Disusun oleh :
INTAN LARASAY
2C
8801190118
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG BANTEN
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada trauma ekstremitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Dari Trauma Ekstremitas.
2. Mengetahui Klasifikasi Dari Trauma Ekstremitas.
3. Mengetahui Etiologi Dari Trauma Ekstremitas.
4. Mengetahui Patofisiologi Dari Trauma Ekstremitas.
5. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Trauma Ekstremitas.
6. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dari Trauma Ekstremitas.
7. Mengetahui Penatalaksanaan Dari Trauma Ekstremitas.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Dari Trauma Ekstremitas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep
dasar trauma ekstremitas yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk bahan
pengetahuan.
1.4.2 Bagi mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
trauma ekstremitas dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fraktur
Cedera skelet yang paling signifikan dapat terjadi disebut fraktur. Selain berakibat
ke jaringan tulang, cedera dapat terjadi disekitar jaringan lunak, pembuluh darah,
dan saraf. Resiko komplikasi yang signifikan, seperti infeksi yang sering dikaitkan
dengan fraktur yang meliputi cedera jaringan lunak mayor.
a. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa cedera jaringan lunak terbuka.
Prognosis umumnya lebih baik untuk fraktur tertutup karena resiko infeksi
terbatas. Fraktur tertutup juga diklasifikasikan berdasarkan tipenya :
compression impacted, green stick, oblique, spiral, transversal, komunitif
b. Fraktur terbuka
Adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka. Fraktur ini kadang
sulit ditentukan bila luka pada bagian proksiml fraktur benar-benar terkain
dengan fraktur tersebut. Pedoman atau prinsip yang berdasarkan praktik
menganggap luka sebagai fraktur terbuka sampai dapat dibuktikan
sebaliknya.
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah kondisi kedaruratan yang terjadi ketika tekanan
didalam kompartemen otot meningkat sampai tingkat yang mempengaruhi sirkulasi
mikrovaskular dan merusak integritas neurovascular. Setelah beberapa jam tekanan
jaringan nintersitial meningkat diatas dasar kapiler, yang mengakibatkan iskemia
saraf dan jaringan otot.
3. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi
terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-ujung tulang tidak lagi menyatu.
Bila ujung tulang hanya berubah posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio.
Bahu, siku, jari, panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi
Gejala :
Nyeri hebat pada
daerah sendi yang
sakit
Deformitas sendi
Pembengkakan sendi
Kehilangan rentang sendi
Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian distal
cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf dibagian
proksimal)
4. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering terjadi. Pada
keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak karena peregangan atau puntiran
yang keras. Usaha untuk menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan
rasa nyeri. Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan
kaki, pergelangan tangan, atau
lutut.
Gejala:
5. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu meregang
atau robek. Otot punggung sering mengalami strain bila seseorang mengangkat
benda berat.
Gejala :
6. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah.
Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road rush, dan rug
burn.
Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini
biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa
Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau atau teriris
kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-organ internal.
Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan cedera tersebut dapat
tetap tertanam dalam luka.
Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.
Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Terlampir
2.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.1.6 PENATALAKSANAAN
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai akibat
cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. Dengan mengenali gejala dan
tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan kerusakan tulang
disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan tidak
langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan kememaran yang difus
pada jaringan lunak termasuk ganggguan neurovaskuler yang menentukan vitalitas
ekstremitas bagian distal dari bagian yang cedera.
b. Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen tulang
pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna mengembalikan kepada bentuk
semula sebaik mungkin agar fungsi dapat kembali semaksimal mungkin.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur
dengan melakukan pembedahan dengan memasukan paku, sekrup atau pin ke
dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur
secara bersamaan.
OREF (Open Reduction External Fixation)
c. Retaining
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan
hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang sakit agar
mencapai penyembuhan dengan baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat
memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang cedera
untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi adalah tindakan
setelah tindakan kuratif dalam mengatasi kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan
upaya pada fungsi dan akan lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.
