Anda di halaman 1dari 24

TERAPI BERMAIN ESTAFET BOLA DI SLB PAMBUDI DHARMA

KOTA CIMAHI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

SLB PAMBUDI DHARMA CIMAHI

Tri andini amelia 214117013


Aditya nugraha 214117114
Robi darmawan 214117166
Vita yunia kartika 214117125
Ika gian aprilya 214117084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi

Bermain estafet bola di SLB Pambudi Dharma Kota Cimahi“. Makalah ini

berisikan tentang pre plaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok

kepada anak di SLB Pambudi Dharma Kota Cimahi.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain

estafet bola. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cimahi, November 2017

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak.

Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan diri

untuk bermain. Sehari-hari anak memilih sendiri jenis dan bentuk permainan

dari tempat serta situasi yang dihadapinya. Melalui kegiatan bermain, anak

dapat lebih ekspresif dalam mengungkapkan emosi-emosi yang ada pada

dirinya.

Melalui bermain, anak dapat membangun pengetahuan dan

mengenal lingkungan hidupnya dengan lebih baik. Dalam membangun

pengetahuan pada anak tidak terlepas dari peran guru. Peran guru yang

diharapkan adalah guru yang mampu membangun pengetahuan pada anak

dan mampu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk

bereksplorasi sehingga anak pun mampu membangun pengetahuannya

sendiri dari apa yang ia lakukan (Sujiono, 2006).

Bermain merupakan aktivitas yang sangat diperlukan dalam

meningkatkan perkembangan anak. Bermain yang dilakukan harus

menyenangkan agar membuat hati anak menjadi senang, nyaman, dan

bersemangat. Melalui bermain, anak belajar akan hal yang diperlukan dalam

perkembangannya. Baik berupa perkembangan dalam aspek agama dan

moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, maupun seni. Salah

satu permainan yang dapat dilakukan demi meningkatkan perkembangan

anak adalah permainan estafet.


Estafet adalah salah satu dari permainan yang berasal dari

cabang olahraga atletik. Permainan estafet ini dilakukan secara berkelompok

yang biasanya terdiri dari 3-5 orang pemain. Kerjasama antar anggota dalam

kelompok sangat dibutuhkan dalam bermain estafet. Setiap anggota dari

semua kelompok harus memahami aturan yang berlaku saat

permainan. Jika salah satu anggota kelompok kurang bahkan tidak

memahami aturan yang ada, maka permainan pun akan terhambat. Saat

pelaksanaannya juga tidak bisa hanya dengan satu kelompok saja yang

melakukan permainan melainkan ada kelompok lain yang ikut bermain

dikarenakan permainan ini menuntut adanya proses kompetisi di dalamnya

(Wiarto,2013)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengembangkan aspek psikomotor melalui gerak motorik dan melatih

keberanian anak yang mengalami gangguan aspek kognitif.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai pengembangan aspek fisik. Meningkatkan ketahanan

otot-otot dan organ tubuh melatih keseimbangan.

b. Sebagai pengembangan aspek intelektual. Meliputi kemampuan

berkomunikasi, menghitung angka, mengartikan peraturan main,

menceritakan apa yang didengar maupun yang dilihatnya.

c. Sebagai pengembangan emosi. Meliputi penerimaan atas

pimpinan orang lain, menghilangkan sikap pemarah, agresif, pasif,

menarik, diri, memunculkan diri.


d. Sebagai pengembangan sosialisasi. Meliputi bagaimana dapat

bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam

kelompok (berteman), menerima ketentuan permainan, menerima

bila dipimpin oleh orang lain.

e. Sebagai melatih keberanian dan ketangkasan.

C. Manfaat

1. Perkembangn fisik. Melalui permainan anak dapat mengembangkan dan

melaksanakan berbagai keterampilan jasmani seperti keterampilan

motorik kasar, juga keterampilan motorik halus. Anak juga dapat

menyalurkan tenaga (energi).

2. Perkembangan intelektual (kognitif). Melalui permainan, anak belajar

berfikir dan menyelasaikan masalah. Mereka menemukan begaimana hal-

hal tertentu saling berkaitan, mengembangkan konsep seperti warna,

bentuk, ukuran dan tekstur, mengembangkan konsentrasi, dan

mengembangkan rasa ingin tahu. Permainan membuat anak menjadi

lebih kreatif.

3. Perkembangan bahasa. Dengan bermain anak dapat mempraktekkan

bahasa, mengubah pembendaharaan kata dan sarana komunikasi.

4. Perkembangan sosial-emosional. Dengan bermain anak akan belajar

melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah

terbina dan mencari permasalahan dan cara untuk memecahkannya.

Anak juga dapat menyalurkan perasaan-perasaan atau dorongan yang

muncul dari dalam dirinya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bermain

Bermain merupakan aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, serta

menjadikan anak lebih kreatif. Bermain adalah cara yang paling baik untuk

mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi. Melalui bermain anak

memperoleh dan memproses informasi belajar hal-hal baru dan melatih

melalui keterampilan yang ada, bermain disesuaikan dengan perkembangan

anak (Samsudin, 2008)

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, dan tidak

dapat dipisahkan dari setiap aktivitas anak. Bermain juga sangat membantu

anak untuk menjalin hubungan sosial serta mengembangkan kemampuan

emosionalnya (Mulyasa, 2012). Bermain merupakan teknik belajar yang

asyik bagi anak, serta memberikan pengalaman belajar yang sangat

bermanfaat untuk tumbuh kembang anak (Rahmawati dan Rosalia, 2016).

Beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bermain

adalah cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan

kompetensi, serta kemampuan emosionalnya. Anak akan memperoleh hal-

hal baru dan melatih keterampilan serta memberikan pengalaman belajar

yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak dengan cara bermain.

Estafet adalah salah satu dari permainan yang berasal dari

cabang olahraga atletik. Permainan estafet ini dilakukan secara berkelompok

yang biasanya terdiri dari 3-5 orang pemain. Kerjasama antar anggota dalam
kelompok sangat dibutuhkan dalam bermain estafet. Setiap anggota dari

semua kelompok harus memahami aturan yang berlaku saat

permainan. Jika salah satu anggota kelompok kurang bahkan tidak

memahami aturan yang ada, maka permainan pun akan terhambat. Saat

pelaksanaannya juga tidak bisa hanya dengan satu kelompok saja yang

melakukan permainan melainkan ada kelompok lain yang ikut bermain

dikarenakan permainan ini menuntut adanya proses kompetisi di dalamnya

B. Fungsi Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Yuniarti (2015) fungsi utama

bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai

terapi.

1. Perkembangan Sensoris - Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik

merupakan komponen terbesar yang digunakan oleh anak, dan bermain

aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat

permainan yang digunakan bayi yang mengembangkan kemampuan

sensoris – motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan

prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik

kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi

terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya, terutama


mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada

saat bermain, anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Saat

anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat

memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui

eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak

menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin

sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih

kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi

dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar

memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu

anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan

masalah dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain anak

akan belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara,

belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi

terutama pada anak toddler. Meskipun demikian, anak usia toddler dan

prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas

sosialnya di lingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreatifitas

Salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan kreatifitas

anak adalah dengan cara bermain. Melalui kegiatan bermain, anak akan

belajar mewujudkannya kedalam bentuk kegiatan. Melalui kegiatan

bermain, anak akan belajar menciptakan untuk merealisasikan ide-idenya,

seperti bongkar pasang alat permainan.


5. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai dasar lingkungannya, terutama dari

orangtua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan

mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehinga

dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan

bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar

membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar

bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.

6. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuan dalam

mengatur tingkah lakunya. Anak akan belajar mengenal kemampuan

serta membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuan

yang dimilikinya dengan mencoba peran-peran baru.

7. Bermain Sebagai Terapi

Pada saat dirumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti marah, takut, cemas,

sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi

yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada.

Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan

stres yang dialami, karena dengan permainan dapat mengalihkan rasa

sakitnya pada permainan (distraksi) dan relaksasi meningkatkan

kesenangannya dengan cara melakukan permainan. Hal ini terutama

pada anak yang belum mempu mengekspresikannya secara verbal.


C. Manfaat Bermain

Menurut Isenberg dan Jalongo (1997) dalam Yuniarti (2015) bahwa

bermain dapat memberikan manfaat aspek bagi kognitif, aspek fisik, dan

aspek sosioemosi.

1. Manfaat bagi aspek kognitif

Dengan bermain anak mampu belajar dan mengembangkan daya

pikirnya. Selain bermain sebagai sarana rekreasi, bermain juga harus

memiliki nilai edukasi. Sehingga anak memiliki kemampuan

mengembangkan pengetahuannya.

2. Manfaat bagi aspek fisik

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan

yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat

dan otot-otot tubuh menjadi kuat. Perkembangan fisik inilah berpengaruh

pada perkembangan motorik halus dan motorik kasar yang mana dalam

bermain dibutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, mata).

Selain itu berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan,

pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) yang memberikan

manfaat bahwa dengan bermain anak akan lebih tanggap atau peka

terhadap hal-hal disekitarnya.

3. Manfaat bagi aspek sosioemosi

Dalam bermain ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui bermain

anak dapat melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Anak dapat

menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang

membuat anak lega dan relaks. Dengan bermain anak diajarkan untuk

mempunyai rasa percaya diri, bersikap suportif terhadap sesama, dan


melatih kemampuan untuk bisa membangun hubungan yang kompetitif

dengan teman, tetapi nilai kompetitif itu di dalam kegiatan yang positif.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain Pada Anak

Menurut Yuniarti (2015) ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi bermain pada anak diantaranya, yaitu :

1. Faktor Kesehatan

Anak yang sehat tentu saja memiliki lebih banyak energi untuk bermain

daripada anak-anak yang kurang sehat dan sering sakit-sakitan,

sehingga anak-anak yang sehat biasanya lebih banyak menghabiskan

waktunya dengan permainan yang membutuhkan energi yang lebih

banyak.

2. Faktor Intelegensi

Anak yang cerdas biasanya lebih aktif Dalam bermain dibandingkan

dengan anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang.

Anak-anak yang cerdas biasanya lebih memilih permainan yang

bersifat intelektual dan merangsang daya fikir mereka, sementara

anak-anak yang kurang cerdas biasanya memilih permainan yang

monoton.

3. Faktor Lingkungan

Ruang atau lingkungan yang menyediakan fasilitas untuk bermain bagi

anak, biasanya lebih merangsang anak-anak berkeinginan untuk

bermain. Karena itu penting bagi orangtua untuk memilih atau

menyediakan alat permainan/ membuat sendiri ruangan bermain di

rumah.
4. Faktor Jenis Kelamin

Anak perempuan biasanya lebih senang melakukan permainan yang

tidak terlalu banyak mengeluarkan energi. Seperti bermain boneka,

rumah-rumahan, dan biasanya mereka malas untuk melakukan

permainan seperti memanjat, berlari, atau kegiatan fisik yang lain.

Karena kegiatan tersebut lebih mengeluarkan banyak energi dan

sering dilakukan oleh anak laki-laki.

5. Anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang berada, mereka lebih

banyak mempunyai macam-macam fasilitas alat permainan. Berbeda

dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi

yang lebih terbatas.

E. Tipe dan Jenis Bermain

Menurut Suriadi (2010) terdapat beberapa tipe bermain bagi anak,

tergantung pada tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa

tipe bermain pada anak sesuai dengan perkembangan usia :

1. Solitary play

a. Mulai dari bayi dan pada umumnya adalah toddler.

b. Merupakan jenis permainan dimana anak bermain sendiri atau

independent walaupun ada beberapa orang lain disekitarnya.

Hal ini karena keterbatasan sosial, keterampilan fisik dan kognitif.

2. Paralell play

a. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang

masing-masing mempunyai permainan yang sama, tetapi satu sama

lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.

b. Karakteristik khusus pada usia toddler.


3. Associative play

a. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.

b. Mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah.

c. Merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas

yang sama, tetapi belum terorganisir secara formal. Jadi belum ada

pembagian tugas diantara anak dan mereka bermain sesuai dengan

keinginannya.

4. Cooperative play

a. Permainan yang terorganisisr dalam kelompok, ada tujuan kelompok

dan ada yang memimpin.

b. Dimulai dari anak usia prasekolah.

5. Onlooker play

a. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak

ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu.

b. Biasanya dimulai pada usia toddler.

6. Bermain Terapeutik

a. Pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.

b. Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan

kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri.

c. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti :

menggunakan boneka untuk diperagakan melakukan penyuntikan atau

dengan menggunakan gambar-gambar dan juga mewarnai seperti

pasang gips, injeksi, pasang infus dan sebagainya.


Menurut Adriana (2013) bermain harus seimbang, artinya harus ada

keseimbangan antara bermain aktif dan bermain pasif. Dalam bermain aktif

yaitu kesenangan yang diperoleh dari apa yang diperbuat dari mereka

sendiri. Sedangkan bermain pasif yaitu kesenangan yang didapatkan dari

orang lain.

1. Bermain aktif

a. Bermain mengamati / menyelidiki (exploratory play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-

ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan, dan kadang-

kadang berusaha membongkar.

b. Bermain konstruktif (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah-

rumahan.

c. Bermain drama

Misalnya main sandiwara boneka, dan dokter-dokteran dengan

temannya.

d. Bermain bola, tali, dan sebagainya.

2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan

mendengarkan. Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah

bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan

keletihannya. Contoh bermain pasif adalah sebagai berikut :

a. Melihat gambar-gambar di buku / majalah.

b. Mendengarkan cerita atau musik.


F. BERMAIN ESTAFET BOLA

1. Definisi

Permainan estafet bola merupakan suatu permainan yang dirancang oleh

penulis yang mana permainan ini merupakan modifikai dari olahraga lari

estafet. Pada permainan ini, benda yang digunakan bukanlah patok

melainkan bola tenis yang dilempar secara estafet namun ditangkap

dengan menggunakan kaos yang dikenakan peserta. Itulah sebabnya

permainan ini dinamakan permainan estafet bola. Permainan ini

dilaksanakan di luar ruangan (outdoor) yang kurang lebih memerlukan

waktu pelaksanaan selama 20 menit.

2. Manfaat

Manfaat yang diperoleh seteah melakukan permainan estafet bola yaitu

sebagai berikut.

a. Melatih sikap hati-hati peserta dalam bermain yaitu saat melempar

bola maupun menangkap bola yang dilemparkan tersebut.

b. Melatih aspek psikomotorik halus dan kasar peserta ketika bermain.

c. Melatih keterampilan dan kerjasama peserta.

d. Mengingat permainan estafet bola dimainkan oleh regu, jelaslah

prinsip kerjasama antar pemain mutlak diperlukan. Oleh karena itu

setiap individu harus memiliki sifat toleransi, saling percaya kepada

teman rela berkorban demi menjaga kerjasama yang baik.


BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di SLB Pambudi

Dharma Cimahi

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Estafet Bola

Tujuan : Mengembangkan aspek psikomotor melalui gerak

motorik dan melatih keberanian anak yang mengalami gangguan aspek kognitif

Hari / Tanggal : Sabtu/ 04 November 2017

Jam / Durasi : Pkl. 09.00 s/d selesai

Tempat Bermain : Di Luar Ruangan (Outdoor)

Peserta : Seluruh Anak Di SLB Pambudi Dharma

A. Tujuan

a. Tujuan Umum

1) Mengembangkan aspek psikomotor melalui gerak motorik dan melatih

keberanian anak yang mengalami gangguan aspek kognitif.

b. Tujuan Khusus

1) Sebagai pengembangan aspek fisik. Meningkatkan ketahanan otot-

otot dan organ tubuh melatih keseimbangan.

2) Sebagai pengembangan aspek intelektual. Meliputi kemampuan

berkomunikasi, menghitung angka, mengartikan peraturan main,

menceritakan apa yang didengar maupun yang dilihatnya.

3) Sebagai pengembangan emosi. Meliputi penerimaan atas pimpinan

orang lain, menghilangkan sikap pemarah, agresif, pasif, menarik, diri,

memunculkan diri.
4) Sebagai pengembangan sosialisasi. Meliputi bagaimana dapat

bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam

kelompok (berteman), menerima ketentuan permainan, menerima bila

dipimpin oleh orang lain.

5) Sebagai melatih keberanian dan ketangkasan.

B. MANFAAT BERMAIN ESTAPET BOLA

1. Aspek kognitif

Melalui permainan, anak belajar berfikir dan menyelasaikan masalah.

Mereka menemukan begaimana hal-hal tertentu saling berkaitan,

mengembangkan konsep seperti warna, bentuk, ukuran dan tekstur,

mengembangkan konsentrasi, dan mengembangkan rasa ingin tahu. Permainan

membuat anak menjadi lebih kreatif.

2. Aspek psikomotor

 Motorik halus

Anak mampu memahami pelaksanaan cara melakukan estapet bola secara

zigzag dengan baik

 Motorik kasar

Anak dibimbing untuk melakukan estapet bola secara zigzag dan

mengoperkan bola kepada teman satu kelompok secara bergantian

 Hasilnya dapat diukur melalui

- Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses

bermain.

- Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.


3. Aspek afektif

 Anak dapat memberi respon rangsangan dari pembimbing.

4. Aspek sosial

 Anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan pembimbing.

C. Aturan Permainan

Dalam permainan estafet bola, tidak ada peraturan main yang mengikat,

tetapi peraturan yang dipakai biasanya berdasarkan kesepakatan bersama antar

pemain. Berikut ini akan dipaparkan mengenai aturan permainan estafet bola

tersebut.

a. Bagi peserta menjadi 3 kelompok dengan jumlah anggota sama banyak.

b. Peserta yang berperan sebagai penangkap maupun pelempar harus

berdiri di belakang garis (tidak boleh melewati atau menginjak garis).

c. Peserta yang boleh melempar bola dengan tangan adalah peserta

pertama, sedagkan peserta lain harus menangkap dan melempar

menggunakan kaos.

d. Setiap peserta yang bertugas sebagai pelempar dan penangkap bola

harus saling berhadapan.

e. Ketika peserta berlari menuju garis lempar, peserta harus membawa bola

dengan kaos dengan syarat tangan tidak boleh menyentuh bola.

f. Jika bola terjatuh pada saat permainan berlangsung maka kelompok

tersebut harus memulai permainan dari awal.

g. Kelompok yang memenangkan permainan adalah kelompok yang

memindahkan bola dari garis start ke finsh dengan waktu paling cepat.

h. Waktu permainan kurang lebih 20 menit


D. Sarana dan Media :

 Sarana:

Lapangan Permainan

 Media:

o Bola

o Ember

o Bendera

Analisa tugas

 Anak dijelaskan bagaimana cara melakukan permainan estafet bola.

 Anak dibimbing cara melakukan permainan estapet bola

 Anak dilatih untuk bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk

melakukan estapet bola

Kriteria Penilaian :

 Berhasil bila anak mengumpulkan 10 bola maka akan mendapatkan

predikat juara I

 Anak mengumpulkan 6 bola dari 10 bola maka akan mendapatkan predikat

juara ke II.

 Anak mengumpulkan 4 bola dari 10 bola maka akan mendapatkan predikat

juara ke III.

Pengorganisasian

1) Pembimbing Pendidikan :

2) Pembimbing Ruangan :

3) Ketua kelompok :
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya

acara dari awal hingga akhir

4) Moderator :

Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi

tanggung jawab agar berjalan sesuai dengan topic

5) Observer :

Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan

informasi yang direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi

dari penilaian skala observasi terapi bermain.

6) Fasilitator :

Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari

terapi bermain dapat tercapai.

7) Anak : Anak SLB Pambudhi dharma

Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket

1. 10 menit Pra kegiatan :

 Memfasilitasi media terapi

bermain

 Mempersiapkan anggota

terapi bermain

 Mempersiapkan peserta

2. 5 menit Pembukaan :

 Co-Leader membuka dan  Menjawab salam

mengucapkan salam,

 Memperkenalkan diri setiap  Mendengarkan


anggota kelompok,

 Memperkenalkan pembimbing  Mendengarkan

 Memperkenalkan anak satu  Mendengarkan dan

persatu dan anak saling saling berkenalan

berkenalan dengan temannya

 Kontrak waktu dengan anak  Mendengarkan

 Mempersilahkan Leader  Mendengarkan

2 20 menit Kegiatan bermain :

 Menjelaskan tata cara  Anak mampu

pelaksanaan terapi memperhatikan

bermain estafet bola

kepada anak

 Membimbing cara
 Anak Antusias saat
melakukan permainan
menerima peralatan
estapet bola

 Melatih untuk bekerjasama


 Memulai untuk
dengan teman satu
permainan
kelompok untuk melakukan

estapet bola
 Anak mampu
 Fasilitator mendampingi
menyelesaikan
anak dan memberikan
dengan tepat waktu
motivasi kepada anak

 Memberikan pujian

terhadap anak yang


mampu mengumpulkan

bola terbanyak

3. 10 menit Penutup :

 Memotivasi anak untuk  Anak tidak merasa

tidak pantang menyerah berputus asa dengan

 Mengumumkan nama hasil yang sudah di

dapatkan.
kelompok yang
 Anak Gembira
mendapatkan predikat

juara I

Contoh : Membagikan

reward kepada seluruh

peserta

4. 5 menit Terminasi:

 Memberikan motivasi dan  Memperhatikan

pujian kepada seluruh anak

yang telah mengikuti program

terapi bermain
 Mendengarkan
 Mengucapkan terima kasih

kepada anak dan orang tua


 Menjawab salam
 Mengucapkan salam penutup
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

estafet bola merupakan suatu permainan modifikasi dari olahraga lari

estafet. Kerjasama antar anggota dalam kelompok sangat dibutuhkan dalam

bermain estafet. Setiap anggota dari semua kelompok harus memahami

aturan yang berlaku saat permainan. Jika salah satu anggota kelompok

kurang bahkan tidak memahami aturan yang ada, maka permainan pun akan

terhambat. Saat pelaksanaannya juga tidak bisa hanya dengan satu

kelompok saja yang melakukan permainan melainkan ada kelompok lain

yang ikut bermain dikarenakan permainan ini menuntut adanya proses

kompetisi di dalamnya. Begitu seterusnya hingga bola sampai pada peserta

di garis finish. Kelompok yang memenangkan permainan adalah kelompok

yang memindahkan bola dari garis start ke finsh dengan waktu paling cepat

dan terbanyak.

B. Saran

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman

para pembaca yang ingin mengembangkan/memodifikasi suatu permainan

tanpa kehilangan unsur kesenangan pada anak-anak dan mampu diterapkan

di SLB Pambudi Dharma.


DAFTAR PUSTAKA

Adriana. (2013). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.

Jakarta: EGC.

Astutin Y. (2016). Cara Mudah Asah Otak Anak (edisi 1). Yogyakarta :

Flash Books.

Erlita. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Dari


http://info.balitacerdas.com diakses pada tanggal 6 Oktober 2017.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jilid 1.


Jakarta : Prenanda Medika Group.

Suriadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada anak. Jilid 2. Jakarta : CV


Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai