Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

BIMBINGAN KETERAMPILAN (KERAJINAN TANGAN) MEMBUAT TASBIH


UPTD BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL PROVINSI BANTEN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pelayanan sosial lanjut usia (Lansia), selalu mengacu kepada
terpenuhinya kebutuhan lanjut usia (Lansia) yang meliputi kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, intelektual dan spiritual serta kegiatan pengisian waktu luang.
Selain itu, dapat untuk memperpanjang usia harapan hidup dan produktivitas lanjut usia
serta terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia yang diliputi rasa tenang, tentram,
bahagia, dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi salah satu alternatif pelayanan
lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang kurang mampu secara sosial ekonomi.
Pelayanan sistem institusi dalam banyak hal menjadi model pelayanan yang dapat
diadopsi oleh keluarga dan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan sosial lanjut
usia.
Disadari, bahwa kehidupan dalam institusi terkadang monoton dan rutinitas
sehingga membuat para lanjut usia merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup
selamanya di dalam Panti atau institusi. Kondisi tersebut sangat berpengaruh
pada upaya pengembangan bakat, minat dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab
itu perlu diadakan berbagai kegiatan positif untuk mengisi waktu-waktu luang, dan
perlu dirancang berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan lanjut usia (lansia).
Kegiatan pelayanan dalam Institusi biasanya berkisar pada :
1. Program Rutin
yaitu Program yang secara terus menerus diberikan kepada Lanjut Usia, seperti :
pelayanan makan dan minum, tempat tinggal (asrama), pakaian, pemeriksaan
kesehatan, bimbingan Agama, bimbingan olah raga, bimbingan sosial kelompok
dan perorangan (Konseling), dan sebagainya hingga pada pelayanan Pemulasaran
(pemakaman jenazah).
2. Program atau kegiatan terobosan,
yakni program pelayanan Lanjut Usia yang dirancang di luar program rutin yang

1
bertujuan untuk melengkapi atau mendukung program rutin dimaksud, seperti :
kegiatan pengisian atau pemanfaatan waktu luang. Kondisi pelayanan pengisian
waktu luang dari masing-masing Panti (Institusi) dapat dipilah menjadi beberapa
bagian, yaitu : pelayanan ketrampilan, kerohanian, rekreasi dan hiburan, olahraga,
penyuluhan kesehatan.
Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan
kesempatan bagi Lansia (Potensial) untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun
orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai dengan minat, bakat,
dan potensi yang mereka miliki.
Oleh karena itu, kami ingin mengajukan propasal bimbingan ketrampilan
(ketrampilan tangan) di UPTD Perlindungan Sosial Serang

B. Tujuan

Tujuan Umum
Tercapainya pelayanan dan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi Lanjut Usia
agar terciptanya peningkatan kesejahteraan dan ketrampilanpada Lanjut Usia UPTD
Perlindungan Sosial Provinsi Banten
Analisa situasi di UPTD Perlindungan social Provinsi Banten terkait kegiatan TAK
pada WBS tidak memanfaaatkan waktu luang sehingga waktu tidak di manfaatkan
semaksimal mungkin, disamping itu ada beberapa WBS yang mempunyai masalah
motoric halus dan kasar yang harus di latih untuk memaksimalkan fungsinya. Oleh karena
beberapa alas an tersebut kelompok tertarik untuk mengadakan TAK dengan tema
bimbingan keterampilan (kerajinan tangan membuat tasbih).

Tujuan Khusus
1. Membantu Lansia dapat mengeksplorasikan bakat, minat dan kemampuan
dalam ketrampilan (kerajinan tangan)
2. Membantu Lansia untuk menyalurkan hobbinya dalam ketrampilan (kerajinan
tangan)
3. Membantu Lansia untuk mengisi waktu luang dalam melakukan kerajinan
tangan
4. Membantu Lansia memelihara kesehatan melalui kegiatan stimulasi motoric halus,

2
sensori kreatifitas dan kesabaran.
5. Membantu Lansia agar tidak bosan dan jenuh dalam ruangan melalui kerajinan
tangan
6. Mengevaluasi kegiatan kerajinan tangan yang di lakukan Lansia dipanti

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


1. Definisi
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah suatu aktivitas yang dilakukan pada
sekelompok orang dengan cara berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan yang terlatih. TAK ini sebagai
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan (Keliat, 2008).
2. Tujuan
a. Mengembangkan motorik
b. Mengembangkan kreativitas
c. Mengembangkan stimulasi kognitif
d. Mengembangkan stimulasi sensori
e. Mengembangkan orientasi realitas
f. Mengembangkan sosialisasi
3. Manfaat
Manfaat umum
a. Meningkatkan kemampuan kreativitas WBS
b. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
Manfaat khusus
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial.
Manfaat terapi
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b. Meningkatkan keterampilan sosial.
c. Meningkatkan kemampuan keterampilan
d. Meningkatkan kesabaran, ketelitian, empati
e. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masala

4
4. Macam-macam TAK
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
e. Penyaluran energi

B. Konsep Kognitif dan Motorik


1. Definisi
Kongnitif adalah suatu tindakan atau proses memahami. Terapi kongnitif
menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang menyebabkan kecemasa dan
tanggapan maladaftif melainkan harapan masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari
setiap peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku maladaptif dapat diubah oleh
berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakinan orang (Stuart, 2009).
Pada konsep kognitif TAK berperan untuk menlatih daya ingat, keterampilan
dan motoric halus.
2. Indikasi untuk terapi kognitif
Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi
psikiatri yang lazim:
a. Depresi (ringan sampai sedang).
b. Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan.
c. Indiividu yang mengalami stress emosional.
d. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering
terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan
antidepresan – jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi
terisolasi sering terjadi.
e. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia sosial, fobia spesifik).
f. Gangguan stress pascatrauma (post traumatic stress disorder).
g. Gangguan makan (anoreksia nervosa).
h. Gangguan mood.
i. Gangguan psikoseksual.
j. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya

5
3. Definisi Motorik
Motorik halus yaitu gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
yang dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. “Perkembangan motorik halus
meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini melakukan gerakan-
gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, merangkai,
mengancingkan baju, menempel, menggunting dan sebagainya.” Tujuan
perkembangan motorik halus seperti mengembangkan motorik halus
yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, memperkenalkan
gerakan jari seperti menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda dengan
jari jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang, mampu mengoordinasikan
kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata, penguasaan emosi.

C. Konsep Okupasi
1. Definisi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan
meningkatan bertujuan untuk seseorang agar mandiri dan tidak bergantung pada orang
lain ( Riyadi dan Purwanto, 2009). Terapi okupasi juga berfokus pada kemampuan
fungsional klien dan cara untuk meningkatkan fungsi klien, misalnya bekerja dalam
bidang seni dan kerajinan tangan serta berfokus pada keterampilan psikomotor
(Videbeck, 2008). Menurut penelitian Graff (2010) salah satu cara untuk mengoptimalkan
fungsi kogitif lansia adalah menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi bertujuan
mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi atau mengupayakan kompensasi atau
adaptasi untuk aktivitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan,
remediasi, stimulasi dan fasilitasi.

2. Manfaat Terapi Okupasi


a. Melatih motorik halus
b. Melatih aktivitas
c. Melatih konsentrasi
d. Mengenal warna
e. Mengenal bentuk

6
f. Melatih memecahkan masalah
g. Membangun kemandirian

3. Langkah-langkah
Pertama :
Gunakan bahan yang sudah di sedikan fasilitator salah satunya adalah Manik manik,
benang, gunting dan wadah/tempat manik manik.
Kedua :
Siapkan peralatan, Seperti : Manik manik, benang, gunting dan wadah/tempat manik
manik.
Ketiga :
Dampingi Lansia Mengajarkan cara membuat gelang dan tasbih 
Keempat :
Siapkan beberapa buah sample gelang dan tasbih agar lansia bisa memilih yang
diinginkan.
Kelima :
Jalin komunikasi Gunakanlah kesempatan ini untuk bertanya dan memancing
imajinasi serta menjalin komunikasi yang sehat dan menyenangkan dengan mereka, di
samping itu bermanfaat juga untuk melatih lansia berbicara dan mengungkapkan ide-
idenya.

7
BAB III
RENCANA KEGIATAN

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
WBS mampu melatih motorik dan kreativitas nya dalam membuat gelang dan tasbih
secara baik.
2. Tujuan Khusus
a. WBS mampu melatih kesabaran.
b. WBS mampu melatih konsentrasi.
c. Meningkatkan pemusatan perhatian.
d. Meningkatkan kemampuan intelektual.
e. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain.

B. Sasaran
1. Lansia dengan KATZ indeks:
a. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian,
toileting, berpindah dan mandi
b. Mandiri, semuanya kecuali salah satu fungsi diatas.
c. Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
2. Lansia dengan SPMSQ :
a. Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang
3. Lansia dengan MMSE 24 – 30 (tidak ada gangguan kognitif) dan 18-23 (gangguan
kognitif sedang) 
4. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses TAK
5. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

C. Media
1. Manik-manik
2. Bahan dan alat (benang, gunting dan tempat manik manik)

8
D. Rencana Kegiatan
1. Tempat Kegiatan
Ruangan WKWT yang berada di lingkungan UPTD Perlindungan sosial Provinsi
Banten dengan settingan tempat : masing-masing WBS di bagi menjadi tiga
kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri tiga WBS dan satu fasilitator. Selama
melakukan aktifitas, para WBS diawasi oleh fasilitator yang berada di setiap satu
kelompok dan diberikan peralatan.

2. Waktu Pelaksanaan
Hari : Sabtu
Tanggal : 11 Mei 2019
Waktu : 09.30-11.00 WIB
Lamanya : 90 Menit
Alokasi waktu:
Pembukaan : 10 menit
Kegiatan inti : 75 menit
Penutup : 5 menit
Jumlah anggota: 9 orang

E. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Ns. Alfonsa Reni Oktavia,,Skep,MKM
2. Leader : Toton Hartono
Tugas :

a. Menyiapkan proposal TAK


b. Menyiapkan tujuan dan peraturan TAK sebelum kegiatan dimulai
c. Memimpin kegiatan TAK sesuai dengan rencana
d. Memotivasi WBS untuk aktif dalam kegiatan TAK
e. Memberikan reinforcement positif terhadap WBS
f. Menetralisir bila masalah timbul dalam kegiatan TAK
3. Co Leader : Suwandi
Tugas :
a. Membantu leader selama jalannya kegiatan
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader

9
c. Mengingatkan leader tentang waktu dan apabila terjadi penyimpangan rencana
kegiatan
4. Fasilitator : Nelli, Ulfah M, Ila F, Ida Farida
Tugas :

a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung


b. Memotivasi peserta yang tidak aktif selama TAK berlangsung
c. Membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan
5. Observer : Elti Septriani
Tugas :

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan


b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal WBS selama kegiatan berlangsung
6. Dokumentasi : Asep P
Tugas :

a. Mendokumentasikan selama acara berlangsung


7. Instruktur : Rina Nurfitasari

F. Denah Tempat

10
KETERANGAN :

1. Leader

2. Co Leader

3. Observer

4. Fasilitator

5. WBS Ca Kulit

6. Pembimbing

7. Peserta

G. Proses Pelaksanaan
1. Perkenalan dan Pengarahan

a. Mempersiapkan lingkungan suasana tenang dan nyaman.


b. Mempersiapkan tempat : Pengaturan WBS sesuai dengan tempatnya masing-
masing.
c. Mempersiapkan peralatan : Daftar nama WBS dan bahan yang diperlukan :
manik-manik, benang nylon, dan tempatnya.
d. Kegiatan inti
 Persiapan
 Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
 Menanyakan kondisi WBS saat ini
 Menanyakan kesiapan WBS untuk mengikuti kegiatan sampai selesai

11
 Orientasi
 Salam teraupetik (salam terapis kepada WBS)
 Memperkenalkan nama panitia
 Evaluasi atau validasi (menanyakan perasaan WBS saat ini)
 Kontrak : Menjelaskan tujuan terapi dan Menjelaskan aturan main seperti :
lama kegiatan kurang lebih 45 menit
 Tahap kerja
 Metode : Dinamika kelompok
 Media : manik-manik, benang nylon dan tempatnya
 Persiapkan alat dan bahan
 Memperlihatkan cara merangkai tasbih dan gelang
 WBS harus merangkai tasbih dan gelang sesuai dengan keinginan WBS
 Tahap terminasi
 Evaluasi
Leader menanyakan perasaan WBS setelah melakukan terapi kongnitif dan
memberikan pujian atas keberhasilan individu menyelesaikan hasil karya
seni.
 Tindak lanjut
Mengajarkan WBS untuk melatih konsentrasi dan melatih kesabaran untuk
melakukan membuat ketrampilan semacam kegiatan lainnya, seperti yang
telah diajarkan.
 Penutup
Leader menanyakan perasaan para WBS, memberikan pujian atas
kerjasama selama kegiatan (sarankan agar WBS tetap berkomunikasi
dengan WBS lainnya.

12
H. Sekenario Kegiatan

No Tahapan dan Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta


waktu

Mendengarkan musik dilakukan


untuk menunggu para WBS hadir
Pre TAK di tempat kegiatan sebelum acara
berlangsung.
Tim penyelanggara TAK
mengajak para WBS bernyayi
bersama.
1 Pembukaan o Memberi salam o Menjawab
(10 Menit) “selamat pagi nenek salam
bagaimana persaan nenek “selamat
pagi ini ?” pagi,
alhamdulilla
o Memperkenalkan diri dan h baik”
tim
“ perkenalkan saya Toton o Menimak dan
Hartono sebagai leader memperhatik
TAK membuat gelang dan an
tasbih pada hari ini, dan
saya dibantu oleh
Suwandi sebagai
CoLeader, di sebelah sana
adaNelli, Ulfah, Ila, Rina
dan Ida sebagai
fasilitator, di sana ada
Elti Septriani sebagai o Menyimak
observer dan terakhir ada dan
Asep sebagai mendengarka
pendokumentasi acara n

13
TAK hari ini.”

o Menjelaskan tujuan dan


materi yang akan di
berikan
“pada pagi ini kita akan
melakukan terapi aktivitas
kelompok yang bertujuan
agar nenk-nenek yang ada
di ruangan ini dapat
mengenal satu sama lain
dan dapat mengembarkan
kreativitas, daya ingat dan
juga dapat dijadikan
media terapi dalam
rangaka mengisi waktu
luang nenek sehari-hari
secara mandiri
semaksimal mungkin.”
2 Kegiatan inti o Leader meminta setiap o WBS
(35 Menit) WBS untuk menyimak menyimak
cara membuat gelang dan dan dapat
tasbih menjawab
“Baik, nenek-nenek, disini sesuai
sudah duduk secara pertanyaan
kelompok ya, Nah, untuk yang
tiap-tiap kelompok harus diajukan
saling bekerja sama untuk
mengikuti langkah awal
dan menyelesaikannya
dengan benar, disini ada
bahan manik manik,
benang nylon gunting dan
tempatnya”.

14
“membuat gelang dan
tasbih ini sekaligus
melatih kesabaran dan
konsentrasi nenek-nenek
sekalian”
“nenek saya akan
menjelaskan bagaimana o WBS
cara membuat gelang dan memperhatik
tasbih ini. waktunya 35 an
menit,”

o Leader TAK
memperagakan
“nenek-nenek Hari ini
saya akan memperagakan
sekaligus menjelaskan o WBS mulai
bagaimana cara membuat melakukan
gelang dan tasbih dengan membuat
baik. Mohon perhatikan tasbih
ya, nek”

o Acara membuat gelang


dan tasbih di mulai.
“Baik nek, tadi sudah
lihat yang diperagakan
oleh Saya? Sudah lebih
mengerti ya nek
sekarang ? baik, langsung
saja yah nek, kita mulai.
Semangat ya nek,
membuat gelang dan
tasbihnya. Mari kita mulai
sekarang.”

15
o Leader memberikan
reinforcement positif bila
WBS mampu
menyelesaikan dengan
baik.
“ wah kelompok nenekini
sanga hebat bisa
mengikuti arahan-arahan
yang tadi sudah
diterangkan, sehingga
bisa menyelesaikan
membuat gelang dan
tasbih dengan baik dan
kerjasama yang sangat
baik ya nek.”

3 Penutup o Tim penyelenggara TAK o WBS


(5 menit) memberikan reward bagi menjawab
WBS yang bagus dalam “alhamdulila
membuat gelang dan h nenek
tasbih. bahagia
“selamat ya, nenek bisa neng bisa
membuat gelang dan membuat
tasbih ini dengan tepat. tasbih."
Semoga kegiatan ini dapat
mengisi waktu luang
nenek”

o Leader menanyakan
perasaan para WBS.
“Bagaimana perasaan
nenek setelah mengikuti
TAK ini ? semoga

16
menyenangkan ya dan
bermanfaat”

o Memberikan pujian atas


kerjasama selama
kegiatan.
“saya dan tim
mengucapkan banyak
terima kasih atas
kerjasama nenek dalam
kegiatan ini”

o Sarankan WBS tetap


berkomunikasi dengan
WBS lain.
“ Saya dan teman-teman
berharap agar nenek
dapat mengembangkan
kreativitas dan dapat
mengikuti terapi kongnitif
lainnya yang
dilaksanakan di panti.”

o Mengucapkan salam
“ nenek, terimakasih
untuk partisipasinya hari
ini. Semoga nenek
bahagia dalam kegiatan
TAK hari ini, saya akhiri
kegiatan TAK hari ini dan
saya ucapkan selamat
siang, nenek.”

17
o Memberikan reward
berupa pujian untuk WBS
yang berhasil
menyelesaikan kerajinan
tangan merangkai tasbih.

I. Antisipasi Masalah
a. Penanganan WBS yang tidak aktif selama TAK:
 Memanggil nama WBS.
 Memberi kesempatan kepada WBS untuk dibantu.
b. WBS yang meninggalkan acara kegiatan TAK:
 Memanggil nama WBS.
 Menanyakan alasan meninggalkan kegiatan.
 Memberikan penjelasan tujuan kegiatan dan anjurkan WBS untuk melaksanakan
keperluannya setelah acara berakhir.
c. Bila WBS di luar kelompok ingin ikut kegiatan
 Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk WBS di UPTD
Perlindungan Sosial dengan KATZ indeks A (Mandiri).
 Katakan pada WBS bahwa kegiatan lain yang mungkin dapat diikuti oleh WBS
tersebut.
 ika WBS memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran
pada kegiatan tersebut.

J. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Input
 Tim berjumlah 9 orang yang terdiri dari seorang leader, seorang co leader, 4
orang fasilitator, 1 orang observer,1 orang instruktur, dan 1 dokumentasi.
 Lingkungan tenang dan tepat waktu.
 Peralatan : daftar nama peserta, manik manik, benang, gunting dan tempat nya
2. Evaluasi Proses
 90% WBS mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

18
 90% WBS aktif mengikuti kegiatan.
3. Evaluasi Output
 80% WBS dapat merangkai tasbih tanpa dibantu
 Pelaksanaan kegiatan tepat waktu.
4. Evaluasi dan Dokumentasi Hal-hal yang perlu dievaluasi:
 Kemampuan membuat keputusan
 Tingkah laku selama bekerja
 Kesadaran adanya orang lain bekerja bersama dia dan yang mempuanyai
kebutuhan sendiri
 Kerja sama
 Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dll)
 Inisiatif dan tanggung jawab
 Kemampuan untuk diajak dan mengajak berunding
 Menyatakan perasaan tanpa agresi
 Kompetisi tanpa permusuhan
 Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
 Kemampuan menyatakan pendapat sendiri atau bertanggung jawab terhadap
pendapatnya sendiri
 Wajar dalam penampilan
 Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
 Kemampuan menerima intruksi dan mengingatnya
 Kerapihan bekerja, cepat atau lambat
K. Evaluasi Pelaksanaan
a. Waktu dan Tempat :
Hari : Sabtu
Tanggal : 11 Mei 2019
Waktu : 09.30-11.00 WIB
Lamanya : 90 Menit
Evaluasi waktu pelaksaanaan lebih panjang 30 menit dari rencana dan
mundur setengah ham dari rencana.
b. Peserta pelatihan TAK berjumlah 11 orang lansia, anggota kelompok 9
orang, pembimbing 1 orang beserta 1 orang WBS yang tidak aktif karena
menderita Ca kulit
c. Hasil kegiatan

19
Peserta 90% mengikuti kegiatan dengan aktif , rata-rata WBS dapat
menyelesaikan kegiatan merangkai tasbih.
Kendala yang terjadi selama pelaksanaan yaitu WBS Arwana dan WBS ci
Ahong mengalami gangguan penglihatan, WBS Slamet dan WBS Nunung
mengalami gangguan sensori halus sehingga mereka kesulitan dalam
merangkai tasbih.
d. Penutupan
Kegiatan ditutup pukul 11.00 WIB oleh leader toton Hartono yang disaksikan
oleh semua peserta.

20
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Terapi ativitas Kelompok telah dilaksanakan di ikuti oleh para lansia yang berjumlah 9
peserta yang mempunyai nilai kongnitifnya tinggi di laksanakan di ruangan WKWT, seluruh
peserta mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan tertib dari tahap awal sampai tahap akhir.
Peserta aktif mengikuti demonstrasi terapi aktivitas kelompok dengan membuat gelang dan
tasbih hasil nya 90%

2. SARAN
a. UPTD Perlindungan Sosial
Agar membuat jadwal TAK secara rutin didampingi oleh paraa pramuwisma maupun
perawat yang bertugas di UPTD Perlindungan Sosial Provinsi Banten, sehingga para
WBS bisa produktif dan mengembangkan kemampuannya.
b. Pihak Pendidikan
Berperan aktif dalam mengembangkan penelitian dalama kegiatan TAK di lingkup
geriatri
c. Mahasiswa
Lebih mengembangkan tema kegiatan TAK berbasis penelitian, sehingga TAK sesuai
dengan sasaran pada lansia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jakarta: Akemat dan Keliat. (2008). Keperawatan


Jiwa Terapi AktivitasKelompok. Jakarta EGC

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktek dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: Salemba
Medika.Graff. (2010). Terapi Okupasi.

Kushariyadi, Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada


Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Riyadi, Sujono, dan Purwanto, Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan


Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart, G. W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Edisi 9

Missouri: Mosby.

Videbeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

22
LAPORAN KEGIATAN
TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
BIMBINGAN KETERAMPILAN (KERAJINAN TANGAN)
MEMBUAT TASBIH
UPTD PERLINDUNGAN SOSIAL PROVINSI BANTEN

OLEH :
ELTI SEPTRIANI
IDA FARIDA
RINA NURFITASARI
ULFAH MASFUFAH
ILA FADILAH
SUWANDI
TOTON HARTONO
NELLY SUSPRIYANINGSIH
ASEP PURKONI

KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERTAMEDIKA
JAKARTA 2019

23

Anda mungkin juga menyukai