Anda di halaman 1dari 39

TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)

STIMULASI PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Disusun oleh :

1. Arista Nanda A (2012.003)

2. Azizah Choirina (2012.004)

3. Dwi Cahyanti (2012.010)

4. Fladira Artha Y (2012.014)

5. Marlinda Tanjung (2012.021)

6. Pandansari Kusuma (2012.027)

7. Suci Rohmawati (2012.037)

8. Novaria Ilyas S (2012.109)

9. Puji Hastuti (2012.111)

10. Shinta Dewi K (2012.118)

11. Virnanda (2012.123)

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA

SURAKARTA

2014

i
LEMBAR PENGESAHAN
PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
STIMULASI PRESEPSI SENSORI : HALUSINASI

Dengan ini kami menyatakan bahwa Terapi Aktivitas Kelompok

stimulasi presepsi sensori sudah dilakukan dan disetujui pada :


Hari/Tanggal : Senin, 17 November 2014
Waktu : 09.00 – selesai
Tempat: Ruang Larasati

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Tunjung SY, S.Kep., Ns,. M.Kes Mardini, S.Kep.,Ns., M.Kes

DAFTAR
ii ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

A. Latar Belakang

………………………………………………… 1
B. Tujuan

…………………………………………………………. 2
C. Manfaat

………………………………………………………… 3

BAB II LANDASAN TEORI

A.Halusinasi................................................................................... .

B. Terapi Aktivitas Kelompok

......................................................... 11

BAB III RENCANA PELAKSANAAN TAK


A. Persiapan..........................................................................

............ 15
B. Rencana Pelaksanaan

………………………………………….. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pelaksanaan

……………………………………………… 35
B. Pembahasan...........

...................................................................... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan

…………………………………………………….. 37
B. Saran.........

................................................................................... 38
C. Keuntungan

…………………………………………………… 38
LAMPIRAN

BAB I

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS


iii KELOMPOK

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social yang tidak lepas dari ketegantungan

dengan orang lain, dan salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan social

untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Kebutuhan social yang

dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain,

penghargaan dan pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya

memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga mungkin dapat

terjadi gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan

orang lain.

Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu

menyesuaikan dengan dirinya sendiri, otrang lain, masyarakat dan

lingkungan.
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia salah satu

gejalanya mengalami gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya

halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap

lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga

semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.


Berdasarkan data diatas, maka kami menganggap Terapi Aktivitas

Kelompok (TAK) pada klien dengan gangguan persepsi sensori dapat

1
2
tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien

yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya

dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak

mengganggu anggota kelompok yang lain.


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan

kelompok klien dengan maksud memberi terapi bagi anggotanya.Dimana

berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon

sosial.

Untuk mengatasi gangguan interaksi social pada pasien dengan

gangguan jiwa, terapi aktivitas kelompok sangat diperlukan dalam praktek

keperawatan kesehatan jiwa, karena merupakan keterampilan therapeutik

yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Terapi aktivitas kelompok

merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupa psikoterapi dengan

sejumlah pasien daam waktu yang bersamaan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori

selama 1x30 menit diharapkan pasien dapat mempersepsikan stimulasi

dengan baik. Peserta TAK mampu mengidentifikasi halusinasi dan

mengontrol halusinasi. Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan

interpersonal anggota kelompok, berkomunikasi, saling

memperhatikan, mampu berespon terhadap stimulasi yang diberikan

serta pasien dapat memahami dan mengatasi halusinasi yang diderita

pasien 3

2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi yang dialaminya

meliputi isi, frekuensi, waktu / situasi dan respon yang dilakukan

klien apabila halusinasi muncul.


b. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan

menghardik dan dan menggunakan cara menghardik saat halusinasi

muncul.
c. Klien mampu mengikuti program pengobatan dengan

mengerti jenis obat, mengerti efek samping/manfaat obat, mampu

menyebutkan 5B minum obat dan memahami kerugian tidak minum

obat secara optimal


d. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang

lain untuk mengalihkan supaya halusinasi tidak muncul.


e. Klien mampu menyusun jadwal kegiatan dan melaksanakan

sesuai dengan jadwal harian untuk mencegah terjadinya halusinasi

C. Manfaat
1. Pasien-keluarga
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
d. Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
e. Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan pemecahan masalah

4
2. Perawat
a. Meningkatkan kreatifitas dalam melakukan strategi terapi aktifitas

kelompok
b. Dapat digunakan sebagai metode dalam menerapkan terapi aktifitas

kelompok yang sistematis dan bermanfaat pada pasien dengan

gangguan sensori persepsi halusinasi sehingga dapat mempercepat

proses penyembuhan
3. Rumah Sakit
a. Meningkatkan kualitas sumber daya alam dan menerapkan nilai-

nilai budaya
b. Membudayakan sikap dan perilaku dalam memberikan terapi

aktifitas kelompok

BAB II
LANDASAN TEORI
A. HALUSINASI
1. Pengertian

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami

suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu

(Maramis, 2005).

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.Klien

merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun

tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,

2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah

(Stuart, 2007).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau

mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa
adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang

berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien

sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai

halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa


6
halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan

tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi

5 pasien mendengar suara, terutamanya


pendengaran adalah kondisi dimana

suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya

dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Penyebab

Menurut Stuart (2007), factor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

a. Faktor predisposisi
1) Biologis : Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang

berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif

barumulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang

berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan

otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada

daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku

psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin

neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada

system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.


c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.

Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan

pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi

otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut

didukung oleh otopsi (post-mortem).


2) 7
Psikologis : Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien

sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah

satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau indakan kekerasan dalam

rentang hidup klien.


3) Sosial Budaya :Kondisi sosial budaya mempengaruhi

gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya

(perang, kerusuhan, bencanaalam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress.
b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul

gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,

isolasi, perasaan tidak berguna, putusasa dan tidak berdaya.

Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat

mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

3. Gejala
Menurut Hamid (2000), perilakuklien yang terkait dengan halusinasi

adalah sebagai berikut:

a. Bicara sendiri.

b. Senyum sendiri.
c. Ketawa sendiri.

d. Menggerakkan bibir tanpa suara.

e. Pergerakan mata yang cepat

f. Respon verbal yang lambat

g. Menarik diri dari orang lain.


8
h. Berusaha untuk menghindari orang lain.

i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan

tekanan darah.

k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya

beberapa detik.

l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.

m. Sulit berhubungan dengan orang lain.

n. Ekspresimu kategang.

o. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.

4. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara

berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap

antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar

dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk

melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.


b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,

gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias


9
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses

umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi

penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.


d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.

Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang

lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makan atau pembentukan urine.

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan

Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda,

yaitu :

1) Fase I Conforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,

kesepian, rasa bersalah dan takut sertamen coba untuk berfokus

pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.Di sini

klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik

sendiri.
10
2) Fase II Condeming
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien

mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak

dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi

peningkatan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas

seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan

dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan

kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan

realita.

3) Fase III Controling

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap

halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien

sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak

mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam

kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan

dengan orang lain.

4) Fase IV Conquering

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien

mengikuti perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan,

agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang

kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi

klien sangat membahayakan.

11

B. Terapi Aktifitas Kelompok


1. Pengertian
Terapi Aktifitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan

perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktifitas yang digunakan sebagain terapi,

kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok

terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling

membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih

perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang

maladaptif. (Keliat, 2004)


2. Metode
Metode yang digunakan pada terapy aktifitas kelompok (TAK) ini

adalah metode:
a. Diskusi dan tanya jawab.
b. Melengkapi jadwal harian.
3. Pelaksanaan
Kegiatan TAK menggunakan sistem sesi yang dibagi menjadi lima

sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK

kali ini adalah melanjutkan kegiatan TAK sebelumnya, kali ini

adalah TAK untuk sesi kelima yaitu tentang program pengobatan.


a. Tata Tertib TAK
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
12
3) Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4) Tidak diperkenankan makan, minum, merokok

selama kegiatan (TAK) berlangsung.


5) Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan,

peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah

dipersilahkan oleh pemimpin.


6) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan

dikeluarkan.
7) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis,

namun TAK belum selesai, maka pemimpin akan meminta


persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK

kepada anggota.
4. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengantisipasi

kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-

langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:


a. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti

TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka

langkah yang diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan

yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati

oleh anggota kelompok lainnya.


b. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang

13
tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka

berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih

tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.


c. Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan,

leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku

kekerasan tidak boleh dilakukan.


5. Peran Perawat
a. Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola

komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Membantu anggota

kelompok menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator,

membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat

peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi

aktivitas kelompok.
b. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok

sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus


pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya

kegiatan.
c. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mencatat serta mengamati respon

penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan

menangani peserta/anggota kelompok yang drop out

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN TAK

A. Persiapan
1. Seleksi Klien
a. Kriteria klein
1) Klien dengan halusinasi
2) klien yang kooperatif.
3) Klien yang sehat secara fisik (tidak ada gangguan

pendengaran dan bicara).


4) Klien yang bersedia mengikuti TAK.
b. Jumlah peserta TAK : 5 orang
2. Jadwal Kegiatan
a. Tempat pelaksanaan TAK : Di halaman Larasati
b. Lama Pelaksanaan TAK : Senin, 17 November 2014
c. Waktu pelaksanaan TAK : 10.00 - 10.30 WIB
3. Metode
a. Demonstrasi
b. Dinamika Kelompok
4. Media dan alat : Koran, alat tulis, bola plastik,

eloktronik

15
5. Pengorganisasian 14
a. Leader
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya

kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas –tugas Leader

dalam TAK ini meliputi:


1) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi

aktivitas kelompok
2) Mampu memotivasi anggota kelompok untuk aktif dalam

kelompok dan memperkenalkan diri


3) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik

dan teratur
4) Menetralisir bila ada masalah yang muncul dalam

kelompok
5) Menjelaskan kegiatan
b. CoLeader
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya

TAK apabila leader mengalami bloking ataupun hal lain yang

bersangkutan dengan leader . Adapun tugas Co leader dalam TAK

meliputi
1) Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader

tentang aktivitas klien


2) Mengingatkan leader apabila kegiatan terapi menyimpang

16

c. Fasilitator
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motifasi kepada

peserta untuk kesuksesan jalannya kegiatantersebut adapun tugas

fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi:


1) Memfasilitasi peserta yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role play bagi peserta selama kegiatan
d. Observer
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam

kegiatan TAK
1) Leader : Pandansari
2) CoLeader : Puji Hastuti
3) Fasilitator :
a) Arista
b)Marlinda
c) Shinta
d)Virnanda
e) Dwi
f) Azizah
g)Fladira
4) Observer :
 Novaria
 Suci

17

7. Setting tempat
 Klien dan terapis berdiri di halaman

CO LD LD
F2 F3
F5 F1
F6 F4
F7
OB1 OB2

Keterangan :
1) Pasien :
2) Perawat :
3) LD : Leader (Pandansari)
4) CO LD : Co Leader (Puji)
5) OB : Observer (1. Novaria)
(2. Suci)
6) F1 : Fasilitator 1 (Arista)
7) F2 : Fasilitator 2 (Marlinda)
8) F3 : Fasilitator 3 (Shinta)
9) F4 : Fasilitator 4 (Virnanda)
10) F5 : Fasilitator 5 (Dwi)
11) F6 :Fasilitator 6 (Azizah)
12) F7 :Fasilitator 7 (Fladira)
18

B. Rencana Pelaksanaan

1. Sesi 1 : TAK Stimulasi persepsi : Halusinasi

a. Kemampuan mengenal halusinasi

Menyebut
Menyebut Menyebut Menyebut
Nama frekuensi
No isi waktu terjadi perasaan saat
Klien dari
halusinasi halusinasi halusinasi
halusinasi
1
2
3
4
5

Petunjuk Sesi 1 :

1)Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

klien

2) Deskripsikan apa yang klien katakan tentang isi halusinasi,

waktu halusinasi, frekuensi, maupun perasaan saat halusinasi

b. Teknik Pelaksanaan

1) Persiapan ( Pra interaksi )


a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan

perubahan persepsi sensori : halusinasi


b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 19
2) Orientasi

a) Salam terapeutik.
b) Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri papan

nama)

c) Menanyakan nama dan panggilan yang disukai semua klien

(beri papan nama)

d) Validasi perasaan dan masalah.

Menanyakan perasaan klien saat ini.dan menanyakan masalah

halusinasi yang masih dialami oleh klien.

e) Kontrak

(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan

dilaksanakan, yaitu mengenal tentang halusinasi ( halusinasi

pendengaran dan halusinasi penglihatan).

(2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

(a) Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok,

harus minta izin kepada terapis.


(b) Lama kegiatan 30 menit
(c) Setiap klien mengikuti keegiatan dari awal sampai

akhir.

3) Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu

mengenal suara- suara yang didengar (halusinasi ) tentang isinya,


20
waktu terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.

b) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan

terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat

terjadi halusinasi.

c) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.


d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan

klien dari suara yang biasa didengar.

4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah

mengikuti TAK.
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan

kelompok.
b) Tindak Lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan

perasaanya jika terjadi halusinasi.


c) Kontrak yang akan datang
(1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.


(2) menyepakati waktu dan tempat.

21
2. Sesi 2 Stimulasi Persepsi ; halusinasi
a. Kemapuan menghardik halusinasi

Nama Klien
No. Aspek yang dinilai

Menyebutkan cara yang

1. selama ini digunakan

mengatasi halusinasi
Menyebutkan efektivitas
2.
cara
Menyebutkan cara

3. mengatasi halusinasi

dengan menghardik.
Memperagakan menghardik
4.
halusinasi
Petunjuk Sesi 2:

1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien

2) Deskripsikan yang dikatakan klien tentang cara yang

selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektivitas

caramengatasi halusinasi dengan menghardik, cara klien

memperagakan menghardik halusinasi

22

b. Teknik Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah

mengikuti sesi 1.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Klien dan terapis pakai papan nama.
c) Validasi.
(1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang

terjadi : isi, waktu, situasi, dan perasaan.

d) Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan

satu cara mengontrol halusinasi (menghardik Halusinasi).


(2) Menjelaskan aturan main, yaitu :

(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan

kelompok, harus minta ijin pada terapis.


(b) Lama kegiatan 30 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan harus dari

awal sampai selesai.

23

3) Tahap Kerja

a) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan

pada saat mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya.

Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.


b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan

menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.


d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu :

“Pergi kamu suara/bayangan palsu,jangan ganggu saya


e) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara

menghardik halusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis

berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapat

giliran.
f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien

bertepuk tangan saat klien selesai menghardik halusinasi.

4) Tahap Terminasi.

a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah

mengikuti TAK.
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan

kelompok.
b) Rencana Tindak Lanjut
(1) Terapis menganjurkan klien utuk menerapkan cara
24
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul
(2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal

kegiatan harian klien.


c) Kontrak yang akan datang

(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk

TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol

halusinasi dengan minum obat.


(2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat

TAK berikutnya.
3. SESI 3 : TAK Stimulasi persepsi : Halusinasi
a. Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah Halusinasi

Menyebut
Nam Menyeb Menyebutka
Menyebutkan Menyebutkan kan
N a utkan n akibat
efek samping 5 benar cara keuntunga
o Klie jenis tidak patuh
obat minum obat n minum
n obat minum obat
obat
1
2
3
4
5
Petunjuk Sesi 3 :

1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien 25

2) Deskripsikan jawaban pasien tentang jenis obat, efek

samping obat, 5 benar cara minum obat, keuntungan minum obat,

akibat tidak patuh minum obat


b. Teknik Pelaksanaan

1) Persiapan

a) Mengingatkan kontrak pada klien dengan halusinasi yang

telah mengikuti tak sesi 2

b) Mempersiapkan tempat dan alat pertemuan

2) Orientasi

a) Salam terapeutik

b) Terapis dan klien memakai papan nama

c) Validasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat ini

(2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol

halusinasi yang telah dipelajari yaitu dengan cara

menghardik

d) Kontrak

(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol

halusinasi dengan patuh minum obat

(2) Menjelaskan aturan main berikutnya :

(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,

harus minta izin kepada terapis

(b) Lama kegiatan 30 menit

(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dari akhir 26

3) Tahap Kerja

a) Terapis meminta klien menjelaskan jenis obat


b) Terapis meminta klien menjelaskan efek samping obat
c) Terapis meminta klien menjelaskan 5 benar cara minum

obat
d) Terapis meminta klien menjelaskan keuntungan minum

obat
e) Terapis meminta klien menjelaskan akibat tidak patuh

minum obat
f) Berikan pujian pada klien yang benar
g) Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat ( catat di

kertas )
h) Menjelaskan jenis obat, efek samping obat, 5 benar cara

minum obat
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah

satu cara mencegah halusinasi kambuh )


j) Menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat , yaitu

kejadian halusinasi kambuh


k) Meminta klien untuk menyebutkan kembali keuntungan

patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat


l) Memberi pujian secukupnya tiap kali klien benar.

4) Tahap Terminasi

a) Evaluasi

(1) Terapis menanyakan perasaan pada klien setelah

mengikuti TAK 27

(2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol

halusinasi yang sudah dipelajari

(3) Terapis memberikan pujian secukupnya atas

keberhasilan kelompok

b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan cara mengontrol halusinasi,

yaitu patuh minum obat dan cara mengontrol halusinasi lainnya

yang telah diajarkan pada sesi yang lalu, yaitu menghardik.

c) Kontrak yang akan Datang

1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara

mengontrol halusinasidengan bercakap cakap.


2.) menyepakati waktu dan tempat
4. SESI 4 : TAK Stimulasi persepsi : Halusinasi

a. Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah Halusinasi

Aspek yang Nama Klien


No
dinilai
1. Menyebutkan
orang yang diajak
2.
bicara
3. Memperagakan
percakapan
Menyebutkan
tiga cara
mengontrol dan
mencegah
halusinasi

28
Petunjuk sesi 4:

1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien.
2) Deskripsikan jawaban klien tentang siapa saja orang yang

akan diajak bicara, cara klien memperagakan percakapan, jawaban

klien tentang tiga cara mengontrol dan mencegah halusinasi.


b. Teknik Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengimgatkan kontrak pada klien dengan halusinasi yang

telah mengikuti tak sesi 3


b) Mempersiapkan tempat dan alat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini
(2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol

halusinasi setelah menggunakan 2 cara yang telah

dipelajari.
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap


(2) Menjelaskan aturan main berikutnya:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan

kelompok, harus minta izin kepada terapis


(b) Lama kegiatan 30 menit 29
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal

dari akhir
3) Tahap Kerja
a) Terapis meminta klien untukmenyebutkan orang yang

diajak bicara
b) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan
c) Terapis meminta klien untuk menyebutkan tiga cara

mengontrol dan mencegah halusinasi


d) Memberi pujian pada klien yang benar
e) Terapis meminta klien menjelaskan keuntungan bercakap-

cakap dengan orang lain


f) Terapis meminta klien menjelaskan kerugian tidak

bercakap-cakap dengan orang lain


g) Memberi pujian pada klien yang benar
h) Terapis menjelaskan tiga cara mengontrol dan mencegah

halusinasi
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan pada klien setelah

mengikuti TAK
(2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol

halusinasi yang sudah dipelajari


(3) Terapis memberikan pujian secukupnya atas

keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut 30
Menganjurkan klien menggunakan cara mengontrol halusinasi,

yaitu bercakap-cakap dan 2 cara mengontrol halusinasi lainnya

yang telah diajarkan pada sesi yang lalu, yaitu menghardik dan

minum obat.
c) Kontrak yang akan Datang
(1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara

mengontrol halusinasidengan melakukan aktivitas.


(2) menyepakati waktu dan tempat
5. SESI 5 : TAK Stimulasi persepsi : Halusinasi
a. Kemampuan melakukan aktivitas untuk mencegah

Halusinasi

Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan

kegiatan yang biasa


2.
dilakukan
Memperagakan
3.
kegiatan yang biasa

dilakukan
Menyusun jadwal

kegiatan harian

Petunjuk sesi 5:

1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien.
31
2) Deskripsikan jawaban klien tentang kegiatan yang biasa

dilakukan,cara klien memperagakan kegiatan yang bisa

dilakukan,dan menyusun jadwal kegiatan hariannya.


b. Teknik Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Mengimgatkan kontrak pada klien dengan

halusinasi yang telah mengikuti tak sesi 4


b) Mempersiapkan tempat dan alat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini
(2) Terapis menanyakan pengalaman klien

mengontrol halusinasi setelah menggunakan 3 cara

yang telah dipelajari.


