Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan bagi kebanyakan pasangan suami istri merupakan masa yang
sangat ditunggu-tunggu. Namun, ada pula kehamilan yang merupakan hal yang
sangat dihindari, dengan berbagai alasan yang bisa diterima maupun tidak,
misalnya alasan kesehatan, keuangan dan mungkin karena pasangan tersebut
belum terikat perkawinan yang sah, sehingga kadang-kadang memutuskan untuk
melakukan aborsi. Disadari atau tidak, perempuan sebenarnya memiliki hak penuh
untuk hamil atau tidak hamil, karena perempuanlah nantinya yang bertanggung
jawab atas janin yang dikandungnya dan melahirkannya.
Namun demikian, kenyataannya masih banyak perempuan yang kurang
paham mengenai hak ini, sehingga ia beranggapan bahwa perempuan wajib
hamil atau tidak hamil itu untuk suami dan negara. Dengan kata lain,
kehamilan diatur menurut kepentingan laki-laki dan politik. Contohnya masih
sering kita dengar bahwa si A diceraikan oleh suaminya karena tidak bisa hamil.
Lalu ada juga kisah bahwa dengan adanya program pemerintah mengenai
keluarga berencana, yang pada jaman dulu dan mungkin juga sampai sekarang,
masih ada yang mengartikan sebagai larangan hamil jika telah memiliki anak
lebih dari 2 atau 3 anak.Sebagai perempuan yang pernah hamil dan melahirkan,
penulis merasakan pentingnya para perempuan hamil mengetahui hak-haknya
yang secara hukum juga telah diatur dalam beberapa peraturan perundangan.
Dalam tulisan ini perlu adanya batasan untuk menjelaskan siapa yang
disebut perempuan hamil itu, hak-hak apa saja yang seharusnya mereka peroleh
pada saat hamil sampai dengan pasca melahirkan, sejak kapan hamil itu, dan apa
saja yang harus dilakukan oleh semua pihak dalam memenuhi hak-hak perempuan
hamil sampai dengan pasca melahirkan tersebut. Siapa saja yang disebut
perempuan hamil itu?. Undang-Undang Kesehatan antara lain mengatur bahwa
kesehatan istri meliputi masa prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa
1

di luar kehamilan dan persalinan. Dari ketentuan ini jelas yang disebut istri adalah
perempuan yang terikat perkawinan yang sah dengan suaminya, sehingga
ketentuan tersebut belum mencakup semua perempuan hamil pada kasus
kehamilan di luar hubungan suami-istri (bisa karena pemerkosaan, hamil di luar
nikah, dan sebagainya).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apakah pengertian hak?
2. Apakah pengertian hamil?
3. Apa sajakah hak-hak ibu hamil?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan hak.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hamil, dan kapan
perempuan dikatakan sedang hamil.
3. Agar perempuan, khususnya yang sedang hamil sampai dengan pasca
melahirkan, mengetahui hak-haknya.
4. Agar orang lain, yaitu pemerintah, masyarakat, keluarga dan terutama
suami memberikan hak-hak ibu hamil.
5. Agar pemerintah, baik pembuat dan pelaksana kebijakan, dapat
melaksanakan kewajibannya secara sinkron
1.4 Manfaat
1. Sebagai sarana untuk para perempuan,pemerintah, masyarakat, keluarga
terutama suami, dan khususnya ibu hamil agar mengetahui apa saja hakhaknya saat hamil.
2. Terciptanya suasana haromis antar sesama karena telah membantu
merawat para ibu hamil merawat janin, melahirkan, dan membesarkan
bayinya menjadi manusia yang berguna bagi orang tua, agama, bangsa dan
negara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak


Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang
yang telah ada, sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam kamus besar
Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar,
milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena
telah di tentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar
atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derjat atau martabat.
2.2 Hamil
2.2.1 Pengertian Hamil
Tulisan ini mencoba mendefinisikan perempuan hamil dalam arti
yang lebih luas, yaitu semua perempuan yang mengandung janin, baik
yang terikat perkawinan yang sah maupun yang tidak terikat perkawinan
yang sah.
2.2.2 Kapan Perempuan Dikatakan Sedang Hamil
Pengetahuan seseorang mengenai kapan perempuan dikatakan
sedang hamil tentu berbeda-beda. Ada kalanya malah tidak diketahui oleh
perempuan yang bersangkutan. Mengapa? Karena, setiap perempuan
memiliki kepekaan terhadap perubahan atas dirinya yang berbeda satu
sama lain. Terlebih bagi perempuan yang jadwal menstruasinya tidak
teratur, maka pengetahuan bahwa dirinya sedang hamil, dapat diketahui
setelah merasakan perbedaan yang sangat berarti terhadap fisik dan
psikisnya. Baru setelah itu perempuan tersebut mencari tahu apakah
sedang hamil atau tidak. Kalaupun akhirnya diketahui mungkin usia janin
dalam kandungan sang calon ibu sudah beberapa minggu. Tak apalah,
yang penting si perempuan calon ibu ini akhirnya mengetahui bahwa
dirinya sedang mengandung janin yang kelak akan tumbuh menjadi bayi,
lalu menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi dewasa, yang insyaAllah
dapat

membawa

dunia

ini

menjadi

lebih

baik.

Bagi suami (jika perempuan tersebut telah terikat perkawinan yang sah)
pengetahuan bahwa istrinya sedang hamil biasanya ketika si istri
menceritakan kepada suaminya, karena bagi si istri, orang pertama yang
patut diberitahu kabar paling menggembirakan ini adalah suaminya.

Bagi orang lain, pengetahuan bahwa perempuan sedang hamil


biasanya ketika secara kasat mata diketahui adanya perubahan fisik, seperti
perutnya membesar, dan sebagainya.
Jadi, kapan perempuan dikatakan sedang hamil, adalah pada saat si
perempuan ini mengetahuinya, dan bagi orang lain, yaitu pada saat
diberitahu atau mengetahuinya secara fisik.
2.2.3 Pasca Melahirkan
Sebulan setelah melahirkan? Setahun setelah melahirkan? atau
kapan? Meskipun pengertiannya sangat luas, namun dalam tulisan ini
pengertian pasca melahirkan dibatasi minimal sampai dengan setelah
berakhirnya masa nifas, yaitu ketika seorang ibu telah bersih dari darah
yang keluar dari vaginanya setelah melahirkan, yang masing-masing
perempuan memiliki jangka waktu yang berbeda-beda.
Dari batasan-batasan di atas, menjadi lebih jelas bahwa sejak
dirinya (perempuan) mengetahui kehamilannya sampai dengan pasca
melahirkan, maka ia secara hukum langsung memiliki hak-hak khusus
yang tentunya akan berakhir setelah ia tidak hamil atau setelah berakhirnya
pasca melahirkan. Demikian pula bagi suami, keluarga, masyarakat dan
negara, wajib memberikan hak-hak tersebut kepadanya sejak mengetahui
bahwa perempuan tersebut sedang hamil sampai dengan pasca melahirkan.

2.3 Hak-hak Ibu Hamil


Dalam pelayanan asuhan kehamilan, Bidan dan tenaga professional
lainnya harus mempertahankan hak hak ibu dalam menjalankan masa
kehamilan. Beberapa hak-hak wanita ini bisa digunakan sebagai pedoman.
1. Wanita hamil berhak mendapatkan perawatan pada masa
kehamilan yang dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC
merupakan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil selama

kehamilannya (Depkes, 1994). ANC selama kehamilan terdiri dari


tiga kunjungan kali kunjungan baik di puskesmas maupun rumah
sakit.
2. Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 hanya berlaku bagi
istri yakni pada pasal 14: Kesehatan istri meliputi masa
prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa di luar
kehamilan dan persalinan. Artinya, belum mengatur semua
khususnya pada kasus kehamilan di luar hubungan suami-istri
(pemerkosaan, remaja hamil di luar nikah).
3. Pada Nomor 7 Tahun 1984 Pasal 12: Negara wajib menjamin
pelayanan kehamilan, persalinan dan pascapersalinan.
4. UU Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 (UUK). UU ini tidak
mengatur Secara tegas mengenai hak-hak reproduksi buruh
perempuan seperti cuti haid, melahirkan dan menyusui yang
sebelumnya diatur dalam UU No.12 Tahun 1948 tentang UU Kerja.
Dalam

UU

Tenaga

Kerja

Pasal

13

(Ayat

1,2,3):

a. Ayat 1 : Buruh wanita tidak diperbolehkan bekerja pada hari


pertama haid.
b. Ayat 2 : Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu setengah
bulan sebelum saatnya melahirkan menurut perhitungan dan
setelah melahirkan anak atau mengalami keguguran.
c. Ayat 3 : Dengan tidak mengurangi yang telah ditentukan pada
Ayat 1 dan 2, buruh wanita yang anaknya masih menyusui harus
diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya kalau hal
ini dilakukan selama waktu kerja.
5. Hak-hak wanita khususnya yang berkaitan dengan Reproduksi
a. Hak untuk Hidup.
b. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan.
c. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi.
d. Hak privasi.
e. Hak kebebasan berpikir.
f. Hak atas informasi dan edukasi.
g. Hak untuk memilih menikah atau tidak serta untuk membentuk
dan merencanakan sebuah keluarga.
h. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak.
i. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan.
j. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan.

k. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena


politik, dan Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan
pengobatan.
6. Dalam pembukaan UU HAM Tahun 1999 sudah menjamin wanita
hamil berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus.
7. Berdasarkan UU, maka ibu hamil bisa meminta seseorang yang
sehat berdiri dan memberinya tempat duduk. Dan sopir berhak
menyuruh penumpang lain berdiri dan memberikan tempat duduk.
Jika tidak, maka bus yang menaikkan orang hamil tanpa
memberkannya tempat duduk bisa disebut melanggar UU HAM.
8. Menurut
UU
HAM
Nomor
39
Pasal
48:
Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di
semua jenis jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
9. Menurut
UU
HAM

Nomor

39

Pasal

49:

1) Wanita berhak untuk memilih, dipilih, dingkat dalam pekerjaan,


jabatan, dan profesi sesuai dengan peraturan dan perundangundangan.
2) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam keselamatan atau kesehatannya berkenaan dengan
fungsi reproduksi wanita.
3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi
reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
4) Pasal 50 : Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah
berhak melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan
lain oleh hukum agamanya.
10. Deklarasi Barcelona 23-27 September 2001 tentang hak-hak
wanita.
a. Melahirkan merupakan pilihan yang bebas.
b. Memperoleh pendidikan dan informasi yang memadai
mengenai kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan
perawatan BBL.
c. Mendapatkan jaminan dan dari pemerintah di Negara manapun
untuk memperoleh pertolongan yang benar dan suatu
kehamilan tanpa resiko.
6

d. Memperoleh informasi yang benar tentang prosedur dan


perkembangan teknologi tersebut terhadap kehamilan ,
persalinan dan prosedur yang paling aman.
e. Memperoleh gizi yang cukup selama kehamilan.
f. Tidak dikeluarkan dari pekerjaan hanya karena kehamilan.
g. Tidak menerima diskriminasi dan hukuman yang diberikan
masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan.
h. Kelahiran tidak boleh dibatasi atas dasar tatanan sosial.
i. Membagi tanggung jawab dengan suami berkaitan dengan
pengambilan keputusan dalam proses reproduksi.
j. Mendapatkan informasi tentang keuntungan menyusui dan
diberikan dorongan agar segera menyusui setelah melahirkan
berhak turut dalam pengambilan keputusan yang mungkin
memengaruhi dirinya dan janinnya.
k. Wanita yang melahirkan di institusi berhak memutuskan
mengenai pekerjaan, tempat dan praktek secara kultural yang
dianggap penting bagi individu.
l. Wanita hamil dengan ketergantungan obat, AIDS, penyakit
kelamin ataupun masalah sosial yang memungkinkan mereka
dijauhi masyarakat berhak mendapatkan pertolongan khusus.
11. Pasien hamil memiliki hak, yang ditujukan pada pemberian obat
atau tindakan, akan mendapat penjelasan oleh petugas kesehatan
yang memberikan asuhan padanya tentang efek-efek potensial
langsung atau tidak langsung, risiko atau bahaya terhadap dirinya
atau bayinya yang belum lahir atau bayinya yang baru lahir yang
mungkin diakibatkan dari penggunaan obat yang diresepkan atau
tindakan-tindakan

yang

diharus

selama

masa

kehamilan,

persalinan, kelahiran atau menyusui.


12. Pasien hamil memiliki hak, sebelum dilakukan terapi, berhak untuk
mendapatkan

informasi

tidak

hanya

tentang

keuntungan-

keuntungan, risiko-risiko dan bahaya dari terapi yang diberikan,


tetapi juga terapi alternatif, seperti tersedianya kelas-kelas
pendidikan melahirkan anak yang dapat mempersiapkan pasien
hamil secara mental dan fisik untuk mengatasi ketidak nyamanan
atau stres selama masa kehmilan dan pengalaman melahirkan anak,
dengan demikian mengurangi atau meniadakan kebutuhannya akan
7

obat dan intervensi obstetrik. Ia harus diberikan informasi tersebut


sejak awal kehamilannya dengan tujuan agar ia membuat suatu
keputusan yang cukup beralasan.
13. Pasien memiliki hak, sebelum memberikan obat apasaja, untuk
mendapat informasi dari petugas kesehatan yang meresepkan atau
memberikan obat padanya bahwa setiap obat yang ia dapatkan
selama masa kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, tidak
perduli bagaimana dan kapan obat tersebut diminum atau
diberikan, yang dapat memberikan efek buruk pada bayinya yang
belum lahir, secara langsung atau tidak, dan bahwa tidak terdapat
obat atau bahan-bahan kimia yang telah terbukti aman untuk bayi
yang dikandungnya.
14. Pasien hamil mempunyai hak, bila diantisipasikan akan dilakukan
seksio sesaria.
15. Mendapatkan tempat duduk,misalkan di bis atau kereta api yg
bertanda stiker "khusus ibu hamil".
16. Tak perlu mengantri di bank,halte bis,kantor PLN atau kamar
mandi umum.
17. Punya tempat

parkir

khusus

utk

mobil

Anda

di

mall

besar,supermarket atau di lingkungan sekolah.


18. Tetap menerima gaji dan cuti krn hal itu telah diatur&disahkan
oleh negara.UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 pasal 79
menyebutkan cuti melahirkan diberikan 3 bln.Selama masa cuti
melahirkan.Anda tetap mendapat gaji penuh yg diatur dalam pasal
82.
19. Bebas melewati detektor metal sbg pemeriksaan di pintu masuk
hotel,mal dan bandara.Yang harus Anda lakukan hanyalah
mengatakan kpd petugas bahwa Anda hamil dan tidak bersedia
melewati detektor metal demi janin Anda,persilakan ia memeriksa
dg cara lain.
20. Tetap menerima tunjangan yg jadi hak Anda di perusahaan tempat
bekerja.
21. Tambahan jam istirahat krn kehamilan membuat Anda lbh cepat
lelah.Tapi bukan berarti Anda boleh nyantai di kantor.
22. Untuk menghindar dari sinar X dan zat kimia berbahaya.

23. Mengurangi aktivitas lapangan bagi Anda yg bekerja di lahan


konstruksi bangunan bertingkat,byk kegiatan naik turun tempat
tinggi atau gerakan berlebihan spt berjingkrak-jingkrak bila Anda
guru prasekolah.
24. Tetap bisa mengikuti pendidikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa, dari sejak perempuan
hamil sampai dengan pasca melahirkan harus diberi hak yang lebih karena
dari perempuanlah manusia-manusia di dunia ini terlahir. Bahkan ada
pepatah yang mengatakan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Untuk itu, perlindungan terhadap perempuan, khususnya pada saat hamil
sampai dengan pasca melahirkan baik oleh pemerintah, masyarakat,
keluarga dan suami adalah wajib adanya.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dengan membaca
makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam menuntut ilmu. Sehingga
pembaca dapt mengetahui dan memahami apa saja hak-hak ibu hamil.
Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf
setulus-tulusnya.

Anda mungkin juga menyukai