TEBAK GAMBAR
Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
Maret 2019
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui
............................................ ........................................
SATUAN ACARA BERMAIN
Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di
Rumah Sakit dengan Cara Stimulasi Kognitif dan
Bicara Bahasa
Waktu : 30 menit
Peserta :
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Empu
Tantular yang memenuhi kriteria:
Anak usia 3 – 6 tahun
Tidak mempunyai keterbatasan fisik
Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari : anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang
didampingi keluarga
1. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat
mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap
perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda.
1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Gambar Hewan dan Benda disekitar
b. Hadiah
4. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader : Anty Bella S
b. Co leader : Tazkia Ayu S, Yayuk Churniasih
c. Fasilitator : Tazkia Ayu S.
Anty Bella S.
Yayuk Churniasih
1) Peran Leader
Mengkoordinasi seluruh kegiatan
Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi
Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
2) Co Leader
Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
Membantu memimpin jalannya kegiatan
Menggantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan
yang akan dilakukan
Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak
agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
Membimbing kelompok selama permainan
4) Observer
Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
2. Setting tempat (gambar/denah ruangan)
Keterangan:
: Leader
: Co leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Orang tua
3. Kegiatan bermain
5. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
Terapi dapat berjalan dengan baik
Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
Anak dapat mengembangkan bicara dan bahasa serta kognitif
dengan menebak gambar dengan sesuai
Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
terapi bermain
Lampiran materi:
A. Pengertian
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi
Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap
harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan
pada anak di rumah sakit.
Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih
jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang
ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa
nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang
dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari
(Wong, et al, 2008).
Menurut Whaley & Wong (2004), tehnik bermain untuk anak yang dirawat di
rumah sakit adalah menyediakan alat mainan yang merangsang anak bermain dan
memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain dan menghindari interupsi
dengan apa yang dilakukan anak.
Menurut Wong, et al (2008), bermain pada anak yang bisa diterapkan pada prosedur
atau yang melibatkan kegiatan rutin rumah sakit dan lingkungan adalah dengan
menggunakan permainan bahasa, misalnya dengan mengenalkan gambar dan kata-
kata yang berhubungan dengan rumah sakit, serta orang-orang dan tempat sekitar.
Kemudian memberikan kesempatan pada anak untu menulis, menggambar dan
mengilustrasikan cerita. Caltworthy (1999 dalam Wong, et al 2008), mengatakan
meskipun interpretasi gambar anak membutuhkan pelatihan khusus, dengan
mengobservasi berbagai perubahan dalam serangkaian gambar anak dari waktu ke
waktu dapat membantu dalam mengkaji penyesuaian psikososial dan koping.
Bermain dalam prosedur rumah sakit juga dapat dilakukan dengan cara penerapan
pemahaman anak dengan memberikan ilmu pengetahuan. Tutorial khusus yang
diterima anak dapat membantu mereka meningkatkan pelajarannya dan
berkonsentrasi pada objek-objek yang sulit, misalnya dengan mengajarkan anak
sistem tubuh, lalu buatkan gambarnya, dan anjurkan anak mengidentifikasi sistem
tubuh yang melibatkan masalah kedokteran. Contoh lain dengan menjelaskan
nutrisi secara umum dan alasan menggunakan diet, serta mendiskusikan tentang
pengobatan anak (Wong, et al, 2008).
Sedangkan aktivitas bermain pada anak yang bisa diterapkan pada prosedur khusus
adalah dengan menggunakan cangkir obat yang kecil dan didekorasi, memberikan
minuman yang dicampur perwarna minuman dengan menggunakan sedotan yang
menarik. Hal ini memberikan arti pentingnya intake cairan bagi anak. Untuk
melatih pernafasan anak, perawat dapat memberikan balon untuk ditiup atau
mengajarkan anak membuat gelembung dengan air (Wong, et al, 2008).
Memberikan injeksi merupakan hal yang paling menakutkan bagi anak. Untuk
mengurangi stres anak terhadap hal tersebut, perawat dapat melatih anak dengan
membiarkan memegang syringe yang bersih tanpa jarum dan mengajarkan anak
menggambar seorang anak telah diberikan suntikan (Wong, et al, 2008).
Alat mainan dapat diberikan pada anak dalam keadaan kondisi sakit ringan, dimana
anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang minimal.
Pengamatan dekat dan tanda vital serta status dalam keadaan normal dan kondisi
sakit sedang, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan
pengobatan yang sedang, pengamatan dekat dan status psikologis dalam keadaan
normal. Sedangkan anak dalam keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas
bermain karena anak berada dalam status psikologis dan tanda vital yang belum
normal, anak gelisah, mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat
(Whaley & Wong, 2004).
Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai seperti
balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau sendok, kotak
musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi. Sedangkan saat anak
sakit sedang, mainan yang dapat diberikan berupa kotak musik, giring-giring yang
dipegang, boneka yang berbunyi (Wong, et al, 2008).
Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-balok, mainan bermusik, alat
rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas, crayon, dan manik-manik
besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat mengalami sakit yang ringan.
Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan
dapat berupa mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku
bergambar, dan manik-manik besar (Wong, et al, 2008).
Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat
diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki,
menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan
bermusik dan majalah anak-anak. Dan saat anak pra sekolah mengalami sakit
sedang, mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan,
buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St
Louis : Mosby year book
Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Samiasih, Amin. (2007). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman
Rumah Sakit Roemani Semarang. Terdapat pada :
http://www.academia.edu/3585452/PENGARUH_TERAPI_BERMAIN_T
ERHADAP_TINGKAT_KECEMASAN_ANAK_USIA_PRASEKOLAH
_SELAMA_TINDAKAN_KEPERAWATAN_DI_RUANG_LUKMAN
RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG. Diakses pada tanggal 6 Maret
2019