c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu

mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas


(2) Menjelaskan aturan main berikutnya:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan

kelompok, harus minta izin kepada terapis


(b) Lama kegiatan 30 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal

dari akhir 32
3) Tahap Kerja
a) Terapis meminta klien untukmenyebutkan kegiatan

yang biasa dilakukan


b) Terapis meminta klien memperagakan kegiatan

yang bisa dilakukan


c) Memberi pujian pada klien yang benar
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan pada klien

setelah mengikuti TAK


(2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol

halusinasi yang sudah dipelajari


(3) Terapis memberikan pujian secukupnya atas

keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan cara mengontrol

halusinasi, yaitu melakukan aktivitas dan 3 cara

mengontrol halusinasi lainnya yang telah diajarkan pada

sesi yang lalu, yaitu menghardik, minum obat, dan

bercakap-cakap.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pelaksanaan
Berdasarkan hasil pelaksanaan TAK yang telah dilaksanakan pada hari

Senin, 17 November 2014 pada 6 klien dengan gangguan persepsi sensori:

halusinasi, hasilnya adalah sebagai berikut:


1. Sesi I
Dari jumlah klien sebanyak 6 orang, semua klien mampu mengenal

isi, situasi, frekuensi, dan menyebutkan perasaan (respon) dari halusinasi.


2. Sesi II
Dari jumlah klien sebanyak 6 orang, 3 klien (50%) mampu

memperagakan cara menghardik halusinasinya. Sedangkan 3 klien (50%)

tidak bisa memperagakan cara menghardik halusinasi.


3. Sesi III
Dari jumlah klien sebanyak 6 orang, 5 klien (90%) mampu mengenal

5 obat benar, keuntungan obat, akibat tidak minum obat, jenis obat, dan
efek obat. Sedangkan 1 klien (16,67 %) tidak mampu menyebutkan jenis,

kegunaan, efek, dan tidak mampu menyebutkan 5 benar obat .


4. Sesi IV
Dari jumlah klien sebanyak 6 orang, 3 klien (50%) mampu

memperagakan cara bercakap-cakap bila mendengar halusinasi.

Sedangkan 3 klien (50%) tidak bisa memperagakan cara bercakap-cakap.

34

5. Sesi V 33
Dari jumlah klien sebanyak 6 orang,semua klien mampu membuat

dan menyebutkan aktivitas terjadwal untuk mengontrol halusinasinya.

B. Pembahasan
Dari hasil Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) diatas dapat disimpulkan

bahwa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat merubah perilaku maladaptif

menjadi adaptif, hal ini selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

Keliat (2004) yang menyatakan bahwa Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas yang digunakan

sebagain terapi, kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam

kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling

membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru

yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil TAK sesi 1 disimpulkan bahwa 6 pasien mampu

mengenal halusinasi yang dialaminya meliputi isi, frekluensi,

waktu/situasi dan respon yang dilakukan klien apabila halusinasi muncul.


2. Berdasarkan hasil TAK sesi 2 disimpulkan bahwa3pasien (50 %)

tidak mampu mengontrol dan 3 orang ( 50 %) mampu mengontrol

halusinasinya dari jumlah pasien yaitu 6 pasien.


3. Berdasarkan hasil TAK sesi 3 disimpulkan bahwa 5 pasien ( 83,3

%) mampu mengikuti program pengobatan dengan mengerti jenis obat,

mengerti efek samping/manfaat obat, mampu menyebutkan lima benar

minum obat dan memahami kerugian tidak minum obat secara optimal

dan 1 orang pasien (16,7 %) dari 6 pasien tidak mampu mengikuti

program pengobatan dengan mengerti jenis obat, mengerti efek

samping/manfaat obat, mampu menyebutkan lima benar minum obat dan

memahami kerugian tidak minum obat secara optimal.


4. Berdasarkan hasil TAK sesi 4 disimpulkan bahwa 3 pasien (50 %)

mampu memperagakan cara bercakap-cakap dan 3 pasien (50 %) tidak

mampu memperagakan cara bercaka-cakap dari 6 pasien.


5. Berdasarkan hasil TAK sesi 5 disimpulkan bahwa 6 pasien mampu

menyebutkan dan melakukan aktivitas saat mendengarkan halusinasi.

36
B. Saran
35
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi.,

hendaknya dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan

memodifikasinya berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain

itu tidak mendukung dan menyangkal isi halusinasinya.


2. TAK hendaknya dilakukan secara rutin dan berkelanjutan karena

merupakan suatu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan.

C. Keuntungan
1. Bagi Pasien / Keluarga
a. Membentuk sosialisasi dengan orang lain
b. Membantu klien dalam proses pemulihan dan agar klien

tidak lagi mengalami halusinasi.


c. Mempercepat masa rawat inap klien, karena klien sudah

tidak lagi mengalami halusinasi dan klien sudah sembuh dari

penyakitnya, dengan masa rawat inap klien yang singkat, otomatis

biaya perawatan klien di rumah sakit semakin sedikit, dengan begitu

keluarga dapat terbantu karena tidak mengeluarkan biaya yang

banyak.
2. Bagi Perawat
Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam memberikan

tetrapi aktivitas kelompok yang benar sesuai dengan kelompok pasien

37
sehingga dapat mempercepat penyembuhan pasien. Selain itu perawat

dapat pula membuktikan kerja secara profesional dengan mengadakan

perawatan secara mandiri.


3. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai masukan kepada bagian keperawatan jiwa

untuk menetapkan jenis terapi yang tepat dan benar, serta dapat

memodifikasi kegiatan yang akan dipilih untuk diterapkan pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Fitria, Nita. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika, 2009

Keliat,B,A. 2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC


Buku Kedokteran

Keliat dan dkk.2006. Modul IV Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : FKUI

Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Cetakan 2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart,G,W.2006. Buku Kedokteran Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Townsend. M. 2005. Essentials of psychiatric mental health nursing.


Philadelphia : Davis company

Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
LAMPIRAN

A. Sesi 1

Menyebut Menyebut Menyebut


Nama Menyebut isi waktu frekuensi perasaan
No
Klien halusinasi terjadi dari saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1 Yuli Melihat Siang dan 3x sehari Saat sendiri
Handayan sesosok sore
i bayangan
seorang laki-
laki
2 Endang Mendengar Pagi dan 5x sehari Saat sendiri
bisikan malam dan tidak
mantan melakukan
pacarnya aktivitas
3 Iin Mendengar Pagi,siang, 4x sehari Saat sendiri
bisikan malam dan tidak
suaminya melakukan
yang bikin aktivitas
sakit hati
dan melihat
bayangan
putih
4 Maria Mendengar Siang 5x sehari Saat diam
bisikan laki-
laki galak
yang
mengejek
dirinya
5 Wulan A Mendengar Siang dan 5x sehari Saat sendiri
bisikan sore
anaknya
bermain,
mengejek
dirinya
6 Yasmin Mendengar Pagi 3x sehari Saat sendiri
suara-suara
majikan
yang
memarahiny
a

B. Sesi 2

Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
Yuli H Endang Iin Maria Wulan Yasmin
Berdoa Berdoa Sho Mengh Tidur Sholat

Menyebutkan cara dan lat ardik

yang selama ini ibadah dan


1.
digunakan mengatasi me

halusinasi nga

ji
Menyebutkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2.
efektivitas cara
Menyebutkan cara Ya Ya Tid Tidak Ya Tidak

3. mengatasi halusinasi ak

dengan menghardik.
Memperagakan Ya Ya Tid Tidak Ya Tidak
4.
menghardik halusinasi ak

C. Sesi 3
Menyebutka Menyebutka Menyebutk
Menyebut Menyebutkan
Nama n efek n 5 benar an akibat
No kan jenis keuntungan
Klien samping cara minum tidak patuh
obat minum obat
obat obat minum obat
1 Yuli H Ya Ya Ya Ya Ya
2 Endang Ya Ya Ya Ya Ya
3 Iin Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
4 Maria Ya Ya Ya Ya Ya

5 Wulan Ya Ya Ya Ya Ya
6 Yasmin Ya Ya Ya Ya Ya

D. Sesi 4

Aspek yang Nama Klien


No
dinilai Yuli H Endang Iin Maria Wulan Yasmin
1. Menyebutkan Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
orang yang
2. diajak bicara Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
Memperagakan
3. Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
percakapan
Menyebutkan
tiga cara
mengontrol dan
mencegah
halusinasi

E. Sesi 5
Nama Klien
Enda Iin Maria Wul Yas
No Aspek yang dinilai
Yuli H
ng an min
1. Menyebutkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya

kegiatan yang biasa


2. Ya Ya Ya Ya Ya Ya
dilakukan
Memperagakan
3. Ya Ya Ya Ya Ya Ya
kegiatan yang biasa

dilakukan
Menyusun jadwal

kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai