Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

MICROTIA BIL

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Microtia berarti "telinga kecil" dan terjadi pada kira-kira 1:
6000-12,000 kelahiran Microtia adalah bawaan (saat lahir) dan dapat
mempengaruhi satu atau kedua telinga. Setiap anak yang lahir dengan
mikrotia harus dievaluasi di Pusat Craniofasial untuk menyingkirkan
kondisi lain seperti mikrosomia hemifacial atau sindrom Treacher
Collins.

2. Etiologi
Saat ini tidak ada gen spesifik yang diidentifikasi menyebabkan
kondisi ini. Beberapa obat telah dikaitkan dengan mikrotia, tapi ini
sulit dibuktikan. Satu hipotesis adalah bahwa pembuluh darah kecil
(arteri stapedial) melenyapkan atau berdarah di dekat telinga yang
sedang berkembang, menyebabkan penurunan aliran sel penting dalam
perkembangan telinga.
Ukuran, posisi aurikula, serta lekuknya penting dalam evaluasi
keberhasilan rekonstruksi aurikula. Rangka telinga dibentuk dari
tandur iga, yang disesuaikan dengan tinggi telinga sisi normal (Sa-sba)
dan lebar telinga (Pra-pa). Aurikuloplasti tahap pertama, yaitu
membentuk rangka telinga dan menanamnya pada daerah subkutis
telinga. Tahap kedua setelah 12 minggu, dilakukan elevasi rangka
telinga.
3. Manifestasi Klinis
Ada tiga kategori penting yang memudahkan menilai kelainan daun
telinga dengan cepat. Departemen THT FKUI/RSCM menggunakan
kriteria menurut Aguilar dan Jahrsdoerfer,1 yaitu:
a. Derajat I: jika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil.
Tidak diperlukan prosedur operasi untuk kelainandaun telinga ini.
Telinga berbentuk lebih kecil dari telinga normal. Semua struktur
telinga luar ada pada grade I ini, yaitu kita bisa melihat adanya
lobule, helix dan anti helix. Grade I ini dapat disertai dengan atau
tanpa lubang telinga luar (external auditory canal).
b. Derajat II: jika terdapat defisiensi struktur telinga seperti tidak
terbentuknya skapa, lobul, heliks atau konka. Ada beberapa
struktur normal telinga yang hilang. Namun masih terdapat lobule
dan sedikit bagian dari helix dan anti helix.

c. Derajat III: terlihat seperti bentuk kacang tanpa struktur telinga


atau anotia.Kelainan ini membutuhkan proses operasirekonstruksi
dua tahap atau lebih. Kelompok ini diklasifikasikan sebagai
mikrotia klasik. Sebagian besar pasien anak akan mempunyai
mikrotia jenis ini. Telinga hanya akan tersusun dari kulit dan
lobulus yang tidak sempurna pada bagian bawahnya. Biasanya juga
terdapat jaringan lunak di bagian atas nya, dimana ini merupakan
tulang kartilago yang terbentuk tidak sempurna. Biasanya pada
kategori ini juga akan disertai atresia atau ketiadaan lubang telinga
luar.
4. Kondisi Pendengaran
Anak-anak biasanya dapat mendengar meskipun telinga luar tidak
ada, seperti telinga bagian dalam biasanya terbentuk. Sebagian besar
anak kehilangan sekitar 40-50% dari pendengaran mereka. Namun,
anak-anak melakukannya dengan baik dengan perkembangan wicara
yang relatif normal karena telinga kontralateral normal. Masalah utama
anak-anak dengan mikrotia adalah dengan melokalisasi suara.
5. Jenis Microtia
Microtia dibagi menjadi empat klasifikasi berdasarkan bagaimana
telinga terpengaruh:
a. Kelas 1 - Ini adalah bentuk yang paling ringan, dengan telinga
yang terpengaruh lebih kecil dari biasanya.
b. Kelas 2 - Dalam jenis mikrotia ini, beberapa fitur normal dari
telinga luar hilang.
c. Grade 3- Ini adalah bentuk mikrotia yang paling umum dimana Di
sini, telinga yang terkena hanya terdiri dari embel-embel vertikal
kulit dan tulang rawan.
d. Anotia - Ini adalah jenis mikrotia yang paling parah dengan tidak
adanya telinga.
6. Pengobatan untuk Microtia
a. Awal:
Anak Anda akan terlihat oleh tim kraniofasial untuk
pemeriksaan pendengaran reguler. Kami juga menyarankan agar
orang tua mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada sisi normal,
karena menjaga kesehatan gendang telinga yang berlawanan sehat
sangat penting.
b. Perbaikan bedah:
Pengobatan mikrotia melibatkan pembentukan telinga
luar. Dua pilihan tersedia untuk membangun telinga, implan
sintetis (MEDPOR) atau tulang rusuk anak Anda sendiri
(rekonstruksi autologous). Kelebihan dan kekurangan masing-
masing metode akan dibahas selama kunjungan kantor.
Prosedur pembedahan biasanya dimulai saat anak Anda berusia
6-8 tahun karena dua alasan: telinga telah mencapai 85-90%
ukuran orang dewasa dan anak Anda memiliki tulang rawan tulang
rusuk yang cukup untuk digunakan ahli bedah untuk membangun
telinga. Telinga direkonstruksi selama serangkaian dua sampai tiga
operasi.
Tehnik pembedahan:
1) Teknik Standar untuk Microtia Unilateral (Satu sisi)
Biasanya dilakukan pada saat anak berumur 6-7 tahun.
Pada umur-umur ini biasanya anak mempunyai lingkar dada
yang cukup lebar dan terdapat cukup tulang rawan dari iga
untuk diambil sebagai graft. Jika anak mamsih terlalu kecil
sebaiknya operasi ditunda untuk setahun lagi. Namun jika ada
seorang anak umur 5 tahun yang mempunyai lingkar dada yang
cukup untuk dilakukan graft, operasi kemungkinan bisa
dilaksanakan karena bisa didapatkan jumlah tulang rawan yang
cukup. Waktu yang idel adalah waktu liburan kenaikan kelas
dari kelas satu ke kelas dua. Selain terdapat cukup waktu untuk
penyembuhan, anak juga belum merasa terganggu pada tahun
pertama dia bersekolah
2) Teknik standar untuk Microtia Bilateral (dua sisi)
Operasi pada kasus ini sebaiknya juga dilakukan pada saat
anak berumur 6-7 tahun. Sangat penting untuk memulai operasi
dengan melakukan rekonstruksi telinga luar sebelum
melakukan rekonstruksi telinga tengah (lubang saluran
pendengaran). Hal ini disebabkan karena proses pembentukan
telinga luar akan membantu proses vaskularisasi di telinga
tengah, sehingga proses pembuatan lubang dan proses
penyembuhan akan berlangsung lebih baik. Fokus operasi
sebaiknya dilakukan pada satu telinga terlbih dahulu. Karena
anak-anak ini mempunyai ketergantungan pada konduksi
tulang, proses pembuatan saluran pendengaran akan membantu
si anak dalam melepaskan ketergantungan terhadap alat bantu
pendengaran.
3) Tanpa Operasi
Selama fungsi pendengaran anak baik, biasanya si anak
akan relatif hidup normal. Banyak juga terdapat orang dewasa
yang hidup normal dengan microtia tanpa pernah di operasi
untuk koreksi. Namun akan banyak tantangan emosional dan
psikologis yang mungkin akan dihadapin oleh anak seiring
dengan perkembangan usia. Biasanya hal ini terjadi pada usia
remaja.
4) Ear prostethic
5) Ear implant

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Identitas pasien
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat persalinan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Sakit Ringan/ Gizi Cukup/ Composmentis
b. Status Vitalis
TD: 110/70 mmHg HR: 88x/mnt P: 24x/mnt S: 36,8oC
c. Status Lokalis
Regio Auricula (D)
I: Tampak ukuran daun telinga lebih kecil dibandingkan telinga
sebelah kiri. Tidak terdapat lubang telinga pada sisi kanan.
4. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium
LAPORAN PENDAHULUAN
REKONSTRUKSI BIL

Usia pasien menjadipertimbangan operasi, minimal berumur 6–8tahun.


Pada usia ini, kartilago tulang iga sudahcukup memadai untuk dibentuk sebagai
rangka telinga dan telinga sisi normal telah mencapaipertumbuhan maksimal,
sehingga dapat digunakan sebagai contoh rangka telinga. Pada usia ini daun
telinga mencapai 80–90% ukuran dewasa.
Dengan tidak adanya tulang rawan daun telinga, pembedahan rekonstruksi
jarang menghasilkan kosmetik yang memuaskan. Prostesis yang artistik adalah
pemecahanyang paling baik untuk kosmetiknya. Pada kelainan unilateral dengan
pendengaran normal dari telinga telinga sisi lain, rekonstruksi telinga tengah tidak
dianjurkan, tetapi bila terjadi gangguan pendengaran bilateral, dianjurkan
rekonstruksi telinga tengah.
Terdapat tiga model rangka telinga untuk operasi rekonstruksi, antara lain:
1. tandur autologus, yaitu rekonstruksi menggunakan kartilago
autologus, telah menjadi standar operasi rekonstruksi karena tandur
diterima dengan baik dan tidak terjadi reaksi penolakan jaringan.
2. prosthetic framework, bila rekonstruksimenggunakan rangka
silikon atau goretex. Metode ini sering menimbulkan komplikasi
nekrosis. Integritas jaringan host dengan bahan prostetik masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
3. prosthetic ear replacements.

Di bawah ini adalah tiga pilihan untuk rekonstruksi mikrotia:


1. Rekonstruksi Autogenik
Dua teknik utama yang menjelaskan untuk rekonstruksi autogenik dari
aurikel yang menggunakan kerangka kartilago dari tulang rusuk
adalah teknik Brent dan teknik Nagata.
Teknik Brent melibatkan empat tahapan:
a. Pembuatan dan penempatan dari kerangka aurikuler
kartilago tulang rusuk.

Gambar: Pemuatan dari kerangka telinga dari kartilago tulang rusuk.


Teknik brent tahap 1. A: Blok dasar diperoleh dari sinkondrosis dari dua
kartilago tulang rusuk. Pinggrian heliks dipertahankan dari sebuah
kartilago rusuk yang “mengambang”. B: Mengukir detail menjadi dasar
menggunakan gouge. C: Penipisan dari kartilago tulang rusuk untuk
membuat pinggiran heliks. D: Mengaitkan pinggiran ke blok dasar
menggunakan benang nilon. E: Kerangka selesai(4)

Gambar
1. :.Rotasi
Pemasangan
dari dari kerangka
lobulus telingayang
telinga teknik salah
Brent tahap 1. A:
posisi Tanda preoperative
menjadi menandakan
posisi yang
lokasi yang diinginka dari kerangka (garis lurus) dan pelebaran dari pembedahan yang diperlukan (garis
putus-putus). B: Pemasangan dari kerangka kartilago. C: Tampilan setelah tahap pertama. Kateter
benar.
suction digunakan untuk menghisap kulit ke dalam jaringan interstisial dari kerangka.
A B C
Gambar 8. Elevasi dari kerangka dan
skin graft menjadi sulkus. Teknik
Brent tahap 3. A: Insisi dibuat
dibelakang telinga. B: Kulit kepala
retroaurikuler dimajukan ke sulkus
jadi graft akhir tidak akan terlihat.
C: Graft yang tebal pada permukaan
medial yang tidak tersembunya dari
aurikel.

Gambat:. Rotasi dari lobules.


Teknik Brent tahap 2. Lubang
telinga di rotasi dari malposisi
vertical menjadi posisi yang benar
di aspek kaudal dari kerangka. A:
Desain dari rotasi lobus dibuat
dengan incise yang dapat
digunakan di tahap 4, konstruksi
A B
tragus. B: Setelah rotasi dari
lobules.(4)

b. Pengangkatan dari aurikel yang di rekonstruksi dan


pembuatan dari sulkus
c. Pendalaman dari konka dan pembuatan tragus.
Gambar: Konstruksi dari tragus. Teknik Brent tahap 4. A: Graft konka diambil dari dinding
konka posterior dari telinga yang berlawanan. B: Insisi bentuk L dibuat dan graft diamasukkan
dengan permukaan kulit di bawah. C: Graft sembuh dengan baik(3)

Teknik Nagata dilakukan dalam dua tahapan:


1. Pembuatan kerangka aurikuler termasuk tragus dan rotasi dari
lobules ke posisi yang benar. (dengan kata lain menggabungkan
tahap 1,2, dan 4 dari teknik Brent)

Gambar: Pembuatan kerangka


kerangka telinga dari kartilago tulang
rusuk. Teknik Nagata tahap 1. A.
Secaa garis besar mirip dengan Brent,
dasar dan detailnya di buat dari
sinkrondosis dari 2 tulang rusuk. B:
Empat buah kartilago yang membuat
kerangka kartilago diberikan nomor.
Dasar dan pinggiran heliks seperti
pada teknik Brent. Terdapat potongan
antiheliksa-fossa triangular tambahan
dan ada tambahan potongan tragus-
antitragus yang khas pada prosedur
Nagata.
A B
B
A

D
C

Gambar: Penempatan dari kerangka kartilago, teknik Nagata tahap 1. A: Insisi


di desain, mengambil sebagian besar dari kulit di permukaan medial dari
lobulus yang akan dibutuhkan untuk membentuk garis konka. B: Kantung di
bedah, membuat pedikel yang intak di ujung kaudal dari flap. C: Kerangka di
masukkan. D: Tampilan dari kerangka setelah tahap 1. Drain suction
ditempatkan untuk menghisap kulit yang berada dibawah kartilago.
d. Elevasi dari rekonstruksi telinga dan pembuatan dari sulkus
retroaurikuler.

A B C

Gambar:. Pengangkatan dari kerangka. Teknik Nagata tahap 2. A: Aurikel


diangkat, kulit kepala dibuat menjadi sulkus, dan kulit yang dipindahkan di
tutup dengan flap temporoparietal dan skin graft. B: Skin graft berada di
tempatnya. Nagata menjelaskan kegunaan dari ketebalan kulit yang dipisah ,
tetapi penulis telah memperhatikan penyusutan yang drastic dari graft yang
tipis dan menyarankan graft yang sangat tebal. C: Pemotongan melintang
menunjukkan bahwa gaft kartilago berada pada tempatnya menyediakan
gambaran sebagaimana flap temporoparietal menutupi flap temporoparietal.

2. Rekonstruksi Alloplastik
Sejumlah material telah pernah digunakan untuk membuat
kerangka aurikuler. Sekarang ini, bahan yang paling sering digunakan
adalah silastik atau cetakan polietilen yang bisa menyerap. Kerangka
alloplastik memiliki resiko yang lebih tinggi untuk erosi dan eksposur
dibandingkan dengan autogenus. Faktor yang berkontribusi terhadap
tingginya resiko ekstrusi adalah jaringan luka, kulit yang terlalu tipis,
tekanan pada implan, trauma dan infeksi. Walaupun begitu, dengan
penutupan jaringan lunak yang adekuat, seperti flap temporoparietal
fasial, kerangka alloplastik dapat digunakan dengan sukses. Banyak
penulis merasa bahwa rekonstruksi alloplastik merupakan pilihan
kedua setelah kartilago tulang rusuk. (2,4)

3. Rekonstruksi Prostetik
Sebuah alternatif untuk operasi rekonstruksi telinga adalah dengan
menggunakan prostetik aurikuler. Pada beberapa pasien, ini
merupakan alternatif yang tepat. Prostetik aurikuler digunakan untuk
menghindarkan semua operasi telinga dalam. Pasien dengan ciri-ciri
dibawah ini sebaiknya di pikirkan untuk prostetik aurikuler:(3,5)
 Kehilangan aurikel yang banyak setelah pengangkatan kanker
 Tidak adanya telinga ½ bagian di bawah
 Buruknya kualitas dari jaringan lokal
 Pasien dengan resiko tinggi untuk anastesi umum
 Pasien yang sulit diatur
 Tindakan penyelamatan setelah rekonsruksi yang gagal.
Implan titanium dari gabungan tulang merupakan yang pertama
ditanamkan pada tulang mastoid. Setelah implant telah sembuh secara
sempurna, dibuatlah prostetik silicon aurikuler yang sesuai dengan
telinga yang lain. Gabungan titanium ditonjolkan melalui tempelan
kulit ke prostetik dengan mekanisme tertentu. Lem tidak diperlukan.
Prostetik bisa di keluarkan dengan mudah dan area tersebut dapat
dibersihkan.(4)

Alloplastic Rekonstruksi
Silicone:
a. Good initial result
b. Poor long term result secondary to implant exposure
c. Minor trauma can cause implant failure
Medpor:
Good short term (2 years) result in combination of temporoparietal
fascia flap

Prosthetic Rekonstruksi
integrated anchoring device: approved extraoral use by FDA in
1995
Indication:(5)
 Failed autogenous reconstruction
 Sever soft tissue/skeletal hypoplasia
 Low or unfavorable hairline
 Acquired total or subtotal auricular defect, usually in adults
 Prosthesis changes every 2 to 5 years
 Meticulous hygiene at skin/implant interface
 Preclude future autogenous reconstruction
DAFTAR PUSTAKA

Thorne, Charles H. Otoplasty and Ear Reconstruction. In Thorne CH et al eds,


Grabb and Smith’s Plastic Surgery, edisi ke-6, 2007, Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Leach J.L.. Ear Reconstruction. [article on internet]. 2011. [cited on March 2018].
Available on: http://www.emedicine.medscape.com
Sarkissian, Raffi der. Otoplasty. In Dolan, W editor. Facial Plastic,
Reconstructice, and Trauma Surgery, 2005, Marcell-Decker, New York.
Kryger, Zol B. Mikrotia Repair. In Kryger, ZB. Practical Plastic Surgery. 2007.
Landes Biosciense, Texas
Throne C.H. Information about microtia/ aural atresia [article on internet]
2011.[cited on March 2012]. Available on: http://www.microtia.com

Anda mungkin juga menyukai