menunjukan bahwa serumen basah ataupun kering memiliki efek bakteriasidal yang
sama. Sekalipun penelitian ini bersifat in vitro, namun agaknya layak dibandingkan
dengan hasil-hasil in vivo. Efek penghambat atau bakteriasidal diduga berasal dari
komponen asam lemak, lisozim dan imunoglobulin dalam serumen.
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian
oang menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah
berkerinagat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras
dan membentuk sumbat yang padat; pada yang lain, sejumlah besar serumen dengan
konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin
merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbatan serumen yang
dapat menjadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat
mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.
Pada orang tua, serumen cenderung menjadi lebih kering karena atrofi
fisiologis dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen keringat dari
serumen. Lagipula, khususnya orang tua, sumbatan telinga mungkin tidak hanya
karena serumen namun karena tumpukan debris epitel. Karena bagian tersempit dari
liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi pakas dapat mendorong serumen ke
isthmus yang sempit dan menempel pada membran timpani, shingga akan sukar dan
sakit bila dikeluarkan.
Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret di bawah pengamat
langsung. Perlu ditekankan disini pentingnyapengamat dan paparan yang memadai.
Umunya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala
dan suatu spekulum sederhana. Irigasi dengan air memakai spuit logam khusus juga
sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih memilih suatu alat irigasi
yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Sementara aurikula ditarik ke atas
belakang untuk melurus liang telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah
posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dengan dinding belakang
liang telinga. Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeiksaan masih terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang
dilakukan penghisapan. Forsep aligator tipe Hartman juga berguna pada sumbat yang
keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hai agar tidak merusak membran
timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
bergantung
produk yang khusus dirancang untuk keperluar tersebut dan umunya lebih
disukai, seperti Popeotowick. Forsep aligator dapat dipakai untuk emmasukan
sumbu telinga yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan solusi telinga yang
dipilih. Tetes telinga sering digunakan adalah Cortisporin (Polimiksin B,
neomisin, hidrokortison), Coli-Mycin S (kolistin, neomisin, hidrokortison),
Pyocydin (polimiksin B, hidrokortison), VoSol HC (asam asetat-nonakeus 2%),
hidrokortison), dan Chloromycetin (kloramfenikol). (Boies, 2012)
c) Infeksi Jamur (Otomikosis)
Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang pada telinga.
Dua jenis jamur yang paling sering ditemukan di tempat ini adalah Pityrosforum
dan Aspergillus (A. Niger dan A flavus). Jamur Pityrosforum dapat hanya
menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai ketombe pada kulit kepala, atau
dapat menyertai suatu dermatitis suboroika yang meradang atau dapat menjadi
tempat berkembangnya infeksi yang lebih berat seperti furunkel atau perubahan
ekzematosa. Demikian pula halnya jamur Aspergillus. Jamur ini kadang-kadang
didapatkan di liang telinga tanpa adanya gejala apapu kecuali rasa tersumbat
dalam telinga, atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau
gendang telinga dan menimbulkan gejala-gejala akut. Kdang-kadang dapat juga
ditemukan Candida albicans.
Pengobatan kembali berupa pembersihan liang telinga denga kasa
ataupun dengan penghisap ataupun penghisap dan terkadang dengan irigasi
ringan yang diikuti pengeringan. Tetes telinga siap beli seperti VoSol (asam
asetat-nonakueus 2%), Cresylate (m-kresil asetat) dan Otic Domeboro (asam
asetat 2%) bermanfaat pada banyak kasus. Akhir-akhir ini makin banyak dipakai
fungisida
topikal
spesifik
seperti
preparat
yang
mengandung
nistalin