Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
Tema

: Terapi Bermain Menyusun Puzzel Pada Anak Di RSUD Pandan Arang


Boyolali

Sub Tema

: Terapi Bermain Menyusun Puzzel Pada Anak usia 3-5 tahun

Sasaran

: Anak usia 3-5 tahun dan orang tua

Tempat: Edelweiss
Hari/Tanggal : Jumat, 13 Mei 2016
Waktu

: 30 Menit

A. Latar Belakang

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh


kepuasan. Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan
bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan komoditas tertentu.
Bermain merupakan salah satustimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau
perasaan lainnya sehingga hal tersebut memberikan kebebasan bermain
untuk anak sehingga orang tua dapat mengetahui suasana hati si anak.
Sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam
kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
perlu dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi anak.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan
dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
1

Pada terapi bermain ini karakteristik umur yang sesuai pada usia prescool yaitu usia 3-5
tahun dapat bermain pasif seperti bermain dengan menyusun puzzel (bongkar pasang).
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya selama dirawat. Suhu normal yang dapat
mengikuti terapi bermain anak ini adalah suhu normal 35.7-37.5 (El- Radhi). Anak
mengikuti terapi bermain dalam keadaan terpasang infus dan bisa berjalan mampu
berinteraksi dalam keadaan kondisi tidak buruk dan tidak terpasang infuspump.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit anak diharapkan bisa merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga
anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirimah sakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah mendapatakan terapi bermain satu kali diharapkan anak mampu :
1.
2.
3.
4.
5.

Bisa merasa tenang selama dirawat.


Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat.
Meningkatkan daya kreatifitas.
Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran,iri hati dan kedukaan.
6. Membangun hubungan saling percaya anak terhadap lingkungan sekitar serta
pada perawat.

C. Jenis permainan

Puzzel (Bongkar Pasang)

D. Metode
1. Ceramah
2. Bermain bersama
E. Media
Puzzel (Bongkar Pasang)

F. Setting Tempat

P1

P2

Keterangan :

P1
P2

: Perawat 3

: anak presshol dan orangtua

: Perawat 1

: Orang tua pasien

: Perawat 2

: Narator

: Pasien

G. Pengorganisasian
Dina Sangkristi A

: Narator

Agustina Merdekawati

: Perawat 1

Aditya heru Siswanto

: Perawat 2

H. Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
1.
5 menit

2.

15 menit

Kegiatan
Pembukaan:
1. Membuka
kegiatan
dengan
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain
4. Kontrak waktu dengan anak dan
orang tua
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain puzzle
2. Memberikan kesempatan kepada

Peserta
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
4. Memperhatikan
1. Memperhatikan
2. Bertanya
3

3.

5 menit

4.

5 menit

anak untuk bertanya jika belum jelas


3. Membagikan puzzlekepadaanak
3. Antusias saat menerima
peralatan
4. Fasilitator mendampingi anak dan 4. Memulai
membuat
memberikan motivasi kepada anak
bingkai dan menghias
5. Menanyakan kepada anak apakah 5. Menjawab pertanyaan
telah selesai membuat menyusun
puzzle.
6. Memberitahu anak bahwa waktu 6. Mendengarkan
yang diberikan untuk bermain telah
selesai.
7. Memberikan pujian terhadap anak 7. Memperhatikan
karena telah bermain dengan serius
8. Menyuruh anak untuk menceritakan 8. Menceritakan
gambar yang ada di dalam puzzle
Evaluasi:
1. Mengumumkan nama anak yang 1. Gembira dan bertepuk
dapat menyusun puzzle dengan
tangan
cepat dan tepat.
Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian 1. Gembira
kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain
2. Membagikan reward berupa hasil 2. Gembira
karya mereka kepada masingmasing peserta
3. Mengucapkan terima kasih kepada 3. Mengungkapkan
anak dan orang tua, menggali
perasaan
perasaan klien setelah terapi
bermain
4. Menjawab salam
4. Mengucapkan salam penutup

1. Evaluasi struktur
a. Membuat preplanning sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Membuat kontrak waktu
c. Menyiapkan media dan perlengkapan
d. Mempersiapkan setting sesuai dengan preplanning.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibentu co leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir
kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat menyusun puzzel dengan tepat dan benar didampingi oleh
fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
4

f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai


3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
b. Anak dapat melakukan menyusun puzzel 90% dengan benar sesuai dengan yang dipandu
perawat .
c. Anak mengikuti proses bermain 90% dari awal hingga akhir.
d. Kehadiran pasien dan orang tua 100%
.

LAMPIRAN MATERI

A. Definisi
1) Menurut Hurlock (1991) bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan secara
sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
2) Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak, layaknya seperti
bekerja bagi orang dewasa, dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.
3) Menurut Foster (1989) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi :
5

1. Perkembangan sensori motorik


Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling
untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya :
a. Bayi melalui stimulasi taktil ( sentuhan ), audio, visual.
b. Toddler dan prasekolah ; gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan
c. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan
rumit. Contoh berlari dan bersepeda.
2. Perkembangan Intelektual/ Kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal objek dan
bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan
kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingkan antara
fantasi dan realita.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga anak
cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi
akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak belajar yang benar dan salah serta
bertanggung jawab atas kehendaknya.
a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak sosial
pertama anak adalah figur ibu.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan.
c. Usia 23 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual
dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman permainannya.
d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada
pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima,
belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab
dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau
anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
6. Kesadaran diri

Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin diterima
sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima secara
kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
a. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit.

b.

Ciri Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan
Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa ciri bermain yaitu :
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan pribadi serta
untuk kepentingan sendiri.
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi
yang positif.
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas
lain.
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep
bermain pada anak-anak kecil.

c. Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan


1) Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan
orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi
respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.
2) Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek, cahaya,
bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.
3) Skill Play, bermain yang sifatnya membina keterampilan Misalnya berulangkali
melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat,Contoh naik sepeda.
4) Dramatik Role Play/bermain Dramatik/ Simbolik, dimulai pada akhir masa bayi
11-13 bulan. Contoh : berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,
minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya.
Usia Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.
5) Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video.
2. Menurut Karakteristik Sosial
1) Onlooker Play/mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak
ada usaha untuk ikut bermain. Contoh : menonton televisi
2) Solitary/mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak
ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/
permainanya sendiri.
3) ParalelPlay, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok.
4) Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling
meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah
5) Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai.
3. Menurut Usia Anak
1) Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 3 bulan, usia 4 6
bulan, dan usia 7 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah sense
of pleasure play.
- Bayi usia 0 3 bulan
Karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi sosial yang

menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang dewasa sekitarnya.
Selain itu, perasaan senang juga menjadi ciri khas dari permainan untuk bayi di
usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang
berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut,
secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli
penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada
posisi yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya.
Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar
pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.
- Bayi usia 4 6 bulan
Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan seperti mengajak
bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna
terang, serta dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi
didepannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.
Untuk

stimulasi

pendengaran,

dapat

dilakukan

dengan

cara

selalu

membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan


sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan yang berbunyi di dekat
telinganya.
Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya, lembut dan
lentur atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandi.
- Bayi usia 7 9 bulan
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang
berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia
mencoret-coret sesuai keinginannya.
Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi boneka yang
berbunyi, mainan yang bisa dipegang dan berbunyi jika digerakkan. Untuk itu
alat permainan yang dapat diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna
yang terang an mencolok, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola yang besar,
berbagai boneka, dan/atau mainan yang dapat didorong.
2) Anakusia toddler (>1 tahunsampai 3 tahun)
Anakusia toddler menunjukkankarakteristikyang khas, yaitubanyakbergerak,
tidakbisadiamdanmulaimengembangkanotonomidankemampuannyauntukmandiri
Olehkarenaitu,dalammelakukanpermainan,anaklebihbebas,spontan,

danmenunjukkanotonomibaikdalammemilihmainanmaupundalamaktivitasbermai
nnya.Anakmempunyai rasa ingintahu yang
besar.Olehkarenaituseringkalimainannyadibongkar-pasang,
bahkandirusaknya.Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan
perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah solitary play
dan parallel play. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia
lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara
parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat
permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warnawarni yang dapat dibentuk benda macam-macam
3) Anak usia prasekolah (>3 tahun - 6 tahun)
Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan
temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai
adalah associative play, dramatic play dan skill play. Anak melakukan
permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai
dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang
tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya.
Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih
anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada
anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan
balok-balok besar.
4) Anak usia sekolah (> 6 tahun - 12 tahun)
Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu
bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman
menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian,
permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan
ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan

10

sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan


sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam
kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah
mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak
dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis
kelaminnya.Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainanjenis mekanik yang
akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang
laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan
permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan,
pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan,
misalnya alat untuk memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)
Anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia dewasa dan
bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan
mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan
mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang
dsb. Melihat karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif,
misalnya

dengan

melakukan

permainan

berbagai

macam

olah

raga,

mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi


remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna dll.
Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari
kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih
juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk
menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa
berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.
d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Bermain
1.

Tahap perkembangan anak


Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak
lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian
juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi

11

pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat
harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.

Status kesehatananak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada
anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting
pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di
rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di
rumah sakit.

3.

Jenis Kelamin
Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa
permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri
sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk
digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini
dipelajari melalui media permainan.

4.

Lingkungan yang mendukung


Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah
satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi
lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan
sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari bendabenda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif,
keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana
anak di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak
mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari,

12

melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.


5.

Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih
yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan
harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai
dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau
mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari
atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang
anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan
dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan
koordinasi

alat

gerak.

Permainanmembantu

anak

untuk

meningkatkan

kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi sosial dengan
orang lain.

e. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak


1) Tradisi
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim
2) Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia bertambah,
penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.
3) Waktu dan usia
1. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia
2. Waktu berkurang sesuai usia
3. Aktifitas fisik berkurang
4. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
5. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
6. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )

13

f. Prinsip Permainan pada Anak di Rumah Sakit


1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada
anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan
di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruangan rawat.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
g. Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih tegang dan nyeri.
4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif
h. Konsep Puzzle
Puzzle merupakan salah satu jenis permainan yang biasanya menggunakan potongan
(piece), dan pemain diminta memindahkan potongan (piece) secara bebas. Umumnya
puzzle memiliki potongan (piece) denganbentuk yang kompleks sehingga selama kita
berusaha mencocokan gambar, kita juga harus mencocokan bentuk sambungannnya
(Yuriastien, 2009)
1. Jenis-jenispuzzle:
Ada beberapajenis puzzle, antara lain:
a. Logic Puzzle
Logic Puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika. Gambar berikut adalah
contoh dari logic puzzle berupa grid puzzle.
b. Jigsaw Puzzle
Jigsaw Puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan.
Disebutdengan Jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi keeping disebut
dengan jigsaw.
c. Mechanical Puzzle
14

Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepinganya saling berhubungan. Contoh


puzzle pada mechanical puzzle adalah Soma Cube dan Chinese wood knots.
d. Combination Puzzle
Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa
kombinasi yang berbeda. Rubik's Cube dan Hanoi Tower adalah contoh
Combination Puzzle.
2. Manfaat permainan puzzle:
a. Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi.
Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potonganpotongan kepingan gambar tersebut.
b. Melatih koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan kepingankepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Meningkatkan Keterampilan Kognitif.
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar
dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak balita
karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang
menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu
menyusun gambar.
d. Belajar bersosialisasi.
Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya butuh diskusi untuk merancang
kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut. Anak yang lebih besar akan
merasa senang jika dapat membantu anak yang lebih kecil, sebaliknya pun begitu,
sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan terciptanya interaksi ketika
bermain.
e. Melatih kesabaran
Dengan bermain puzzle anak bias belaja rmelatih kesabarannya dalam
menyelesaikan suatu tantangan.
f. Melatih daya ingat
Bermain puzzle akan melatih daya ingat anak tentang bentuk dan warna puzzle
yang akan disusun. Anak akan mengingat gambar yang dilihat sebelum
menyusunnya.
15

g. Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Anak akan
menyimpulkan dimana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan
logika. Jika sudah menaruh bagian hidung berarti mulut ada di bagian bawahnya.
Orang tua harus memperhatikan bahwa kemampuan tiap anak itu berbeda.
Biasanya anak yang sejak dini sudah dikenalkan dengan puzzle akan lebih mahir
dan terbiasa bermain puzzle. Oleh karena itu, para orang tua yang akan memilih
puzzle untuk anaknya, jangan berdasarkan umur, tetapi bergantung kepada
kemampuan sibuah hati. Umumnya, anak-anak yang kuat kemampuan visualnya,
akan lebih mudah dancepat menyelesaikan permainan ini.

16

DAFTAR PUSTAKA
Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia: A. Samik
Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC
Hurlock.1991. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga
Ngastiyah,2005, Perawatan Anak Sakit, Ed.2, Jakarta:EGC
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EG

17

18

Anda mungkin juga menyukai