1. Pengkajian
a. Mengkaji ABCD
Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan
nafas
Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban
kulit, tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain, unrespon),
gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
b. Kaji riwayat dan kondisi pasien
Riwayat SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medication, Past
medical history, Last oral intake, Event Preceding the injury)
Tentukan mekanisme cedera untuk membantu memperkirakan
kelanjutan cedera
Kaji disfungsi segera atau lambat atau nyeri yang dialami
Perhatikan adanya riwayat cedera musculoskeletal
Singkirkan benda yang berpotensi menekan ekstremitas yang cedera,
seperti pakaian, perhiasaan
Evaluasi adanya luka terbuka pada ekstremitas. Tentukan panjang
dan dalamnya luka. Laserasi diatas tempat yang dicurigai fraktur
ditangani sebagai fraktur terbuka sampai pengkajian selanjutnya
membuktikan sebaliknya.
Perhatikan adanya hematoma
Evaluasi stabilisasi tulang-krepitasi tulang indikasi adnaya fraktur
Inspeksi apakah ada pembengkakan, deformitas, rotasi abnormal atau
pemendekan tulang
c. Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P
Pain (nyeri)
Keluhan paling umum pada cedera musculoskeletal adalah nyeri.
Titik nyeri tekan dapat menunkukkan fraktur dibawahnya. Nyeri
yang tidak konsisten dengan perluasan cedera menunjukkan
terjadinya sindrom kompartemen.
Pallor (pucat)
Iskemik menimbulkan perubahan warna dan suhu
Pulse (nadi)
Palpasi nadi pada semua ekstremitas. Nadi harus diperiksa dengan
palpasi, atau dengan Doppler bila tidak dapat diraba.
Parestesia
Paralisis
2. Analisa Data
- Klien mengatakan
tekanan pada tulang
seperti tertusuk-
tusuk pada daerah
tidak mampu meredam energi
femur
yang terlalu besar
- Nyeri bila
digerakkan
fraktur femur
- Nyeri dirasakan dari
tempat kecelakaan
pegeseran fragmen tulang
- Klien mengatakan
nyeri skala 8
merusak jaringan sekitar
Nyeri akut
2 Ds : klien mengeluh Kecelakaan, benda tajam Kerusakan integritas
kesakitan dan kakinya sulit (penetrasi) jaringan
untuk digerakkan
Syok Hipovolemik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan tidak
terjadi syok hipovolemik
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Tekanan sistol √
2 Tekanan diastol √
3 Nadi √
4 Laju pernafasan √
5 Kedalaman inspirasi √
6 Saturasi oksigen √
7 Gangguan kesadaran √
8 Sianosis √
9 Pucat √
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan nyeri
berkurang dengan
Kriteria Hasil :
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Reported pain √
2 Durasi nyeri √
3 Merinitih √
4 Mimik wajah kesakitan √
5 Berdebar-debar √
6 RR √
7 Nadi √
8 Tekanan Darah √
INDEPENDEN:
1. Pertahankan imobilisasi pasien yang sakit dengan tirahbaring, gips, pembebat,
traksi.
R: Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan
jaringan yang cidera
2. Tinggikan dan dukung ekstrimitas yang terkena.
R: Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, menurunkan nyeri
3. Mengajarkan teknik relaksasi
R: Dapat meningkatkan kenyamanan terkait dengan ansietas dapat
mempengaruhi nyeri
4. Mengkaji keluhan nyeri (karakteristik, intensitas,durasi) (skala 0-10)
R: Untuk mempersiap-kan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap
tindakan yang akan dilakukan
KOLABORASI:
1. Pemberian obat-obatan analgesic
R: Mengurangi rasa nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 7X24 jam kerusakan integritas jaringan
mulai membaik
Kriteria Hasil :
eritema berkurang
Edema berkurang
Luka mulai menutup
Suhu kulit sekitar luka menjadi normal
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Skin temperatur √
2 Texture √
3 Tissue perfusion √
4 Mucous membrane √
5 lesions √
6 Erythema √
7 Induration √
NIC : Pressure management, skin care : topical treatment, lower extremity
monitoring
5. Evaluasi
BAB III
KASUS
Tn. A berusia 30 tahun dibawa ke puskesmas 2 jam yang lalu, pasien mengeluh
bahwa ia tertabrak dan tertindih badan pemain bola saat menonton sepak bola. Pasien terjatuh
dengan posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali dengan jatuh pada badan
terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput. Nyeri hanya dirasakan pada anggota
gerak bawah bagian kiri. Nyeri dirasakan terus - menerus. Sehingga adanya nyeri itu klien
mengeluh kesulitan untuk menggerakkan kaki kirinya. Keluhan dirasa tidak membaik
walaupun pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak dan terasa
sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku dalam kondisi tersadar saat
terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan ataupun muntah. Pasien juga tidak
merasakan adanya mual, namun mengeluhkan adanya pusing.
