CKD
Di Ruang 22
Oleh :
NIM. 1930048
MALANG
Asuhan Keperawatan Pada Ny. I dengan CKD di Ruang 22 Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :
NIM : 1930048
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Dasar, yang dilaksanaka pada tanggal 30 September 2019 – 05 Oktober
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring
darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min.
(Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2001).
2.2. Etiologi
1. Gangguan pernafasan
2. Udema
3. Hipertensi
4. Anoreksia, nausea, vomitus
5. Ulserasi lambung
6. Stomatitis
7. Proteinuria
8. Hematuria
9. Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
10. Anemia
11. Perdarahan
12. Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
13. Distrofi renal
14. Hiperkalemia
15. Asidosis metabolic
a. Kardiovaskuler
1. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
2. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
3. Edema periorbital
4. Friction rub pericardial
5. Pembesaran vena leher
b. Dermatologi
1. Warna kulit abu-abu mengkilat
2. Kulit kering bersisik
3. Pruritus
4. Ekimosis
5. Kuku tipis dan rapuh
6. Rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner
1. Krekels
2. Sputum kental dan liat
3. Nafas dangkal
4. Pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal
1. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
2. Nafas berbau ammonia
3. Ulserasi dan perdarahan mulut
4. Konstipasi dan diare
5. Perdarahan saluran cerna
e. Neurologi
1. Tidak mampu konsentrasi
2. Kelemahan dan keletihan
3. Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
4. Disorientasi
5. Kejang
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal
1. Kram otot
2. Kekuatan otot hilang
3. Kelemahan pada tungkai
4. Fraktur tulang
5. Foot drop
g. Reproduktif
1. Amenore
2. Atrofi testekuler (Smeltzer & Bare, 2001)
2.4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
2.5. Pathway
Fungsi Nefron
Respon inflamasi Nefropati toksik
Kehilangan Fungsi
Ginjal Kerusakan glomerulus parah
CKD Prognosis
penyakit
Mempengaruhi
Kerusakansemua
Pengeluaran
Glukosa muncul
cairan dan
di Suplai O2Eritropoetin
Fungsi dan nutrisi ke organ & jaringan
Integritas Kulit Gangguan
Kelebihan
Retensi cairancitra
cairan
elektrolit
Urine (glukosuria)
berlebih
jaringan
Eritrosit
Anemia Kurang Pada
Pruritus
Uremia
Pengetahuan
Pasien bertanya kulit tubuh
oedema
Ansietas
Pasien gelisah
volume
&natrium
Mekanisme Kompensasi Hipoksia Hipoaktif nausea Penurunan Penurunan
Tubuh, merangsang pusat suplai O2 ke suplai O2 ke
pernapasan perifer otak
Mekanisme Nafsu makan menurun
anaerob , berat badan menurun
Sianosis perifer, Iskemik
Peningkatan RR perubahan jaringan
ATP berkurang Penurunan karakteristik kulit otak
Ketidak seimbangan frekuensi defekasi
Hiperventilasi nutrisi kurang dari perubahan Muncul
kebutuhan tubuh karakteristik dan stimulus”
Kelelahan
Pola nafas tidak jumlah Perfusi jaringan nyeri
efektif perifer tidak
efektif Nyeri
Konstipasi kepala
Nyeri akut
2.6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
Ureum kreatinin.
Asam urat serum.
2. Identifikasi etiologi gagal ginjal
Analisis urin rutin
Mikrobiologi urin
Kimia darah
Elektrolit
Imunodiagnosis
3. Identifikasi perjalanan penyakit
Progresifitas penurunan fungsi ginjal
Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
4. GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:
Nilai normal :
1. Dialisis
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah
jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada
adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan
dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati
karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
a. Anamnesa
1. Identitas
2. Keluhan utama
6. Riwayat Psikososial
b. Pemeriksaan Fisik
5. Sistem Kardiovaskular
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi
penurunan libido berat.
8. Sistem Pencernaan
2.8.3 Intervensi
Batasi masukan
Pembatasan cairan akan
cairan
menentukan berat tubuh
ideal, keluaran urine, dan
respon terhadap terapi
Sumber kelebihan cairan
yang tidak diketahui dapat
Identifikasi sumber
diidentifikasi
potensial cairan :
a. Medikasi dan cairan
yang digunakan
untuk pengobatan :
oral dan intravena Pemahaman meningkatkan
b. Makanan
kerjasama pasien dan
Jelaskan pada pasien
keluarga dalam pembatasan
dan keluarga rasional
cairan
pembatasan
Kenyamanan pasien
Bantu pasien dalam
meningkatkan kepatuhan
menghadapi ketidak
terhadap pembatasan diet.
nyamanan dalam
pembatasan cairan
Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi : Menyediakan data dasar
a. Perubahan berat badan
b. Pengukuran antopometrik untuk memantau
c. Nilai laboratorium perubahan dan
(elektrolit seru, BUN, mengevaluasi intervensi
kreatinin,
protein,transferin, dan
kadar besi)
Menyediakan makanan
kesukaan pasien dalam
Mendorong
batas-batas diet
peningkatan masukan
Tingkatkan masukan diet
protein yang mengandung
nilai biologis tinggi Protein lengkap
seperti : telur, produk diberikan untuk
susu, dan daging mencapai keseimbangan
nitrogen yang
Anjurkan camilan tinggi diperlukan untuk
kalori, rendah protein, pertumbuhan dan
rendah natrium, diantara penyembuhan
waktu makan Mengurangi makanan
dan protein yang
dibatasi dan
menyediakan kalori
untuk energy, membagi
Ciptakan lingkungan protein untuk
yang menyenangkan pertumbuhan dan
selama waktu makan pertumbuhan jaringan
Faktor yang tidak
menyenangkan yang
Timbang berat badan berperan menimbulkan
harian anoreksia dihilangkan.
Untuk memantau status
Kaji bukti adanya cairan dan nutris
Masukan protein yang
masukan protein yang
tidak adekuat dapat
tidak adekuat
a. Pembentukan edema menyebabkan
b. Penyembuhan yang penurunan albumin dan
lambat protein lain,
c. Penurunan kadar albumin pembentukan edema,
serum dan perlambatan
penyembuhan
Intervensi Rasional
Kaji faktor yang Menyediakan informasi tentang
menimbulkan keletihan : indikasi tingkat keletihan
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
Tingkatkan kemandirian
dalam aktivitas perawatan Meningkatkan aktivitas
diri yang dapat ringan/sedang dan memperbaiki
ditoleransi, bantu jika harga diri
keletihan terjadi
Anjurkan untuk
beristirahat setelah dialisis Istirahat yang adekuat
dianjurkan setelah dialysis yang
bagi banyak pasien sangat
melelahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 11.
Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (2010). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2007). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2011 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit
FKUI