Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD

Di Ruang 22

Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Syafrianty Ferdhita Alfiriza

NIM. 1930048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. I dengan CKD di Ruang 22 Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Syafrianty Ferdhita Alfiriza

NIM : 1930048

Prodi : Program Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Dasar, yang dilaksanaka pada tanggal 30 September 2019 – 05 Oktober
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring
darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan


ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini
dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh
sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25
persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal
berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable


diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable
diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal
dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya
pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih
parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh
darah perifer. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti
penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di
tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan


diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan
penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah
terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal
kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan
penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah
diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal
ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat
dikendalikan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min.
(Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2001).
2.2. Etiologi

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :


1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal
polikistik, Tbc ginjal
Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, Dm
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran kemih,
Refluks ureter,
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan
Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk
Obstruksi saluran kemih
Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama
Scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal
2.3. Manifestasi Klinis

1. Gangguan pernafasan
2. Udema
3. Hipertensi
4. Anoreksia, nausea, vomitus
5. Ulserasi lambung
6. Stomatitis
7. Proteinuria
8. Hematuria
9. Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
10. Anemia
11. Perdarahan
12. Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
13. Distrofi renal
14. Hiperkalemia
15. Asidosis metabolic

a. Kardiovaskuler
1. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
2. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
3. Edema periorbital
4. Friction rub pericardial
5. Pembesaran vena leher
b. Dermatologi
1. Warna kulit abu-abu mengkilat
2. Kulit kering bersisik
3. Pruritus
4. Ekimosis
5. Kuku tipis dan rapuh
6. Rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner
1. Krekels
2. Sputum kental dan liat
3. Nafas dangkal
4. Pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal
1. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
2. Nafas berbau ammonia
3. Ulserasi dan perdarahan mulut
4. Konstipasi dan diare
5. Perdarahan saluran cerna
e. Neurologi
1. Tidak mampu konsentrasi
2. Kelemahan dan keletihan
3. Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
4. Disorientasi
5. Kejang
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal
1. Kram otot
2. Kekuatan otot hilang
3. Kelemahan pada tungkai
4. Fraktur tulang
5. Foot drop
g. Reproduktif
1. Amenore
2. Atrofi testekuler (Smeltzer & Bare, 2001)
2.4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.

1. Gangguan Klirens Ginjal


Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah
yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang
paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering
menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+)
yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan
tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium
bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga
terjadi
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia
sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi,
disertai keletihan, angina dan sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon.

2.5. Pathway

Diabetes Militus Glomerulonefritis kronis


Reaksi anti gen anti body
Gula Darah

Terbentuk agregat molekul


Ginjal tidak dapat
menyerap
Beberapa terperangkap di gromerolus

Fungsi Nefron
Respon inflamasi Nefropati toksik

Kerusakan Nefron Jaringan parut merusak sisa korteks Fungsi filtrasi

GFR Kerusakan nefron


Glomeruli & tubulus menjadi jaringan parut

Kehilangan Fungsi
Ginjal Kerusakan glomerulus parah

CKD Prognosis
penyakit

Mempengaruhi
Kerusakansemua
Pengeluaran
Glukosa muncul
cairan dan
di Suplai O2Eritropoetin
Fungsi dan nutrisi ke organ & jaringan
Integritas Kulit Gangguan
Kelebihan
Retensi cairancitra
cairan
elektrolit
Urine (glukosuria)
berlebih  
jaringan
Eritrosit
Anemia Kurang Pada
Pruritus
Uremia
Pengetahuan
Pasien bertanya kulit tubuh
oedema
Ansietas
Pasien gelisah
volume
&natrium
Mekanisme Kompensasi Hipoksia Hipoaktif nausea Penurunan Penurunan
Tubuh, merangsang pusat suplai O2 ke suplai O2 ke
pernapasan perifer otak
Mekanisme Nafsu makan menurun
anaerob , berat badan menurun
Sianosis perifer, Iskemik
Peningkatan RR perubahan jaringan
ATP berkurang Penurunan karakteristik kulit otak
Ketidak seimbangan frekuensi defekasi
Hiperventilasi nutrisi kurang dari perubahan Muncul
kebutuhan tubuh karakteristik dan stimulus”
Kelelahan
Pola nafas tidak jumlah Perfusi jaringan nyeri
efektif perifer tidak
efektif Nyeri
Konstipasi kepala

Nyeri akut
2.6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
 Ureum kreatinin.
 Asam urat serum.
2. Identifikasi etiologi gagal ginjal
 Analisis urin rutin
 Mikrobiologi urin
 Kimia darah
 Elektrolit
 Imunodiagnosis
3. Identifikasi perjalanan penyakit
 Progresifitas penurunan fungsi ginjal
 Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
4. GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:
Nilai normal :

Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau

0,93 - 1,32 mL/detik/m2

Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau

0,85 - 1,23 mL/detik/m2

5. Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan


 Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
 Endokrin : PTH dan T3,T4
 Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk
ginjal, misalnya: infark miokard.
b. Diagnostik
1. Etiologi CKD dan terminal
 Foto polos abdomen.
 USG.
 Nefrotogram.
 Pielografi retrograde.
 Pielografi antegrade.
 Mictuating Cysto Urography (MCU).
2. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
 RetRogram
 USG.
2.7. Penatalksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor
yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif,
Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis,
pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan
pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi
ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dialisis

Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang


serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan
membantu menyembuhkan luka.

2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah
jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada
adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan
dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati
karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2.8. ASUHAN KEPERAWATAN

2.8.1 Pengumpulan Data

a. Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara


wawancara atau interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini
dan masa yang lalu. Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan
utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan
dan tempat tinggal.

1. Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat


tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan
alamat.

2. Keluhan utama

Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,


apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai
dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ),
dan gatal pada kulit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada


saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality,
quantity, region, radiaton, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan
fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatn apa.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran


kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang


mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang
biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat
infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.

6. Riwayat Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya


tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan
peran pada keluarga.

7. Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai


kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah,
dll.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum dan TTV

 Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat


 Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
 TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat,
tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
2. Sistem Pernafasan

Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia


didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan
dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
3. Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan
sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan
perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia.
Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
4. Sistem Neuromuskular

Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,


seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

5. Sistem Kardiovaskular

Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau


peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron.
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini,
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
6. Sistem Endokrin

Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada


laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu.
Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi
sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15
ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan
waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism
vitamin D.
7. Sistem Perkemihan

Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi
penurunan libido berat.
8. Sistem Pencernaan

Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare


sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake
nutrisi dari kebutuhan.
9. Sistem Muskuloskeletal

Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri


kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya
infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran
urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane
mukosa mulut.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status


metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan
aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi


produk sampah dan prosedur

5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan


penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

2.8.3 Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan


dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan
natrium

Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan


Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang,
piting edema (-), produksi urine > 600ml/hr
Intervensi Rasional
 Kaji status cairan :  Pengkajian merupakan
a. Timbang berat badan
dasar dan data dasar
harian
berkelanjutan untuk
b. Keseimbangan
memantau perubahan dan
masukan dan
mengevaluasi intervensi
pengeluaran
c. Turgor kulit dan
adanya edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah,
denyut dan irama
nadi

 Batasi masukan
 Pembatasan cairan akan
cairan
menentukan berat tubuh
ideal, keluaran urine, dan
respon terhadap terapi
 Sumber kelebihan cairan
yang tidak diketahui dapat
 Identifikasi sumber
diidentifikasi
potensial cairan :
a. Medikasi dan cairan
yang digunakan
untuk pengobatan :
oral dan intravena  Pemahaman meningkatkan
b. Makanan
kerjasama pasien dan
 Jelaskan pada pasien
keluarga dalam pembatasan
dan keluarga rasional
cairan
pembatasan

 Kenyamanan pasien
 Bantu pasien dalam
meningkatkan kepatuhan
menghadapi ketidak
terhadap pembatasan diet.
nyamanan dalam
pembatasan cairan

 Higiene oral mengurangi


 Tingkatkan dan
kekeringan membrane
dorong hygiene oral
mukosa mulut
dengan sering

 Diuretic bertujuan untuk


Kolaborasi :
menurunkan volume plasma
 Berikan diuretic,
dan menurunkan retensi
contoh : furosemide,
cairan di jaringan sehingga
spironolakton,
menurunkan
hidronolakton
resikoterjadinya edema paru
 Adenokortikosteroid,

golongan predison
Adenokortikosteroid,
digunakan untuk
golongan prednisone
menurunkan proteinuri

 Dialysis akan menurunkan


 Lakukan dialisis
volume cairan yang
berlebih.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet
dan perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti
yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Rasional
 Kaji status nutrisi :  Menyediakan data dasar
a. Perubahan berat badan
b. Pengukuran antopometrik untuk memantau
c. Nilai laboratorium perubahan dan
(elektrolit seru, BUN, mengevaluasi intervensi
kreatinin,
protein,transferin, dan
kadar besi)

 Kaji pola diet nutrisi


pasien :  Pola diet dahulu dan
a. Riwayat diet sekarang dapat
b. Makanan kesukaan
dipertimbangkan dalam
c. Hitung kalori
menyusun menu

 Kaji faktor yang berperan


dalam merubah masukan  Menyediakan informasi
nutrisi : mengenai faktor lain yang
a. Anoreksia, mual, atau dapat diubah atau dihilangkan
muntah untuk meningkatkan masukan
b. Diet yang tidak
diet
menyenangkan bagi
pasien
c. Depresi
d. Kuran memahami
pembatasan diet
e. Stomatitis

 Menyediakan makanan
kesukaan pasien dalam
 Mendorong
batas-batas diet
peningkatan masukan
 Tingkatkan masukan diet
protein yang mengandung
nilai biologis tinggi  Protein lengkap
seperti : telur, produk diberikan untuk
susu, dan daging mencapai keseimbangan
nitrogen yang
 Anjurkan camilan tinggi diperlukan untuk
kalori, rendah protein, pertumbuhan dan
rendah natrium, diantara penyembuhan
waktu makan  Mengurangi makanan
dan protein yang
dibatasi dan
menyediakan kalori
untuk energy, membagi
 Ciptakan lingkungan protein untuk
yang menyenangkan pertumbuhan dan
selama waktu makan pertumbuhan jaringan
 Faktor yang tidak
menyenangkan yang
 Timbang berat badan berperan menimbulkan
harian anoreksia dihilangkan.
 Untuk memantau status
 Kaji bukti adanya cairan dan nutris
 Masukan protein yang
masukan protein yang
tidak adekuat dapat
tidak adekuat
a. Pembentukan edema menyebabkan
b. Penyembuhan yang penurunan albumin dan
lambat protein lain,
c. Penurunan kadar albumin pembentukan edema,
serum dan perlambatan
penyembuhan

3. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan


dengan gangguan status metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor
kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang,
memar pada kulit berkurang.
Intervensi Rasional
Tujuan :  Kaji terhadap kekeringan  Perubahan mungkin
kulit, pruritis, ekskoriasi, disebabkan oleh penurunan
dan infeksi aktivitas kelenjar keringat
atau pengumpulan kalsium
dan posfat pada lapisan
kutaneus.
 Kaji terhadap adanya
 Perdarahan yang abnormal
petekie dan purpura
sering dihubungkan dengan
penurunan jumlah dan
fungsi platelet akibat
 Monitor lipatan kulit dan uremia
area yang edema  Area-area ini sangat
mudah terjadinya injuri
 Gunting kuku dan
 Penurunan curah jantung
pertahankan kuku
mengakibatkan gangguan
terpotong pendek dan
perfusi ginjal, retensi
bersih
natrium / air, dan
Kolaborasi : penurunan urine output.
 Berikan pengobatan
antipruritis sesuai  Mengurangi stimulus gatal
pesanan. pada kulit

4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi
dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

Intervensi Rasional
 Kaji faktor yang  Menyediakan informasi tentang
menimbulkan keletihan : indikasi tingkat keletihan
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi

 Tingkatkan kemandirian
dalam aktivitas perawatan  Meningkatkan aktivitas
diri yang dapat ringan/sedang dan memperbaiki
ditoleransi, bantu jika harga diri
keletihan terjadi

 Anjurkan aktivitas  Mendorong latihan dan aktivitas


alternative sambil istirahat dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang
adekuat

 Anjurkan untuk
beristirahat setelah dialisis  Istirahat yang adekuat
dianjurkan setelah dialysis yang
bagi banyak pasien sangat
melelahkan.

5. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri )


berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis,
koping maladaptif
Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif
Kriteria Hasil :
-Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,
-Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
-Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi.
-Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri
dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif
Intervensi Rasional
 Kaji perubahan dari  Menentukan bantuan individual
gangguan persepsi dan dalam menyusun rencana
hubungan dengan derajat perawatan atau pemilihan
ketidak mampuan intervensi

 Identifikasi arti dari  Mekanisme koping pada


kehilangan atau disfungsi beberapa pasien dapat menerima
pada pasi dan mengatur perubahan fungsi
secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan
yang lain mengalami koping
maladaptive dan mempunyai
kesulitan dalam
membandingkan, mengenal, dan
mengatur, kekurangan yang
terdapat pada dirinya
 Anjurkan klien untuk  Menunjukan penerimaan, dan
mengekspresikan membantu pasien untuk
perasaan mengenal dan mulai
menyesuaikan dengan perasaan
tersebut

 Bantu dan anjurkan  Membantu meningkatkan


perawatan yang baik dan perasaan harga diri dan
memperbaiki kebiasaan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan
 Anjurkan orang yang
terdekat untuk  Menghidupkan kembali
mengijinkan pasien perasaan kemandirian dan
melakukan sebanyak- membantu erkembangan harga
banyaknya hal-hal untuk diri, serta memengaruhi proses
dirinya rehabilitasi
 Dukung perilaku atau  Pasien dapat beradaptasi
usaha seperti peningkatan terhadap perubahan dan
minat atau partisipasi pengertian tentang peran
dalam aktivitas individu masa mendatang
rehabilitasi

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi ,


prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakit yang dideritanya.
Intervensi Rasional
 Kaji pemahaman  Merupakan instruksi dasar
mengenai penyebab gagal untuk penjelasan dan
ginjal, konsekuensinya penyuluhan lebih lanjut
dan penanganannya :
a. Penyebab gagal ginjal
pasien
b. Pengertian gagal ginjal
c. Pemahaman mengenai
fungsi renal
d. Hubungan antara cairan,
pembatasan diet dengan
gagal ginjal
e. Rasional penanganan
(hemodialisis, dialysis
peritoneal, transplantasi)

 Jelaskan fungsi renal dan  Pasien dapat belajar tentang


konsekuensi gagal ginjal gagal ginjal dan penanganan
sesuai dengan tingkat setelah mereka siap untuk
pemahaman dan kesiapan memahami dan menerima
pasien untuk belajar diagnosis dan konsekuensinya
 Bantu pasien untuk  Pasien dapat melihat bahwa
mengidentifikasi cara- kehidupannya tidak harus
cara untuk memahami berubah akibat penyakit
berbagai perubahan akibat
penyakit dan penanganan
yang mempengaruhi
hidupnya

 Sediakan informasi baik  Pasien memiliki informasi yang


tertulis maupun secara dapat digunakan untuk
oral dengan tepat klarifikasi selanjutnya di rumah
tentang :
a. Fungsi dan kegagalan
renal
b. Pembatasan cairan dan
diet
c. Medikasi
d. Melaporkan masalah,
tanda dan gejala
e. Jadwal tindak lanjut
f. Sumber di komunitas
g. Pilihan terapi

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 11.
Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (2010). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2007). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2011 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai