Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat
menjadi penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak
kehamilan, kehamilan ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban
pecah dini. Salah satu dari masalah reproduksi yang dapat berpengaruh
terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD). Yang
sampai saat ini masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang mana
kejadian tersebut mendekati 10% dari semua persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.
Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu
230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam
130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature
dengan berbagai akibatnya.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak
diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan
oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban
yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli
disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah
dini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimana asuhan
keperawatan pada ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara umum proses keperawatan pada
ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr.
1.3.2

Soetomo Surabaya.
Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas post Sectio Caesarea
di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Dapat mengetahui dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
muncul pada ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD
lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada ibu nifas post
Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada ibu nifas post
Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
5. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan
pada ibu nifas post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada ibu nifas
post Sectio Caesarea di ruang Nifas IRD lantai 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dan sebagai pengalaman untuk penulisan makalah
1.4.2 Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada
asuhan keperawatan pada ibu nifas post Sectio Caesarea.
2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga
dapat menjadi bekal dalam praktik di rumah sakit

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Sitti, 2009)
Masa nifas (Puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah
melahirkan.

Periode masa nifas adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesai persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksikemebali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagi akibat dari adanya perubahan fisiologisdan psikologis karena proses
persalinan.
Sectio Caesarea adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
pada rahim dalam keadaan utuh dengan berat diatas 500 gram.
(Mitiyani,2011)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para kurang dari
5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2.2 Tahapan Masa Nifas
Tahap yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan dengan teratur harus melaksanakan
pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lochea, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode early post partum (24 jam 1 minggu)
Pada fase ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan. Serta ibu dapat menyusui
dengan segera.
3. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)
Periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
2.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Segera setelah lahirnaya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
pada posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, krang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga

dalam dua minggu telah turun dan masuk kedalam rongga pelvis
dan tidak dapat diraba ;lagi dari luar.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Uteri

Tinggi fundus

Berat uterus

Diameter

Plasenta lahir
7 hari (minggu

uteri
Setinggi pusat
Pertengan pusat

1000 gram
500 gram

ueterus
12,5 cm
7,5 cm

1)
14 hari

dan simpisis
Tidak teraba

350 gram

5 cm

(minggu 2)
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Berikut ini adalah jenisa lochea yang
terdapat pada wanita dalam masa nifas :
a. Lochea Rubra (Curenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan. Lochea ini keluar selama 2-3 hari post partum.
b. Lochea Sanguilenta berwarna merahkuning berasal dari darah
dan lendir yang kleuarpada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa adalah Lochea yang dimulai dengan verdi yang
lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian berwarna menjadi kuning.
Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
d. Lochea Alba dimulai hari ke 14 kemudian makin lama makin
sedikit sehingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua
minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk
krim serta terdiri dari leukosit dan sel-sel desidua.
3) Endomerium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari

mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada


bekas implan plasenta.
4) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi sangat lembek
dan kendur. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama
dibagaian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambatlaun mengecil,
beberapa hari setelah persalinan akan retak karena robek dalam
persalinan.
5) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur angsur
luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara.
6) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses lakatasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis yaitu sebgai berikut :
a. Produksi susu
b. Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untukmenyediakan makanan bagi bayi baru
lahir.
2. Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua
jam setelah persalinan.kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan
dan masa nifas, diman pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion
kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada nifas, terutama
pada bayi yang dikandung untuk proses pertumbuhan dan ibu dalam masa
laktasi.
3. Siestem Perkemihan
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang non patologis
sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partumagar dapat
dikendalikan, contoh spesimen diambil melaluikaterisasi agar tidak
terkontaminasi dengan lochea yang nonpatologis. Hal ini dapat

diwujudkan hanya bila tidak ada tanda dan gejala infeksi saluran kemih
atau preeklamsi. Kandung kemih pada ibu nifas mempunyai kapasitas
yang meningkat secara relatif.
4. Sestem Endokrin
a. Oksitoksin
Selam tahap ke tiga persalinan, hormon oksitoksin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan, isapan bayi dapat merngsang produksi ASI dan
sekresi oksitoksin.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terandgsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini
berparan dalam pembesaran payudara untuk memproduksi dan
merangsang keluarnya ASI.
c. Esterogen dan Progesteron
Selama hamil volume daras normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkat esterogen yang tinggi meperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Selain itu progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi peningkatan pembuluh darah. Hal ini
sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, serta vagina.
5. Perubahan Tanda- tanda Vital
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C. Setelah partus
dapat naikkurang lebih 0,5C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 38C. Sesudah 2 jam pertama malahirkan umumnya suhu
badan akan kembali normal. Bila suhu lebihi 38C , mungkin terjadi
infeksi.
b. Nadi dan Pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyut permenit setelah partus, dan dapat
terjadi brakikardi. Pernafasan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan
menghilangkan dengan sendirnya apabila tidak terdapat penyakit
penyakit lain yang menyertainnyadalam bulan tanpa pengobatan.

2.4 Proses Adpatasi Psikologi Ibu pada Masa Nifas


1. Taking In
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan masih
tergantung pada orang lain, fokus perhatain terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2. Taking Hold
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kempuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatsi kritikan
yang dialami.
3. Letting go
Dialami secara tiba ibu dan bayi diruamh, ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata
Indentitas meliputi nama, umur, nama suami, umur suami, suku/bangsa,
status perawinan, agama, pendidikan, alamat, diagnosa kebidanan.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Riwayat Psikososial
f. Latar Belakang Budaya
g. Dukungan Keluarga
h. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat Haid
a) Menarche
b) Siklus Haid
c) Keluhan utama haid
d) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
e) Tafsiran Persalinan (TP)
2) Riwayat Perkawinan
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
i. Keadaan Bayi
3. Pola pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi-pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktivitas-latihan
c. Pola nutrisi-metabolisme
d. Pola eliminasi
e. Pola tidur-istirahat
f. Pola koginitif-perseptual
g. Pola toleransi-koping stess
h. Pola persepsi diri-konsep diri
i. Pola seksualitas-reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan keyakinan
Data Objektif
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
Tinggi Badan
Berat Badan
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala

1) Rambut
2) Muka
3) Mata
4) Hidung
5) Gigi dan Mulut
6) Telinga
b. Leher
1) Kelenjar Tyroid
2) Vena Jugularis
c. Dada
1) Jantung
2) Paru
3) Payudara
d. Abdomen
e. Genetalia
f. Ekstremitas
Odema
Varices
Hofman Sign
IV line
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi yang Diberikan
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
2. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka bekas
operasi
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang penegtahuan ibu
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri bekas operasi
3.3 Intervensi
Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawata selama _x 24 jam klien dapat
mengontrol nyeri
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengungkapkan nyeri di perut berkurang
2. Skala nyeri 0-2 (dari 0-10)
3. Wajah tidak merintih kesakitan
4. Klien nampak rileks dan dapat beristirahat
Intervensi :
1. Kaji respon verbal maupun non verbal tentang nyeri, kualitas, lokasi,
karakter dan durainya

Rasional : mengetahui tingkat nyeri klien, menentukan intervensi yang


tepat selanjutnya.
2. Berikan posisi nyaman
Rasional : mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
3. Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
Rasional : mengurangi nyeri yang drasakan klien.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional : mengurangi dan menghilangkan nyeri klien
Dx : Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka bekas
operasi
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan selama _x24 jam tidak terjadi infeksi
pada luka bekas operasi
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan
nanah.
2. Klien tidak demam dengan suhu 36-37C
Intervensi
1. Cuci tangan dengan aseptik dan gunakan teknik aseptik.
Rasional : mengurangi transformasi luka yang menimbulkan bnayak
kuman.
2. Observasi luka dan daerah sekitar luka.
Rasional : mengetahui adanya infeksi dan menentukan tindakan yang tepat
selanjutnya.
3. Lakukan perawatan luka dengan rutin setiap haridan ganti balutan jika
basah.
Rasional : mengurangi resiko infeksi dan mempercepat penyembuhan
4. Anjurkan klien untuk mandi setiap hari tetapi tidak mengenai luka bekas
operasi.
Rasional : menjaga kebersihan tubuh klien dan darah sekitar luka
5. Kolabora dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik.
Rasional : mempercepat penyembuhan klien, dan meningkatkan antibodi
klien.

3.4 Implementasi
Realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan kegiatan pelaksanaan meliputi pengumpulan data yag
berkelanjutan, mengobservasi respon pasien sebelum dan sesudah tindakan,
serta menilai data yang baru.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
rencana tindakan keperawatan, dan pelaksanaan, apakah hasil sudah dicapai
atau tidak. Evalusi merupakan bagaian integral pagi setiap proses
keperawatan evaluasi dilakukan secara periodik, sistematik dan terenca untuk
menilai perkembangan klien.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

I.

Nama Mahasiswa

: Anis Fidayanti

NIM

: P27820114041

Ruangan

: Ruang Nifas IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
: 12 Juni 2016
Tanggal MRS
: 10 Juni 2016
No. Registrasi
: 12 15 07 11
DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Nama
: Ny. S
b. Umur
: 33 tahun
c. Nama Suami
: Tn. N
d. Umur
: 37 tahun
e. Suku/Bangsa
: Jawa/ Indonesia
f. Status Perkawinan : menikah
g. Agama
: Islam
h. Pendidikan
: SMA
i. Alamat
: Teluk Bone Baru 11 Surabaya
j. Diagnose Kebidanan : GIII P2103 + Post SC + IUD
2. RIWAYAT KEPERAWATAN/ KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien menyatakan nyeri pada bekas operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk
dengan skala nyeri 5, nyeri muncul kadang-kadang.
b. Riwayat keperawatan / Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan ketubannya pecah sejak 8 Juni 2016 dengan usia
kehamilan 7 bulan. Kemudian klien dibawa suamunya ke RS.
Muhammadiyah dan pada tanggal 10 Juli 2016 di bawa ke RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Klien mengatakan tanggal 11 Juli 2016 dilakukan
operasi untuk mengeluarkan bayinya.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak ada keluhan apapun saat hamil, dan tidak pernah
sakit apapun saat hamil.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi, Diabetes Melitus maupun penyakit menular lainnya.
e. Riwayat Psikologi

Klien mengatakan sangat khawatir dengan anak yang ke tiga, karena


memiliki berat badan yang rendah dan ibu berharap semoga anaknya
baik-baik saja.
f. Latar Belakang Budaya
Klien mengatakan bahwa tidak ada larangan apapun pada ibu yang telah
mellahirkan. Tidak ada pantangan makanan ataupun yang lainnya.
g. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan keluarga sangat mendukung kesembuhan klien dan
bayinya dan keluarga kien berharap semoga klien dan anaknya sapat
segera puang ke rumah.
h. Riwayat Kebidan
1) Riwayat Haid
Menarche : Klien mengatakan haida pertama kali pada umur 13 tahun
Siklus Haid : klien mengatakan haidnya rutin setiap 1 bulan sekali
lamanya 5 hari dengan volume sedang
Keluhan Selama Haid: Klien mengatakan tidak ada keluhan saat haid
Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT)
: 03 November 2015
Tafsiran Persalinan (TP)
: 23 Agustus 2016
2) Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan menikah pada usia 20 tahun dan menikah satu
kali, dengan usia pernikahan 13 tahun.
3) Riwayat kehamilan dan Persalinan
a) Anak pertama perempuan, usia saat ini 12 tahun, lahir dengan
usia kehamilan 9 bulan, di tolong oleh dokter dengan cara
persalinan normal, BBL : 2600 gram dan tidak ada hambatan
saat melahirkan.
b) Anak kedua laki-laki, usia saat ini 6 tahun, lahir dengan usia
kehmilan 9 bulan, di tolong ooleh dokter dengan cara persalinan
normal, BBL : 2600 gram dan tidak ada hambatan saat
melahirkan.
c) Anak ketiga / hamil ini laki-laki dengan usia kehamilan 7 bulan,
di tolong oleh dokter dengan cara persalinan sectio Caesarea
(SC). BBL : 1200 gram dengan hambatan persalinan ketuban
pecah dini.
3. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
SMRS : Kilien mengatakan lebih dari 3 kali memeriksakan
kehamilannya kedokter kandungan, selama ini klien selalu memilih

