Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

I. MASALAH UTAMA KEPERAWATAN


Gangguan proses pikir : waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
yag lain tidak berkeyakinan sama dan kontraindikasi dengan realitas sosial. (Stuart, 2016
: 88 )

B. Penyebab
Adapun faktor-faktor penyebab waham antara lain
a. Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yangmaladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.Pada pasien dengan waham,pemeriksa MRI
menunjukkan bahwa derajat lobus temporal tidak simetris.Akan tetapi
perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan
melibatkan komponen degeneratif dari neuron.
Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan
sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena
terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan.
b) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.

ANANDA SILVI/ P17210173041


c) Pemicu
Gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti: gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan
terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal,
kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
b. Faktor Predisposisi
a) Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak
dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi
yang umumnya diobservasi pada psikosis.
b) Teori Psikososiala.
a. Teori sistem keluarga menggambarkan perkembangan skizofrenia
sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara suami
istri mempengaruhi anak.Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu
kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan
anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada
orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana
ANANDA SILVI/ P17210173041
dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan
dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya
terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu
ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi
lebih lemahpenggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu
kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam
kepribadian.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan Gejala waham adalah :
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya,menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada
orang lain dan gelisah.
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran,ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal

ANANDA SILVI/ P17210173041


e. Adapun sistem wahamnya,pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
f. Klien dengan waham,tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap kecuali
pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya,kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu,masa sekarang dan yang direncanakan.

Jenis jenis saham :


Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku
berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya punya tambang
emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari”

ANANDA SILVI/ P17210173041


d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

D. Rentan Respon

E. Proses dan Fase terjadinya Waham


Proses TerjadinyaWaham
 Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan
 Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang menyalah
artikan kesan terhadap kejadian
 Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat
diterima menjadi bagian eksternal
 Individu memberikan pembenaran atau interpretasi personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain.
Adapun fase-fase terjadinya waham berdasarkan teori hierarki maslow adalah sebagai
berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

ANANDA SILVI/ P17210173041


 Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau cemas secara berlebihan tentang
tubuh atau kesehatannya, klien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya
aneh dan tidak nyata, klien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya,
klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain, klien berpikir bahwa
pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar, klien
menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin
bahwa orang lain dapat membaca pikirannya. Oleh karena itu, penderita waham
akan merasa keamanan diirnya terancam oleh lingkungan eksternal
c. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial ( Isolasisosial). Peran
keluarga sangat diperlukan oleh seseorang penderita gangguan proses pikir, namun
pada faktanya banyak diantara kelarga yang jarang memperdulikan keluarganya
ketika salah satu anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan proses pikir.
Sehingga, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying tidak akan terpenuhi
d. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
 Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
e. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Pada dasarnya, pengakuan diri dari masyarakat luas sangat dibutuhkan oleh individu.
Namun pada faktanya penderita cenderung merasa disingkirkan oleh orang lain dan
merasa kesepian, hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain, perpisahan
dengan orang yang dicintainya, kegagalan yang sering dialami, keturunan paling
ANANDA SILVI/ P17210173041
sering pada kembar satu telur, sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak
sehat, misalnya menyalahkan orang lain.

F. POHON MASALAH

Efek Kerusakan Resiko tinggi menciderai diri,


komunikasi verbal orang lain, dan lingkungan

Faktor pencetus:
Gangguan proses 1. Proses pengolahan
Core Problem pikir: waham informasi yang
berlebihan
2. Mekanisme
penghantaran
listrik yang
abnormal
Causa
Harga diri rendah 3. Adanya gejala
pemicu

Faktor penyebab:
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmitter
4. Virus
5. Psikologis

ANANDA SILVI/ P17210173041


III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PROSES PIKIR: WAHAM
A. PENGKAJIAN
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk
mengkaji pasien dengan waham
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi


yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling
percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Gangguan Proses Pikir : Waham akibat kerusakan komunuikasi verbal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Proses Pikir : Waham berhubungan denga kerusakan komunikasi verbal

D. RENCANA TINDAKAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
ANANDA SILVI/ P17210173041
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
b. Tindakan
Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubung
an saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa mem
berikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakan
nya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
 Realitas

ANANDA SILVI/ P17210173041


STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

Latihan 1: Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham pasien

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari puskesmas Darul Imarah,
saya yang akan merawat adik hari ini. Nama adik siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, B?”

B. KERJA:
“Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya
karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi
terputus B?”
“B, B ada ditempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu menemani B”
“Wah..warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B”
“Apa saja yang B harapkan selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?”
“Bagus sekali, B dapat menceritakan harapan B”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?”
“Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap nanti?”
“Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya B?”
“Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B”.

ANANDA SILVI/ P17210173041


Berikut ini adalah contoh komunikasi yang didokumentasikan:
Data: Pasien tampak tegang, mengatakan berulang-ulang ia adalah nabi Adam. Klien mengatakan
setiap orang harus menuruti perkataannya karena ia adalah utusan Allah.
Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
12) Berbicara dalam konteks realitas
Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang sesuai
Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping
obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat
tanpa konsultasi

ANANDA SILVI/ P17210173041


STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

Latihan 2: Memberikan tindakan keperawatan kepada pasien waham

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

B. KERJA:
“Apa saja hobby B?”
“Wah.., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari seperti itu lho B”
“Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah..bagus sekali tarian seudati B”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut…….”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau menari
seudati?”
“Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”
“Setelah ini coba B lakukan latihan menari seudati sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”(jika pasien telah dapat
obat)
ANANDA SILVI/ P17210173041
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3
Latihan 3:Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datan lagi”
“Bagaimana B sudahdicoba latihan menarinya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang
obat yang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama B mau kita berbicara?”
B. KERJA:
“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih ini namanya THP,
dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu mengatasinya B bisa
mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, B sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Sebelum minum obat ini B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B
tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar”
“B, obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B minum dalam
waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?. Apa saja nama
obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan melakukan kegiatan
yang lain”
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”

ANANDA SILVI/ P17210173041


“Nanti saya akan bicara dengan ibu dan bapak B. Bagaimana pak, bu, bisa kita ketemu dua hari
lagi untuk membicarakan cara merawat B di rumah? Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang
ini saja, bapak dan ibu setuju?.
2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga
a. Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
4. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana pak, bu apakah sekarang B sudah minum obat secara teratur?. Bagaimana dengan
kegiatan yang lain? Sudah dikerjakan?”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang
bagaiman cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara?”
B. KERJA:
“Pak, bu, dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai
seorang nabi, bapak dan ibutidak perlu kuatir. Yang harus bapak dan ibu perhatikan adalah setiap
kali anak bapak dan ibu berkata seperti itu bapak dan ibu dapat menanggapinya dengan:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu bapak/ibu semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan kita tentang kemampuan- kemampuan yang pernah B miliki?'
ANANDA SILVI/ P17210173041
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B khan
punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak) “Bagaimana kalau
dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Lalu bapak dan ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik ya”.
“Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi
tenang, tidurnya juga tenang”
“Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh kembali (Libatkan keluarga saat
memberikan penjelsan tentang obat kepada klien)
C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong bantu B
untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
danbapak, misalnya: mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera hubungi petugas kesehatan
“Baiklah seminggu lagi saya akan datang untuk melihat perkembangan anak bapak dan ibu serta
membicarakan tentang cara merawat yang lain”

EVALUASI
1. Pasien mampu:
a) mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b) berkomunikasi sesuai kenyataan
c) menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu:
a) Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
b) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
pasien
c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh
ANANDA SILVI/ P17210173041
DAFTAR RUJUKAN

Stuart. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta
Zana, N. d. (2012). Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham
Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan . Repisitori
Universitas Sumatera Utara.

ANANDA SILVI/ P17210173041

Anda mungkin juga menyukai