SERUMEN IMPAKSI
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
Disusun Oleh:
Hani Hairini, S.Kep
NPM. 2014901110032
1.1 Pengertian
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
bagian kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar,yaitu basah dan
kering. (Elizabeth, 2010). Sumbatan serumen adalah gangguan
pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga
dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu. (Mansoerarif,1999)
Sumbatan serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel
kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan
dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam
liang telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar
liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan
keluar dengan sendirinya dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu
oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
1.2 Etiologi
Menurut Bruner & Sudarth, (2002) sebab terjadinya impaksi serumen
diantarannya:
1.2.1 Dermatitis kronik pada telinga luar
1.2.2 Liang telinga yang sempit
1.2.3 Produksi serumen terlalu banyak dan kental
1.2.4 Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebisaan
mengorek telinga)
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran
telinga (serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan
serumen untuk melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan
partikel asing yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga.
Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan keluar dari telinga atau bisa
dikeluarkan dengan membersihkan telinga. Jumlah serumen yang
dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang memiliki
produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada beberapa
kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan
sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen)
terdorong masuk saat membersihkan telinga.
Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-
anak bisa memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya
manik-manik, anting penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-
kacangan. Serangga juga kadang bi ditemukan di dalam liang telinga.
Biasanya benda-benda tersebut bisa tersangkut dan tidak dapat keluar.
1.3 Patofisiologi
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang
menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih
mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang.serumen
dapat mengeras dan membentuk sumbatan yang padat :pada yang lain ,
mungkin merasakan telinganya tersumbat atau tertekan.Bila suatu sumbatan
serumen yang padat menjadi lembab.misalnya setelah mandi .maka sumbatan
tersebut dapat mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran
sementara.( Adams boics higler)
Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen
terlalu banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah
yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis
dapat terjadi impaksi, yang, dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam
telinga dan atau kehilangan pendengaran.
Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai
penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan
batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma
terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
1.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga
tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul
apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga.
Telinga berdengung (tinitus) dan pusing dapat timbul apabila serumen
telah menekan membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh
karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikul
1.7 Komplikasi
Menurut bruner & sudarth 2002 komplikasi yang dapat terjadi pada
impaksi serumen diantaranya :
1.7.1 Otalgia
1.7.2 Vertigo
1.7.3 Otitismedia
1.7.4 Resiko infeksi
1.7.5 Penyumbatan
1.7.6 Otitis eksterna
1.7.7 Perikondritis (inf tl rawan : kartilago)
1.7.8 Trauma gendang telinga
1.8 Pathway
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.1 Pengkajian
2.1.1.1 Biodata pasien dan penanggung jawab
2.1.1.2 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai
menurun,nyeri,telinga berdengung,dan pusing dimana
pasien merasakan lingkungan disekitarnya berputar
(vertigo)
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan dengan
penyakit impaksi serumen adaalah kebiasaan
membersihkan telinga yang tidak benar, penyakit-
penyakit yang dpaat menimbulkan dermatitis pada kulit,
seperti herpes zooster.
2.1.1.3 Pola kebutuhan dasar manusia
a. Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
b. Pola napas
c. Pola makan dan minum
d. Pola eliminasi (BAB DAN BAK)
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola berpakaian Pola rasa nyaman
g. Pola kebersihan diri
h. Pola rasa aman
i. Pola komunikasi
j. Pola beribadah
k. Pola produktivitas
l. Pola rekreasi
2.1.1.4 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Telinga .Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan
palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti
telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana
tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas,
lesi,cairan begitu pula ukuran,simetris dan sudut penempelan ke
kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila
manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna
akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula
posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral
subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di
belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis
sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur
wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana
timpani, kepala pasien Sedikit dijauhkan dari pemeriksa
2.1.3 Intervensi
2.1.3.1 Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyeri pasien
berkurang dengan KH:
- Pasien tampak rileks,
- skala nyeri (1-3)
Intervensi
1. Kaji ulang keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan
intensitas.
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
3. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
4. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti nafas
dalam
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (analgesik).
Rasional
1. Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan atau keefektifan intervensi.
2. Untuk meningkatkan relaksasi.
3. Dapat mengurangi rasa nyeri pasien
4.Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
5. Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan relaksasi
mental dan fisik.
Intervensi
1. Kaji ketajaman pendengaran pasien
Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah,
menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya.
2. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk
tinggal bersama klien
3. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program
teraphy
Rasional
1. Untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan
untuk menentukan intervensi
2. Membantu klien untuk mempersepsikan informasi
Untuk menghindari perasaan terisolasi pasien
3. Mematuhi program therapy akan mempercepat proses
penyembuhan
Intervensi
1.Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
2.Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
3. Berikan informasi mengenai penanganan dan pengobatan,
interaksi,efek samping dan pentingnya ketaatan pada program
Rasional
1.Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu
2. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan
3. Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
proses penyembuhan
Intervensi
1. Kaji tanda – tanda infeksi
2. Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
3. Ajarkan teknik aseptik pada pasien
4. Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
Rasional
1. Untuk mengetahui apakah pasian mengalami infeksi. Dan untuk
menentukan tindakan keperawatan berikutnya.
2. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan umum
pasien. Perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu tanda
– tanda infeksi.
3. Meminimalisasi terjadinya infeksi
4. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta.
EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta.
EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999.Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3:
Jakarta.Mediaaesculapius
Nurarif, H.,A & Kusuma.,H . 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarakan Diagnose Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta :
MediAction
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., Wagner, Cherly. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Ed. Missouri: Mosby Elsevier
Herdman, T. Heather. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions and Classification 2018-2020, 11th Ed. Jakarta: EGC