Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
jumlah
trombosit
dengan
jumlah
leukosit
yang
normal
atau
b. Kedua, ketika isi dari intra abdomen terhimpit antara dinding depan abdomen dan
kolumna vertebralis atau posterior kavum thorak. Hal ini dapat merusak organorgan padat visera seperti hepar, limpa dan ginjal.
c. Ketiga adalah kekuatan kompresi eksternal yang mengakibatkan peningkatan
tekanan intra abdomen secara mendadak dan mencapai puncaknya ketika terjadi
ruptur
organ.
Pada penderita ini terjadinya jejas pada abdomen disebabkan karena terhimpitnya
klien saat terjadi kecelakaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya himpitan pada
organ intra abdomen antara dinding depan abdomen dan kolumna vertebralis.
Apabila ketiga mekanisme tersebut terjadi dapat menyebabkan perforasi
lapisan abdomen (kontusio, jejas, laserasi, hematom), vaskularisasi abdomen menjadi
rupture,
sehingga
menyebabkan
terjadi
perdarahan
intraabdomen.
Adanya
penimbunan cairan pada rongga abdomen dapat menekan saraf peritonitis. Selain itu
peningkatan tekanan intra abdomen secara mendadak, dapat menghimpit organ intra
abdomen (usus) sehingga menyebabkan motilitas usus.
6. Pathway
(Terlampir)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thoraks: untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
e. IVP (Intravenous Pyelogram): untuk mengetahui adanya trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Untuk membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Pemeriksaan ini juga merupakan tes diagnostic pilihan untuk klien dengan
keadaan hemodinamika yang tidak stabil. Indikasi untuk melakukan DPL adalah
nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya, trauma pada bagian bawah
dari dada, hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas, klien cedera
abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak), klien cedera
abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang).
g. Ultrasonografi dan CT Scan: untuk mengetahui ada tidaknya trauma pada hepar
dan retroperitoneum. Pemeriksan ini juga bermanfaat untuk menentukan derajat
intensitas cedera hepar.
h. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100
200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
8. Penatalaksanaan
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika
ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
1) Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik
head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas,
muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan
cara lihat dengar rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan
apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi
korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tandatanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada
dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas).
13) Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine,
pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit,
dan status neurologik.
14) Siapkan untuk parasentesis
atau
lavase
peritonium
ketika
terdapat
tidaknya pernapasan).
Circulation
Kaji status peredarandarah: nadi, tanda-tanda pada kulit, tekanan darah. Klien
4)
5)
dengan trauma abdomen dapa tkehilangan darah dalam jumlah yang banyak.
Dissability: kaji tingkat kesadaran klien.
Exposure
Pastikan adakah tanda-tanda trauma yang mengancam jiwa. Missal adanya
jejas di daerah klavikula, atau pada daerah abdomen.
Kemudian lakukan pengkajian AMPLE yaitu Allergies, Medications, Past
medical history, Last meal or other intake, Events leading to presentation
(Salomone & Salomone,2011).
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian ini dilakukan setelah pengkajian airway, breathing, circulation
ditemukan dan diatasi. Pengkajian sekunder meliputi :
1) Alasan masuk rumah sakiy
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Waktu kejadian hingga masuk rumah sakit
b) Mekanisme atau biomekanik
c) Lingkungan keluarga, kerja, masyarakat sekitar
2) Riwayat penyakit dahulu
a) Perawatan yang pernah dialami
b) Penyakit lainnya antara lain DM, Hipertensi, PJK dll
3) Riwayat penyakit keluarga: penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Pemeriksaan abdomen untuk menentukan tanda-tanda eksternal dari
cedera. Perlu diperhatikan adanya area yang abrasi dan atau ekimosis.
Catat pola cedera yang potensial untuk trauma intra abdomen (seperti
abrasi karena sabuk pengaman, hantaman dengan papan kemudi-yang
membentuk contusio). Pada banyak penelitian, tanda (bekas) sabuk
pengaman dapat dihubungkan dengan ruptur usus halus dan
cedera
yang
medulla
spinalis.
kemungkinan
perut
Perhatikan
berhubungan
dapat
distensi
dengan
diafragmatika.
Selama auskultasi, palpasi perlahan dinding abdomen dan perhatikan
reaksinya.
c) Palpasi
Palpasi seluruh dinding abdomen dengan hati-hati sembari menilai
respon pasien. Perhatikan massa abnormal, nyeri tekan, dan
deformitas.
Konsistensi yang lunak dan terasa penuh dapat mengindikasikan
perdarahan intraabdomen.
Krepitasi atau ketidakstabilan kavum thoraks bagian bawah dapat
menjadi tanda potensial untuk cidera limpa atau hati yang berhubungan
1)
2)
3)
4)
5)
cairan
dan
elektrolit
berhubungan
dengan
perdarahan