................................22
C. Hasil Penelusuran.......................................................................................22
D. Diskusi.........................................................................................................24
E. Kesimpulan.................................................................................................24
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan salah satu jenis penatalaksanaan pada pasien fraktur untuk
mereposisi fragmen tulang yang patah. Tindakan pembedahan tersebut menyebabkan rasa
nyeri sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan menghambat proses
pemulihan pasien jika tidak dilakukan manajemen nyeri dengan baik. Pasien yang
dilakukan tindakan operasi mengalami nyeri akut setelah operasi sekitar 80 % . Nyeri
yang dialami pasien 86 % dalam kategori nyeri sedang dan berat. (Kneale, 2011;
Christopher, 2011 ).
Nyeri setelah operasi disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan
tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri. Mediator kimia dapat mengaktivasi
nociceptor lebih sensitif secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan
hiperalgesia. Nyeri pasca operasi fraktur akan berdampak pada sistem endokrin yang
akan meningkatkan sekresi kortisol, katekolamin dan hormon stres lainnya. Respon
fisiologis yang berpengaruh akibat nyeri adalah takikardia, peningkatan tekanan darah,
perubahan dalam respon imun, hiperglikemia. Nyeri juga menyebabkan pasien takut
untuk bergerak sehingga beresiko terjadi trombosis vena dalam, atelektasis paru,
mengurangi motilitas usus dan retensi urin (Constantini & Affaitati, 2011). Resiko
masalah – masalah pasca operasi fraktur tersebut dapat diminimalkan jika pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri yang dialaminya.
Masalah yang paling umum ditemukan pada masa post operasi oleh karena fraktur adalah
nyeri. Menurut International Association for the Study of Pain (IASP),Nyerimerupakan
suatu pengalaman yang tidak menyenangkan baik berupa sensorik maupun emosional
(Dermawan & Jamil,2013:55). Pada tatalaksana nyeri dengan teknik non farmakologi
dikenal teknik distraksi untuk mengurangi nyeri pasca operasi.
1
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 2016 : 144).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisaterjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya
lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh
dalam syok (FKUI, 2011:543).
Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang
disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur
lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 2011:553).
2
limfatik.endosteum adalah membrane faskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus.
tulang panjang dan dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di
sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih.pembentukan tulang .Tulang mulai tarbentuk
lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)
C. Etiologi / Predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi
pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran
3
D. Pathway
4
E. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka
atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
F. Manifestasi klinis
1. Nyeri
2. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang
5
3. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
4. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
5. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
6. Tenderness / keempukan.
7. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
8. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf/perdarahan ).
9. Pergerakan abnormal.
10. Dari hilangnya darah.
11. Krepitasi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja
tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet
dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam
anestesi umum atau lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini
dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan
pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,
penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang
optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti
tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik
untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi.
Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar
luka fraktur terbuka. (Smeltzer, 2001).
6
H. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanent jika tidak ditangani segera.komplikasi lainnya adalah infeksi,
tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah
cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara
eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena
tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan
darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada fraktur
femur pelvis.
Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,mengurangi nyeri yang
diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi pasien
dari cedera lebih lanjut. Sindrom Emboli Lemak. Setelah terjadi fraktur panjang
atau pelvis,fraktur multiple,atau cidera remuk dapat terjadi emboli lemak,
khususnya pada dewasa muda 20-30th pria pada saat terjadi fraktur globula lemat
dapat termasuk ke dalam darah karma tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karma katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi setres pasien
akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam
aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk
emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak,
paru, ginjal dan organ lain awitan dan gejalanya, yang sangat cepat, dapat terjadi
dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera gambaran khansya berupa
hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia.
I. Pengkajian Fokus
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 2016: 10).
Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur ( Doenges, 1999) meliputi :
a. Gejala Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal,
penyakit vascular perifer atau Statis vascular (peningkatan resiko pembentu
kan thrombus ).
7
b. Integritas Ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor
stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat
istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan / Cairan Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ;
Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi) ; Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi. Tanda : menculnya
proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid,
antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca
operasi).
J. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Rongent Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi,
anterior, posterior lateral.
b. CT Scan tulang, fomogram MRI Untuk melihat dengan jelas daerah yang
mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama : An. R
Usia : 12 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Rawasari XX NO.15
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama/ Keyakinan : Islam
Suku : Banjar
Tanggal MRS : 13/06/2020
Dx. Medik : Post Orif Close Fr. Left Olecranon
No. Medical record : 13.71.075
9
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka post op, tangan kiri susah digerakkan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kurang lebih 5 bulan yang lalu pasien terjatuh dari sepeda, siku kiri bengkak dan
terasa nyeri, kemudian pasien dibawa orang tuanya ke tukang urut. Keesokan harinya
dibawa ke IGD RSU Ulin Banjarmasin dan kemudian dianjurkan untuk rawat inap
dan dilakukan operasi pemasangan orif. Pada saat dilakukan pengkajian pasien
Keterangan :
Laki-laki Perempuan
Pasien
10
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien compos mentis, Pasien tampak lemah, terbaring di atas tempat
tidur. Pasien menangis dan mengeluh nyeri pada daerah luka post op pada tangan
sebelah kirinya. Tampak luka bekas operasi terbalut elastic perban.
Tanda vital :
TD: - mmHg N: 100 x/menit T: 36,50C R: 24x/menit
SPO2: 99% GCS : E4 V5 M6 BB: 42 Kg TB: 146 cm
2. Kulit
Keadaan umum warna kulit sawo matang, cukup bersih dan lembab, teraba hangat,
tampak bekas luka post op pada siku tangan sebelah kiri terbalut elastic perban,
turgor kulit baik, kembali < 2 detik. Terpasang infuse pada tangan sebelah kanan.
3. Kepala dan leher
Kepala pasien simetris, penyebaran rambutnya merata dan bersih. Secara umum
keadaan kepala klien tampak normal, tidak ada kelainan. Pada leher tidak ditemukan
adanya pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran tiroid dan kelainan lain.
4. Penglihatan dan Mata
Letak mata pasien tampak simetris, penglihatannya masih normal, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor, reflek cahaya (+)
5. Penciuman dan hidung
Hidung tampak bersih, tidak terpasang alat bantu nafas, dan fungsi penciuman baik
dapat membedakan antara bau balsem dan alkohol, pasien tidak menggunakan O2.
6. Pendengaran dan telinga
Tidak ada alat bantu dengar yang digunakan, bentuk telinga normal, telinga masih
jelas untuk mendengar.
7. Mulut dan gigi
Keadaan umum mulut pasien bersih, tidak menggunakan gigi palsu.
8. Dada, pernafasan dan sirkulasi
Bentuk dada simetris, gerakan dinding dada normal, respirasi reguler, suara nafas
vesikuler, warna ujung jari daerah perifer kemerahan, pola nafas normal. CRT < 2
detik RR : 24x/menit.
9. Abdomen
Tidak ada benjolan di daerah abdomen, pergerakan abdomen ketika bernafas
normal. Tidak ada massa di abdomen, tidak terdapat asites.
11
10.Genetalia dan reproduksi
Pasien sudah belum menikah dan tidak mempunyai masalah pada system genetalia
dan reproduksi. Pasien BAK tanpa bantuan alat.
11.Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas sebelah kiri tidak bisa digerakkan secara maksimal karena nyeri
bekas luka post op sedangkan pada ekstremitas bawah tidak ada masalah. Kebutuhan
ADL di bantu orang tua.
5555 4244
5555 5555
12
Pasien mandi dan sikat gigi 1 kali sebelum dilakukan tindakan operasi, selama di
RS pasien tidak pernah keramas, dan potong kuku.
3. Nutrisi
Di rumah:
Tidak ada pantangan, pasien makan semua makanan, tidak ada alergi
Di RS:
Nafsu makan pasien normal, pasien mampu menghabiskan seluruh makanan dari
porsi makanan yang diberi dari RS, ditambah snack.
4. Eliminasi
Di rumah:
BAB dan BAK lancar, tidak ada keluhan, BAB 1x sehari.
Di RS:
Pada saat dilakukan pengkajian pasien ada BAB 1 kali dan BAK tidak ada
perubahan.
5. Seksualitas
Tidak ada keluhan
6. Psikososial
Hubungan pasien dirumah baik, pasien akrab dengan keluarga dan tetangga sekitar.
7. Spiritual
Pasien kesulitan untuk beribadah dilingkungan RS.
E. Data Fokus
DS:
- Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi pada tangan sebelah kirinya
- Pasien mengatakan tangan kirinya susah digerakkan
Skala nyeri:
P : Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka post op pada tangan sebelah kirinya
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti berdenyut
R : Pasien mengatakan nyeri pada daerah siku tangan sebelah kiri
S : Skala nyeri 6 (sedang) (1-10)
T : Nyeri dirasakan terus menerus
DO:
- Pasien tampak lemah, terbaring diatas tempat tidur
- Tampak luka post op pada tangan kiri terbalut elastic perban
13
- Tampak wajah pasien menangis kesakitan
- Kebutuhan ADL pasien dibantu orang tua
- Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
- Tanda vital :
N: 100 x/menit T: 360C R: 24x/menit
SPO2: 99% GCS : E4 V5 M6 BB: 42 Kg TB: 146 cm
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
(K)
Hipernatremia, kelainan ginjal,
kerusakan sel hati, laktat
asidosis.
Ceftriaxone Ceftriaxone Antibiotik 2x1 IV
gram
Ranitidin HCL Antihistamin (I) 2x50m IV
25mg/ml (obat resep) Masalah terkait asam lambung, perut kembung, g
gastritis.
(K)
Lansia, ibu hamil, ibu menyusui, kanker lambung,
penyakit ginjal, sakit paru-paru, masalah dengan
sistem kekebalan tubuh
14
jangka pendek terhadap nyeri
akut sedang sampai berat
setelah prosedur bedah
(K)
- Pasien yang
sebelumnya pernah
mengalami alergi dengan obat
ini, karena ada kemungkinan
sensitivitas silang.
- Pasien yang
menunjukkan manifestasi
alergi serius akibat pemberian
Asetosal atau obat anti-
inflamasi nonsteroid lain.
- Pasien yang menderita
ulkus peptikum aktif.
- Penyakit
serebrovaskular yang
dicurigai maupun yang sudah
pasti.
- Diatesis hemoragik
termasuk gangguan koagulasi.
- Sindrompolipnasal
lengkap atau parsial,
angioedema atau
bronkospasme.
- Terapi bersamaan
dengan ASA dan NSAID lain.
- Hipovolemia akibat
dehidrasi atau sebab lain.
- Gangguan ginjal
derajat sedang sampai berat
(kreatininserum>160
mmol/L).
15
T : Nyeri dirasakan terus
menerus
DO:
- Klien terlihat lemah, terbaring
diatas tempat tidur
- Tampak wajah pasien
menangis kesakitan
- Tampak luka post op pada
tangan kiri terbalut elastic
perban
- TTV:
N: 100 x/menit T: 36,50C;
R: 24x/menit
GCS : E4 V5 M6
DO:
- Tangan kiri tampak terbalut
elastic perban.
Look: Tampak tangan sebelah
kiri terbalut elastic perban.
Feel: Pada kulit yang tidak
terbalut elastic perban teraba
hangat.
Move: Pasien tidak mampu
mengangkat tangan kirinya.
Pergerakan pasien terbatas
karena nyeri post operasi
- Skala otot :
5555 4244
5555 5555
- Kebutuhan ADL pasien
dibantu orang tua
- TTV:
N: 100 x/menit T: 36,50C;
R: 24x/menit
GCS : E4 V5 M6
16
N: 100 x/menit T: 36,50C;
R: 24x/menit
17
perubahan
atau ancaman
yang me
nganggu
pemenuhan
tuntutan dan
peran hidup.
- Periode
istirahat
membantu
klien
memulihkan
tenaga
- Posisi yang
nyaman dapat
membantu
pasien unutk
rileks
- Membantu
mempercepat
proses
penyembuh an
2. 00085 Hambatan Dalam 3 x 24 1. Peningkatan latihan: 1. Untuk
mobilitas fisik jam hambatan Latihan kekuatan mengembalik
b.d nyeri mobilitas fisik 2. Terapi latihan: an kekuatan
dapat berkurang Pergerakan sendi (ROM) otot
dengan criteria - Tentukan batasan 2. Mencegah
pergerakan sendi terjadinya
hasil:
- Jelaskan tujuan dan kontraktur
- Ambulasi 3. Memper
manfaat latihan sendi
maksimal tahankan
- Monitor lokasi dan
- Toleransi kondisi otot
kecenderungan nyeri
aktifitas - Lakukan latihan ROM
maksimal dengan bantuan
- Pergerakan - Kolaborasi dengan ahli
sendi tidak terapi fisik
terganggu 3. Terapi latihan: Kontrol
otot
18
1. Kemerahan pada - Berikan terapi infeksi
tingkat 5 (tidak antibiotik bila perlu memberikan
ada) - Monitor tanda dan kesempatan
2. Cairan luka yang gejala infeksi sistemik untuk
berbau busuk dan local intervensi
pada tingkat 5 - Pertahankan teknik tepat waktu
(tidak ada) aspesis pada pasien dan mencegah
3. Demam pada yang beresiko komplikasi
tingkat 5 (tidak - Inspeksi kulit dan lebih serius
ada) membran mukosa - Antibiotika
4. Mengidentifi terhadap kemerahan, untuk
kasi tanda dan panas, drainase menghambat
gejala infeksi Inspeksi kondisi dan
pada tingkat 5 luka / insisi bedah membunuh
(secara konstan kuman
menunjukkan) patogen.
BAB IV
19
ANALISA JURNAL
A. Rumusan masalah
Pertanyaan Klinik :
1. Mana yang lebih efektif antara terapi distraksi (Musik Klasik) atau dengan
kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir untuk penurunan serta adaptasi nyeri
pada penatalaksanaan pasca operasi fraktur?
(Patient, Patient
Population or Sampel dalam penelitian ini pasien operasi fraktur yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48 orang dimana
problem)
pengambilan data pada bulan Juli – September 2017 dengan 24
orang pada kelompok intervensi dengan edukasi nyeri
menggunakan media booklet dan latihan meditasi dzikir pada
tahap pra operasi dan 24 orang kelompok control dengan
mendapatkan perawatan pasca operasi rutin dari ruangan.
Problem
Pasien yang dilakukan tindakan operasi mengalami nyeri akut
setelah operasi sekitar 80 % . Nyeri yang dialami pasien 86 %
dalam kategori nyeri sedang dan berat. Rasa nyeri tersebut dapat
diminimalkan jika pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri yang
dialaminya dengan intervensi non farmakologis yang dapat
dilakukan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap
nyeri pasca operasi adalah edukasi nyeri dan meditasi dzikir.
20
mengurangi rasa sakit pasca operasi 6-8 jam dan 24-30 jam pada
pasien yang menjalani operasi perut.
Manfaat dzikir kepada pasien untuk mendapatkan respon
relaksasi, ketenangan , kesadaran , dan kedamaian yang
meningkatkan psikologis, sosial, spiritual dan status kesehatan
fisik.
(Intervention) Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy – Experiment
dengan Pre-Post Test Design. Sampel dalam penelitian ini pasien
operasi fraktur yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48
orang dengan 24 orang pada kelompok intervensi dan 24 orang
kelompok kontrol.
