Anda di halaman 1dari 127

TULI KONDUKTIF

Maria Risma Natalia


11.2012.024

PENDAHULUAN
Berkurangnyapendengaran = penurunan fungsi

pendengaran pada salah satu ataupun kedua


telinga.
Tuli = penurunan fungsi pendengaran yang sangat
berat
masalah mekanis di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan
fungsi pendengaran konduktif).
kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran
atau jalur saraf pendengaran di otakyang
(penurunan fungsi pendengaran sensorineural)

WHO (2005) = 278 juta orang menderita

gangguan pendengaran
Asia Tenggara = 75 - 140 juta Asia Tenggara.
Bayi = 0,1 0,2% atau setiap 1.000 kelahiran
hidup terdapat 1 2 bayi.
WHO Multi Center Study (1998), Indonesia
termasuk 4 negara di Asia Tenggara dengan
prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%).

TULI KONDUKTIF
Tuli konduktif = kelainan yang terdapat di

telinga luar atau telinga tengah.


Suara harus diteruskan ketelinga dalam yang
kemudian akan diubah menjadi sinyal listrik
untuk di interpretasikan ke pusat
pendengaran di otak. Jika terjadi gangguan
dalam hantaran suara baik pada telinga luar
maupun telinga tengah sehingga tidak dapat
mendengar suara berfrekuensi rendah, maka
merupakan tuli konduktif.

ETIOLOGI
Gangguan pendengaran konduktif

menyebabkan hilangnya kenyaringan dan


kehilangan kejelasan.
Disebabkan oleh:
Kelainan telinga luar: atresia liang telinga,
sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumsripta, osteoma liang telinga.
Kelainan di telinga tengah: sumbatan tuba
eustachius, otitis media, otosklerosis,
timpanosklerosis, hemotimpanum dan
dislokasi tulang pendengaran.

KELAINAN YANG MENYEBABKAN


TULI KONDUKTIF
Microtia
Lops Ear (Bats Ear)
Atresia Liang Telinga
Sumbatan oleh serumen
Otitis Eksterna
Osteoma Liang telinga
Gangguan Fungsi Tuba Eustachius
Otitis Media
Otosklerosis
Hemotimpanum

MICROTIA

DEFINISI
Malformasi daun telinga yang memperlihatkan
kelainan bentuk ringan sampai berat, dengan
ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama
sekali (anotia).
Biasanya bilateral dan berhubungan dengan
stenosis atau atresia meatus akustikus
eksternus dan mungkin malformasi inkus dan
maleus.

ETIOLOGI
Sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apa
penyebab terjadinya Mikrotia. Hal-hal berikut
harus diperhatikan oleh ibu hamil di trimester I
kehamilan :
Faktor Makanan
Stress
Kurang Gizi pada saat kehamilan
Menghindari pemberian / penggunaan obat obatan / zat kimia
Genetik (tapi belum pernah diketahui
bagaimana genetik bisa mempengaruhi /
menjadi faktor penyebab Mikrotia).

EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada setiap 5000 - 7000 kelahiran
.Jumlahnya di Indonesia tidak diketahui
dengan pasti karena belum pernah ada koleksi
data sehubungan dengan mikrotia.
90% kasus = satu telinga saja (unilateral)
10% kasus = bilateral.
Telinga terbanyak yang terkena = telinga
kanan.
Anak laki-laki lebih > anak perempuan
(65:35).
Ras Asia lebih sering terkena dibanding ras

MANIFESTASI KLINIS
Departemen THT FKUI/RSCM menggunakan
kriteria menurut Aguilar dan Jahrsdoerfer,1
yaitu:
Derajat I: jika telinga luar terlihat normal
tetapi sedikit lebih kecil. Grade I ini dapat
disertai dengan atau tanpa lubang telinga luar
(eksternal auditori kanal).

MANIFESTASI KLINIS
Derajat II: jika terdapat defisiensi struktur

telinga seperti tidak terbentuknya lobus,


heliks atau konka.
Derajat III: terlihat seperti bentuk kacang

tanpa struktur telinga atau anotia. Kelainan


ini membutuhkan proses operasi
rekonstruksi dua tahap atau lebih.

Grade I

Grade II

Grade III

Anotia

DIAGNOSIS
Mikrotia akan terlihat jelas pada saat
kelahiran.
Tes pendengaran akan digunakan untuk
mengetahui apakah ada gangguan
pendengaran di telinga yang bermasalah atau
tidak.

PENATALAKSANAAN
Usia pasien menjadi pertimbangan operasi,

minimal berumur 68tahun karena kartilago


tulang iga sudah cukup memadai untuk
dibentuk sebagai rangka telinga dan telinga
sisi normal telah mencapai pertumbuhan
maksimal, sehingga dapat digunakan sebagai
contoh rangka telinga. Pada usia ini daun
telinga mencapai 8090% ukuran dewasa.

PENATALAKSANAAN
Pada kelainan unilateral dengan pendengaran

normal dari telinga telinga sisi lain,


rekonstruksi telinga tengah tidak dianjurkan,
tetapi bila terjadi gangguan pendengaran
bilateral, dianjurkan rekonstruksi telinga
tengah.

PENATALAKSANAAN
Teknik Brent melibatkan empat tahapan:
Teknik brent tahap 1
A: Blok dasar diperoleh dari sinkondrosis dari dua
kartilago tulang rusuk. Pinggiran heliks dipertahankan
dari sebuah kartilago rusuk yang mengambang
B: Mengukir detail menjadi dasar menggunakan gouge.
C: Penipisan dari kartilago tulang rusuk untuk membuat
pinggiran heliks.
D:
Mengaitkan pinggiran ke blok dasar menggunakan
benang nilon.
E: Kerangka selesai.

PENATALAKSANAAN

Pembuatan dari kerangka telinga dari


kartilago tulang rusuk

PENATALAKSANAAN
Teknik Brent tahap 1.
A: Tanda preoperatif menandakan lokasi yang
diinginkan dari kerangka (garis lurus) dan
pelebaran dari pembedahan yang diperlukan
(garis putus-putus).
B: Pemasangan dari kerangka kartilago.
C: Tampilan setelah tahap pertama. Kateter
suction digunakan untuk menghisap kulit ke
dalam jaringan interstisial dari kerangka.

PENATALAKSANAAN

Pemasangan dari kerangka telinga

PENATALAKSANAAN
Teknik Brent tahap 2.

Lubang telinga di rotasi dari malposisi vertikal


menjadi posisi yang benar di aspek kaudal
dari kerangka.
A: Desain dari rotasi lobus dibuat dengan
insisi yang dapat digunakan di tahap 4,
konstruksi tragus.
B: Setelah rotasi dari lobulus.

PENATALAKSANAAN

Rotasi dari lobulus

PENATALAKSANAAN
Teknik Brent tahap 3.
A: Insisi dibuat dibelakang telinga.
B: Kulit kepala retroaurikuler dimajukan ke
sulkus jadi graft akhir tidak akan terlihat.
C: Graft yang tebal pada permukaan medial
yang tidak tersembunyi dari aurikel.

PENATALAKSANAAN

Elevasi dari kerangka dan skin graft menjadi sulkus

PENATALAKSANAAN
Teknik Brent tahap 4.
A: Graft konka diambil dari dinding konka
posterior dari telinga yang berlawanan.
B: Insisi bentuk L dibuat dan graft
dimasukkan dengan permukaan kulit di
bawah.
C: Graft sembuh dengan baik.

PENATALAKSANAAN

Konstruksi dari tragus

PROGNOSIS
Sekitar 90% anak dengan mikrotia akan

mempunyai pendengaran yang normal. Pada


kasus bilateral umumnya juga tidak terjadi
gangguan pendengaran. Hanya saja anakanak perlu dibantu untuk dipasang dengan
alat bantu dengar konduksi tulang (BAHA =
Bone Anchor Hearing Aid).

LOPS EAR (BATS EAR)

kelainan kongenital, yaitu bentuk abnormal

daun telinga dimana terjadi kegagalan


pelipatan antiheliks. Tampak daun telinga
lebih lebar dan lebih berdiri.
Koreksi bedah umumnya dilakukan pada usia
5 tahun karena perkembangan telinga luar
hampir sempurna.

ATRESIA LIANG TELINGA

Selain dari liang telinga yang tidak terbentuk,

juga biasanya disertai dengan kelainan daun


telinga dan tulang pendengaran.
Penyebab kelainan ini belum diketahui
dengan jelas, diduga oleh faktor genetik,
seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan
kimia pada kehamilan muda.

Diagnosis atresia telinga kongenital hanya

dengan melihat daun telinga yang tidak


tumbuh dan liang telinga yang atresia saja,
keadaan telinga tengahnya tidak mudah di
evaluasi.

Atresia liang telinga dapat unilateral dan

bilateral.
Pada atresia liang telinga bilateral masalah
utama ialah gangguan pendengaran. Setelah
diagnosis ditegakkan sebaiknya pada pasien
dipasang alat bantu dengar, baru setelah
berusia 5 7 tahun dilakukan operasi pada
sebelah telinga.
Pada atresia liang telinga unilateral, operasi
sebaiknya dilakukan setelah dewasa, yaitu pada
umur 15 17 tahun.

SUMBATAN OLEH SERUMEN

Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar

sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat


dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel
kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang
berguna untuk melicinkan dinding liang
telinga dan mencegah masuknya serangga
kecil kedalam liang telinga.

Dalam keadaan normal serumen terdapat

disepertiga luar liang telinga karena kelenjar


tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan
keluar dengan sendirinya dari liang telinga
akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah membrane timpani menuju keluar serta
dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.

Faktor yang menyebabkan serumen

terkumpul dan mengeras di liang telinga :


1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kental
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Adanya eksostosis liang telinga
6. Serumen terdorong oleh jari tangan atau
kebiasaan mengorek telinga.

Gejala dapat timbul jika sekresi serumen


berlebihan akibatnya dapat terjadi sumbatan
serumen akibatnya pendengaran berkurang
sehingga menyebabkan tuli konduktif.
Rasa nyeri timbul apabila serumen keras
membatu dan menekan dinding liang telinga.
Telinga berdengung (tinitus), pusing (vertigo)
bila serumen telah menekan membrane
timpani,kadang-kadang disertai batuk oleh
karena rangsangan nervus vagus melalui
cabang aurikuler.

Penatalaksanaan disesuaikan dengan


konsistensi serumen. Jika serumen lembek
hanya dibersihkan dengan kapas yang
dililitkan pada aplikator. Serumen yang sudah
keras dikeluarkan dengan cara dikait dengan
alat pengait. Serumen yang terlalu dalam
(mendekati membrane timpani), dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga.

OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah radang merata kulit

liang telinga yang disebabkan oleh kuman


maupun jamur (otomikosis) dengan tandatanda khas yaitu rasa tidak enak di liang
telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga
dan kecenderungan untuk kambuhan.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah pseudomonas (41 %), strepokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%).

ETIOLOGI
Swimmers ear (otitis eksterna) sering

dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang,


kebanyakan pada usia remaja dan dewasa
Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air,
trauma mekanik dan goresan atau benda
asing dalam liang telinga. Kebanyakan
disebabkan alergi pemakaian topikal obat
tetes telinga.

PATOFISIOLOGI
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri

dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari


gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih)
bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan
bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah
gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan
menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam
saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah
dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi
oleh bakteri atau jamur.

OTITIS EKSTERNA
SIRKUMSKRIPTA (FURUNKEL)
Infeksi bermula dari folikel rambut di liang

telinga yang disebabkan oleh bakteri


stafilokokus dan menimbulkan furunkel di
liang telinga di 1/3 luar.
Gejala berupa rasa sakit (rasa nyeri makin
hebat bila mengunyah makanan), kurang
pendengaran, Rasa sakit bila daun telinga
ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

PENATALAKSANAAN
Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon

yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam


glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium
abses dilakukan insisi pada abses dan tampon
larutan rivanol 0,1%.
Sistemik : Antibiotika diberikan dengan
pertimbangan infeksi yang cukup berat. Dewasa
ampisillin 250 mg, eritromisin 250. Anak-anak
40-50 mg per kg BB.
Analgetik : Parasetamol 500 mg (dewasa).
Antalgin 500 mg (dewasa).

