Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

DISUSUN OLEH:
Nama : Indah Sundari, S.Kep
NPM : 1914901110030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

I. Definisi
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart
&Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2014).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas


yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat. (Yosep, 2010).

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Keliat, 2006).

II. Rentang Respon


Rentang respons waham menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):

Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan isi


- Persepsi akurat pikir terganggu pikir waham
- Emosi konsisten - Ilusi - Perubahan proses
dengan - Emosi berlebihan emosi
pengalaman - Berprilaku yang - Perilaku tidak
- Perilaku sesuai tidak biasa terorganisasi
- Hubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
harmonis

III. Faktor Predisposisi


1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannnya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
5) Faktor Genetik
(Fitria, 2014).

IV. Faktor Presipitasi


1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Koping Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan. ( Fitria, 2014).

Proses Terjadinya
Proses terjadinya waham menurut Yusuf, dkk (2015):
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diwakili dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapt terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorong untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah atau telepon
genggam.
b. Fase Kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, enghadapi kenyataan bagi apsien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-lama pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol
diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi. Keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan
dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Pohon Masalah
Pohon masalah menurut Fitria (2014):

Effect Resiko Tinggi Perilaku kekerasan

Core Problem perubahan Proses Pikir: Waham

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

V. Jenis/Tanda Gejala
a. Jenis Waham
Jenis-jenis waham menurut Yusuf, dkk (2015):
- Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnay, “saya
ini direktur sebuah bank swasta lho ...” atau “saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
- Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/
mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “saya tahu .. kalian semua memasukkan racun ke
dalam makanan saya”.
- Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau
saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua
orang”.
- Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnaya, “saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
- Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

b. Tanda Gejala
Tanda gejala waham menurut Yusuf, dkk (2015):
- Kognitif
o Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
o Individu sangat percaya pada keyakinannya
o Sulit berpikir realita
o Tidak mampu mengambil keputusan
- Afektif
o Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
o Afek tumpul
- Perilaku dan hubungan sosial
o Hipersensitif
o Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
o Depresif
o Ragu-ragu
o Mengancam secara verbal
o Aktivitas tidak tepat
o Stereotipe
o Impulsif
o Curiga
- Fisik
o Kebersihan kurang
o Muka pucat
o Sering menguap
o Berat badan menurun
o Nafsu makan berkurang & sulit tidur

VI. Proses Keperawatan


VI.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan waham menurut Fitria
(2012):
- Subjektif
o Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
o Pasien mangatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus

- Objektif
o Pasien terus berbicara tentang kemampuan yang dimiliki
o Pembicaraan pasien cenderung berulang-ulang
o Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

VI.2 Diagnosa Keperawatan


Perubahan Proses Fikir; Waham

VI.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Untuk Pasien
a. Tujuan
 Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
 Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar

b. Tindakan
 Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara
harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar
klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah sebagai berikut :
 Mengucapkan salam terapeutik
  Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan berinteraksi
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu klien.
 Tindakan mendukung atau membantah waham klien
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah
 Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien
berhenti membicarakannya.
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas
 Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya
pada saat lalu dan saat ini
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
yang dimilikinya
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien
 Berbicara dalam konteks realita
 Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya,
berikan pujian yang sesuai
  Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa,
dosis, obat, jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara
meminum obat yang benar)
 Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat
tanpa konsultasi

Untuk Keluarga
a. Tujuan
 Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
 Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan
yang belum terpenuhi oleh wahamnya
  Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien
secara optimal
b. Tindakan keperawatan
 Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
 Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di
rumah, follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan
yang tepat untuk klien
 Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan
bantuan
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi tanda dan 1. Mendiskusikan masalah yang
gejala waham dirasakan keluarga dalam merawat
2. Bantu orientasi realita: panggil pasien
nama, orientasi waktu, orang dan 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
tempat/ lingkungan. gejala waham, dan jenis waham yang
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak dialami pasien beserta proses
terpenuhi. terjadinya
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan 3. Menjelaskan cara-cara merawat
realistis. pasien waham
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan 4. Latih cara mengetahui kebutuhan
harian pemenuhan kebutuhan klien dan mengetahui kemampuan
klien.
5. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien dan berikan membimbing klien, berikan pujian
pujian. 2. Latih cara memenuhi kebutuhan klien
2. Diskusikan kemampuan yang 3. Latih cara melatih kemampuan yang
dimiliki. dimiliki klien
3. Latih kemampuan yang dipilih, 4. Anjurkan membantu klien sesuai
berikan pujian jadwal dan beri pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
pemenuhan dan kegiatan yang
telah dilatih
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Membantu keluarga membuat jadual
kebutuhan klien dan berikan aktivitas di rumah termasuk minum
pujian. obat
2. Jelaskan tentang 6 benar obat 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
yang diminum dan tanyakan bisa dijangkau keluarga
manfaatnya 3. Anjurkan membantu klien jadwal dan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan memberikan pujian
pemenuhan dan kegiatan yang
telah dilatih
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 membimbing klien melaksanan
dan 3 dan berikan pujian. kegiatan yang telah dilatih dan minum
2. Diskusikan kebutuhan lain dan obat, berikan pujian
cara memnuhinya 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
3. Diskusikan kemampuan yang tanda kambuh dan rujukan
dimiliki dan memilih yang akan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
dilatih jadwal dan memberikan pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
pemenuhan dan kegiatan yang
telah dilatih dan minum obat
SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 membimbing pasien memenuhi
dan 3 dan berikan pujian. kebutuhan klien, membimbing klien
2. Niali kemampuan yang telah melaksakan kegiatan yangtelah
mandri dilatih dan minum obat, berikan
3. Nilai apakah frekuensi pujian
munculnya waham berkurang. 2. Nilai kemmapuan keluarga merawat
Apakah waham terkontrol klien
3. Nialai kemampuan klien melakukan
kontrol ke RSJ/ PKM

DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Keliat, B A. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta: FIK,
Universitas Indonesia
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi revisi). Bandung: Reflika Aditama
Yusuf, Ah., Fitryasari, R. PK., Nirhayati, N.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

Banjarmasin, 28 Juli 2020

Preseptor Akademik, Ners Muda,

(Meti Agustini, Ns., M.Kep) (Indah Sundari, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai