PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat
menjadi penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak
kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban
pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh
terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD). Yang
sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana
kejadian tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.
Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam
130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature
dengan berbagai akibatnya.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak
diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan
oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban
yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli
disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah
dini.
Soetomo Surabaya.
Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas post Sectio Caesarea
di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
muncul pada ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD
lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada ibu nifas post
Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada ibu nifas post
Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
5. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan
pada ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Sitti, 2009)
Masa nifas (Puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah
melahirkan.
Periode masa nifas adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesai persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksikemebali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagi akibat dari adanya perubahan fisiologisdan psikologis karena proses
persalinan.
Sectio Caesarea adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
pada rahim dalam keadaan utuh dengan berat diatas 500 gram.
(Mitiyani,2011)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para kurang dari
5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2.2 Tahapan Masa Nifas
Tahap yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan dengan teratur harus melaksanakan
pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lochea, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode early post partum (24 jam 1 minggu)
Pada fase ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan. Serta ibu dapat menyusui
dengan segera.
3. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)
Periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
2.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Segera setelah lahirnaya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
pada posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, krang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga
dalam dua minggu telah turun dan masuk kedalam rongga pelvis
dan tidak dapat diraba ;lagi dari luar.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Uteri
Tinggi fundus
Berat uterus
Diameter
Plasenta lahir
7 hari (minggu
uteri
Setinggi pusat
Pertengan pusat
1000 gram
500 gram
ueterus
12,5 cm
7,5 cm
1)
14 hari
dan simpisis
Tidak teraba
350 gram
5 cm
(minggu 2)
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Berikut ini adalah jenisa lochea yang
terdapat pada wanita dalam masa nifas :
a. Lochea Rubra (Curenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan. Lochea ini keluar selama 2-3 hari post partum.
b. Lochea Sanguilenta berwarna merahkuning berasal dari darah
dan lendir yang kleuarpada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa adalah Lochea yang dimulai dengan verdi yang
lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian berwarna menjadi kuning.
Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d. Lochea Alba dimulai hari ke 14 kemudian makin lama makin
sedikit sehingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua
minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk
krim serta terdiri dari leukosit dan sel-sel desidua.
3) Endomerium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari
diwujudkan hanya bila tidak ada tanda dan gejala infeksi saluran kemih
atau preeklamsi. Kandung kemih pada ibu nifas mempunyai kapasitas
yang meningkat secara relatif.
4. Sestem Endokrin
a. Oksitoksin
Selam tahap ke tiga persalinan, hormon oksitoksin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan, isapan bayi dapat merngsang produksi ASI dan
sekresi oksitoksin.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terandgsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini
berparan dalam pembesaran payudara untuk memproduksi dan
merangsang keluarnya ASI.
c. Esterogen dan Progesteron
Selama hamil volume daras normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkat esterogen yang tinggi meperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Selain itu progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi peningkatan pembuluh darah. Hal ini
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, serta vagina.
5. Perubahan Tanda- tanda Vital
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C. Setelah partus
dapat naikkurang lebih 0,5C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 38C. Sesudah 2 jam pertama malahirkan umumnya suhu
badan akan kembali normal. Bila suhu lebihi 38C , mungkin terjadi
infeksi.
b. Nadi dan Pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyut permenit setelah partus, dan dapat
terjadi brakikardi. Pernafasan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan
menghilangkan dengan sendirnya apabila tidak terdapat penyakit
penyakit lain yang menyertainnyadalam bulan tanpa pengobatan.
BAB III
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
Tinggi Badan
Berat Badan
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut
2) Muka
3) Mata
4) Hidung
5) Gigi dan Mulut
6) Telinga
b. Leher
1) Kelenjar Tyroid
2) Vena Jugularis
c. Dada
1) Jantung
2) Paru
3) Payudara
d. Abdomen
e. Genetalia
f. Ekstremitas
Odema
Varices
Hofman Sign
IV line
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi yang Diberikan
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
2. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka bekas
operasi
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang penegtahuan ibu
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri bekas operasi
3.3 Intervensi
Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawata selama _x 24 jam klien dapat
mengontrol nyeri
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengungkapkan nyeri di perut berkurang
2. Skala nyeri 0-2 (dari 0-10)
3. Wajah tidak merintih kesakitan
4. Klien nampak rileks dan dapat beristirahat
Intervensi :
1. Kaji respon verbal maupun non verbal tentang nyeri, kualitas, lokasi,
karakter dan durainya
3.4 Implementasi
Realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan kegiatan pelaksanaan meliputi pengumpulan data yag
berkelanjutan, mengobservasi respon pasien sebelum dan sesudah tindakan,
serta menilai data yang baru.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
rencana tindakan keperawatan, dan pelaksanaan, apakah hasil sudah dicapai
atau tidak. Evalusi merupakan bagaian integral pagi setiap proses
keperawatan evaluasi dilakukan secara periodik, sistematik dan terenca untuk
menilai perkembangan klien.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I.
Nama Mahasiswa
: Anis Fidayanti
NIM
: P27820114041
Ruangan
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
: 12 Juni 2016
Tanggal MRS
: 10 Juni 2016
No. Registrasi
: 12 15 07 11
DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Nama
: Ny. S
b. Umur
: 33 tahun
c. Nama Suami
: Tn. N
d. Umur
: 37 tahun
e. Suku/Bangsa
: Jawa/ Indonesia
f. Status Perkawinan : menikah
g. Agama
: Islam
h. Pendidikan
: SMA
i. Alamat
: Teluk Bone Baru 11 Surabaya
j. Diagnose Kebidanan : GIII P2103 + Post SC + IUD
2. RIWAYAT KEPERAWATAN/ KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien menyatakan nyeri pada bekas operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk
dengan skala nyeri 5, nyeri muncul kadang-kadang.
b. Riwayat keperawatan / Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan ketubannya pecah sejak 8 Juni 2016 dengan usia
kehamilan 7 bulan. Kemudian klien dibawa suamunya ke RS.
Muhammadiyah dan pada tanggal 10 Juli 2016 di bawa ke RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Klien mengatakan tanggal 11 Juli 2016 dilakukan
operasi untuk mengeluarkan bayinya.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak ada keluhan apapun saat hamil, dan tidak pernah
sakit apapun saat hamil.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi, Diabetes Melitus maupun penyakit menular lainnya.
e. Riwayat Psikologi
SMRS
DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
:
a.
b.
c.
d.
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Tinggi Badan
: 158 cm
Berat Badan
: 65 Kg
: 110/70 mmHg
: 76x/ menit
:35,4C
:16x/ menit
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
d. Abdomen
Terdapat line nigra, terdapat strie, terdapat luka bekas operasi, kondisi luka
baik, tidak ada tembusan luka, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat.
e. Genitalia
Tidak ada luka episiotomy, tidak ada hemoroid, lochea rubra berwarna
merah segar bau khas dan jumlah 2 koteks.
f. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada varises, ekstremitas bawah lemas, reflek
patella +, tidak ada tanda homman.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine Lengkap
Tanggal
: 10 Juni 2016
Hasil pemeriksaan urine lengkap masih dalam batas normal.
2. Hematologi
Tanggal
: 10 Juni 2016
Hasi pemeriksaan hematologi masih dalam batas norma kecuali:
No.
1.
2.
3.
Pemeriksaan
WBC
HCT
MCHC
Hasil
13,5
32,5
34,3
Satuan
X10^3/L
%
g/dL
Nilai Rujukan
3,37-10.00
35,2-46,7
29,7-33,1
Terapi
1. Asam Mefenamat
2. SF
3 x 500 mg
2x1
ANALISIS DATA
No
Pengelompokan Data
Penyebab
Masalah
Keperawatan
Nyeri
Anastesi
Terdapat luka
operasi SC diperut
bawah.
TTV :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Suhu : 35,4 C
Pernafasan : 16 x/
Pembedahan
menit
2. S : Klien mengatakan
Nyeri
KPD (Ketuban pecah dini)
tubuhnya lemas
Aktivitas
Intoleransi
Anastesi
Pembedahan
Kelemahan Otot
Intoleransi Aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi dan kelemahan
otot.
INTERVENSI
Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri klien
dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan nyri berkurang dari skala 0-2 (dari skala 0-10)
2. Ekspresi wajah tidak menhan sakit
3. TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
Suhu : 36-37 C
Pernafasan 16-20 x/menit
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Klien lebih kooperatif jika terjadi hubungan saling oercaya
2. Beri klien dalan posisi nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan dan mengurangi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksadi nafas dalam
Rasional : Mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Observasi tanda-tanda vital dan kaji ulang respon verbal/non verbal tentang
nyeri, skala nyeri, lokasi, durasi, dan karakteristik nyeri
Rasional : mengurangi dan mengobservasi tanda tanda vital, dan tanda
umum klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik
Rasional : mengurangi dan menghilangkan nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu berdiri dengan berjalan tanpa bantuan
2. Klien mampu melakukan aktifitas pergi kekamar mandi sendiri tanpa
bantuan
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
Rasional : membuat klien lebih kooperatif dengan tindakan medis.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktifitas sehari hari sesuai
kemampuan.
Rasional : memenuhi kebutuhan ADL klien yang tidak dapat dilakukan
klien sendiri.
3. Ajarkan klien untuk berdiri dan berjalan selama bertahap.
Rasional : meningkatkan aktifitas secara bertahap akan mengembalikan
kekuatan otot klien.
4. Kolaborasikan dengan dokter dalam melakukan latihan aktifitas.
Rasional : mengetahui teknik yang tepat.
5. Observasi dan evaluasi kemampuan klien untuk beraktifitas.
Rasional : mengetahui perkembangan klien.
PELAKSANAAN
1. Tanggal 12 juni 2016
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat
pembedahan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Memberikan klien posisi nyaman
3) Mengajarkna teknik relaksasi nafas dalam
4) Mengobservasi tanda tanda vital dan mengkaji respon verbal dan
non verbal tentang nyeri.
5) Mengkolaborasikan dengan dokter tentang pemberian obat analgesik
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi
dan kelemahan otot.
1) Membantu klien untuk memenuhi aktifitas sehari hari sesuai
kemampuan
2) Mengajarkan klien untuk berdiri dan berjalan secara bertahap
3) Mengkolaborasikan dengan dokter dalam latihan aktifitas.
4) Mengobservasi dan mengevaluasi kemampuan klien dalam
beraktifitas
: Klien mampu berdiri dan berjalan sedikit demi sedikit. Klien sudah
mampu duduk.
: intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Sitti, 2009). Sectio Caesarea adalah persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan pada rahim dalam keadaan utuh dengan berat diatas 500
gram. (Mitiyani,2011). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan multi para kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
Pada masa nifas dapat terjadi berbagai banyak perubahan pada ibu baik
itu secara fisik maupun psikologis. Kita menggunakan asuhan
keperawatan dalam menangani perubahan tersebut, mulai dari mengkaji
setiap masalah pasien, menganalis masalah, mendiagnosa masalah,
menyusun perencanaan, melakukan tindakan, dan mengevaluasi dari apa
yang sudah dilakukan.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam menjadikan
pengalaman dan masukan kearah yang lebih baik kepada :
1. Pasien dan keluarga
Bagi keluarga pasien diharapkan lebih perhatian kepada pasien dan
mendukung serta memberi motivasi kesembuhan pasien dan mencegah
komplikasi lainnya.
2. Perawat
Perawat harus berusaha melakukan pendekatan yang efektif sehingga
dapat tercipta rasa percaya pasien terhadap perawat. Perawat diharapkan
lebih cermat dan teliti dalam melakukan asuhan keperawatan terutama
pada pengkajian kepada pasien. Perawat juga harus memberikan dorongan
psikis pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Koraboratif. Jakarta : EGC