Anda di halaman 1dari 9

KELUAR CAIRAN DARI TELINGA

(OTORRHEA)

 Keluhan utama pada telinga berupa:


1. Gangguan pendengaran/pekak (tuli)
2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
4. Rasa nyeri dalam telinga 9otalgia)
5. Keluar cairan dari telinga (otorrhea)
6. Telinga terasa penuh
7. Benda asing dalam telinga (corpal)
8. Telinga gatal (itching)
9. Sakit kepala (cephalgia)
10. Sakit kepala sebelah (migraine)
 Mekanisme patofisiologi otorrhea/keluar cairan dari telinga
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke aah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk
disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah akan lembut
pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. Apabila sudah terjadi
infeksi telinga akan semakin lembab dan sekret akan berbau busuk.
Sekret yang serosa (cair) biasanya timbul karena otitis eksterna difusa dan sering
menimbulkan krusta pada orifisium liang telinga luar. Selain otitis eksterna, keluarnya
cairan jernih melalui telinga bisa jadi adalah cairan serebrospinal yang bocor karena
adanya fraktur pada tulang tengkorak.
Sekret yang mukopurulen berasal dari telinga bagian tengah yaitu otitis media
supuratif akut dan otitis media supuratif kronik yang jinak. Warnanya kuning pucat,
lengket dan tidak berbau. Proses infeksi dan inflamasi yang terjadi pada telinga tengah
berkaitan dengan inflamasi yang terjadi pada tuba eustachius. Keadaan yang paling sering
terjadi adalah infeksi saluran atas yang melibatkan nasofaring. Manifestasi inflamasi
dalam hal ini akan menjalar dari nasofaring hingga mencapai ujung medial tuba
1
Eustachius atau secara langsung terjadi di tuba Eustachius, sehingga memicu stasis
mengubah tekanan di dalam telinga tengah. Di sisi lain, stasis juga akan memicu infeksi
bakteri patogenik yang berasal dari nasofaring dan masuk ke dalam telinga tengah dengan
cara refluks, aspirasi, atau insuflasi aktif. Akibatnya akan terjadi reaksi inflamasi akut
yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi, invasi leukosit, fagositosis, dan respon imun
lokal yang terjadi di telinga tengah. Eksudasi ini semakin lama akan semakin banyak
produksinya sehingga suatu saat cairan akan mendesak membran timpani yang akhirnya
akan membuat membran timpani perforasi dan pasien akan mengeluh keluarnya cairan
kental yang berwarna kuning atau hijau dengan bau yang busuk.
 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang pada Otorrhea
Untuk mendiagnosis pasien dengan otorrhea diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang yang baik.
a. Anamnesis
Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis
otorrhea. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:
1). Kapan otorrhea mulai terjadi, bagaimana pasien mulai menyadari terdapat air yang
keluar dari telinga.
2). Lokasi keluarnya cairan, kualitas, serta kuantitasnya.
3). Deskripsi air yang keluar dari telinga itu bagaimana. Mulai dari warna, konsistensi,
dan bau. Kemudian juga ditanyakan mengenai kejernihannya, apakah jernih,
purulen, atau mengandung darah. Apakah terjadi di satu sisi telinga atau keduanya,
serta apakah terus-menerus keluar atau hilang timbul.
4). Keluhan penyerta seperti nyeri, berdenging, berkurangnya pendengaran, rasa penuh
di telinga, bengkak, trauma benda asing, dan vertigo.
5). Riwayat terdahulu, misalnya apakah pernah mengalami pembedahan hidung.
6). Kebiasaan pasien, seperti bagaimana cara membersihkan telinga, apakah sering
berenang, dan bagaimana juga cara pasien mengganti tampon/kapas untuk
menyerap cairan yang keluar dari telinga dan seberapa sering pasien menggantinya.
7). Tanyakan juga apakah ada riwayat infeksi saluran nafas atas, trauma kepala,
kanker, atau terapi imunosupresan.
b. Pemeriksaan Fisik
Jika gejala otorrhea pasien unilateral, periksalah telinga pasien yang sehat
terlebih dahulu.
1) Inspeksi telinga luar, lakukan penekanan pasa mastoid dan tragus.
2
2) Pasang otoskop dengan menggunakan spekulum. Bila perlu bersihkan serumen,
pus, dan kotoran lain dari canal untuk memperjelas inspeksi. Periksa tanda edema,
eritema, krusta, atau polip.
3) Inspeksi membran timpani. Amati perubahan warna, perforasi, bulging, dan refleks
cahaya (cone of light).
4) Periksa kemampuan pendengaran dengan menggunakan pemeriksaan garpu tala
yang terdiri dari tes Rinne, tes Webber, dan tes Swabbach.
5) Palpasi leher dari prearikula, kelenjar parotis, dan area mastoid untuk mengetahui
adanya limfadenopati.
c. Pemeriksaan Penunjang
1). Audiometri
Jika EAC mengalami obstruksi dan pemeriksaan garpu tala menunjukkan tuli
konduktif, maka audiometric perlu dilakukan.
2). Tympanometri
Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada suspek otorrhea LCS, karena dapat
menimbulkan pneumocephalus. Pemeriksaan ini akan menjadi sangat menyakitkan
pada penderita otitis eksterna.
3). Kultur dan Sensitivitas
a). Yang harus diperhatikan
- Antibiotik topikal harus dihentikan sebelum pengambilan sampel kultur dan
sensitivitas, karena akan mempengaruhi hasil.
- Pada otorrhea infektif yang tidak kunjung sembuh, sampel harus diambil lebih
ke dalam atau dari sumber perforasi.
b). Mikroorganisme
- Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan otitis eksterna adalah
Pseudomonas aeruginosa (OE maligna dan nekrotik) dan Staphylococcus aureus.
- Actinomyces israelli. Ini merupakan bakteri Gram positif anaerob yang dapat
menyebabkan OE dari infeksi primer gigi dan parotis. OE yang tidak kunjung
sembuh biasanya sudah terjadi granulasi pada canalis auricularis eksterna dan air
yang keluar dari telinga berwarna kuning kental dan memerlukan debridement
operasi dan terapi antibiotik jangka panjang.
4). Pemeriksaan imunodefisiensi dan alergi
5). CT Scan

3
CT Scan sebelum operasi sangatlah penting pada kasus stenosis canalis
auricularis eksterna dengan kolesteatoma.
6). Biopsi
Diperlukan untuk mengetagui stadium neoplasma.

 Diagnosis Banding Otorrhea


a. Kelainan Telinga Luar
1). Otitis Eksterna Difusa
Otitis eksterna difus biasnya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam.
Kulit liang telinga hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas serta tidak
terdapat furunkel. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir (mucin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media.
2). Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi di sepertiga luar liang telinga yang
mengandung adneks kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada polisebasea, sehingga dapat
membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau
Staphylococcus albus. Gejala klinisnya berupa perdarahan dari telinga, telinga terasa
terbakar, otalgi dengan membran timpani normal, nyeri hebat pada telinga luar,
otorrhea/draining ear, tragus pain, penurunan pendengaran, dan telinga terasa
tersumbat.
3). Otitis Eksterna Maligna

4
Otitis eksterna maligna adalah infeksi akut difus di liang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes
mellitus. Gejal klinisnya berupa rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti
oleh rasa nyeri hebat, sekret yang banyak, pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri
tersebut akan semakin hebat, kemudian liang telinga tertutup jaringan granulasi yang
cepat tumbuhnya, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fascial.
b. Kelainan Telinga Tengah
1). Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
OMA merupakan peradangan akut sebagian atau seluruh periotium telinga
tengah. OMA biasanya diawali dengan terjadinya infeksi akut saluran napas atas
(ISPA). Mukosa saluran pernapasan atas mengalami inflamasi akut berupa hiperemi
dan udem, termasuk juga pada mukosa tuba Eustachius sehingga terjadi
penyumbatan ostiumnya yang akan diikuti dengan gangguan fungsi drainase dan
ventilasi tuba Eustachius. Kavum timpani menjadi vakum dan disusul dengan
terbentuknya transudat hydrops ex vacuo. Nfiltrasi kuman patogen ke dalam mukosa
kavum timpani yang berasal dari hidung atau faring menimbulkan supurasi.
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi. Keadaan ini
biasnya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan
hilang secara spontan bila terjadi perforasi spontan membrana timpani atau setelah
dilakukan miringotomi. Gejala lain yaitu keluarnya cairan/sekret dari telinga yang
biasanya berupa nanah, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada
pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan tidak
terjadi nyeri bila aurikula digerakkan. Membrana timpani tampak merah dan sering
menggelembung.
OMA dapat dibagi atas 5 stadium:
a). Stadium oklusi tube eustachius
Ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi udara.
b). Stadium hiperemis
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis.
c). Stadium supurasi

5
Tampak edema hebat pada mukosa telinga tengah serta terbentuknya eksudat
yang purulen di cavun timpani menyebabkan membran timpani menonjol
(bulging) ke arah liang telinga luar.
d). Stadium perforasi
Tampak ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga.
e). Stadium resolusi
Membran timpani tampak perlahan normal kembali, sekret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup.
2). Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
OMSK merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut
dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila
prosesnya sudah lebih dari 8 minggu/2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan
OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, virulensi kuman tinggi,
daya tahan tubuh pasien rendah atau higiene buruk.
OMSK terbagi atas 2 jenis yaitu OMSK tipe Benigna dan OMSK tipe
Maligna. Sedangkan berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK
aktif (sekret yang masih keluar dari kavum timpani secara aktif) dan OMSK tenang
(keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering).
a). OMSK Tipe Benigna
Proses peradangan pada OMSK tipe ini terbatas pada mukosa saja dan
biasanya idak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Pada OMSK ini tidak
terdapat kolesteatoma. Gejalanya berupa air yang keluar dari telinga tampak
mukoid, tidak terlalu berbau busuk. Ketika pertama kali ditemukan bau busuk
mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat menghilang, air yang keluar dari telinga tampak mukoid dapat
konstan atau intermitten. Air yang keluar dari telinga terlihat berasal dari rongga
timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali
pengobatan lokal bau busuk berkurang.
b). OMSK Tipe Maligna
OMSK tipe ini disertai adanya kolesteatoma. Perforasi membran timpani
biasanya tipe atik atau marginal. Sekret pada infeksi dengan kolesteatoma

6
beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor
purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
3). Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen
di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Otitis media serosa akut, adalah
keadaan terbentuknya sekret di dalam telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara
lain karena sumbatan tuba, virus, alergi dan idiopatik. Gejala klinisnya berupa
pendengaran berkurang, rasa tersumbat pada telinga, suara sendiri terdengar lebih
nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit, terasa ada cairan yang bergeraj di
dalam telinga ketika mengubah posisi kepala. Pada otoskopi terlihat membran
timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan
dalam kavum timpani.
4). Otitis Media Serosa Kronik
Batasan anatara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa
kronis hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret
terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri. Sedangkan pada
otitis media serosa kronik (glue ear), sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa
nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekretnya dapat
kental seperti lem, maka disebut glue ear.
5). Barotrauma (Aerotitis)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-
tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif
di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler
mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan
di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
c. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal. Gejala klinisnya berupa nyeri otot leher, penurunan daya
pengecapan/hypoguesia, abnormalitas nervus kranialis, pusing, paralise nervus
fascialis, kelemahan otot wajah unilateral, sakit kepala, vertigo, demam, malaise, otalgi
dengan membran timpani normal, pembengkakan daerah mastoid, kehilangan

7
pendengaran, mastoid tenderness/nyeri tekan mastoid, otorrhea/draining ear, dan post
auricular swelling edema.
d. Penyebab lain
1). Fraktur Basis Kranii
Fraktur yang terjadi sepanjang dasar tengkorak, biasanya termasuk tulang
petrous dapat ditemukan Battle’s sign, cranial neuropati, trauma, fistula sinus
carotid-cavernous, serta otorrhea.
2). Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih.
3). Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk.
 Terapi pada Otorrhea
Penatalaksanaan otorrhea bergantung pada penyebabnya. Pada otitis eksterna
difusa, pengobatannya adalah memasukkan tampon antibiotika ke dalam liang telinga,
sedangkan otitis eksterna sirkumskripta terapinya tergantung pada keadaan furunkel.
Bila sudah menjadi abses dilakukan aspirasi. Bila dinding furunkel tebal, dilakukan insisi
kemudian drainase. Pada otitis eksterna maligna penatalaksanaannya adalah pemberian
antibiotika dosis tinggi terhadap pseudomonas selama enam minggu. Bila perlu dilakukan
debridement pada jaringan nekrotik di liang telinga dan kavum timpani, yang terpenting
gula darah harus dikontrol.
Pada otitis media supuratif akut (OMA) pengobatannya tergantung stadium
penyakitnya. Pada stadium oklusi diberikan obat tetes hidung dan pemberian antibiotika.
Pada stadium hiperemis diberikan antibiotik, obat tetes hidung, analgetik dan sebaiknya
dilakukan miringotomi. Pada stadium supuratif diberikan antibiotika dan miringotomi.
Pada stadium perforasi diberikan obat cuci telinga dan anibiotik adekuat.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif dan medikamentosa. Bila
sekret keluar terus menerus diberi obat pencuci telinga, antibiotika dan kortikosteroid. Bila
sekret telah kering dapat dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Sedangkan prinsip
terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi.
Pada otitis media serosa akut penatalaksanaannya adalah pemberian vasokontriktor
lokal, antihistamin, perasat valsava bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas.
Bila lebih dari 2 minggu gejala masih menetap, maka dilakukan miringotomi dan bila
masih belum sembuh maka dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi.
Pada otitis media serosa kronik penatalaksanaannya adalah mengeluarkan sekret
dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pada kasus awal dapat diberi
dekongestan. Bila medikamentosa tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Bila
8
terdapat tanda-tanda infeksi maka dapat diterapi dengan antibiotika serta obat tetes telinga.
Antibiotika yang dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin, bila pasien alergi
terhadap golongan ampisilin dapat diberikan eritromisin.
Pengobatan barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja yaitu
memberikan dengongestan lokal atau dengan menggunakan perasat valsava selama tidak
terjadi infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah
menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan
miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi.
Bila infeksi jamur maka penatalaksanaannya adalah liang telinga dibersihkan secara
teratur. Dapat diberi larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang
telinga, atau salep anti jamur seperti nistatin dan klotrimazol.

Anda mungkin juga menyukai