Disusun Oleh:
CITRA KARTIKA SARI (1610721004)
BAB I
LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Telinga bagian dalam berasal dari jaringan embriologi yang terpisah sama sekali dari
telinga bagian tengah dan bagian luar, sehingga hampir selalu normal pada pasien
dengan mikrotia. Dengan kata lain kehilangan pendengaran pada pasien mikrotia
atau adalah tulang konduktif.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian antara telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 1/2 -3cm.
b. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : memban timpani
Batas depan : tuba eusthachius
Batasan bawah : vena inguilaris
Batasan belakang :aditus ad antrum, kanalis fisialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani
Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah semi sirkularis horizontal
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane shrownel) sedangkan
bagian bawah pars tensa (membrane propia). Pars plaksida hanya berlapis
dua yaitu bagian luar ialah lanjutan epital kulit liang telinga dan bagian
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.
Proseouslongus maleus melekat pada membrane timpani, muleus melekat
pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap
lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang
persendian.
c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang teridiri dari koklea yang berupa dua
setengah lingkaran. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrena,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibula. Pada
skala media terdapat bagian yang berbentuk yang disebut mbrane tektoria,
dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari
Mekanisme pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke kortekspendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
2. PENGERTIAN
Microtia terbentuk dari dua kata yaitu micro yang artinya kecil dan otia yang
artinya telinga. Sehingga microtia didefinisikan sebagai bentuk telinga luar yang
kecil, abnormal atau bahkan suatu kondisi tanpa adanya telinga luar. Jika terjadi
pada satu telinga akan disebut sebagai unilateral microtia. Sedangkan apabila
terjadi pada dua telinga akan disebut debagai bilateral microtia. Bentuk unilateral
lebih banyak terjadi jika dibandingkan dengan yang bilateral (kurang lebih 90%
angka kejadian microtia adalah unilateral).
3.
ETIOLOGI
Sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya
Microtia. Tapi hal-hal berikut harus di perhatikan oleh ibu hamil trimester
pertama kehamilan.
a. Faktor makanan
b. Stress
c. Kurang gizi pada saat kehamilan
d. Genetik bisa menjdai salah satu factor penyebab microtia tapi belum
pernah diketahui bagaimana genetik bisa mempengaruhi / menjadi faktor
penyebab Microtia.
Ukuran posisi artikula, serta lekuknya penting dalam evaluasi keberhasilan
rekontruksi aurikula. Rangka telinga dibentuk dari tandur iga, yang disesuaikan
dengan tinggi telinga sisi normal dan lebar telinga. Aurikuloplasti tahap
pertama, yaitu membentuk rangka telinga dan menanamnya pada daerah
subkutis telinga. Tahap kedua setelah 12 minggu dilakukan elavasi rangka
telinga.
4.
PATOSFIOLOGI/PHATWAY
Faktor genetik
Makanan
Stress
Kurang gizi (trimester pertama)
Kelainan pada telinga,
tidak terbentuknya liang telinga
unilateral microtia
(kelainan pada satu telinga)
telinga)
BAHB (Bone Anchor Hearing Baid)
5.
MANIFESTASI KLINIS
Ada tiga kategori penting menilai kelainan daun telinga dengan cepat.
DepartemeN THT FKUI/RSCM menemukan kriteria menurut Aguilar dan
Jahrsdocler, yaitu:
a. Derajat1 : jika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil. Tidak
di perlukan prosedur operasi untuk kelainan daun telinga ini. Telinga
berbentuk lebih kecil dari telinga normal. Semua struktur telinga luar ada
pada grade 1 ini, yaitu : kita bisa melihat adanya lobule, helix dan anti
helix. Grade 1 ini dapat disertai dengan lubang telinga luar (external
auditory canal)
b. Derajat 2 : jika terdapat defisiensi struktur telinga seperti tidak
terbentuknya skapa, lobul, helika atau konka. Ada beberapa struktur
normal telinga yang hilang. Namun masih terdapat lobul dan sedikit
bagian dari helix dan anti helix
c. Derajat 3 : terlihat seperti berbentuk kacang tanpa struktur telinga atau
anotia. Kelainan ini membutuhkan proses operasi konstruksi dua tahap
atau lebih. Kelompok ini diklasifikasikan sebagai mikrotia klasik.