21
a) Jurnal; Kombinasi Edukasi Nyeri dan Meditasi Dzikir Meningktakan Adaptasi
Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur. Alamat jurnal : Muhammadiyah Journal of
Nursing, waktu penelitian : Tahun 2018
b) Terapi Distraksi (Musik Klasik) Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Buleleng. Alamat jurnal :
Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION, waktu penelitian : Tahun 2018
C. Hasil Penelusuran
22
dengan sub
variabel
instensitas nyeri.
Kelompok
intervensi
mendapatkan
edukasi nyeri
dengan media
booklet dan
latihan meditasi
dzikir pada tahap
pra operasi.
Pada penelitian
menujukkan rata-
rata intensitas
nyeri mengalami
penurunan dari
skala 7 menjadi
4,1. Pada
kelompok
perlakuan dengan
p<0,05 yang
menujukkan ada
perbedaan
perubahan
intensitas nyeri
anatara kelomok
intervensi dengan
kelompok control
signifikan.
2. Terapi Distraksi Metode Karakteristik - Memberikan manfaat
(Musik Klasik) Penelitian : responden : yang banyak
Terhadap Jenis Jenis kelamin - Lebih mudah dalam
Penurunan Nyeri penelitian perempuan yang mengaplikasikannya
Pada pasien Post kuantitatif lebih banyak - Alat dan bahan mudah
Operasi Fraktur Di yang 90,0%, pekerjaan untuk didapatkan
Ruang Bedah menggunaka swasta 17,7%, - Dapat menjadi landasan
RSUD Kabupaten n metode kelompok umur teori dalam melakukan
Bulelang penelitian 26-34 tahun tindakan
Jurnal Kesehatan pra- 54,5% dan - Sebagai acuan untuk SOP
MIDWINERSLO eksperimental pendidikan SMA
dalam menurunkan skala
N Vol. 3 No. 2 dengan 54,5%.
September 2018 desain one nyeri
group pra- Dalam
post test pengumpulan data
design. yang dilakukan
menggunakan
Jumlah kusioner numeric
sampel : rating scale
23
22 sampel didapat hasil
yang dipilih sebelum diberikan
menggunaka perlakukan terapi
n teknik distraksi (music
nonprobality klasik) adalah
sampling skala 4,41 (nyeri
yaitu sedang), dan
purposive setelah diberikan
sampling perlakuan menyaji
dengan skala nyeri 2,77
kriteria (nyeri ringan).
inklusi dan Hasil uji
eksklusi. parametric do
dapat nilai p= pre
dan post (0,000) <
α (0,05) artinya
Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu ada
pengaruh terapi
distraksi (music
klasik) terhadap
penurunan nyeri
pada pasien post
operasi fraktur.
D. Diskusi
Perbandingan antara kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir lebih efektif dan
efisien untuk penurunan nyeri pada penatalaksanaan pasca operasi fraktur
dibandingkan dengan terapi distraksi (Musik Klasik) karena sebelum diberikan
terapi meditasi dzikir sebelumnya diberikan edukasi nyeri dengan media booklet
terlebih dahulu kemudian diberikan meditasi dzikir sedangkan pada terapi musik
klasik hanya diberikan terapi tanpa di lakukan edukasi terlebih dahulu. Pada
pemberian terapi meditasi dzikir lebih efisien karna tidak membutuhkan alat dan
bahan dan dapat dilakukan kapan saja sedangkan terapi distraksi dengan
menggunakan music klasik memerlukan alat untuk mengaplikasikannya.
E. Kesimpulan
Perbandingan antara kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir dengan terapi
distraksi (Musik Klasik) lebih efektif dan efisien untuk penurunan nyeri pada
penatalaksanaan pasca operasi fraktur
24
BAB V
A. Kesimpulan
Perbandingan antara kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir dengan terapi distraksi
(Musik Klasik) lebih efektif dan efisien untuk penurunan nyeri pada penatalaksanaan
pasca operasi fraktur
B. Saran
Pemberian terapi edukasi nyeri dan meditasi dzikir fraktur dapat di aplikasikan di dalam
tindakan keperwatan pada pasien posca operasi fraktur dan sebagai acuan SOP ( Standar
Oprasional Praktik ) di lapangan.
25