Pemeriksaan fisik ditemukan hematom dan nyeri tekan di femur sinistra. Suhu di
femur sinistra lebih hangat daripada femur dekstra. Pulsasi a. Poplitea, a. Tibialis posterior,
dan a. Dorsalis pedis reguler, sedikit lemah, isi tegangan cukup. Panjang klinis 90 cm/87 cm,
panjang anatomis 85 cm/83 cm, diameter femur 38 cm/44 cm. Ditemukan juga nyeri sumbu,
gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas karena nyeri. ROM pada A. Coxae, A. Genu, A.
Talocruralis terbatas karena nyeri. Krepitasi sulit dinilai pada femur sinistra. Sedangkan pada
pemeriksaan tanda – tanda vital Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi 80x/ menit, RR 32x/
menit, Suhu 36,3oC. Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang
ditemukan adanya lesi tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada tulang
femur. Perawat melakukan terapi IVFD RL 20 gtt/I, Ranitidine 50 mg/12 jam, Keterolac
30mg/8 jam, Ceftriaxone 1g/12 jam, Trasfusi bila Hb turun.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : serang
No telepon :-
No RM : 34456
Tgl Masuk : 6 september 2021
Tgl Pengkajian : 7 september 2021
Sumber informasi : Klien
Nama klg. Dekat yang bisa dihubungi : NY.a ( istri )
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih
badan pemain bola saat menonton sepak bola.
2. Lama keluhan : 2 jam yang lalu
3. Kualitas keluhan : nyeri secara terus menerus
4. Faktor pencetus : tertabrak dan tertindih badan pemain sepak bola
5. Faktor pemberat :-
6. Upaya yang telah dilakukan : pasien datang ke puskesmas
7. Diagnosa medis : Trauma Ekstremitas Bawah
a. Warna rambut : BT
b. Penyebaran : BT
c. Mudah rontok : BT
d. Kebersihan rambut : BT
Palpasi
6. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : BT
b. Bentuk wajah : BT
c. Gerakan abnormal : BT
d. Ekspresi wajah : BT
Palpasi
Data lain : BT
7. Mata
Inspeksi
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : BT
Palpasi
Data lain : BT
a. Posisi hidung : BT
b. Bentuk hidung: BT
c. Keadaan septum : BT
d. Secret / cairan : BT
Data lain : BT
9. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : BT
b. Ukuran / bentuk telinga : BT
c. Aurikel : BT
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah (BT)
e. Pemakaian alat bantu : BT
Palpasi
a. Rinne : BT
b. Weber : BT
c. Swabach : BT
Pemeriksaan vestibuler : BT
Data lain : BT
10. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : BT
- Karang gigi / karies : BT
- Pemakaian gigi palsu : BT
b. Gusi
Merah / radang / tidak : BT
c. Lidah
Kotor / tidak : BT
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : BT
- Basah / kering / pecah : BT
- Mulut berbau / tidak : BT
- Kemampuan bicara : BT
Data lain : BT
11. Tenggorokan
a. Warna mukosa : BT
b. Nyeri tekan : BT
c. Nyeri menelan: BT
12. Leher
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
a. Vokal fremitus : BT
b. Massa / nyeri : BT
Auskultasi
Data lain : BT
14. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : BT
Perkusi
Pembesaran jantung : BT
Auskultasi
a. BJ I : BT
b. BJ II : BT
c. BJ III : BT
d. Bunyi jantung tambahan : BT
Data lain : BT
15. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : BT
b. Ada luka / tidak : BT
Palpasi
a. Hepar : BT
b. Lien : BT
c. Nyeri tekan : BT
Auskultasi
Peristaltik : BT
Perkusi
a. Tympani : BT
b. Redup : BT
Data lain : BT
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : BT
- Pergerakan abnormal : BT
- Kekuatan otot kanan / kiri : BT
- Tonus otot kanan / kiri : BT
- Koordinasi gerak : BT
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : BT
- Triceps kanan / kiri : BT
c. Sensori
- Nyeri : BT
- Rangsang suhu : BT
- Rasa raba : BT
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : BT
- Kekuatan kanan / kiri : BT
- Tonus otot kanan / kiri : BT
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : BT
- APR kanan / kiri : BT
- Babinsky kanan / kiri : BT
c. Sensori
- Nyeri : Merasakan nyeri tekan di femur sinistra.. Ditemukan juga
nyeri sumbu, gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas karena nyeri. ROM
pada A. Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas karena nyeri.
- Rangsang suhu : Suhu di femur sinistra lebih hangat daripada femur
dekstra
- Rasa raba : Pulsasi a. Poplitea, a. Tibialis posterior, dan a. Dorsalis
pedis reguler, kuat, isi tegangan cukup
- Data lain : Panjang klinis 90 cm/87 cm, panjang anatomis 85
cm/83 cm, diameter femur 38 cm/44 cm. Krepitasi sulit dinilai pada femur
sinistra. Terdapat hematom pada femur sinistra.
18. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : BT
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : BT
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : BT
- Gerakan kelopak mata : BT
- Pergerakan bola mata : BT
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : BT
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : BT
- Refleks dagu : BT
- Refleks cornea : BT
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : BT
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : BT
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : BT
a. Kaku kuduk : BT
b. Kernig Sign : BT
c. Refleks Brudzinski : BT
d. Refleks Lasegu : BT
Data lain : BT
N. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang ditemukan adanya lesi
tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada tulang femur.
O. Diagnosa Medis
Fraktur Femur Sinistra
P. Terapi
Perawat melakukan terapi IVFD RL 20 gtt/I, Ranitidine 50 mg/12 jam, Keterolac 30mg/8
jam, Ceftriaxone 1g/12 jam, dan Transfusi
Q. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko syok
2. Nyeri akut
3. Hambatan mobilitas fisik
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds : Trauma langsung Nyeri akut
- Pasien mengeluh bahwa ia
tertabrak dan tertindih Terputusnya kontinuitas
badan pemain bola saat jaringan
menonton sepak bola 2
jam lalu Pergeseran fragmen tulang
- Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri bawah Pelepasan mediator kimia
- Pasien mengeluhkan paha (bradikinin,histamine)
kirinya membengkak dan
terasa sangat nyeri hingga Ransangan reseptor medulla
tidak dapat berjalan Spinalis
Do :
- Usia 30 th Korteks serebri
- TD : 110/80 mmHg
- N : 68 X/menit Nyeri
- RR :24 X/menit
- Hematoma
- Nyeri tekan di femur
sinistra
Ds : Fraktur Hambatan mobilitas fisik
- Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri bawah Diskontinuitas tulang
- Klien mengeluh kesulitan
menggerakan kakinya Perubahan jaringan sekitar
- Klien mengeluh kaki
kirinya bengkak sehingga Pergeseran fragmen tulang
tidak bisa jalan
Do : Deformitas
- Hematoma
- Nyeri tekan Gangguan fungsi
- Ditemukan juga nyeri
sumbu timbul rasa nyeri yang
- gerak aktif dan pasif bertambah bila digerakkan
femur sinistra terbatas
karena nyeri Klien membatasi gerak
tubuhnya
- ROM pada A. Coxae, A.
Genu, A. Talocruralis
Aktivitas yang dilakukan
terbatas
terbatas/minimal
Disfungsi seluler
Resiko syok
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yaitu tertabrak dan tertindih pemain
sepak bola yang ditandai dengan laporan nyeri secara verbal, mengekspresikan
perilaku nyeri (wajah gelisah) dan indikasi nyeri yang dapat diamati.
2. Resiko Syok ditandai dengan hipovolemia
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
yang ditandai dengan perubahan cara berjalan, keterbatasan kemampuan melakukan
motorik kasar dan keterbatasan rentang gerak sendi.
RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko Syok ditandai dengan hipovolemia
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan kondisi
syok tidak terjadi / terkontrol.
NOC : Cardiopulmonary status
No Outcomes 1 2 3 4 5
1 Tekanan darah sistolik v v
2 Tekanan darah diastolik v v
3 Nadi perifer teraba dan dbn v v
4 Frekuensi nafas V
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
1. Monitor TTV
5. Catat bila terjadi bradicardia atau penurunan tekanan darah, atau abnormalitas tekanan
arteri sistemik yang rendah misalnya pucat, cyanosis atau diaphoresis
6. Monitor tanda dan gejala gagal nafas (rendahnya PaO2, peningkatan PCO2,
kelumpuhan otot pernafasan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yaitu tertabrak dan tertindih pemain sepak
bola yang ditandai dengan laporan nyeri secara verbal, mengekspresikan perilaku nyeri
(wajah gelisah) dan indikasi nyeri yang dapat diamati.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri klien berkurang
dengan kriteria hasil :
No Outcomes 1 2 3 4 5
1 Laporan nyeri v v
2 Skala nyeri skala 8 - skala 5 v v
3 Gelisah v
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
NIC : Pain Management
1. Lakukan pengkajian komprehensif nyeri meliputi (lokasi, karakteristik, onset,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan factor presipitasi)
2. Monitor vital sign
3. Kolaborasi pemberian analgesic
4. Evaluasi tanda dan gejala nyeri (bertambah atau berkurang) setelah pemberian
analgesic
5. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam
6. Berikan masase dan kompres hangat pada area sekitar luka (Untuk membantu sirkulasi
darah ke area luka sehingga mengurangi nyeri)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang yang
ditandai dengan perubahan cara berjalan, keterbatasan kemampuan melakukan motorik
kasar dan keterbatasan rentang gerak sendi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, mobilitas fisik klien
meningkat
NOC : Mobility
No Outcomes 1 2 3 4 5
1 Gaya berjalan v v
2 Pergerakan otot v v
3 Pergerakan sendi v v
4 Posisi tubuh v v
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
NIC : Exercise Therapy : Ambulation
1. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
2. Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman
3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
4. Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
5. Berikan penguatan positif selama aktivitas
6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk
berjalan
a) Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress pernafasan,
tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
b) Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui
hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas. Pada kasus ditemukan
jumlah pernapasan 32x/menit maka pemberian suplemen oksigen diindikasikan
c) Circulation
• Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban kulit, tanda – tanda
perdarahan eksternal dan internal. Pada kasus ditemukan nadi reguler namun sedikit
lemah, maka Tujuan utama adalah untuk mengembalikan nadi pada kondisi normal
dengan menggunakan pendekatan ACLS, kontrol internal bleeding
d) Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain, unrespon), gerakan
ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
DISCHARGE PLANNING
Selain klien juga harus disiapkan asistan / caregiver atau orang terdekat klien yang akan
membantu perawatan atau proses penyembuhan di rumah .
Hal – hal yang memungkinkan jatuh / celaka harus dihilangkan. Ruangan harus bebas /
minimal perabot untuk memudahkan pergerakan klien dengan menggunakan kruk atau alat
bantu lain. Toilet duduk bisa disiapkan utnuk membantu kemandirian klien bereliminasi.
Klien dengan fraktur biasanya dipulangkan kerumah masih dalam keadaan memakai
pembalut / bandage, splint, gips atau fiksasi eksternal. Perawat harus menyiapkan
instruksi verbal / tertulis untuk klien /keluarga / caregiver bagaimana mengkaji dan
merawaqt luka untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan infeksi.
Klien / keluarga / caregiver harus tahu bagaimana komplikasi / tanda – tanda dan
kapan terjadinya dan dimana harus menemui / kontak dengan tenaga kesehatan /
pelayanan kesehatan profesional.
C. Psikososial
Jika terjadi kerusakan tulang / jaringan yang luas, perawat harus membantu klien untuk
mengerti keadaannya. Proses penyembuhan yang membutuhkan waktu lama, khususnya
pada klien dengan komplikasi seperti infeksi.
Klien dengan kecelakaan / terdapat luka luar / multiple fraktur, akan memerlukan
perawatan atau evaluasi selama dirumah oleh perawat kesehatan masyarakat.
Pada klien usia lanjut perlu asisten untuk melakukan aktivitas sehari – hari :
Atau klien pergi ke klinik / rumah sakit / tempat praktek swasta terdekat.
E. Perawatan di rumah
Gerakan ekstremitas dengan hati – hati, diharapkan bisa mengurangi rasa nyeri / tak
nyaman
Physical therapy
Tujuannya untuk :
PEMBAHASAN KASUS
Klien mengalami trauma langsung dengan trauma pada kaki sebelah kiri/dextra yang
mengakibatkan fraktur pada area femur dextra
Tanda: Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak dan terasa sangat nyeri
hingga tidak dapat berjalan
Tanda: Ditemukan juga nyeri sumbu, gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas
karena nyeri. ROM pada A. Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas karena nyeri.
Krepitasi sulit dinilai pada femur sinistra. Sedangkan pada pemeriksaan tanda –
tanda vital Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi 68x/ menit, RR 24x/ menit,Suhu
36,3oC. Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang
ditemukan adanya lesi tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada
tulang femur
- Intra vena fluid drip (IVFD) memasukkan cairan lansung ke pembuluh darah
vena dengan cepat , cairan yang dimasukkan ringer laktat. Manfaat cairan
Ringer Laktat adalah Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf
dan otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien. pada
kasus pemberian ringer laktat untuk mencegah syok hipovolemik.
- Pemberian ranitidin bertujuan untuk menurunkan kadar asam lambung yang
berlebihan
- Pemberian ketorolac bertujuan untuk Meredakan pembengkakan dan nyeri
- Pemberian ceftriaxone bertujuan untuk mencegah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri
Pada tindakan awal, klien memlukan tindakan penanganan fraktur yaitu Berikan
bebat sebelum klien dipindahkan; bebat dapat mengurangi nyeri, memperbaiki
sirkulasi, mencegah cedera lebih lanjut, dan mencegah fraktur tertutup menjadi
fraktur terbuka.
1. Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan
distal terhadap fraktur dan berikan satu penarikan ketika menempatkan
tangan lain diatas fraktur untuk menyokong.
2. Pembebatan diberikan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur.
3. Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan; periksa warna,
suhu, nadi dan pemucatan kuku.
4. Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur.
5. Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.
6. Trauma Femur
Femur biasanya patah pada sepertiga tengah, walaupun pada orang tua
selalu dipikirkan patah pangkal tulang paha (collum femoris). Fraktur ini dapat
menjadi fraktur terbuka dan kalau hal ini terjadi harus ditangani sebagai
fraktur terbuka. Banyak otot disekeliling femur dan perdarahan massif dapat
terjadi pada paha. Fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan
sampai dari 50% volume sirkulasi darah.(Paula Kristanty, 2009)
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. Gejala ini
menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi
rasa sakit yang diderita klien.
Shock hipovolemik terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat. Pada
kasus tidak disebutkan perdarahan yang hebat tetapi pencegahan terhadap syok
pada kasus fraktur menjadi prioritas untuk meminimalisir dampak fraktur
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Fraktur
Dislokasi
Strain
Sprain
Vulnus
Pengkajian gawatdarurat untuk trauma ekstremitas meliputi :
Mengkaji ABCD
Kaji riwayat dan kondisi pasien (SAMPLE, mekanisme injuri)
Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P (pain, pallor, pulse, parestesi,
paralisis)
DAFTAR PUSTAKA
Link YouTube :
https://youtu.be/Z3jZhHdTdwY