OTITIS EKSTERNA
DIFUS
Infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat

infeksi bakteri Pseudomonas. Kulit liang


telinga terlihat hiperemis dan udem yang
batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel
(bisul).
Gejalanya = otitis eksterna sirkumskripta.
Kadang-kadang kita temukan sekret yang
berbau namun tidak bercampur lendir
(musin).

Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan

memasukkan tampon yang mengandung


antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit
yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
obat antibiotika sistemik.

OTOMIKOSIS
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut.
Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadangkadang ditemukan juga kandida albikans atau
jamur lain.

GEJALA KLINIS
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi

dari yang hanya berupa rasa tidak enak


sedikit, perasaan penuh didalam telinga,
perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut.
Rasa penuh pada telinga
Gatal
Kurang pendengaran

OSTEOMA LIANG
TELINGA

DEFINISI
Osteoma merupakan tumor jinak mesenkim

osteoblas yang terdiri dari diferensiasi


jaringan tulang matur.
Osteoma liang telinga merupakan tumor
tulang jinak yang berasal dari pars timpani
tulang temporal.

EPIDEMIOLOGI
Insiden osteoma 0,1-1 % dari seluruh tumor

jinak tulang tengkorak.


Osteoma lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita.

ETIOLOGI
Penyebab pasti osteoma belum diketahui,

tetapi ada beberapa teori:


1. Teori perkembangan
2. Teori kongenital
3. Teori trauma
4. Teori infeksi
5. Teori hormonal
6. Faktor herediter

GEJALA
Osteoma liang telinga biasanya asimtomatik,

tetapi akanmenimbulkan gejala apabila telah


terjadi obstruksi liang telinga yang bisa
menimbulkan gejala berupa tuli konduktif.
Gejala lainnya dapat berupa otorrea, otalgia,
otitis eksterna, kolesteatoma.

KARAKTERISTIK
Osteoma tumbuh perlahan-lahan, jinak, dan

jarang multiple, bisasesil (tidak bertangkai)


atau pedunkulata (bertangkai). Dengan
otoskopterlihat osteoma bersifat soliter, sifat
tumor dari osteoma ini juga dapatditentukan
dengan palpasi.

KARAKTERISTIK
Secara mikroskopis, osteoma ini terbagimenjadi :
1. Kompak: jenis terbanyak, padat, dan lempeng
tulang dengan sedikit vena dan kanal Havers. Jika
disertai dengan tulang yang sklerotik dinamakan
osteoma Ivory. Osteoma kompak mempunyai
dasar yang lebardan tumbuh sangat lambat.
2. Spons: jenis yang jarang, tediri dari tulang
spons, jaringan selfibrosa, dengan kecendrungan
meluas ke diploe dan meliputi lamina internal dan
eksternal tulang
3. Campuran : campuran tipe kompak dan spons

STADIUM
Stadium klinis untuk osteoma oleh Graham

pada tahun 1982terbagi menjadi :


stadium 1 : tumor terlihat oleh pemeriksa,
tetapi pada pasien belum menimbulkan gejala
stadium 2 : menimbulkan gejala tetapi dapat
dikontrol dengan pengobatan konservatif,
stadium 3 : menimbulkan gejala yang
memerlukan terapi pembedahan.

PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif bertujuan mencegah otitis

eksterna dan tuli konduktif, yang disebabkan


oleh akumulasi dari deskuamasi epitel
skuamosa menggunakan antibiotik topikal.
Pembedahan dilakukan pada pasien dengan
tuli konduktif disebabkan oleh obstruksi tulang
dan pasien dengan otitis eksterna yang sulit
dikontrol secara klinis.

PROGNOSIS
Osteoma mempunyai prognosis yang baik.

Tumor ini jarang rekuren dan tidak berpotensi


menjadi ganas.

GANGGUAN
FUNGSI TUBA
EUSTACHIUS

Tuba Eustachius adalah saluran yang

menghubungkan rongga telinga


tengahdengan nasofaring.
Fungsi tuba:
1. Ventilasi
2. Drainase secret
3. Proteksi

Fungsi ventilasi dapat dibuktikan dengan :

a. Perasat Valsalva
Hasil: Tuba Terbuka : terasa udara masuk ke
dalam rongga telinga tengah yang menekan
membrane timpani ke arah lateral.
KI : ada infeksi pada jalan napas atas.
b. Perasat Toynbee
Hasil: Tuba Terbuka : terasa membrane
timpani tertarik ke medial.Perasat ini lebih
fisiologis.

1. Tuba Terbuka Abnormal


Adalah tuba terus menerus terbuka, sehingga

udara masuk ke telinga tengah waktu respirasi.


Dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan

lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat


turunnya berat badan yang hebat, penyakit
kronis(rhinitis atrofi dan faryngitis), gangguan
fungsi otot seperti Myastenia Gravis,
penggunaan obat anti-hamil pada wanita dan
penggunaan esterogen pada laki-laki.

Keluhan : rasa penuh dalam telinga tengah

atau autofoni (gema suara sendiri terdengar


lebih keras).
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat
membran timpani yang atrofi, tipis,dan
bergerak pada respirasi ( a telltale diagnostic
sign).
Pengobatan cukup dengan obat penenang,
dan bila tidak berhasil digunakan pemasangan
pipa ventilasi (Grommet)

2. Myoklonus palatal
Ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum

yang terjadi secara periodic.


Hal ini menimbulkan bunyi klik dalam telinga
pasien dan kadang-kadang dapat didengar
oleh pemeriksa.
Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang
pasti belum diketahui.

3. Palatoskisis
Terjadi gangguan otot tensor veli palatine

dalam membuka tuba.


Hal ini menyebabkan terjadinya kelainan
telinga tengah pada anak dengan palatoskisis
lebih besar dibandingkan dengan anak
normal.
Dianjurkan untuk melakukan koreksi
palatoskisis sedini mungkin.

4.Obstruksi tuba
Dapat terjadi oleh peradangan di nasofaring,

peradangan adenoid atau tumor nasofaring.


Gejala klinik awal adalah terbentuknya cairan
pada telinga tengah (otitis media serosa).
Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga bisa
disebabkan oleh tampon posterior hidung
(Bellocq tempon) atau oleh sikatriks akibat
trauma operasi (adenoidektomi).

OTITIS MEDIA

Otitis media adalah peradangan sebagian

atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba


eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid.

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT


Otitis media yang berlangsung selama 3

minggu atau kurang karena infeksi bakteri


piogenik.
Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor
utama dari otitis media.

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Gambaran retraksi membran timpani akibat

terjadinya tekanan negatif di dalam telinga


tengah, karena adanya absorbsi udara.

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Keluhan yang dirasakan : telinga terasa

penuh (seperti kemasukan air), pendengaran


terganggu, nyeri pada telinga (otalgia),
tinnitus.

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Terapi : obat tetes hidung.

HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik


(anak <12 tahun)
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik (>12
tahun).

Stadium Hiperemis (PreSupurasi)


Tampak pembuluh darah yang melebar di

membran timpani.
Seluruh mukosa membran timpani tampak
hiperemis serta edem.
Sekret yang telah terbentuk masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium Hiperemis (PreSupurasi)


Terapi : antibiotik (penisilin atau ampisilin),

obat tetes hidung, analgetika. Pemberian


antibiotik dianjurkan minimal 7 hari.
Bila membran timpani sudah terlihat
hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi.

Stadium Supurasi
(Bombans)
Edem yang hebat pada mukosa telinga

tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,


terbentuk eksudat yang purulen di kavum
timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di
telinga bertambah berat.

Stadium Oklusi
(Bombans)
Terapi : Pemberian antibiotik dan miringotomi

(bila membran timpani masih utuh).

Stadium Perforasi
Tekanan yang tinggi pada cavum timpani

akibat kumpulan mucous.


Keluhan : keluar cairan di telinga, penurunan
pendengaran, keluhan infeksi saluran napas
atas masih dirasakan.

Stadium Perforasi
Terapi : cuci telinga H2O23% selama 3 5 hari

serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret


akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7 10 hari.

Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka

keadaan membran timpani perlahan-lahan


akan kembali normal. Bila sudah terjadi
perforasi, maka sekret akan berkurang dan
akhirnya kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walau tanpa pengobatan.

Miringotomi
Tindakan insisi pada pars tensa membran

timpani, agar terjadi drainase sekret dari


telinga tengah ke telinga luar
Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.

Miringotomi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah

perdarahan akibat trauma pada liang telinga


luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma
pada fenestra rotundum, trauma pada n.
fasialis, trauma pada bulbus jugulare.

OTITIS MEDIA SUPURATIF


KRONIK
infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang


keluar dari liang telinga tengah terus-menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin kental,
bening, atau berupa nanah

Klasifikasi

Gejala Klinis
Telinga berair (otore)
Gangguan pendengaran
Otalgia (nyeri telinga)
Vertigo

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK

dan luasnya infeksi, dimana penatalaksanaan


terbagi atas pengobatan konservatif dan
operasi.

Pembedahan Pada
OMSK
Mastoidektomi sederhana (simple

mastoidectomy)
Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
(operasi Bondy)
Miringoplasti
Timpanoplasti
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
(Combined Approach Tympanoplasty)

OTITIS MEDIA NON


SUPURATIF
keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di

telinga tengah, sedangkan membran timpani


utuh.

Otitis Media Serosa


Akut
keadaan terbentuknya sekret di telinga

tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh


gangguan fungsi tuba.

Gejala Klinis
pendengaran berkurang.
Rasa tersumbat pada telinga atau suara
sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda
pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis).
ada cairan yang bergerak dalam telinga saat
posisi kepala berubah.
sedikit nyeri dalam telinga
Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang
ada dalam bentuk yang ringan.

Pengobatan
Medikamentosa: vasokonstriktor lokal (tetes
hidung), antihistamin, serta perasat valsava.
Setelah satu atau dua minggu, bila gejala
masih menetap, dilakukan miringotomi.
Bila masih belum sembuh dilakukan
miringotomi dengan pemasangan pipa
ventilasi(Grommet tube).

Otitis Media Serosa


Kronik
Sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa

nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang


berlangsung lama.
Sekret pada otitis media serosa kronik dapat
kental seperti lem, maka disebutglue ear.

Otitis Media Serosa


kronik
Pengobatan:
Mengeluarkan sekret dengan miringotomi dan
pemasangan pipa ventilasi (Grommet-tube).
Pada kasus yang masih baru pemberian
dekongestan tetes hidung serta kombinasi
antihistamin-dekongestan peroral kadangkadang bisa berhasil.

OTOSKLEROSIS

DEFINISI
Otosklerosis adalah penyakit primer dari

tulang-tulang pendengaran dan kapsul tulang


labirin. Proses ini menghasilkan tulang yang
lebih lunak dan berkurang densitasnya
(otospongiosis). Gangguan pendengaran
disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari
spongy bone-like tissue yang menghambat
tulang- tulang di telinga tengah, terutama
stapes untuk bergerak dengan baik.

ETIOLOGI
Penyebab dari otosklerosis masih belum

diketahui dengan jelas. Pendapat umum


menyatakan bahwa otosklerosis adalah
diturunkan secara autosomal dominan. Ada
juga bukti ilmiah yang menyatakan adanya
infeksi virus measles yang mempengaruhi
otosklerosis.

EPIDEMIOLOGI
Ras = Kaukasian
Faktor Keturunan
Gender = 2 kali lebih banyak pada wanita dibanding pria.
pria:wanita 1:1.
Sejarah keluarga
Usia
0,6 % = < 5 tahun.
Pada pertengahan usia, 10 % pada orang kulit putih dan
sekitar 20% pada wanita berkulit putih. lebih sering < 50
tahun. Onset klinikal berkisar antara umur 15-35 tahun.
Predileksi
tempat yang paling sering terkena adalah fissula ante
fenestram yang terletak di anterior jendela oval (80%-90%).

PENATALAKSANAAN
Amplifikasi
Alat Bantu dengar baik secara unilateral atau
bilateral
Terapi Medikamentosa
Brooks menyarankan penggunaan florida
yang dikombinasi dengan 400 U vitamin D
dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar teori
bahwa vit D dan CaCO3 akan memperlambat
lesi dari otosklerosis.

