Anda di halaman 1dari 7

Mekanisme dan patofisiologi Gangguan Fungsi pendengaran

Terdapat 2 mekanisme pendengaran, gelombang suara masuk melalui


hantaran udara dan hantaran tulang. Pada hantaran tulang, gelombang suara masuk
melalui perambatan udara pada telinga luar ke meatus akustikus eksternussetelah itu
membran timpani akan bergetar dan merambat ke tulang pendengaran (maleus, inkus,
dan stapes), mempengaruhi perubahan tekanan dalam telinga tengah yang berisi cairan
dan akan menuju membran basilaris koklea. (Horrison, 2009)
Sedangkan pada hantaran tulang, suara akan begetar dengan tulang dan
berjalan pada membran basilaris. Sterosilia yang ada pada sel rambut organ corti
tertanam dalam membran tektorial dan mengalami deformasi akibat getaran. Pergeseran
maksimal membran basilaris ditentukan oleh frekuensi nada. Bila nada berfrekuensi
tinggi, membran basilaris ke dekat basis kokhlea. Sedangkan, nada berfrekuensi rendah
akan mengarah ke apeks kokhlea. (Horrison, 2009)

Kelainan yang menyebabkan gangguan fungsi pedengaran


a. Serumen
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
bagian kartiloginosa liang telinga. Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi.
Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debrisepitel dan kontaminan untuk
dikeluarkan dari membran timpani. Serumen yang berfungsi sebagai pelumas dan
dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisuran pada epidermis. Penelitian

menunjukan bahwa serumen basah ataupun kering memiliki efek bakteriasidal yang
sama. Sekalipun penelitian ini bersifat in vitro, namun agaknya layak dibandingkan
dengan hasil-hasil in vivo. Efek penghambat atau bakteriasidal diduga berasal dari
komponen asam lemak, lisozim dan imunoglobulin dalam serumen.
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian
oang menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah
berkerinagat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras
dan membentuk sumbat yang padat; pada yang lain, sejumlah besar serumen dengan
konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin
merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbatan serumen yang
dapat menjadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat
mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.
Pada orang tua, serumen cenderung menjadi lebih kering karena atrofi
fisiologis dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen keringat dari
serumen. Lagipula, khususnya orang tua, sumbatan telinga mungkin tidak hanya
karena serumen namun karena tumpukan debris epitel. Karena bagian tersempit dari
liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi pakas dapat mendorong serumen ke
isthmus yang sempit dan menempel pada membran timpani, shingga akan sukar dan
sakit bila dikeluarkan.
Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret di bawah pengamat
langsung. Perlu ditekankan disini pentingnyapengamat dan paparan yang memadai.
Umunya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala
dan suatu spekulum sederhana. Irigasi dengan air memakai spuit logam khusus juga
sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih memilih suatu alat irigasi
yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Sementara aurikula ditarik ke atas
belakang untuk melurus liang telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah
posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dengan dinding belakang
liang telinga. Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeiksaan masih terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang
dilakukan penghisapan. Forsep aligator tipe Hartman juga berguna pada sumbat yang
keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hai agar tidak merusak membran
timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.

Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga


untuk waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hidrogen peroksida, Debrox dan Cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangka panjang atau yang tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitis kontak.
b. Keratosis obturans dan kolesteatoma pada liang telinga
Dua kondisi yaitu keratosis obturans dan kolesteatoma liang telinga
dapat bermanifestasi sebagai sumbat keratin pada liang telinga. Keratosis obturans
biasanya bilateral dan dapat disertai bronkiektasis dan sinusitis kronis. Pasien datang
dengan keluhan nyeri dan gangguan pendengaran. Walaupun dapat diamati pelebaran
liang telinga serta hiperplasia dan radang epitel dan subepitel, namun tidak ada erossi
tulang. Kondisi ini diduga disebabkan oleh produksi epitel dan sumbat skuamosa
yang berlebihan atau migrasi epitel yang sah. Terapi yang dianjurkan adalah
pengangkutan sumbat dan penanganan proses radang.
Koleostetoma pada liang telinga biasanya unilateral. Pasien mengeluh
nyeri tumpul dan otore intermiten akibat erosi tulang dan infeksi sekunder. Sebagai
penyebab diduga migrasi epitel yang salah dan periotitis timpanomastoidektomi
untuk mencegah berlajutnya erosi tulang.
c. Otitis eksterna
Istilah otitis eksterna telah lama dipaki untuk menjelaskan sejumlah
kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup bentuk akut atau kronik. Dalam hal
infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi
termasuk pada dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisi primer yang
langsung menyerang liang telinga. Dhspito telah menegaskan bahwa perbedaan
antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat
infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa
waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosaterhadap
organisme penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali
akan memberika petunjuk ke arah kondisi primernya.
Penekanan disini akan diberikan pada kondisi-kondisi infeksi dan radang
yang paling sering dihadapi dokter. Infesi dapat terjad sebagai akibat faktor-faktor
predisposisi tertentu sebagai berikut:
1)
Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
2)
Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembapan

3) Suatu trauma ringan seringkali karena berenag atau membersihkan telinga


secara berlebihan
Prinsip-prinsip penatalksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe
otitis eksterna antara lain:
1) Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati
2) Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis dan membran timpani
bilamana mungkin
3) Pemilihan pengobatan lokal
Infeksi dan Radang akut
a) Furunkulosis (Otitis Eksterna Sirkumskripta)
Kondisi umum ini terbatas pada bagian telinga kartilaginosa
meatus akustikus eksternus. Jika pemeriksaan memasukan spekulum ke dalam
kanalis tanpa terlebih dahulu menarik aurikula untuk memeriksa telinga, maka
infeksi ini dapat terluputkan. Furunkulosis dimulai dari folikel pilosebaseus dan
biasanya disebabkan oleh Staphyllococcus adau S albus. Pada kasus yang lebih
berat, selulitis pada jaringan sekitar dapat meluas melampaui daerah ini. Nyeri
dapat cukup berat karena terbatasnya ruangan untuk perluasam edema pada
daerah anatomi ini. Akhirnya terbentuk abses, maka pengobatan

bergantung

pada ukuran kurunkel dan reaksi jaringan sekitar.


b) Otitis Eksterna Difusa
Infeksi ini dikenal juga dengan nama swimmers ear. Biasamya
terjadi pada cuaca yang oanas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok
Pseudomonas dan kadang-kadang juga Staphylociccus albus, Escherichia coli
dan sumber potensial untuk infeksi ini. Gambaran diagnostik antara lain.
1) Nyeri tekan tragus
2) Nyeri hebat
3) Pembengkakan sebagian besar dinding kanalis
4) Sekret yang sedikit
5) Pendengaran normal atau sedkit berkurang
6) Tidak adanya partikel jamur
7) Mungkin ada adenopati regional yang nyeri tekan
Stroma yang menutupi tulang pada sepertiga bagian dalam liang
telinga sangat tipis sehingga hanya memungkinkan pembengkakan minimal.
Maka gangguan subjektif yang dialami pasien seringkali tidak sebanding dengan
beratnya penyakit yang diamati.
Karena edema dinding kanalis yang sirkumferensial, maka untuk
menempelkan obat pada dinding kanalis seringkali perlu memakai sumbu.
Untuk itu dapat digunakan gulungan kasa yang kecil, namun kin tersedia pula

produk yang khusus dirancang untuk keperluar tersebut dan umunya lebih
disukai, seperti Popeotowick. Forsep aligator dapat dipakai untuk emmasukan
sumbu telinga yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan solusi telinga yang
dipilih. Tetes telinga sering digunakan adalah Cortisporin (Polimiksin B,
neomisin, hidrokortison), Coli-Mycin S (kolistin, neomisin, hidrokortison),
Pyocydin (polimiksin B, hidrokortison), VoSol HC (asam asetat-nonakeus 2%),
hidrokortison), dan Chloromycetin (kloramfenikol). (Boies, 2012)
c) Infeksi Jamur (Otomikosis)
Beberapa jamur dapat menyebabkan reaksi radang pada telinga.
Dua jenis jamur yang paling sering ditemukan di tempat ini adalah Pityrosforum
dan Aspergillus (A. Niger dan A flavus). Jamur Pityrosforum dapat hanya
menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai ketombe pada kulit kepala, atau
dapat menyertai suatu dermatitis suboroika yang meradang atau dapat menjadi
tempat berkembangnya infeksi yang lebih berat seperti furunkel atau perubahan
ekzematosa. Demikian pula halnya jamur Aspergillus. Jamur ini kadang-kadang
didapatkan di liang telinga tanpa adanya gejala apapu kecuali rasa tersumbat
dalam telinga, atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau
gendang telinga dan menimbulkan gejala-gejala akut. Kdang-kadang dapat juga
ditemukan Candida albicans.
Pengobatan kembali berupa pembersihan liang telinga denga kasa
ataupun dengan penghisap ataupun penghisap dan terkadang dengan irigasi
ringan yang diikuti pengeringan. Tetes telinga siap beli seperti VoSol (asam
asetat-nonakueus 2%), Cresylate (m-kresil asetat) dan Otic Domeboro (asam
asetat 2%) bermanfaat pada banyak kasus. Akhir-akhir ini makin banyak dipakai
fungisida

topikal

spesifik

seperti

preparat

yang

mengandung

nistalin

(Mycostatin, Mycolog) dan klotrimazol (Lotrimin) yang tidak hanya tersedia


dalam kemasan tetes ringan. (Boies, 2012)
d) Herper Zoster otikus (Penyakit Ramsay Hunt)
Awitan suatu paralisis wajah seringjali bersama otalgia dan erupsi
hepetik pada bagian-bagian telinga luar dianggap sebagai akibat infeksi virus
pada gangliom genikulatum. Lesi kulit vasikular mungkin hanya terbatas pada
sebagian liang telinga yang mempersarafi olehsuatu cabang sensorik kecil dari
saraf kranialis ketujuh, atau dapat meluas ke aurikula, atau telah menghilang saat
pasien datang ke dokter. Kombinasi gejala lainya dapat timbul dengan adanya

keterlibatan progresif serabut-serabut saraf akustikus dan vesibularis dari saraf


kedelapan. Pengobatan bersifat asimtomatik, meskipun tak jarang diberikan
steroid sistemik untuk paralisis wajah, tergantung hasil pengujian fungsi saraf.
(Boies, 2012)
e) Perikondritis
Kondisi ini terjadi bila suatu trauma atau radang menyebabkan
efusi serum atau pus diantar lapisan perikondrium dan kartilago tulang luar.
Umunya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada
pembedahan telinga. Adakalanya perikonditis terjadi setelah suatu memar tanpa
adanya hematom. Suatu furunkel yang tidak memadai pengobatanya merupakan
sumber agen penyebab yang potensial, seperti mikrokokus jenis virulen
(Stafilokokus), streptokokus, atau Pseudomonas aeruginosa. Diagnosanya
mudah: bagian aurikula yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas
dan sangat nyeri tekan. (Boies, 2012)
Berikan antibotik paranteral dan pengobatan topikal untuk infeksi
kanalis penyerta. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau petunjuk lain
mengenai organisme yang terlibat. Bila kondisi ini tampaknya meluas dan
terdapat bukti0bukti adanya cairan di bawah perikondrium, terdapat indikasi
untuk mengeluarkan cairan. Karena tulang rawan tidak memiliki suplai darah
langsung bila dipisahkan dari perikondrium, maka dapat terjadi nekrosis tulang
rawan. Dengan demikian tulang rawan yang nekrosis perlu dieksisi dan drainase
dipertahankan. Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas aurikula yang nyata.
(Boies, 2012)
f) Trauma
Laserasi
Seringkali bersikap akibat pasien mengorek-ngorek telinga dengan
jari atau deng suatu alat seperti jepit rambut atau klip kertas. Laseasi dinding
kanalis dapat menyebabkan perdarahan semntarayang membuat pasien cemas,
sehingga ia menghubungi dokter. Biasanya tidak memerlukan pengobatan selain
menghentikan perdarahan. Pasien diminta untung datang kembali guna
memastikan tidak ada perforasi membran timpani. (Boies, 2012)
Laserasi hebat pada aurikula harus dieksplorasi untuk menegtahui
apakah ada kerusakan tulang rawan. Tulang rawan diperiksa dengan cermat
sebelum dilakukan respirasi plastik pada kulit. Luka seperti ini benar-benar

diamati kemungkinan infeksi perikondrium. Berikutya antibiotik profilaktif bila


ada kontaminasi nyata pada luka atau bila tulang rawan terpapar. (Boies, 2012)
Frostbite
Frosbite pada aurikula timbul dengan cepat pada lingkungan
bersuhu rendah dengan angn dingin yang kuat. Karena perubahan yang
perlahan-lahan maka tidak terasa nyeri sampai telinga memanas lagi.
Akibatnya tergantung pada dalamnya cedera dan lamanya paparan. Cedera
diduga sebagai akibat kerusakan seluler dan gangguan mikrovaskular yang
mengarah ke pada iskemia lokal. (Boies, 2012)
Pemanasan yang cepat dianjurkan sebagai terapi. Telinga yang
terkena harus terguyur dengan air hangat bersuhu antara 100o F dan 108o F
sampai terlihat tanda-tanda pencairan. Pasien perlu diberi analgesik derajat
cedera sepenuhnya belum nyata dalam beberapa hari, maka pasien yang
dipulangkan perlu diperiksa lebih lanjut dengan teliti. (Boies, 2012)
Hematoma
Seringkali ditemukan pada pegulat atau petinju. Jika tidak diobati
dapat berakibat terbentuknya apa yang disebut dengan bunga kol. Dahulu
dilakukan aspirasi sedrhana pada hematom, namun kini kenbanyakan dokter
menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insiasi dan drainase kumpulan
darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemanasan balutan tekan khususnya
konka. Terapi paling baik membuat jahitan menembus di atas dental rol atau
materi serupa. Terap paling baik dilakukan segera setelah cedera, sebelum
terjadi organisasi hematoma. Para pegulat perlu diingitkan untuk memakai
pelindung kepala, juga oada saat berlatih. (Boies, 2012)
g) Neoplasma
Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada
aurikula dan liang telinga. Berbagai lesi tidak lazim pada aderah ini, salah
satunya oeteoma. Merupakan suatu tumor junak pada dinding liang telinga yang
tampak sebagai benjolan tunggal, keras, bundar, yang menempel melalui suatu
pedikel tulang yang kecil pada sepertiga bagian dalam (bagian tulang) liang
telinga. Tumor ini perlu dibedakan dengan suatu eksositosis yang lebih lazim
dijumpai, berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertrofik (biasanya
multiplr dsn bilateral). Penyebab eksositosis tidak sepenuhnya jelas;telah
ditemukan bahwa pertumbuhan ini lebih sering terjadi pada orang-orang yang
sering berenag dalam air dingin. (Boies, 2012)

Anda mungkin juga menyukai