Anda di halaman 1dari 17

Terapi Bermain Menyusun Kata

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul Terapi Bermain Menyusun Kata pada Anak Usia pra sekolah
di Rumah Sakit Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan
oleh kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain menyusun kata. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Padang, 3 juni 2015


Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,
namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak

karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis dan
akut didapatkan jumlah anak usia pra sekolah (6-8) tahun sebanyak 15 orang anak. Anak-anak
pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan huruf atau kata,
oleh karena itu bermain dengan menyusun kata menjadi alernatif untuk mengembangkan
kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Menyusun
gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat
perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu
yang menggunakan huruf alfabeth atau kata-kata akan membantu anak untuk menggunakan daya
pikirnya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena itu, kegiatan bermain
sangat penting terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia prasekolah dengan cara
menyusun kata
B.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan
kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit
dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
a)
b)
c)

Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak akan mampu:


Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan

d)
e)
f)

Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan


Beradaptasi dengan lingkungan
Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress
pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
1995).
Terapi bermain menyusun kata yaitu sebuah permainan yang menggunakan huruf abjad yang
terpisah,dimana nanti akan diberi petunjuk atau perintah untuk menyusun huruf tersebut menjadi
kata dan kalimat.
B.

Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh
menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.

Tujuan bermain menyusun kata adalah untuk merangsang atau memacu otak dan emosional
anak dalam bermain,selain itu juga akan memrangsang perkembangan sensorik,motorik
,intelektual kreatifitas dan kecekatan anak dalam berfikir.
C. Cara Pelaksanaan
Perawat akan memberi beberapa kata dan perintah kata yang akan disusun oleh anak, setelah
itu anak akan mulai untuk menyusun kata tersebut menjadi kalimat. Terapi bermain ini pada anak
usia 6-8 tahun.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

D. Karakteristik Bermain
Sangat energik
Imaginative
Aktif
Sehat
Kreatif
Cekatan

E. Sasaran
1. Usia pra sekolah (yang berusia 6-8 tahun)
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
5. Orang Tua
F. Usia
Pra sekolah (6-8)
G. Fungsi Bermain
Fungsi

utama

bermain

adalah

merangsang

perkembangan

sensoris-motorik,

perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan


kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak
membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat
mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain
akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada
kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian,
anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam
bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang
satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan
orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya
sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya
menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan
negatif dari perilakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan
guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggungjawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya,
bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting
peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan
nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak
dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat
dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama
melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
kelompok bermainnya.
H. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang
pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

a) Bermain aktif
Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba,
menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll.
Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan
teman-temanny
Bermain bola, tali, dan sebagainya
b) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini
adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a)
b)
c)
d)

Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah


Mendengarkan cerita atau musik
Menonton televisi
Dll

I. Klasifikasi Permainan
a) Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk
permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain
anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak
dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan
melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

b) Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
2.

disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balitaToddler.


Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan
yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung,
biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok

3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada
J.

aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.


Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.


2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang
lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan memberikan alat
permainan terlalu banyak atau sedikit.
K. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
a.

Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :

Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.

Melatih kerjasama mata dan tangan.

Melatih kerjasama mata dan telinga.

Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

Melatih mengenal sumber asal suara.

Melatih kepekaan perabaan.

Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :

Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

Memperkenalkan sumber suara.

Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

Melatih imajinasinya.

Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:

Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah,
sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c.

Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah ;

Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

Mengembangkan keterampilan berbahasa.

Melatih motorik halus dan kasar.

Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).

Melatih kerjasama mata dan tangan.

Melatih daya imajinansi.

Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.


Alat permainan yang dianjurkan :

Alat-alat untuk menggambar.

Lilin yang dapat dibentuk

Pasel (puzzel) sederhana.

Manik-manik ukuran besar.

Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

Bola.

d. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :

Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

Mengembangkan kemampuan berbahasa.

Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).

Membedakan benda dengan permukaan.

Menumbuhkan sportivitas.

Mengembangkan kepercayaan diri.

Mengembangkan kreativitas.

Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.

Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai


terapung dan tenggelam.

Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.


Alat permainan yang dianjurkan :

Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis,
kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

L. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

b.
c.
d.
e.
f.
M.

Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu


Jenis kelamin
Lingkungan lokasi, negara, kultur
Alat permainan senang dapat menggunakan
Intelegensia dan status sosial ekonomi
Tahap Perkembangan Bermain

a.

Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c.

Tahap bermain sungguhan


Anak sudah ikut dalam permainan

d. Tahap melamun
e.

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

N. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
O. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a.

Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan


c.

Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

P. ANTISIPASI HAMBATAN
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

BAB III
SAP TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan

: Terapi Bermain Menyusun Kata Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Menyusun Kata Pada Anak Usia 6-8 tahun
Tujuan

: Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Tanggal / Jam

: Hari / Tanggal

Jam / Durasi
Tempat Bermain
Peserta

: Kamis / 4 Juni 2015

: Pkl. 10.00 sd selesai


: Ruang pertemuan lantai 3
: Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak

kronik yang memenuhi kriteria :

Usia pra sekolah (yang berusia 6-8 tahun)


Tidak mempunyai keterbatasan fisik
Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :

Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga
Target : 4 orang
Sarana dan Media

Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
Media:
o Huruf-huruf untuk membentuk kata
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 16 orang dan 1 orang observer dengan
susunan sebagai berikut:
Co leader

: Indah Verawati

Leader

: Firmansyah

Observer

: Reni angraini

Fasilitator

: Fari aina Liafauziah


Ayu bella nasta
Feby andea pricila
Khairatunnisa
Jelly oktavia
Eva damayanti

Pembagian Tugas

1.

Peran Leader

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan
suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya

Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

2.

Peran Co Leader

Mengidentifikasi issue penting dalam proses

Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating

Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

3.

Peran Fasilitator

Mempertahankan kehadiran peserta

Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam
kelompok

4.

Peran Observer

Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy

Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi


Setting Tempat
Ket :
Leader
Co-Leader
observer
Fasilitator
Anak
Orang Tua
Pembimbing
Susunan Kegiatan
No

Waktu

Terapy

5 menit

Pembukaan :

Anak
Co-Leader

Ket

membuka dan Menjawab salam

mengucapkan salam

Memperkenalkan diri terapy

Mendengarkan

Memperkenalkan pembimbing

Mendengarkan

Memperkenalkan anak satu

persatu dan anak saling berkenalan Mendengarkan


dengan temannya

saling berkenalan

Mendengarkan

Kontrak waktu dengan anak

dan

25 menit

Mempersilahkan Leader

Mendengarkan

Kegiatan bermain :

Leader

menjelaskan

cara Mendengarkan

permainan

Menanyakan pada anak, anak Menjawab

mau bermain atau tidak

pertanyaan

Menerima

Menbagikan permainan

permainan

Leader

,co-leader,

dan

Fasilitator memotivasi anak

Bermain

Fasilitator mengobservasi anak

Bermain

Menanyakan perasaan anak

Mengungkapkan
perasaan

10 menit

Penutup :

Leader

Menghentikan Selesai bermain

permainan

Menanyakan perasaan anak

Mengungkapkan
perasaan

Menyampaikan hasil permainan

Memberikan hadiah pada anak

Mendengarkan

yang cepat menyelesaikan gambarnya Senang


dan bagus

Membagikan souvenir/kenang-

kenangan pada semua anak yang Senang


bermain

Menanyakan perasaan anak

Mengungkapkan
perasaan

Co-leader menutup acara

Mendengarkan
Menjawab salam

Mengucapkan salam

Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan

Alat-alat yang digunakan lengkap

Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan

Terapi dapat berjalan dengan lancar

Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai,
kemudian digantung

Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

Anak merasa senang

Anak tidak takut lagi dengan perawat

Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan alat
yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak
adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah

sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak.
Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat oleh
adanya dampak hospitalisasi tersebut.
Terapi bermain menyusun kata yaitu sebuah permainan yang menggunakan huruf abjad yang
terpisah,dimana nanti akan diberi petunjuk atau perintah untuk menyusun huruf tersebut menjadi
kata dan kalimat.
B.

Saran

1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari
stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang
dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk
melakukan tindakan.

3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena
dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai