Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup.1 Definisi lain yang sering digunakan adalah berakhirnya kehamilan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.2 Aborsi merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai saat ini. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus dapat
berlangsung spontan secara alamiah atau buatan.

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi.2 Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat
menyebabkan kematian ibu. Itulah sebabnya rnengapa kematian ibu yang disebabkan abortus
sering tidak muncul dalam laporan kematian, tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis.3
Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan
medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi
abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan
mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak
mengetahui bahwa ia sudah hamil.3 Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu
pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab
pada paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini dan setelah itu insidensinya juga menurun.
Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu. Frekuensi abortus yang
secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun
menjadi 26 persen pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun.1

Di Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan
dengan abortus. Sementara di Tanzania dan Adis Ababa masing - masing sebesar 21% dan 54%.4 Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia
Tenggara. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun. Dengan demikian setiap
tahun 500.000-750.000 abortus spontan. Angka kejadian abortus inkomplet bervariasi antara 16-
21%. Di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, prevalensi abortus tercatat sebesar 8-12%.14
Aspek klinis abortus spontan di bagi menjadi tujuh subkelompok yaitu abortus iminens, abortus

1|Abortus Insipient
insipiens, abortus inkomplet, abortus komplet, abortus yang disengaja, abortus tidak aman, dan
abortus sepihak.5 Salah satu abortus yang banyak terjadi adalah abortus inkomplet.

Pada abortus inkomplet biasanya ada pembukaan serviks, sebagian hasil konsepsi sudah
keluar (plasenta) sebagian masih tertahan di dalam rahim. Biasanya diikuti dengan perdarahan
hebat.6. Di Rumah Sakit Umum Jayapura, menurut data hasil penelitian pada bulan maret 2006
sampai dengan bulan maret 2007 diperoleh kasus abortus inkomplet sebanyak 110 kasus.
Kejadian ini meningkat pada usia 21 tahun sampai 30 tahun sebanyak 39,1 persen. Berdasarkan
tingkat pendidikan, kasus ini terbanyak pada tingkat pendidikan sekolah menengah atas(SMA)
sebanyak 50 persen dan menurut pekerjaan ibu, abortus inkomplet meningkat pada ibu rumah
tangga sebanyak 73,6 persen.17 Diperkirakan jumlah kasus abortus inkomplet ini akan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya kasus abortus spontan di RSU Jayapura. Untuk tahun
2010 belum ada data pasti mengenai jumlah kasus abortus inkomplet

2|Abortus Insipient
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan dengan Berat
badan kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang dari
20 minggu.1-2 sedangkan, Abortus inkomplet adalah
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.2-3,7

2.2 ETIOLOGI
Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini
cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab pada paling sedikit separuh dari kasus
abortus dini ini dan setelah itu insidensinya juga menurun. Resiko abortus spontan meningkat
seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah . Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi
meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada
mereka yang usianya lebih dari 40 tahun.1 Di bawah ini adalah faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya abortus. 1-3

1.faktor Janin

Kelainan paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin
atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:

a. Kelainan telur, telur kosong( blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom
( monosomi, trisomi, atau poliploidi). Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat
degenerasi hidatid vilu. Abortus spontan serta abortus inkomplet yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari 1
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).9 Selain kelainan ovum juga terdapat kelainan
kromosom seperti trisomi dan monosomi. Kelainan kromosom sering dijumpai pada

3|Abortus Insipient
mudigah dan janin awal yang mengalami abortus spontan, dan menyebabkan banyak atau
sebagian besar abortus pada awal kehamilan. Sekitar 50 sampai 60 persen abortus
spontan dini disertai dengan kelainan kromosom pada konseptus. Trisomi autosom
merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus trimester pertama.
Trisomi dapat disebabkan oleh nondisjunction tersendiri, translokasi seimbang maternal
dan paternal, atau inversi kromosom seimbang. Translokasi dapat ditemukan pada kedua
orangtua. Trisomi untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah dijumpai
pada abortus, tetapi yang tersering adalah autosom 13, 16, 18, 21, dan 22. Monosomi X
(45,X) adalah kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkinkan lahirnya bayi
perempuan hidup ( Sindrom Turner).1
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipolasia trofoblas)

2. Faktor Ibu ( maternal)1,3


a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama
pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.Anomali congenital (hipoplasia
uteri, uterus bikornus, dan lain-lain).
b. Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi vaskuler, hoksemia
gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis oleh lues.
c. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
1. Virus: misalnya Rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalomielitis. Kematian fetus dapat disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
2. Bakteri : Salmonella typhi
3. Parasit : Toxoplasma gondii
d. Penyakit Vaskuler : hipertensi vaskuler
e. Kelainan endokrin : terjadi karena produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
penyakit disfunsi tiroid, defisiensi insulin.

4|Abortus Insipient
f. Faktor imunologis : Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak
darah fesus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
g. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks yaitu inkompetensi
serviks, servisitis, mioma.
h. Faktor psikosomatis.
i. Faktor eksternal : Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnay
pada keadaan sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain - lain.
Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak langsung karena
instrumen, benda, dan obat-obatan( antagonis asam folat, antikoagulan).Radiasi (Sinar
roentgen) karena pada dosis 1 – 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan abortus. Bahan –bahan kimia
( arsen dan benzen).

2.3 PATOFISIOLOGI
Umumnya abortus didahului oleh kematian janin. Perubahan patologi dimulai dari
perdarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan sekitar. Keadaan ini
merupakan benda asing bagi rahim (uterus) sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
ekspulsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua secara
dalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.

Pada abortus inkomplet yang banyak terjadi pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis
sudah menembus desidua agak dalam sehingga ketika rahim berkontraksi untuk ekspulsi hasil
konsepsi, sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Ketika sebagian plasenta
tertinggal di dalam uterus, terjadi banyak perdarahan .1-3,7,9,12

2.4 JENIS-JENIS ABORTUS

Jenis - jenis abortus spontan meliputi :1,5


1. Abortus Imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus Insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus
Inkomplit/ komplit).
3. Abortus Inkomplet (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus Komplet (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

5|Abortus Insipient
5. Abortus tertunda (missed abortion). Retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama beberapa minggu,
6. Abortus Habitualis (rekuren). Keguguran berulang atau abortus spontan berturut – turut
selama tiga kali atau lebih.
7. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau
keduanya.
8. Abortus sepihak adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi (sepsis).

2.5 DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA10

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/tanda Diagnosis


Bercak hingga Tertutup Sesuai dengan Kram perut bawah Abortus Imminens
sedang usia gestasi Uterus lunak
Sedikit pingsan Kehamilan
membesar dari nyeri perut bawah ektopik terganggu
normal massa adneksa
cairan bebas
Intraabdomen.
Serviks Uterus lebih Sedikit/ tanpa nyeri Abortus komplet
tertutup/ kecil dari usia perut bawah
terbuka gestasi Riwayat ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang hingga Terbuka Sesuai usia Kram/nyeri perut Abortus Insipiens
banyak kehamilan bawah,
Belum terjadi ekspulsi
hasil konsepsi.

Kram atau nyeri perut Abortus


bawah. Inkomplet

6|Abortus Insipient
Ekspulsi sebagian
hasil konsepsi.
Terbuka Lunak dan Mual/ muntah. Abortus, mola
lebih besar dari Kram perut bawah
usia kehamilan Sindrom mirip pree
klampsia. Tak ada
janin, keluar jaringan
seperti anggur.

2.6 GEJALA KLINIS ABORTUS INKOMPLET1-2,7-9,15


1. Amenorea
Terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu. Biasanya pasien telah melewatkan
dua siklus haid, karena abortus inkomplet cenderung terjadi kira-kira 10 minggu setelah
mulainya siklus haid terakhir.
2. Nyeri abdomen
Nyeri kram suprapubik, Sakit perut dan mulas – mulas terjadi akibat kontraksi uterus
dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-mula nyeri cenderung ringan dan intermitten,
tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat dan sudah ada keluar fetus atau jaringan.
3. Perdarahan pervaginam
Ini merupakan gejala yang khas dari abortus inkomplet. Jumlah perdarahan lebih banyak
daripada haid biasa; perdarahan hebat dan bahkan dapat menyebabkan syok hipovolemia
berat.1 Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka
kontraksi miometrium terganggu dan terjadi perdarahan hebat. Perdarahan biasanya
berupa darah beku.2,7,8 Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang
dapat dikenal atau jaringan plasenta.

4. Pada pemeriksaan dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang –
kadang dapat diraba sisa – sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri dan
uterus sesuai usia kehamilan.7

7|Abortus Insipient
2.6.1 Pemeriksaan Fisik:7
a. Pemeriksaan Umum: Suhu badan normal, kecuali ada infeksi penyerta. Nadi, tekanan
darah dan pernapasan normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolemia akibat
perdarahan berlebihan.
b. Pemeriksaan Abdomen: Abdomen biasanya lunak dan tidak nyeri tekan.
c. Pemeriksaan Pelvis: Pada pemeriksaan spekulum, sering vagina banyak mengandung
bekuan darah dan serviks tampak mendatar dan dilatasi. Jaringan plasenta dapat
terlihat di osteum uteri atau vagina. Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak, dilatasi
dan mendatar. Jaringan plasenta atau bekuan darah atau keduanya dapat teraba. Uterus
membesar dan lunak. Daerah adneksa normal.
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang
Tes Laboratorium:
1. Hitung Sel Darah Lengkap dengan Apusan Darah:
Hitung leukosit dalam batas normal, kecuali ada infeksi penyerta. Apusan darah,
Hemoglobin, nilai hematokrit menunjukkan perdarahan sebelumnya atau anemia
terdahulu. 4,7
2. Urinalisis
Normal. Test kehamilan (+)
3. Golongan Darah dan Rh:
untuk pemeriksaan golongan darah.

Ultrasonografi ( USG)
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosa secara klinis. 2 Pada
pemeriksaan USG bisa ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.7

2.7 PENANGANAN ABORTUS SPONTAN


Penanganan pada abortus spontan berupa : 6,8,12
1. Abortus Imminens
a. Tidak perlu pengobatan khusus. Tirah baring total agar aliran darah ke uterus bertambah
dan rangsang mekanik berkurang.

8|Abortus Insipient
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preperat hematinik
misalnya sulfat ferosus 600 – 1.000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan/ berhubungan seksual.
g. Jika perdarahan :
Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa,
Terus berlangsung : USG
h. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan
kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
d. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, Tunggu Ekspulsi spontan hasil konsepsi,
kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
e. Jika perlu, lakukan infus 20 menit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (RL/ garam fisidogik)
dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
f. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus Inkomplet
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi
dapat dilakukan secara digital/ dengan curetase ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg 1M/ misoprostol 400 mcg per oral.

9|Abortus Insipient
b. Jika perdarahan banyak/ terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi sisa hasil konsepsi dengan : Aspirasi Vakum Manual. Evaluasi dengan kuret
tajam sebaiknya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Beri cairan dan transfusi darah
c. Jika evakuasi belum dapat dilakukan beri ergometrin 0,2 mg 1M/ Misoprostol 400 mcg
per oral, obat- obat uterotonika dan antibiotika.8,12
4. Abortus Komplet
a. Tidak perlu evakuasi
b. Observasi untuk melihat perdarahan banyak.
c. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfat ferosus 600 mg/hr selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi.
e. Terapi dengan uterotonika
f. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.6,8,12
5. Missed abortion
a. bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret tajam. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau
segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian
hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbesterol 3 x 5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dekstrosa 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes permenit dan naikan
dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam.
Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
d. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus septik
a) Rujuk ke rumah sakit
b) Penanggulangan infeksi :
1) Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 ditambah
kloramfenikol 1 g peroral tiap 6 jam.

10 | A b o r t u s I n s i p i e n t
2) Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidasol 500 mg tiap 6 jam.
3) Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan metronidasol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
c) Tingkatkan asupan cairan
d) Transfusi bila perdarahan banyak
e) Selama 48 jam setelah perlindungan antibiotik bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
segera dikeluarkan dari uterus.

2.8 KOMPLIKASI ABORTUS INKOMPLET7


1. Perdarahan.
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.Perforasi : Sering terjadi sewaktu Dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang
tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus.
4.Syok, pada abortus inkomplet dapat disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak yang disebut syok hemoragik.
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik/ endoseptik.8
2.9 DIAGNOSA BANDING ABORTUS INKOMPLET
1. Abortus Iminens
2. Abortus Insipiens
3. Abortus kompletus
4. Kehamilan Mola
5. Kehamilan Ektopik
6. Kista Ovarium
2.10 FAKTOR PREDISPOSISI ABORTUS INKOMPLET
1. Kromosom abnormal
Misalnya : monosomi, trisomi

11 | A b o r t u s I n s i p i e n t
2. Ovum Patologik (Blighted Ovum)
Embrio degenerasi yang kadang-kadang disertai pertumbuhan plasenta abnormal.
3. Kelainan pada sel telur dan sperma
Spermatozoa maupun sel telur yang mengalami “ aging process” sebelum Fertilisasi akan
meningkatkan insiden abortus.
4. Kondisi rahim yang tidak optimal
Gangguan Kontrol hormonal dan faktor-faktor endokrin lain yang berhubungan dengan
persiapan uterus dalam menghadapi proses implantasi dan menyediakan nutrisi janin :
gangguan pada Korpus luteum.
5. Penyakit ibu
Penyakit kronis: Hipertensi, DM, Keganasan
Penyakit infeksi: Toksoplasmosis, rubella, sifilis.
7. Malnutrisi
8. Inkompatibilitas Rhesus
Reaksi antara Rh dan anti Rh menyebabkan proses autoimunologik sehingga terjadi
eritoblastosis fetalis.
9. Laparotomi
Makin dekat lokasi pembedahan ke organ pelvis, kemungkinan abortus meningkat
10. Organ reproduksi abnormal
Mioma uteri, inkompetensia serviks, septum uteri

11. Trauma fisik dan jiwa


Rasa frustasi, kepribadian premature
12. Keracunan
Tembakau, alkohol, radiasi(roentgen)
13. Cervik inkompeten
14. Usia
Semakin tinggi usia Ibu, semakin besar resiko terjadinya abortus inkomplet. Pada usia 35
tahun ke atas telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang disebabkan oleh berkurangnya
kontraksi miokardium sehingga sirkulasi darah dan pengambilan O2 oleh darah di paru-paru juga

12 | A b o r t u s I n s i p i e n t
mengalami penurunan, di tambah lagi dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit ibu lain
yang melemahkan kondisi ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin.1-2
15. Paritas
Resiko Abortus meningkat seiring dengan bertambahnya paritas. Pada multiparitas
lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan tidak siap menerima
hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang
sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu.1-2

16. Gravida

Pada multigravida keadaan endometrium di daerah korpus uteri sudah mengalami


kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan
nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta sewaktu kehamilan sebelumnya di dinding
endometrium. Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi di daerah
endometrium pada multrigravida menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak subur lagi dan
tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil
konsepsi kurang maksimal sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin. Hal ini
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.21

2.11 PENYULIT ABORTUS INKOMPLET


Perdarahan banyak pada abortus inkomplet cenderung menetap dalam cavum uteri dan
hal ini dapat mengakibatkan komplikasi, keadaan ini antara lain:
1. Abortus septik:
Adalah abortus terinfeksi, dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya kedalam
sirkulasi sistemik ibu. Pada banyak kasus, ada banyak pengaruh luar dengan kehamilan.2
2. Syok Hipovolemik:
karena terjadi perdarahan yang sering menyebabkan berkurangnya aliran darah akibat
menurunya curah jantung, baik karena tidak cukupnya darah balik vena (Venous return) ataupun
karena kelainan jantung intrinsik. Darah balik vena yang tidak adekuat merupakan penyebab
yang paling umum dan disebabkan oleh berkurangnya volume sirkulasi.2
3. Syok septik:

13 | A b o r t u s I n s i p i e n t
Karena perdarahan yang lama kemungkinan terinfeksi bakteri sangat besar. Bila bakteri
mati, endotoksin akan dilepaskan ke dalam aliran darah, mengacaukan kontrol sirkulasi dan
terjadi kegagalan sirkulasi akut.2-3,9
4. Anemia:
Karena perdarahan yang sering dan banyak menyebabkan penderita lemah karena kekurangan
Hemoglobin.

PENATALAKSANAAN
Abortus merupakan terminasi kehamilan dimana fetus masih belum cukup matang
untuk bertahan hidup.Keadaan ini mebahayakan bagi seorang ibu karena perdarahan.
Perdarahan ini disebabkan oleh adanya sisa hasil konsepsi pada uterus. Sehingga untuk
menghentikan perdarahan tersebut, harus dikeluarkan sisa-sisa hasil konsepsi dari dalam
uterus. Pengeluaran hasil konsepsi ini bisa dilakukan dengan pelebaran serviks atau
transabdominal. Tindakan pengeluaran hasil konsepsi melalui pelebaran serviks dapat
dilakukan dengan digitalisasi (bila sisa konsepsi sedikit), atau dilatasi dan kuretase.
Sedangkan dengan transabdominal, dapat dilakukan hysterotomy atau hysterectomy .6
a. Dilatasi dan Kuret
Pertama teknik dilatasi dan kuret mengharuskan melebarkan leher rahim dan kemudian
mengevakuasi kehamilan dengan cara scraping keluar isinya (kuret tajam), dengan
pengisapan keluar isinya (kuret hisap), atau dengan kedua cara tersebut. Vacuum aspirasi,
bentuk paling umum dari kuret hisap, membutuhkan kanula yang kaku yang melekat
pada sumber . Atau, aspirasi vakum manual menggunakan kanula serupa yang menempel
pada jarum suntik genggam untuk sumber vakumnya. Kemungkinan adalah perforasi
uterus, laserasi serviks, perdarahan, penghapusan lengkap dari janin dan plasenta, dan
infeksi. Dengan demikian, kuret tajam atau hisap harus dilakukan sebelum 14 sampai 15
minggu (Cunningham et al, 2005). Pada usia kehamilan 16 minggu, untuk mengeluarkan
hasil konsepsi ukuran menggunakan dilatasi dan evakuasi (D & E) teknik. Teknik dilatasi
serviks, dicapai dengan logam atau dilator higroskopik, untuk menghancurkan struktur
badan dan evakuasi bagian-bagian janin. Dengan penghapusan lengkap janin, kuret
vakum besar menanggung digunakan untuk menghapus plasenta dan jaringan yang
tersisa. Dilatasi dan ekstraksi (D & X) adalah mirip dengan dilatasi dan evakuasi namun

14 | A b o r t u s I n s i p i e n t
evakuasi hisap isi intrakranial dilakukan setelah melahirkan tubuh janin melalui serviks
yang terdilatasi memfasilitasi ekstraksi dan meminimalkan cedera rahim atau serviks dari
instrumen atau tulang janin. Prosedur ini telah disebut aborsi kelahiran parsial. Untuk
mengurangi resiko infeksi pada saat kuret dapat diberikan doksisiklin 200 mg seblum dan
100 mg sesudah kuretase 6.
b. Histerotomi
Hysterotomy adalah teknik pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan transabdominal.
Teknik ini seperti operasi Caesar namun sayatan pada uterus lebih kecil. Seperti pada
pembedahan perut besar pada umumnya, tindakan ini diperlukan anestesi umum dan agak
jarang dilakukan. Hysterotomy hanya dilakukan bila metode non-invasif lainnya tidak
berhasil atau suit dilakukan. 2
c. Histerektomi
Hysterectomy atau histerektomi merupakan operasi pengangkatan rahim. Histerektomi
dapat total (menghilangkan tubuh, fundus, dan leher rahim rahim; sering disebut
"lengkap") atau parsial (pengangkatan tubuh uterus sementara meninggalkan rahim utuh;
juga disebut "supracervical") (Dorland, 2000). Tatalaksana terutama dilakukan pada
gejala abortus yang disebabkan oleh faktor maternal.
Tatalaksana yang diberikan dapat berupa sebagai berikut:
1) istirahat baring : tidur baring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini dapat menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik. Walaupun cara ini belum terbukti dapat mempengaruhi outcome,
namun sebagian besar ibu merasa keadaannya menjadi lebih baik. Tetapi sebagian
ahli lainnya merasa bahwa secara psikologis ibu akan lebih baik jika tetap aktif
karena tidak akan memperburuk prognosis kehamilan. Namun tindakan yang
menimbulkan banyak stress pada fisik tetap harus dihindari termasuk hubungan suami
istri
2) Menangani penyakit pada ibu : seringkali ibu hamil yang mengalami gejala abortus
juga sedang menderita penyakit lain, seperti diabetes mellitus, hipotiroid, infeksi, dan
lain-lain. Penyakit-penyakit ini harus ditangani dengan tepat dengan tetap
mempertimbangkan kondisi ibu yang sedang hamil, dan kondisi janin.

15 | A b o r t u s I n s i p i e n t
3) Meningkatkan keadaan umum ibu : cara yang dapat dilakukan antara lain seperti
makan makanan bergizi, minum suplemen vitamin, menghindari stress fisik dan
pikiran, menjaga kebersihan jalan lahir dan sebagainya.
4) Keadaan janin juga harus terus dipantau untuk mengetahui bagaimana prognosis
kehamilan, dan jika ternyata janin sudah mati, maka perlu dilakukan evakuasi.
Penatalaksanaan Berdasarkan 4 Kategori Utama Abortus: (Saifuddin, 2010)
1. Abortus Imminens
 Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
 Mengurangi aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
 Apabila pendarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa
 Ababila pendarahan terus berlangsung, lakukan konfirmasi penyebab terjadinya
pendarahan, khusunya bila ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola hidatidosa.
 Tidak perlu menggunakan terapi hormonal (esterogen atau progestin) atau tokolitik
(salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus

2. Abortus Insipiens
Bila usia kehamilan kurang dari 16 minggu, dilakukan evakuasi uterus dengan aspirasi
vakum manual (AVM) atau dilatasi dan kuretase. Namum apabila evakuasi tidak dapat
segera dilakukan maka pemberian ergometrin 0,2 mg IM (jika perlu ulang setiap 15
menit) atau misoprostol 400mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu). Namun
obat-obatan ini tidak efektif untuk pendarahan yang masif, sehingga tetap harus
dipersiapkan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus. Bila usia kehamilan lebih dari
16 minggu, evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi. Pemberian infus 20IU oksitosin dalam
500cc garam fisiologis dilakukan bila diperlukan untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
3. Abortus Inkomplit
Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atan dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
sisa konsepsi. Bila pendarahan berhenti, dapat diberikan ergometrin 0,2 mg IM. Jika
pendarahan berlangsung terus menerus dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16

16 | A b o r t u s I n s i p i e n t
minggu, evakuasi dapat dilakukan dengan aspirasi vakum manual, atau bila tidak tersedia
bisa dilakukan dilatasi dan kuretase. Namun bila evakuasi masih belum bisa dilakukan,
terapi farmakologis dapat membantu mengurangi pendarahan yaitu ergometrin 0,2mg IM
diulangi selama 15 menit atau misoprostol 400 mcg per oral. Bila kehamilan lebih dari
16 minggu kita harus membuat kondisi kontraksi pada uterus dengan bantuan oksitosin
20 IU dalam 500 cc cairan garam fisiologis secara IV. Setelah ada ekspulsi hasil
konsepsi, dilakukan evakuasi hasil konsepsi dengan AVM atau dilatasi dan kuretase. Sisa
konsepsi tidak boleh ada yang tertinggal dalam uterus agar tidak terjadi pendarahan terus
menerus.
4. Abortus Komplit
 Tidak perlu evakuasi lagi
 Observasi untuk melihat adanya perdarahan yang banyak karen ibu dapat mengalami
syok berat setelah terjadi pendarahan yang banyak. Bila pendarahan sangat
mengancam jiwa, tranfusi darah dapat menjadi pilihan pertama.

B. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadinya robekan pada rahim sering terjadi pada abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat.
4. Infeksi

17 | A b o r t u s I n s i p i e n t
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,
Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan
jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus
septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium,
dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri
lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium
tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

C. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai
prognosis yang baik sekitar >90 %.
 Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan
kehamilan sekitar 40-80 %.
 Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak
jelas.

18 | A b o r t u s I n s i p i e n t
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. Mariolyn Iboy
Umur : 26 Tahun (23 Februari 1988)
Alamat : Jln. percetakan
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Sorong/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 14 juni 2014

II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir ± 2 jam sebelum masuk Rumah
Sakit ( seperti apa?hanya darah segar atau bergumpal2) (sebutin juga usia kehamilannya)
 keluar darah berupa darah segar dan gumplan darah berukuran x cm pada kehamilan 8
mgg.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir (segar?bergumpal?) sejak 
2 jam sebelum MRS yang disertai nyeri perut sampai ke tulang belakang, pasien sudah 2
kali ganti pembalut. Selain itu, pasien juga mengeluh pusing sampai keringat dingin,
makan/minum berkurang, BAB/BAK normal. Pasien juga memiliki riwayat jatuh dari
kamar mandi sejak 3 jam SMRS. (deskripsi jatuhnya, terkena perut atau tdk?katuh
duduk?) Pasien mengaku tidak mendapat haid sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat PP test (+)
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Hipertensi (-), Asma (-) , DM (-), Jantung (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), Asma (-) , DM (-), Jantung (-). Dalam keluarga pasien tidak ada yang
menderita sakit seperti pasien.
5. Riwayat Obstetri

19 | A b o r t u s I n s i p i e n t
G1P0A0
No. Jenis Penolong BB Jenis Umur Hidup / Indikasi
Persalinan (Gram) Kelamin Sekarang Meninggal
1. Hamil ini

6. Riwayat Pernikahan
 Belum Menikah

7. Riwayat Menstruasi
 Menarche: 15 Tahun
 Siklus haid: teratur (28-30 hari), lamanya : 7 hari, 2 – 3 kali ganti pembalut/hari.
 Dysmenorrhoea (-).
8. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan kontrasepsi
9. Riwayat sosial
Ibu sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga

III. STATUS GENERALIS


Keadaan Umum : Lemah  mau lu buat syok atau ga?
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 45 kg
Tanda-tanda vital :
 TD : 100/60 mmHg
 N : 88 x/m  kl mau lu buat syok hrs diatas 100
 R : 18 x/m  kl mau lu buat syok hrs diatas 20
 SB : 36.6 0C
Kepala : anemis -/-, ikterik -/-, pupil isokor.
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : SN Ves +/+, Rh -/-, Whe -/-, BJ I-II regular murni
Abdomen : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba

20 | A b o r t u s I n s i p i e n t
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), oedem (-)

IV. STATUS GINEKOLOGI


Pemeriksaan Luar
 Abdomen  Trus mau apa ini maksud nya?

Keterangan : Tidak ada kelainan


Inspeksi V/U : Tenang, darah dari vagina (+)
Inspekulo Portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluksus (+), valsava (+), jaringan
keluar dari OUE (-)
Pemeriksaan Dinding vagina licin, uterus antefleksi, nyeri goyang portio (-),
Dalam pembukaan 3 cm, ketuban (-).

21 | A b o r t u s I n s i p i e n t
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah 01 Maret
Lengkap 2013
Hemoglobin 9,9 g/dl
Leukosit 9.500/mm3
Trombosit 220.000/mm3
DDR Negatif

karena HB 9.9 harusnya lu catet mcv/mch/mchc

b. Pemeriksaan lain
USG :

22 | A b o r t u s I n s i p i e n t
Kesan: Pada USG didapatkan gambaran janin intra uterine, usia kehamilan sesuai 7 –
8 minggu

VI. RESUME
Pasien wanita, usia 26 tahun, hamil 7 – 8 minggu, terlambat haid sejak 2 bulan yang lalu,
datang dengan keluhan keluhan keluar darah dari jalan lahir, nyeri perut sampai ke tulang
belakang (+).Riwayat jatuh dari kamar mandi sejak 3 jam SMRS Pada pemeriksaan fisik TD
: 100 / 60 mmHg, N: 88 x/m, RR : 18 x/m, SB: 36,6 0C. Pemeriksaan luar: Inspeksi: V/u :
Tenang, perdarahan dari vagina, Inspekulo: Portio licin, OUE terbuka, flour (-), valsava (+),
fluksus (+), dinding vagina licin, uterus antefleksi, VT : OUE terbuka 3 cm, ketuban (-),
nyeri goyang portio (-). Pemeriksaan penunjang: Hb: 14,9 brp yg bener 9.9 atau 14.9? gr/dl,
Leukosit: 12.400 mm3, Trombosit: 155.000 mm3.

VII. DIAGNOSIS KERJA

Abortus insipient pada G1P0A0 hamil 7-8 minggu. Anemia mikrositik hopokrom/
normositik normokrom?

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Abortus inkomplit

23 | A b o r t u s I n s i p i e n t
IX. PROGNOSIS
Bonam
Prognosis itu 3 komponen
Ad vitam  bonam
Ad fungsionam  dubia ad bonam
Ad sanacsionam  dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI
 IVFD Ringer Laktat + Oxytosin 2 amp
 Inj Ceftriaxon 1 x 2 gr
 Metronidazole 3 x 500 mg
 Obs Tanda- tanda vital dan perdarahan
 Pro AVM dan curetase tajam

24 | A b o r t u s I n s i p i e n t
BAB III
DISKUSI

Dalam laporan kasus ini penderita didiagnosis dengan abortus insipien. Diagnosis pada
penderita ditegakkan berdasarkan :
Dari Anamnesis didapatkan keluhan terlambat haid (amenorea) sejak 2 bulan SMRS,
adanya perdarahan pervaginam tanpa gumpalan darah dan nyeri perut sampai tulang belakang.
Adanya amenorea dalam 2 bulan, perdarahan pervaginam dan nyeri perut dapat mengarah
pada diagnosis abortus < 20 minggu. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
perut yang membesar melebihi usia kehamilan dan gejala mual dan muntah yang berlebihan dan
pada USG didapatkan adanya fetus intrauterine sehingga kemungkinan kehamilan mola dapat
disingkirkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Inspeksi: V/U : Tenang, perdarahan dari vagina,
Inspekulo: Portio licin, OUE terbuka, flour (-), valsava (+), fluksus (+), dinding vagina licin,
uterus antefleksi, VT : OUE terbuka 3 cm, ketuban (-), nyeri goyang portio (-). Pemeriksaan ini
menunjukkan OUE terbuka sehingga kemungkinan abortus iminens dan abortus komplit dapat
disingkirkan. Tidak adanya jaringan dari OUE dan uterus yang sesuai dengan usia kehamilan
dapat menyingkirkan kemungkinan abortus inkomplit. Tidak adanya nyeri goyang portio dapat
mengesampingkan diagnosis kehamilan ektopik untuk sementara.
Dari pemeriksaan USG didpatkan janin dalam uterus, tidak didapatkan perdarahan dalam
peritoneum dapat menegakkan diagnosis abortus insipiens dan menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik dan molahidatidosa.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosisnya
mengarah pada abortus insipiens.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah:
1. Perbaikan keadaan umum pasien
2. Pengawasan terhadap tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau
pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah
atau pingsan)
3. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi dengan prosedur Aspirasi Vakum Manual (AVM)
karena kehamilan dibawah 16 minggu.

25 | A b o r t u s I n s i p i e n t
Prognosis pada pasien ini adalah bonam.

Jelaskan lagi 3 faktor tadi.


Ad vitam  bonam
Bonam Karena telah mendapat penanganan segera dan belum ada tanda2 infeksi, dan
……….

Ad fungsionam  dubia ad bonam


Fungsi Rahim akan kembali normal setelah proses kuret jika dilakukan dengan baik tanpa
terjadi perlekatan dan perforasi

Ad sanacsionam  dubia ad bonam


Ada kemungkinan kejadian ulangan abortus jika terdapat penyakit …………….,

26 | A b o r t u s I n s i p i e n t

Anda mungkin juga menyukai