Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

MAKALAH

Oleh
Kelompok 14

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JANUARI, 2017

1
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

MAKALAH

diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa


dengan dosen: Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J

Oleh:
Nur Winingsih 132310101020
Umy Rufaida 142310101085
Rosita Amalia DL 142310101094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JANUARI, 2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Defisit Perawatan Diri. Makalah ini
disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J selaku fasilitator matakuliah
Keperawatan Klinik VIII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;
2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya baik
secara materil maupun non materil;
3. Rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yangtidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Januari 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1 Latar Belakang........................................................................................ 1
2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
1 Contoh Kasus Defisit Perawatan Diri................................................... 3
2 Pengertian Defisit Perawatan Diri ........................................................ 3
3 Psikopatologi atau Psikodinamika........................................................ 8
4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan ....................................... 10
5 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
BAB 3. PENUTUP ...................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di kutip
dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar
biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan jiwa di
dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya puncaknya, tetapi
dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak.
Menurut data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di
Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada
laporan riset kesehatan dasar tahun 2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6% individu
yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki gangguan emosional
(Dimyati, 2010).
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan
kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi
untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit
perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri dan memberi pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada
klien dengan gangguan defisit perawatan diri.

1.2.2 Tujuan Khusus

1
a. Mampu melakukan pada pengkajian klien dengan gangguan defisit perawatan
diri.
b. Mampu membuat analisa data pada klien dengan gangguan defisit perawatan
diri.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan defisit
perawatan diri.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien denga gangguan
defisit perawatan diri.
e. Mengetahui teori dan konsep gangguan defisit perawatan diri.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Contoh Kasus


Seorang laki-laki berumur 58 tahun, seorang duda yang hidup sendiri. Badannya
sudah sakit sakitan karena harus kerja pagi dan pulang malam, kerjanya juga tidak
menentu asalkan makan. Sewaktu istrinya masih hidup, istrinya yang bekerja memenuhi
kebutuhan sebagai tukang jahit, dan mengurus suaminya yang sakit. Sejak beberapa
minggu lalu istrinya meninggal dunia tidak ada lagi yang merawat dirinya. Juga tidak
ada waktu lagi untuk memperhatikan kebersihan dirinya, yang ia pentingkan bisa makan
dalam sehari saja sudah bersyukur. Rambutnya kotor dan tidak pernah gosok gigi.
2.2 Pengertian
Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
disebut higiene perorangan (perry & poter, 2006). Personal hygiene berasal dari
Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti
sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi
kesehatannya. Defisit Perawatan Diri merupakan suatu hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (NANDA, 2012-2014).
Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang
terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara
mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau
fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-
masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian
atau berhias, toileting, instrumental ) (Carpenito, 2007).
Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,dan
kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu
perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Dr.Amino
Gondohutomo, 2008 ).
Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut
Nanda (2006) meliputi :
a. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene

3
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri
secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar
mandi.
b. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
c. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani
perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan
pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan adanya


tanda dan gejala sebagai berikut :
a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

4
c. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB atau BAK.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktulisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Rentang Respon

Respon adaptif Respon mal adaptif

Pola Perawatan Diri Kadang Perawatan Diri Tidak Melakukan


Seimbang Kadang tidak melakukan saat stres

2.3 Psikopatologi/psikodinamika
Psikodinamika terjadinya deficit perawatan diri dijelaskan dengan
menggunakan model stress adaptasi stuart secara khusus pada pengkajian untuk
menjelaskan faktor predisposisi, faktor prespitasi, penilaian stressor, mekanisme koping,
dan sumber koping. Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.

5
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal
hygienedipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkan
pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang
baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart &
Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005). Citra tubuh dapat berubah, karena operasi,
pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha
ekstra untuk meningkatkan hygiene dimana citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Body image seseorang berpengaruhi dalam
pemenuhan personal hygiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien
berhubungandapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik
personal hygiene.Perawat harus menentukan apakah pasien dapat menyediakan
bahan-bahan yangpenting seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik.
Perawat juga harus menentukan jika penggunaan dari produk-produk ini
merupakan bagian darikebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh kelompok sosial
pasien.
c. Status sosial ekonomi menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi
(2008),pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk

6
melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang
cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).
d. Pengetahuan. Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang
pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga
harus termotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu dengan
pengetahuan tentang pentingnya personal higene akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
e. Kebudayaan Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda, mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda.
Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan
dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang
berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk
menentukan standar kebersihannya (Potter & Perry, 2005).
f. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang setiap pasien memiliki keinginan
individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan
perawatan rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani
operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
personal higiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada tangannya atau
menggunakantraksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi
jantung, neurologis,paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan
atau menjadikan pasien tidak mampu dan memerlukan perawatan personal
higiene total.
Proses terjadinya defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya proses berfikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(buang air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK] secara mandiri.

7
Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan


(Penurunan Kemampuan dan Motivasi Merawat Diri)

Isolasi sosial : menarik diri

Defisit perawatan diri : mandi, berhias core problem

Harga Diri Rendah Kronik

2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


2.4.1 Diagnosa Medis
F20-29 Skizofrenia, Gangguan skizotipal & gangguan waham
F70-79 Retardasi Mental

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Prioritas Diagnosa Keperawatan:
00108 Defisit Perawatan Diri : mandi
00109 Defisit Perawatan Diri : berpakaian
00102 Defisit Prawatan Diri : makan
00110 Defisit Perawatan Diri : eliminasi
Masalah Keperawatan :
00119 Harga Diri Rendah Kronis
00052 Isolasi sosial
Menurut NANDA 2015-2017, terdapat empat diagnosa terkait defisit perawatan
diri. Antara lain :
1. Defisit perawatan diri: Mandi
Batasan Karakteristik
- ketidakmampuan membasuh tubuh

8
- ketidakmampuan mengakses kamar mandi
- ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
- ketidakmampuan mengatur air mandi
- ketidakmampuan mengeringkan tubuh
- ketidakmampuan menjangkau sumber air
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Batasan Karakteristik
- hambatan memilih pakaian
- hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
- hambatan mengambil pakaian
- hambatan menggenakan pakaian pada bagian tubuh atas
- hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
- hambatan menggunakan alat bantu
- hambatan menggunakan resleting
- ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis., blus, kaos kaki, sepatu)
- ketidakmampuan memadupadankan pakaian
- ketidakmampuan mengancing pakaian

3. Defisit perawatan diri: Makan


Batasan Karakteristik
- ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang diterima secara sosial
- ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai
- ketidakmampuan memanipulasi makanan di dalam mulut
- ketidakmampuan membuka wadah makanan
- ketidakmampuan memegang alat makan
- ketidakmampuan menelan makanan
- ketidakmampuan menempatkan makanan ke alat makan
- ketidakmampuan mengambil cangkir
- ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
- ketidakmampuan menggunakan alat bantu
- ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri
- ketidakmampuan mengunyah makanan
- ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Batasan Karakteristik:
- ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara komplet
- ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
- ketidakmampuan mencapai toilet
- ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)
- ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
- ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode
2.5 Pelaksanaan Terapi Medis dan Keperawatan
2.5.1 Pelaksanaan Terapi Medis
1. Psikoterapi
a. Terapi kognitif
b. Terapi interpersonal
c. Terapi perilaku

9
2. Farmakoterapi
a. Golongan trisiklik, seperti: amitryptylin, imipramine, clomipramine dan
opipramol.
b. Golongan tetrasiklik, seperti: maproptiline, mianserin dan amoxapine.
c. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti: moclobemide.
d. Golongan atipikal, seperti: trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
e. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti: sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
2.5.2 Pelaksanaan Terapi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien :
NOC: Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu
mengatasi masalah defisit perawatan diri
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien
mampu:
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
1. BHSP kepada klien
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Perkenalkan diri kepada klien dan tanyakan nama panggilan
klien yang disukai
c) Buat kontrak asuhan keperawatan yang akan perawat
lakukan bersama klien, lamanya waktu, dan tempat
pelaksanaan asuhan.
d) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
e) Yakinkan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
Rasional : Rasa saling percaya adalah fasilitas untuk ekspresi
pikiran/ perasaan secara terbuka
2. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
a) Ketahui kekuatan pribadi klien
b) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri

10
c) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Bantu klien menilai kemampuan yang dimiliki klien
a) Dorong klien untuk melakuan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki
b) dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya
c) ajarkan klien/keluarga untuk mendorong kemandiria, untuk
memberikan bantuan hanya jika klien tidak mampu
melakukannya.
4. Bantu klien untuk dapat memilih atau menetapkan kegiatan
a) berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
b) pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
c) sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
5. Berikan reinforcement positif pada klien
a) Kaji perubahan-perubahan terbaru pada klien yang dapat
berpengaruh terhadap perawatan diri
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan klien
Rencana Tindakan Keperawatan pada Keluarga :
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang perawatan diri
b. Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan
cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus
melakukan tindakan keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemapuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.
Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai
berikut :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien

11
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk
mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk
menjaga perawatan diri pasien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri
pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas
keberhasilan pasien dalam merawat diri
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri

12
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang
terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri
secaramandiri. Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala
meliputi kurang perawatan diri mandi atau hygiene, kurang perawatan diri berpakaian
atau berhias, kurang perawatan diri makan, dan kurang perawatan diri toileting. Kurang
perawatan diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala gangguan kebersihan diri,
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan
kotor. Kedua, ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-
laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan. Ketiga, ketidakmampuan
makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri,
makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya. Keempat, ketidakmampuan
BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang optimal, salah satunya asuhan keperawatan jiwa. Mahasiswa harus
mampu memahami konsep dasar gangguan perawatan diri dan mampu melakukan
praktik asuhan keperawatan yang sesuai, sehingga mereka akan berkompeten dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa gangguan perawatan diri pada saat terjun ke
dunia kerja nanti.

13
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, 2000.Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders Fourth Edition Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric
Association.
Carpenito, Lynda Jual. 2007. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian
Keperawatan.Alih Bahasa Monika Ester.Edisi 2.Jakarta : EGC.
Damaiyanti, Mukhripah 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.Bandung : PT. Refika Aditama.
Kaplan H.I, Sadok B.J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I. Jakarta: Widya
Medika

NANDA. 2009. Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2015-2017. Jakarta:


EGC.

Potter and Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta :
EGC.
Wilkinson, J. M. et al. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. et al. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta: ECG.

14

Anda mungkin juga menyukai