PENATALAKSANAAN
Terapi Bedah

Pembedahan akan membutuhkan


penggantian seluruh atau sebagian dari
fiksasi stapes = stapedectomy

PROGNOSIS
Pemeriksaan garpu tala preoperative
menentukan keberhasilan dari tindakan
bedah, diikuti dengan alat-alat bedah dan
teknik pembedahan yang digunakan ikut
menentukan prognosis.

HEMOTIMPANUM

Hemotimpanum dapat diartikan terdapatnya

darah pada kavum timpani dengan membrana


timpani berwarna merah atau biru.
Keadaan ini dapat menyebabkan tuli
konduktif, biasanya ada sensasi penuh atau
tekanan.

Pada umumnya hemotimpanum disebabkan

oleh epistaksis, gangguan darah dan trauma


tumpul kepala. Dan yang paling dilaporkan
adalah hemotimpanum yang terjadi akibat
trauma kepala. Barotrauma dapat juga
menyebabkan hemotimpanum.

PEMERIKSAA
N

GARPU TALA
1. Tes Rinne
Penilaian :
hantaran udara lebih lama dari hantaran
tulang = tuli sensorineural / normal.
masih terdengar = Rinne (+).
tidak terdengar = Rinne (-)

GARPU TALA
2. Tes Weber
Penilaian :
Bila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah
satu telinga = Weber lateralisasi ke telinga tersebut.
Bila tidak dapat dibedakan kearah telinga mana
bunyi terdengar lebih keras = Weber tidak ada
lateralisasi.
Bila lateralisasi ke telinga yang sakit = tuli konduktif.
Bila lateralisasi ke telinga yang sehat = tuli perseptif

GARPU TALA
3. Tes Schwabach
Penilaian :
Bila pemeriksa masih dapat mendengar = Schwabach
memendek (tuli sensoris),
bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan
diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakan
pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi = Schwabach
memanjang (tuli konduktif)
bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama
mendengarnya =Schwabach sama dengan pemeriksa.

GARPU TALA
4. Tes Bing ( tes Oklusi)
Penilaian :
Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang
ditutup = telinga tersebut normal.
Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak
bertambah keras = tuli konduktif.

GARPU TALA
5. Tes Stenger
Penilaian :
Apabila kedua telinga normal karena efek
masking, hanya telinga yang pura-pura tuli
yang mendengar bunyi ; jadi telinga yang
normal tidak akan mendengar bunyi.
bila telinga yang sakit memang tuli, maka
telinga yang normal tetap mendengar bunyi.

GARPU TALA
Tes Rinne

Tes Weber

Tes Schwabach

Diagnosis

Positif

Tidak ada lateralisasi

Sama dgn pemeriksa

Normal

Negatif

Lateralisasi ke telinga yangsakit

Memanjang

Tuli konduktif

Positif

Lateralisasi ke telinga yangsehat

Memendek

Tuli sensorineural

TES BERBISIK
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif,

menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal


yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup
tenang, dengan panjang minimal 6 meter.
Nilai normal tes berbisisk 5/6-6/6

AUDIOMETRI NADA MURNI


Mengukur ketajaman pendengaran
Menentukan lokalisasi kerusakan anatomis

yang menimbulkan gangguan pendengaran.

AUDIOMETRI NADA
MURNI
Perlu dipahami hal-hal seperti ini: nada murni,

bising NB(narrow Band ) dan WN (white


noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang
dengar, nilai nol audiometrik, standar ISO dan
ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat
ketulian serta gap dan masking.

AUDIOMETRI NADA
MURNI
Derajat ketulian menurut ISO :
0 -25 Db : normal
26-40 dB : tuli ringan
41-60 dB : tuli sedang
61-90 dB : tuli berat
>90 dB
: tuli sangat berat

TIMPANOMETRI
Timpanometri merupakan sejenis audiometri,

yang mengukur impedansi (tahanan terhadap


tekanan) pada telinga tengah.

TIMPANOMETRI
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah
masalahnya berupa:
penyumbatan tuba eustachius
cairan di dalam telinga tengah
kelainan pada rantai ketiga tulang
pendengaran yang menghantarkan suara
melalui telinga tengah.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai