RINGAN (CKR)
Herman Bagus Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan CEDERA KEPALA RINGAN (CKR) - Cedera kepala adalah cedera
yang dapat mengakibatkan kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai
respon terhadap cedera dan penyebab peningkatan tekanan intra kranial (TIK). (Brunner &
Suddarth, 2002).
B. ETIOLOGI
1. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma:
a. Kulit : Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural.
b. Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup & terbuka).
c. Otak : Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan, sedang, berat), difusi laserasi.
(Arief mansjoer, 2000).
2. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi :
a. Oedema otak
b. Hipoksia otak
c. Kelainan metabolik
d. Kelainan saluran nafas
e. Syok
C. PATOFISIOLOGI
Cedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui durameter) atau tertutup (trauma
tumpul tanpa penetrasi menembus dura). Cedera kepala terbuka memungkinkan patogen-patogen
lingkungan memiliki akses langsung ke otak.
Apabila terjadi perdarahan dan peradangan akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
(Elizabeth, J. 2001).
PROSES KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan.
Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk memecahkan masalah yang terjadi
pada pasien. Proses keperawatan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat bagi perawat dan
klien. Perawat dan klien membutuhkan proses asuhan keperawatan, merencanakan,
melaksanakan, dan menilai hasil dari asuhan keperawatan Hidayat Alimul. A. A, (2002). Olehnya
itu perlu melaksanakan pendokumentasian keperawatan untuk memperoleh data yang lengkap
dengan menggunakan langkah secara sistematis terdiri dari :
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan ini mencakup 3 kegiatan yaitu pengumpulan
data, analisa data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan Zaidin Ali, (2001).
Riwayat kesehatan meliputi pertanyaan berikut ini :
1. Kapan cedera terjadi ?
2. Apa penyebab cedera ? peluru kecepatan tinggi ? objek yang membantu kepala ? jatuh ?
3. Dimana arah dan kekuatan pukulan ?
4. Apa ada kehilangan kesadaran ? apa durasi periode tidak sadar ? dapatkah pasien dibangunkan
? riwayat tidak sadar atau amnesia setelah cedera kepala menunjukkan derajat kerusakan otak
yang berarti diman perubahan selanjutnya dapat menujukkan pemulian atau terjadinya kerusakan
otak sekunder.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai sesorang, keluarga, atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesahatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial
(NANDA 1990). diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi
tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa
keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Untuk memudahkan dalam
mendokumentasikan diagnosa keperawatan harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan
yaitu : diagnosa tipe keperawatan actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera serta sindrom.
Hidayat Alimul. A. A, (2002).
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin timbul meliputi :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan akumulasi cairan pada otak.
2. bersihan jalan nafas dan ventilasi tidak efektif berhubungan dengan hipoksia.
3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan metabolisme
pembatsan cairan dan asupan yang tidak adekuat.
4. resiko terhadap kecelakaan yang diharapkan pada diri sendiri atau orang lain berhubungan
dengan disorientasi, gelisah dan kerusakan otak.
5. Kurang pengetahuan tentang proses rehabilitasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi
tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk
mengatasi masalah klien. Hidayat Alimul. A. A, (2002)
1. Pertahankan tingkat kesadaran
Salah satu tujuan dalam merawat pasien cedera kepala yaitu mempertahankan tingkata kesadaran
untuk mengetahui perkembangan motorik sensorik dapat melaporkan tidak adanya atau
menurunnya berat sakit kepala dan dapat mendemostrasikan tidak adanya perbaikan kognitif dan
tanda perbaikan TIK.
2. Mempertahankan jalan nafas
Salah satu tujuan keperawatan yang paling penting dalam merawat pasien cedera kepala adalah
membangun dan mempertahankan jalan nafas adekuat, otak sangat sensitif terhadap hipoksia dan
penurunan neurologik yang dapat memburuk jika pasien hipoksia.
3. Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kerusakan otak dapat menghasilkan disfungsi hormonal dan metabolik, pemantauan terhadap
konsentrasi elektrolit serum adalah penting terutama pada pasien yang mendapat diuretik
osmotik sehingga sekresi hormon mengalami diabetes insipidus.
4. Memberi nutrisi adekuat
Cedera kepala menybabkan perubahan metabolisme yang meningkat, konsumsi kalori dan
eksresi nitrogen, terapi steroid juga meningkat, status katabolisme sehingga bila keadaan pasien
stabil segera diberikan makanan melalui pipa nasogastrik.
5. Pendidikan pasien dan keluarga serta pertimbangan perawatan dirumah
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh perawat kepada klien dengan tujuan
mengatasi masalah yang terjadi pada manusia dengan berdasar kepada perencanaan yang telah
dibuat pada catatan intervensi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan. Untuk
memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan keterampilan yang luas dari
tenaga perawat untuk memberikan pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah
ditentukan dan direncanakan.
a. Melaksanakan rencana keperawatan.
Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman
dalam intervensi perawatan.
b. Mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien
Dalam mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa, cermat
dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai akibat tindakan keperawatan yang diberikan.
Dengan melihat akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasikan rekasi klien yang
mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.
c. Mengevakuasi tanggapan / reaksi klien.
Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini
merupakan langkah yang pertama yang dipenuhi bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang
kedua adalah intevensi dapat diterima oleh klien.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai keefektifan
perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi membeerikan informasi sehingga memungkinkan revisi perawatan. Hidayat Alimul. A.
A, (2002)
Disamping evaluasi merupakan proses yang kontinue untuk menjamin kualitas dan ketepatan
perawat yang diberikan, dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan kefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Yang perlu dievaluasi adalah sebagai
berikut :
a. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.
b. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum.
c. Apakah perlu pengkajian kembali.
Hasil yang diharapakan :
1. Mencapai atau memperthankan tingkat kesadaran agar membaik serta fungsi sensorik dan
motoriknya.
2. Mencapai atau mempertahankan latihan jalan nafas yang efektif, ventilasi dan oksigenasi otak
agar tercapainya nilai gas darah normal dan bunyi nafas normal saat diauskultasi.
3. Agar tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit yang memuaskan
a. Memperlihatkan elektrolit serum dalam nilai normal.
b. Menunjukkan tanda klinis dehidrasi dan kelebihan hidrasi.
4. Mencapai status nutrisi yang adekuat
a. Terdapat kurang dari 50 cc isi lambung saat diaspirasi sebelum pemberian makan melalui
cairan lambung
b. Bebas dari distensi lambung dan muntah.
c. Memperlihatkan penurunan berat badan minimal
5. Pasien dan anggota keluaqga berpartisipasi dalam proses rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief mansjoer. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
2. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.
3. Doengoes. E. marlynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
4. Elisabeth j.corwin,2001 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.
Oleh :
Muhammad Nur Kholis
NIM 02.12.027
1.1.1
1)
Definisi
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas (Mansjoer, 2000; 3).
2)
Cedera kepala adalah cedera kepal yang mengenai kulit kepala, tengkorak dan
otak. Dapat mengakibatkan suatu abrasi, kontusio atau avulsi serta kelainan
neurologis yang serius (Baughman, 2000; 65).
3)
Cedera kepala ringan merupakan bentuk trauma dimana terjadi pingsan (kurang
dari 10 menit), gejala lain mungkin pusing, noda-noda didepan mata dan linglung.
Commotio serebri tidak meninggalkan gejala sisa / menyebabkan kerusakan
struktur otak (Yasmin, 1994; 50).
4)
1.1.2
Etiologi
Kebanyakan cedera kepala merupakan akibat salah satu dari kedua
mekanisme dasar yaitu kontak bentur / guncangan lanjut. Cidera kontak bentuk
terjadi bila kepala membentur obyek yang relatif tidak bergerak seperti badan mobil
atau tanah dikenal dengan cidera perlambatan (decelerasi). Guncangan lanjut
dikenal dengan cidera percepatan (acelerasi), merupakan peristiwa guncangan
kepala yang hebat terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam seperti trauma akibat pukulan benda tumpul / karena kena lemparan benda
tumpul (Hudak dan Gallo, 1996; 226)
1.1.3
Fisiologi
aktivitas
Pathofisiologi
Nyeri kepala
mental,
akal
intelegensia,
keinginan
dan
memori1.1.4
Cedera
kepala
yang
diakibatkan
oleh
benturan
yang
mengakibatkan
kerusakan sel otak, fraktur, luka robek / lecet. Kerusakn sel otak dapat
mengakibatkan gangguan autoregulasi yang menyebankan aliran darah yang
menuju ke otak menurun dan asam laktat meningkat yang mengakibatkan oedem
otak mak terjadi perubahan perfusi jaringan, selain itu oedem otak dapat
menyebabkan peningkatan TIK yang dapat menyebabkan nyeri kepala dan
1.1.5.1
1)
Cedera fokal
Cedera difus
Linier
Konkusi
Konkusi
Depresi
'Kup'
Ringan
Basis kranii
'Kontra - Kup'
Klasik
Hematom
Cedera
Epidural
Subdural
Intra serebral
difusa
Ringan
Moderat
Berat
2)
aksonal
Hematom epidural
Hematom subdural (akut dan kronis)
Efusi subdural (akut dan kronis)
Hematom intra serebral
3)
Edema serebral
Perifokal
Generalisata
4)
1.1.5.2
Tingkat I :
setelah mengalami trauma, dan kemudian sadar kembali. Pada waktu diperiksa
dalam keadaan sadar penuh, orientasi baik, dan tidak ada defisit neurologis.
Tingkat II :
Kesadaran yang sangat menurun dan tidak bisa mengikuti perintah (walaupun
sederhana) sama sekali. Penderita masih bisa bersuara, namun susunan kata-kata
dan orientasinya kacau, gaduh gelisah. Respon motorik bervariasi dari keadaan
yang masih mampu melokalisir rasa sakit sampai tidak ada respons sama sekali.
Postur tubuh dapat menampilkan posisi dekortikasi - deserebrasi.
Tingkat IV :
b.
Keparahan cedera
a.
Ringan
: GCS 14 15
b.
Sedang
: GCS 9 13
c.
Berat
: GCS 3 8
3)
Morfologi
a.
Fraktur tengkorak
Kranium
Basis
Fokal
Difus
1.1.4
Manifestasi Klinis
2)
Nyeri kepala
3)
Muntah
4)
Hemiparesis
5)
Dilatasi pupil
6)
Penurunan nadi
7)
Peningkatan suhu
8)
Kejang
9)
Komplikasi
10) Hemiplegia
11) Kaku kuduk
12) Oedema otak
1.1.6
Pemeriksaan Penunjang
1)
CT scan
2)
MRI
3)
Angiografi
4)
EKG
5)
Sinar - X
6)
Pemeriksaan toksikologi
7)
8)
9)
1.1.7
1)
Penatalaksanaan
(1) Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan
(2) Menilai sirkulasi : frekuensi denyut jantung, tekanan darah
(3) Obati kejang : kejang konvulsi dapat terjadi dan harus diobati
(4) Menilai tingkat keparahan (GCS)
2)
Pedoman penatalaksanaan
Pengkajian
1.2.1.1
Anamnesa
1)
2)
3)
4)
5)
1.2.1.2
Pemeriksaan fisik
1)
Gejala
Tanda
berjalan yang tidak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera / trauma ortopedi,
kehilangan tonus otot, otot spastik
2)
Gejala
Sirkulasi
:
jantung
3)
Integritas ego
Gejala
Tanda
4)
Gejala
Eliminasi
:
5)
Gejala
Tanda
disfagia)
6)
Gejala
Neuro sensori
:
sinkope,
kehilangan
pendengaran,
perubahan
dalam
penglihatan,
gangguan
Gejala
Tanda
Pernapasan
:
positif
9)
Keamanan
Gejala
Tanda
fraktur
dislokasi,
gangguan
penglihatan,
kulit
laserasi,
abrasi,
gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam, gangguan dalam regulasi
tubuh
disatria, anemia
1.2.2
1.2.2.1
1)
2)
Kriteria hasil
Individu akan :
(4) Anjurkan pada pasien untuk tidak memakai bantal untuk tidur
R
1.2.2.2
peningkatan TIK
1)
Batasan karakteristik
Mayor
(1) Ketidakmampuan untuk mandi sendiri (termasuk mencuci bagian tubuh dalam,
gosok gigi, perawatan kulit dan kuku, rambut)
(2) Ketidak mampuan untuk melakukan toileting sendiri
2)
Kriteria hasil
Individu akan :
kulit
merupakan
pertahanan
primer,
gosokan
punggung
dapat
1.2.2.3
karakteristik
Data subyektif
(1) Apakah orang mengeluh demam, nyeri
(2) Riwayat terkena penyakit infeksi
Data obyektif
(1) Adanya luka
(2) Suhu
(3) Status nutrisi
hasil
Individu akan :
(1) Mendemonstrasikan tehnik mencuci tangan yang tepat saat pulang
(2) Melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah infeksi
(3) Tidak mengeluh demam, nyeri
si dan Rasional :
(1) Observasi keadaan luka
R
1.2.2.4
1)
Mayor
Kerusakan invasi struktur tubuh (insisi / sayatan, ulkus dermal)
Minor
Lesi (primer, sekunder)
Edema
Eritema
2)
Kriteria pengkajian
Data subyektif
yang lama
(3) Ganti posisi sekurang-kurangnya 2 jam
R
karakteristik
Mayor
Penurunan nadi
Perubahan warna kulit
Penurunan TD
Minor
Perubahan fungsi sensori
si dan Rasional :
(1) Observasi GCS
R
peningkatan TIK
(2) Observasi tekanan darah
R
merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan kesadaran
(3) Evaluasi reflek pupil
R
reaksi pupil diatur oleh saraf kranial akulomotor (III) dan berguna untuk
pembatasan
cairan
mungkin
diperlukan
untk
menurunkan
edema
1.2.3
Evaluasi
1)
2)
3)
4)
Keluarga memahami keadaan yang sebenarnya dan dapat terlihat dalam proses
pemulihan.
5)
Proses/prognosis
penyakit
dan
penanganan
dapat
dipahami
dan
mampu
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengos, Marilyn (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta
Djoko Listiono, Dr (1998), Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi III, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Junadi, Purnawan dkk (1982), Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Nnuarika, Bagus dkk (1996), Kapita Selekta Neurologi Edisi II, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
130893
NO. MR :
DATA IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
Tn. S
Sex
Umur /
Tgl
lahir
( Laki
Laki )
20
Tahun
: Dsn. Krajan
Kel/Desa
: Ds. Bono
Kec.
: Boyolangu
Kodya/Kab.
: Tulung agung
Agama
Suku
Bangsa
Kasus
Polisi
Islam
Jawa
Indone
sia
kecela
kaan
Status Perkawinan
Jenis
Pendidi
Pekerja
Belum kawin
Pemba
yaran
kan
an
ASKES
Kuliah
mahasi
swa
Transpo
rtasi ke
IRD
Komun
ikasi
Diantar
mobil
kooper
atif
Cara Datang
Diantar
Jam : 10 : 00 WIB
Di Ds.
Jam : 10 : 30 WIB
24
x/mnt, Suhu :
37
87
RJP
Penjahitan
Infus
Bebat
Trakeostomi
NGT
Bidai
O2
Pharingial
Obat
Kateter
ETT
Pipa oro/naso
Suetion
Urine
S.ax :
37
N:
87
Keluhan Utama
x/mnt
(Subyektif)
S.rec :
37
C
T:
130 /
80
mmHg
P:
24
x/mnt
(Pediat
ri)
BB :
55
Kg
Riwayat
Penyakit :
DM
PJK
- Dll
Asma
- Tidak ada
Riwayat Alergi :
Ya
Tidak
Lain - lain
Kategori Triage :
P1
P2
PO
Sedang
P3
Buruk
Pernafa
san :
(B)
Gerak
dada
Simetri
s
Asunetr
is
Sirkulas GCS :
i : (C)
45
6
N.Carot
is :
87
/
mnt
N.Radia
l : 87
/mnt
Pernafa
san :
(B)
Kulit
Muskul
o:
Normal
Normal
Retracti
ve
Kusma
ul
Dangka
l
Trachyp
noe
Jaundic
e
Cyanos
is
Pucat
Berkeri
ngat
Akral
Hangat
R.Mata
:4
R.Verv
al : 5
R.Moto
rik : 6
Total
: 15
K / u : Lemah, Ansietas
Thorax : Cor :
Mur Mur
(-),Nafas vesikuler, Ronchi (-),
Wheezing (-), s1s2 single regular.
Abd : Bu(+)N,Sonor
Extremitas : Akral hangat, Reflek
patella +/+, Reflekpupil +/+
Jam :
10 : 45 WIB
Foto Rongen
CT scan
DL
Keterangan
Jam 10 : 30
Jawaban / catatan
MRS
PP
Operasi
: 28 Februari 2014
Lain lain
Tanda Tangan
ANALISA DATA
Nama Pasien
: Tn. S
Umur
: 20 Tahun
No. Register
: 130893
KELOMPOK DATA
MASALAH
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Px
sering
memegangi
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Fraktur, lukarobek
kepalanya
-
GCS : 4 5 6
Foto
tengkorak
tidak
terdapat fraktur
Resiko infeksi
Benturan
Resiko infeksi
Nyeri kepala
Peningkatan TIK
Oedem Otak
Asam laktat
Benturan
Kerusakan selotak
Jumlah oksigen
: 20 Tahun
NO
TANGGAL
MUNCUL
28 Februari
2014
DIAGNOSA KEPERAWATAN
berhubungan
dengan
TANGGAL
TERATASI
28 Februari
2014
memegangi
kepalanya,
tengkorak
tidak
terdapat
fraktur.
Resiko
Infeksi
dengan
kerusakan
pertahanan
sekunder
terhadap
primer
berhubungan
2
28 Februari
2014
jahitan
pada
dagu,
28 Februari
2014
TTD
: Tn. S
Umur
: 20 Tahun
No. Register
: 130893
NO
1
No Dx
1
TUJUAN
Setelah
tindakan
dilakukan
KRITERIA
STANDART
RENCANA TINDAKAN
1.
Bina
percay
keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan :
-
dengan
skala nyeri 0
-
Pasien
dengan
Pasien tampak
rileks
Nyeri berkurang /
hilang
nyeri 0
2.
Untu
dan
2. Melakukan Hecting
jaringa
Keadaan umum
berfun
tampak
Tan
menun
lebih rileks
pasien
menen
medis
yang s
4.
Me
kenyam
menur
fisiolog
4.
Ciptakan
yang nyaman
lingkungan
5.
Menin
untuk
TIK
6.
Men
aliran
5.
kejantu
untuk bedrest
6.
7.
Anjurkan pada pasien
untuk
tidak
memakai
Men
berlebi
mening
Untu
fungsi
7. Bantu aktivitas Px
antara
dokter
8.
Kolaborasi
dengan
I gr IV
Setelah
dilakukan-
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan :
-
Luka bersih
Tidak
terdapat
tanda-tanda infeksi
Luka bersih
Tidak
1. BHSP
1.
Bina
percay
terdapat
dengan
tanda-tanda infeksi
2.
jika te
luka
C
WBC dalam batas 3. Observasi suhu tubuh
Meng
3.
Pen
tubuh
terjadi
k/L
4.
4.
Cara
mence
infeksi
Pen
mengid
5.
Kolaborasi
dengan
laboratorium
pemeriksaan WBC
dalam
6.
terjadi
Untu
fungsi
6.
Kolaborasi
dokter
dengan
antara
dalam
dokter
pemberian :
Ampicilin
I gr IV
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. S
Umur
: 20 Tahun
No Reg
: 130893
TANGGAL/
NO
NO.
IMPLEMENTASI
DX
JAM
28 Februari
2014
10 : 30
Melakukan
bina
TTD
hubungan
saling
Melakukan hecting
10 : 35
11 : 10
11 : 25
11 : 30
pada
pasien
untuk
tidak
11: 35
11 : 45
Anjurkan
Bantu aktivitas Px
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian obat :
12 : 00
I gr IV
28 Februari
2014
10 : 30
10 : 35
10 : 55
11 : 00
11 : 30
-
Kolaborasi
dengan
pemberia:
12 : 00
Ampicilin
I gr IV
dokter
dalam
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: Tn. S
Umur
: 20 Tahun
No Reg
: 130893
NO
NO.
TANGGAL /
DX
JAM
EVALUASI
TTD
28 Februari
2014
14 : 00
K / u Cukup
Terpasang skin traksi ( + ) dengan bebean
5kg
Pasien hanya bad rest
Terdapat luka lecet pada kepala
Pasien sering memegangi kepala
Foto tengkorak tidak terdapat fraktur
GCS : 4 5 6
Ttv : TD : 130 / 80 mmHg
S : 37 O C
N : 87 x / menit
RR : 24 x / menit
A : Masalah gangguan nyaman nyeri belum
teratasi
P : Rencana keperawatan dilanjutkan : No 2
8
2
skala nyeri 4
O : - K / u Cukup
- Tampak jahitan pada dagu kurang lebih 4 cm
- Luka jahitan bersih
- Terdapat darah di daerah luka
- Hematom ( + )
- Ttv : TD : 130 / 80 mmHg
S
: 37OC
: 87 x / menit
RR : 24 x / menit
A : Masalah resiko infeksi teratasi sebagian