Jinghua Shi 1, Ren Xinyu 2, Tian Qinjie 1, Sun Aijun 1, dan Rong Chen 1 *
Abstrak
Latar Belakang: Pembesaran ovarium sering terjadi pada stimulasi ovarium yang
terkontrol, di mana kondisi ini dapat terus berlanjut selama beberapa bulan dalam
suatu kehamilan yang sedang berlangsung. Namun, ovarium megalosistik
persisten yang terjadi 3 tahun setelah sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS)
amat jarang terjadi. Di sini kami akan menyajikan sebuah kasus dan tatalaksana
serta mendiskusikan kemungkinan etiologi bagi Anda.
Kesimpulan: Pembesaran ovarium dapat menetap untuk waktu yang lama pada
pasien- pasien dengan sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) yang berat bahkan
setelah kadar hormon seks dan fungsi ovarium kembali normal. Tindak lanjut
jangka panjang diperlukan dan torsi ovarium harus dicurigai ketika pasien turut
mengeluhkan sakit perut. Akupunktur disertai dengan tatalaksana GnRHa
mungkin merupakan suatu cara yang efektif untuk mengatasi kasus- kasus ini.
Latar Belakang
secara bertahap dalam 1-2 bulan ketika kehamilan dipertahankan; kondisi ini
jarang bertahan sampai kehamilan bulan ke-5 [5].
Presentasi Kasus
(OHSS) yang berat 10 hari setelah pengambilan oosit, sehingga dokter melakukan
parasentesis sebanyak tiga kali, dengan rata- rata efusi abdomen yang dikeluarkan
sebanyak 1.500 mL setiap kalinya. Dia juga diduga memiliki thrombosis vena
pada tungkai bawah kanan. Pasien kemudian menjadi hamil, dan tindak lanjut
dilakukan di pusat lain. Kedua ovarium tidak menjadi lebih kecil sepanjang
pemeriksaan perinatalnya. Pasien akhirnya melahirkan bayinya yang sehat melalui
prosedur bedah caesar, serta dokter pun melakukan prosedur biopsi pada ovarium
yang mengalami pembesaran dan menunjukkan kondisi patologi yang jinak. Tidak
ada intervensi yang dilakukan karena harapan bahwa ovarium yang mengalami
kondisi hiperstimulasi akan menyusut selama periode postpartum; pada saat yang
sama ia prihatin tentang efek samping dari obat- obatan bagi proses laktasinya.
Periode menstruasinya kembali 14 bulan setelah melahirkan, dan anak disapih
dari menyusui pada usia 24 bulan. Namun, ukuran kedua ovarium itu masih belum
berkurang saat itu. Dokter lalu meresepkan kontrasepsi oral selama tiga bulan
(Marvelon; N.V. Organon).
oleh torsi ovarium dengan diameter maksimum 10+ cm (2,1). Kedua adneksa
membentuk "ovarium yang berciuman" (2,2). Ovarium kanan memiliki ukuran
sekitar 10 cm dengan multinodulasi dan cairan serosa kuning (2,3).
Gambar 3. Histologi jaringan (× 100). Rincian tanda: bagian kiri atas gambar
menunjukkan kelangsungan hidup dari korteks ovarium dengan sel- sel fusiform
yang pendek dan bergelombang (panah coklat), sedangkan nekrosis koagulasi
pada sisis kanan bawah, pewarnaan merah dan nukleus yang lisis (panah biru),
tetapi struktur organisasi dapat dilihat secara samar- samar. Kavitas nekrotik
(panah hitam) pada daerah nekrosis adalah sisa- sisa pembuluh darah kecil.
Ling dan kawan- kawan [12] melaporkan kasus ovarium megalosistik persisten
selama sesar untuk pasien sindrom ovarium polikistik (PCOS) dengan kehamilan
yang disebabkan oleh fertilisasi in vitro (IVF). Ovarium megalokistik bertahan
setelah melahirkan; oleh karena itu, pasien menjalani operasi selama biopsi
dilakukan untuk kedua ovarium. Hasil histopatologi menunjukkan kista folikel.
Alptekin dan kawan- kawan [13] melaporkan ovarium besar selama sesar untuk
pasien tanpa sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) tetapi yang telah menjalani
9
fertilisasi in vitro (IVF). Namun, rahim dan ovarium kembali normal 4 minggu
kemudian. Kasus kami adalah kasus ovarium megalosistik terlama yang pernah
dilaporkan. Belum ada laporan atau panduan mengenai tatalaksana ovarium
megalositik persisten yang berlangsung lama pada pasien fertilisasi in vitro (IVF).