melahirkan di rumah sakit. Klien tidak merokok dan tidak minum


minuman beralkohol.
MRS
: Klien melahirkan di rumah sakit, klien tidak merokok dan
meminum minuman beralkohol.
b. Pola aktivitas-latihan
SMRS : Klien mengatakan dirinya adalah seorang oegawai kasir
dan mengurus kedua anaknya saat dirumah. Klien mengataka jarang
berolahraga, biasanya berolahraga setiap satu minggu sekali dengan
berjalan-jalan disekitar rumah.
MRS
: Klien mengatakan tubuhnya lemas, klien hanya bias
miring kanan dan kiri kadang duduk ditempat tidur.
c. Pola eliminasi
SMRS : Kilen mengatakan BAK 4-6 kali sehari dengan
karakteristik urine berwarna kuning jernih, berbau khas, dan BAB
rutin setiap 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna
kuning kecoklatan.
MRS : Klien terpasang kateter setelah operasi, urine 1000 cc sehari
dengan warna kuning kemerahan. Klien belum BAB 1 hari.
d. Pola nutrisi dan metabolism
SMRS : klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 1
piring. kllien biasanya mengkonsumsi sayur dan buah. Klien
mengatakan minum susu saat hamil 2 kali sehari. Klien minum
1500 cc. Klien tidak memilki gangguan pencernaan.
MRS
: Klien mengatajkan makan 3 kali sehari dengan porsi
piring dan minum 1500 cc perharinya. Klien tidak mual dan
muntah, klien tidak memiliki gangguan pencernaan.
e. Pola tidur istirahat
SMRS : Klien mengatakan tidur 7-8 jam sehari, klien jarang
tidur siang.
MRS
: Klien mengatakan lebih sering tidur 9-12 jam sehari
karena tidak ada aktivitas yang dilakukan.
f. Pola kognitif-perseptual
SMRS : klien mengatakan dapat mendengar baik, klien dapat
bebicara dengan baik, dan tidak ada disorientasi.
MRS
: klien mengatakan dapat mendengar baik, klien dapat
bebicara dengan baik, dan tidak ada disorientasi.
g. Pola toleransi- koping stress

SMRS

: Klien mengatakan sengan dengan kehamilan yang ke 3

ini, namun klien sedikit takut karena ketubannya pecah dini.


MRS
: Klien cemas dan takut karena anaknya di rrawat di ruang
yang terpisah dengan klien, klien mengatakan dapat mengatasi
kecemasannya atau stressnya dengan tidur.
h. Pola persepsi diri dan konsep diri
SMRS : klien mengatakan tidak malu dengan tubuhnya yang
gemuk karena hamil.
MRS
: Klien tidak mengalami gangguan konsep diri karena
merasa tidak malu dengan dirinya saat ini.
i. Pola seksual- reproduksi
SMRS : Klien memiliki 2 orang anak, klien tidak memiliki
gangguan reproduksi.
MRS
: Klien sekarang memiliki 3 anak, klien tidak memiliki
gangguan reproduksi.
j. Pola hubungan dan peran
SMRS : Klien adalah seorang ibu dari 2 orang anak dan sebagai
seorang istri. Klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan masyarakat.
MRS
: klien seorang ibu dari 3 anak dan sebagai seorang istri.
Klien tidak mampu menjalankan perannya dengan baik karena baru
saja melahirkan.
k. Pola keyakinan
SMRS : Klien rutin beribadah sholat 5 waktu, klien selalu berdoa
ketika klien merasa cemas.
MRS
: Klien tidak bisa menjalani ibadahnya karena dalam masa
nifas.

DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis GCS : 4-5-6

Tanda-tanda Vital

:
a.
b.
c.
d.

Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

Tinggi Badan

: 158 cm

Berat Badan

: 65 Kg

: 110/70 mmHg
: 76x/ menit
:35,4C
:16x/ menit

Pemeriksaan Fisik
a. Kepala

: Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,

kulit kepala bersih


1) Rambut : hitam, lurus, terihat agak kusam
2) Muka
: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, dan tidak edema
3) Mata
: konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak anemis
4) Hidung
: tidak ada nyeri tekan, bentuk simetris, tidak ada polip,
tidak ada sinusitis, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
5) Gigi dan Mulut

: tidak ada caries gigi, mukosa bibir lembab, dan

tidak ada stomatitis.


6) Telinga
: bentuk simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal.
b. Leher
: bentuk simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
1) Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran
2) Vena jugularis
: tidak ada distensi jugularis
c. Dada
: bentuk simetris tidak ada nyeri tekan dan benjolan
1) Jantung : suara S1 S2 tunggal
2) Paru-paru : pernafasan lancer, tidak ada suara nafas tambahan
3) Payudara : tidak ada benjolan, kolstrum keluar, hiperpigmentasi
aerola mammae, putting bersih, putting menonjol. Payudara bersih.

d. Abdomen
Terdapat line nigra, terdapat strie, terdapat luka bekas operasi, kondisi luka
baik, tidak ada tembusan luka, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat.

e. Genitalia
Tidak ada luka episiotomy, tidak ada hemoroid, lochea rubra berwarna
merah segar bau khas dan jumlah 2 koteks.
f. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada varises, ekstremitas bawah lemas, reflek
patella +, tidak ada tanda homman.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urine Lengkap
Tanggal
: 10 Juni 2016
Hasil pemeriksaan urine lengkap masih dalam batas normal.
2. Hematologi
Tanggal
: 10 Juni 2016
Hasi pemeriksaan hematologi masih dalam batas norma kecuali:
No.
1.
2.
3.

Pemeriksaan
WBC
HCT
MCHC

Hasil
13,5
32,5
34,3

Satuan
X10^3/L
%
g/dL

Nilai Rujukan
3,37-10.00
35,2-46,7
29,7-33,1

Terapi
1. Asam Mefenamat
2. SF

3 x 500 mg
2x1

ANALISIS DATA
No

Pengelompokan Data

Penyebab

Masalah
Keperawatan

1. S : Klien mengatakan nyeri

KPD (Ketuban pecah dini)

Nyeri

pada bekas operasi, nyeri


seperti ditusuk tusuk
dengan skala nyeri 5, nyeri

Operasi Sectio Caesarea

muncul kadang kadang.


O : - Ekspresi wajah klien
datar dengan skal nyeri 5
-

Anastesi

Terdapat luka
operasi SC diperut

bawah.
TTV :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Suhu : 35,4 C
Pernafasan : 16 x/

Pembedahan

Trauma jaringan/ lika insisi

menit

2. S : Klien mengatakan

Nyeri
KPD (Ketuban pecah dini)

tubuhnya lemas

Aktivitas

O: Klien terlihat lemas,


klien hanya dapat

Operasi Sectio Caesarea

beraktivitas di tempat tidur


saja, hanya bisa miring
kanan, kiri dan duduk

Intoleransi

Anastesi

Pembedahan

Kelemahan Otot

Intoleransi Aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi dan kelemahan
otot.
INTERVENSI
Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri klien
dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan nyri berkurang dari skala 0-2 (dari skala 0-10)
2. Ekspresi wajah tidak menhan sakit
3. TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
Suhu : 36-37 C
Pernafasan 16-20 x/menit
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Klien lebih kooperatif jika terjadi hubungan saling oercaya
2. Beri klien dalan posisi nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan dan mengurangi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksadi nafas dalam
Rasional : Mengurangi nyeri yang dirasakan.
4. Observasi tanda-tanda vital dan kaji ulang respon verbal/non verbal tentang
nyeri, skala nyeri, lokasi, durasi, dan karakteristik nyeri
Rasional : mengurangi dan mengobservasi tanda tanda vital, dan tanda
umum klien.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik
Rasional : mengurangi dan menghilangkan nyeri.

Dx : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi dan


kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam klien mampu
beraktifitas mandiri tanpa bantuan.

Kriteria hasil :
1. Klien mampu berdiri dengan berjalan tanpa bantuan
2. Klien mampu melakukan aktifitas pergi kekamar mandi sendiri tanpa
bantuan
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
Rasional : membuat klien lebih kooperatif dengan tindakan medis.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktifitas sehari hari sesuai
kemampuan.
Rasional : memenuhi kebutuhan ADL klien yang tidak dapat dilakukan
klien sendiri.
3. Ajarkan klien untuk berdiri dan berjalan selama bertahap.
Rasional : meningkatkan aktifitas secara bertahap akan mengembalikan
kekuatan otot klien.
4. Kolaborasikan dengan dokter dalam melakukan latihan aktifitas.
Rasional : mengetahui teknik yang tepat.
5. Observasi dan evaluasi kemampuan klien untuk beraktifitas.
Rasional : mengetahui perkembangan klien.
PELAKSANAAN
1. Tanggal 12 juni 2016
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat
pembedahan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Memberikan klien posisi nyaman
3) Mengajarkna teknik relaksasi nafas dalam
4) Mengobservasi tanda tanda vital dan mengkaji respon verbal dan
non verbal tentang nyeri.
5) Mengkolaborasikan dengan dokter tentang pemberian obat analgesik
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi
dan kelemahan otot.
1) Membantu klien untuk memenuhi aktifitas sehari hari sesuai
kemampuan
2) Mengajarkan klien untuk berdiri dan berjalan secara bertahap
3) Mengkolaborasikan dengan dokter dalam latihan aktifitas.
4) Mengobservasi dan mengevaluasi kemampuan klien dalam
beraktifitas

2. Tanggal 13 juni 2016


Dx 1: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat
pembedahan
1) Mengobservasi tanda tanda vital dan mengkaji respon verbal dan non
verbal tentang nyeri.
2) Memberikan klien posisi nyaman
3) Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4) Mengkolaborasikan dengan dokter tentang pemberian obat analgesik
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan anastesi
dan kelemahan otot.
1) Membantu klien untuk memenuhi aktifitas sehari hari sesuai
kemampuan
2) Mengajarkan klien untuk berdiri dan berjalan secara bertahap
3) Mengobservasi dan mengevaluasi kemampuan klien dalam
beraktifitas
EVALUASI
1. Tanggal 12 juni 2016
S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang pada luka bekas operasi,
skala nyeri 3, ntyeri seperti ditusuk tusuk, nyeri hilang timbul.
O : ekspresi wajah rileks, klien dapat beristirahat.
TTV : TD = 110/80 mmHg
Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36 C
RR = 14 x/menit
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi nyeri dilanjutkan
2. Tanggal 12 juni 2016
S : klien mengatakan puas dengan latihannya hari ini, klien dapat makan
sendiri dan mendapat sedikit bantuan dari perawat. Klien mengatkan
tubuhnya sedikit lemas.
O

: Klien mampu berdiri dan berjalan sedikit demi sedikit. Klien sudah
mampu duduk.

: Masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian

: intervensi intoleransi aktifitas dilanjutkan.

3. Tanggal 13 juni 2016

S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang pada luka bekas operasi,


skala nyeri 2, ntyeri seperti ditusuk tusuk, nyeri hilang timbul.
O : ekspresi wajah rileks, klien dapat beristirahat.
TTV : TD = 110/80 mmHg
Nadi = 80 x/menit
Suhu = 36 C
RR = 18 x/menit
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. Tanggal 12 juni 2016
S : klien mengatakan sedikit lemas.
O

: Klien mampu berjalan secara mandiri, klien mampu beraktifitas


seperti biasa.

: Masalah intoleransi aktifitas teratasi

: intervensi dihentikan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Sitti, 2009). Sectio Caesarea adalah persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan pada rahim dalam keadaan utuh dengan berat diatas 500
gram. (Mitiyani,2011). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan multi para kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
Pada masa nifas dapat terjadi berbagai banyak perubahan pada ibu baik
itu secara fisik maupun psikologis. Kita menggunakan asuhan
keperawatan dalam menangani perubahan tersebut, mulai dari mengkaji
setiap masalah pasien, menganalis masalah, mendiagnosa masalah,
menyusun perencanaan, melakukan tindakan, dan mengevaluasi dari apa
yang sudah dilakukan.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam menjadikan
pengalaman dan masukan kearah yang lebih baik kepada :
1. Pasien dan keluarga
Bagi keluarga pasien diharapkan lebih perhatian kepada pasien dan
mendukung serta memberi motivasi kesembuhan pasien dan mencegah
komplikasi lainnya.
2. Perawat
Perawat harus berusaha melakukan pendekatan yang efektif sehingga
dapat tercipta rasa percaya pasien terhadap perawat. Perawat diharapkan
lebih cermat dan teliti dalam melakukan asuhan keperawatan terutama
pada pengkajian kepada pasien. Perawat juga harus memberikan dorongan
psikis pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Koraboratif. Jakarta : EGC

Doengoes, Me. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Klien. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperwatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai