Kasus 3
Seorang anak kecil dibawa orangtuanya ke puskesmas karena mengeluh
kakinya sakit setelah jatuh dari sepeda. Setelah diperiksa dokter mengatakan tidak
ada yang perlu di khawatirkan. Dokter menemukan bahwa punggung kaki kiri
pasien mengalami edema, hiperemis dan hangat pada perabaan, tetapi masih bisa
digerakan. Meskipun demikian, dokter juga menerangkan bahwa dalam beberapa
hari ini mungkin akan menyebabkannya sedikit susah berjalan dan demam.
Dokter hanya berpesan agar obat yang diberikannya diminum untuk mengurangi
keluhan yang dirasakannya.
STEP 1
1. Edema : penimbunan cairan di jaringan tubuh atau jaringan intertisial yang
disebabkan oleh :
- Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular bengkak
- Penurunan tekanan osmotik intravaskular
- Peningkatan tekanan osmotik intertisial
- Peregangan pembuluh darah venula (vasodilatasi)
- Peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang dirangsang
oleh histamin
2. Hiperemis : peningkatan volume darah akibat dilatasi pembuluh darah
arteriol yang merupakan respon inflamasi berupa kemerahan
STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 3
hipotalamus
prostaglandin
E2,PGE2
peningkatan
membatasi
dan
menghancurkan
agen
berbahaya,
berupa
Rubor (kemerahan)
Vasodilatasi pembuluh darah leukosit keluar
Kalor (panas)
a. Vasodilatasi
pembuluh
darah
yang
menyebabkan
osmotik
intertisial
keluar
air,ion,ke
ekstravaskuler edema
Perbedaan
Akut
Kronik
Sel terlibat
Neutrofil
Makrofag, limfosit
Mediator
Histamin
Lesi khas
Jaringan parut
Keloid
Waktu
Menit hari
Bulan tahun
atau trauma
infeksi
Agen penyebab
2. Tumor (edema)
Endokrin merangsang leukosit keluar ke jaringan ekstravaskuler
cairan menumpuk leukosit berikatan dengan reseptor (diapedesis)
peningkatan vasodilatasi cairan eksudat menghilang peremabilitas protein
Infek
si
Traum
Nekros
is
Agen
Benda
Imu
Mediator
Protein
plasm
a
Komplemen:
C3a, C5a, C4a
C3b
Bradikin
Trombin dan
pembentukan
Fibrin
PA
F
Asam
Arakidonat
( PGE2 )
Sitoki
n
Kimoki
Nitrat
Oksid
a
Sel
Mast
Histamin
Vasodilatasi
pembuluh darah
Rubo
r
Kalo
Permeabilitas
pembuluh darah
Ekstravasasi
leukosit
kemotaksis
Tumo
r
Functio
n
Dolo
r
Pengaktifan
leukosit
Fagositosis
5
Penghentian
respon
peradangan akut
penyembuh
an
2. Tanda-tanda Inflamasi
a. Dolor (Nyeri)
Dolor, atau nyeri, pada suatu reaksi peradangan tampaknya ditimbulkan
dalam berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan
zat kimia tertentu seperti histamine atau zat-zat kimia bioaktif dapat
merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat
menimbulkan nyeri (Price,2012).
b. Tumor (Pembengkakan)
Aspek paling mencolok pada peradagan akut mungkin adalah tumor, atau
pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang
berpindah dari aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan
sel-sel ini yang tertimbun di daerah peradagan disebut eksudat. Pada awal
perjalanan reaksi peradangan, sebagian eksudat adalah cairan, seperti yang
terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar pada kulit.
Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit, meniggalkan aliran darah dan
tertimbun sebagai bagian eksudat (Price,2012).
c. Fungsio Laesa (Perubahan Fungsi)
Fungsio laesa, atau perubahan fungsi merupakan bagin yang lazim pada
reaksi peradangan. Sepintas mudah dimengerti, bagian yang bengkak,
nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang
abnormal, seharusnya berfungsi secara abnormal. Akan tetapi, cara
bagaimana fungsi jaringan yang meradang terganggu tidak dipahami
secara terperinci (Price,2012).
d. Rubor (Kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupkan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan.Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan,
6
a.
Inflamasi akut
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit hari) dengan ciri khas
utama eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum
berupa rubor (redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain),
Functio laesa (lose of function). Seperti gambar dibawah ini:
(didahului
vasokonstriksi
sesaat).
Dengan
demikian
timbulnya
Perlambatan
dan
warna merah
bendungan
ini
(eritema)
terlihat
dan hangat.
setelah
10-30
menit(Kumar,2010).
2. Eksudasi
Selanjutnya, terjadi peningkatan permeabilitas endotel disertai
keluarnya protein plasma dan sel-sel leukosit ke daerah extravaskular
yang disebut eksudasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah dalam
darah terkonsentrasi, viskositas meningkat, sirkulasi menurun,
8
hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan terdapat di bagian
tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian
tepi (marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan menggulung
pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang tersendat
tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan
endotel (Kumar,2010).
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang
bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit
adalah pertemuan antar-sel endotel. Walaupun pelebaran pertemuan
antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu
menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak
tertutup tanpa perubahan nyata(Kumar,2010).
4. Kemotaksi
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke
arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi
disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi
oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda.
Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis.
Sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat
mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara
selektif terhadap beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor
kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen,
misalnya produk bakteri berupa protein maupun polipeptida (Kumar,
2010).
5. Fagositosis
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis.
Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa
didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis
10
Inflamasi
Akut
(piogenik)
akut Inflamasi
cepat)
(peran
eosinofil)
Mikrobakteri,
Cacing
Cacing
hepatitis B
Sel pemicu
Sel
Makrofag
Makrofag
efektor Neutrofil
Makrofag,
dalam
Sel
NK
mast,
eosinofil
imunitas
nonspesifik
Sel
TH1
TH2, sel B
TH2, sel B
dalam
imunitas
spesifik
Mediator
Komplemen,
GM-CSF,
18,
TNF,
kemokin
sel IL-3,
IL-4,
IL-5,
leukotrin,
kemokin
kemokin
Efek
fase Dapat
Eosinofilia,
sistemik
akut,
akut,
efek mengakibatkan
IgE
neutrofilia
kronis
TNF, anafilaksis
meningkat
neutrofilia
Jenis
Pembentukan
kerusakan
nanah, abses
Granuloma
Edem,
mukus, Inflamasi
kontraksi
polos
otot difus
di
mukosa atau
kulit
(Bratawidjaja, 2013)
12
14
7,35-7,45 dimana
15
DAFTAR PUSTAKA
16