6.
KOMPLIKASI
Infeksi
Hematome
Kehilangan kulit
7.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Usia pasien menjadi pertimbangan operasi, minimal berumur 6-8 tahun. Pada usia
ini kartilago tulang iga sudah cukup memadai untuk dibentuk sebagai rangka
telinga dan telinga sisi normal telah mencapai pertumbuhan maksimal sehingga
dapat digunakan sebagai contoh rangka telinga. Pada usia ini daun telinga
mencapai 80-90% ukuran dewasa.
Terdapat tiga model rangka telinga untuk operasi rekontruksi, antara lain:
a. Tandar autologus, yaitu rekrontuksi menggunakan kartilago autologeus,
telah menjadi standar oprasi rekrontuksi karena tandur diterima dengan
baik dan tidak terjadi reaksi penolakan jaringan.
b. Prosthetic framework, bila rekrontruksi menggunakan rangka silikon atau
goretex. Metode ini sering menimbulkan koplikasi nekrosis. Integritas
jaringan host dengan bahan prostetik masih m,emerlukan penelitian lebih
lanjut.
c. Rekrontruksi prostetik
Dibawah ini adalah tiga pilihan untuk rekrontuksi mikrotia
1. Rekrontuksi autogenik
2. Gabungan rekrontuksi autogenik dan aloplastik menggunakan sebuah
kerangka telinga aloplastik
3. Rekrontruksi prostetik
Rekontruksi autogenik
Dua teknik utama yang menjelaskan untuk rekrontuksi autogenik dari aurikel
yang menggunakan kerangka kartilago dari tulang rusuk adalah Brent dan
teknik Nagata.
Teknik Brent melibatkan 4 tahapan:
1) Pembuatan dan penempatan dari kerangka aurikuler kartilago tulang
rusuk.
2) Rotasi dari lobulus telinga yang salah posisi menjadi posisi yang benar
3) Pengangkatan dari aurikel yang di rekonstruksi dan pembuatan dari
ulkus retroarikuler
Rekronstruksi Protestik
Sebuah operasi untuk alternatif untuk operasi rekonstruksi telinga adalah
dengan menggunakan prostetik aurikuler. Pada beberapa pasien, ini
merupakan akternatif yang tepat. Protestik aurikuler digunakan untuk
menghindari semua operasi telinga dalam.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. Suku
f. Alamat
a. Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :
Posturografi: tes Romberg yang di pertajam, past pointing test, Manuver
Nylen-Barany atau Dix-Hallpike
Tes kalorik
Saraf-saraf kranial
Fungsi motorik dan sensorik
b. Keadaan umum
1. Pemeriksaan persistem
Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
Sistem pernafasan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
Sistem pernafasan
Adakah gangguan pernafasan
Sistem kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung
Sistem gastrointestinal
Adakah nausea dan muntah
Sistem integumen
Sistem reproduksi
Sistem perkemihan
2. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan
keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
Pola aktifitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi yang dapat memicu vertigo
Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
Pola eliminasi
Pola tidur dan istirahat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah b.d hambatan fungsi pendengaran
2. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang pendengaran bagian dalam
3. Kurang aktivitas b.d menarik diri dari lingkungan
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah b.d hambatan fungsi pendengaran
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien tidak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil:
a. Mengungkapkan penerimaan diri
b. Komunikasi terbuka
c. Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
INTERVENSI
a) Memfasilitasi perkembangan penampilan positif pada situasi
tertentu
b) Membantu pasien meningkatkan penilaian penghargaan terhadap
diri sendiri
c) Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri
d) Pantau pernyatan pasien tentang harga diri
KOLABORASI
Spesialis psikiatrik klinis
2. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang pendengaran bagian dalam
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien tidak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil:
a. Menerima pesan melalui metode alternative
b. Mengerti apa yang diungkapkan
Daftar Pustaka
Lynda, J, Carpenito.2001.Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Thome, Charles H.2007.Otoplasty and Ear Reconstruction.edisi ke-6