sampai
abdomen
dilukiskan
pelvis
dibawah.
menjadi
dua
Rongga
bagian
Page 85
B. Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan
atau
tanpa
tembusnya
dinding
perut
dimana
pada
Page 86
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan
faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
(2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik
ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
E. Manifestasi Klinis
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan
peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam
setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio
pada
dinding
abdomen.
memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
Departemen | Keperawatan Kegawatdaruratan
Page 87
andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen,
yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.
Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat
nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium
yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan
oleh
perdarahan
dengan
dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan
benturan
tergantung
pada
kedua
keadaan
tersebut..
Page 88
yang
letaknya
tidak
benar
dapat
mengakibatkan
Motilitas usus
Page 89
Gangguan cairan
dan eloktrolit
Kelemahan fisik
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan
Hb
diperlukan
untuk base-line
data bila
terjadi
retroperineal
dekat
duodenum,
corpus
alineum
dan
Page 90
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena
alasan
biaya
biasanya
hanya
dimintakan
bila
ada
pemeriksaan
dan
tambahan
disangsikan
pada
adanya
penderita
trauma
pada
yang
belum
hepar
dan
retroperitoneum.
H. Penatalaksanaan
Penanganan Awal
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah
Departemen | Keperawatan Kegawatdaruratan
Page 91
napas
dapat
dilakukan.
Jika
tidak
ada
tanda-tanda
Page 92
darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma
non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila
telah diketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti
adanya darah pada rektum atau pada saat BAB.
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari
100.000 sel/mm dari 500 sel/mm, empedu atau amilase dalam
jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera
abdomen.
Tindakan
selanjutnya
akan
dilakukan
prosedur
Page 93
7. Sepsis
8. Pankreas : Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreasduodenal, dan perdarahan.
9. Limfa : perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin,
diaphoresis, dan syok.
10.
syok.
11.
Page 94
Page 95
Data sekunder
e. E : Exposure
Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah
abdomen tergantung dari tempat trauma
f. F : Five intervension / vital sign
Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung, pulse
oksimetri, catat hasil lab abnormal
Hasil lab :
Penurunan hematokrit/hemoglobin
Koagulasi : PT,PTT
MRI
CT Scan
Scan limfa
Ultrasonogram
Penigkatan WBC
Elektrolit serum
AGD
Page 96
Adanya ekimosis
Adanya hematom
2. Auskultasi :
3. Palpasi :
Nyeri tekan
4. Perkusi :
Suara dullness
Page 97
Page 98
C. Intervensi Keperawatan
No
Dx. Keperawatan
1
Noc
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ...x24 jam, kelebihan
volume cairan dapat berkurang
atau teratasi.
Kriteria hasil:
N
Kriteria
Scor
o
e
1 Temperature :
5
(36,5 37,5 c)
2 Perubahan status
5
mental (-)
3 Nadi dalam batas
5
normal : 60-100
mmHg
4 RR: 12-20 x/mnt
5
5 Tekanan darah :
5
(100-140/6090mmhg)
6 Turgor kulit
5
7 Produksi urine 0,5-1
5
ml/Kg BB/jam
8 Konsistensi urine
5
normal (kuning
jernih, tidak ada
endapan)
9 CRT < 2s
5
1 Mukosa membrane
5
0 dan kulit kering (-)
Nic
Monitoring:
1. Observasi status mental
2. Monitor imput serta output urine dan
catat adanya perubahan jumlah, warna
dan konsentrasi urine
3. Monitor turgor kulit, membrane
mukosa dan perasaan haus klien.
4. Monitor adanya tanda dehidrasi
5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
7. Timbang berat badan sesuai indikasi
8. Kaji status mental
Mandiri:
1. Memasang dan mempertahankan akses
vena perifer (infus)
2. Berikan perawatan kulit pada bagian
penonjolan tulang.
Pendidikan kesehatan:
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan
intake cairan.
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan
intake nutrisi untuk meningkatkan
kadar albumin darah
Kolaborasi:
1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi
dokter
2. Berikan transfuse darah sesuai hasil
kolaborasi dengan medis
Page 99
1
1
1
2
Nyeri
akut
berhubungan
dengan agen cedera
mekanik
Hematokrit 35%-50% 5
Penurunan berat
5
badan secara
signifikan (-)
Rasa haus berlebihan 5
(-)
Kelemahan (-)
5
1
3
1
4
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama x24 jam
nyeri terkontrol :
N
Kriteria
Scor
o
e
1
Mengenal faktor
5
penyebab nyeri
2
Mengenali tanda dan
gejala nyeri
3
Mengetahui onset
5
nyeri
4
Menggunakan
5
langkah-langkah
pencegahan nyeri
5
Menggunakan teknik
5
relaksasi
6
Menggunakan
5
analgesic yang tepat
7
Melaporkan nyeri
5
terkontrol
Keterangan :
Manajemen nyeri
1. Kaji secara komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: skala nyeri, lokasi,
karakteristik
dan
onset,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktorfaktor presipitasi.
2. Observasi isyarat-isyarat non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Berikan analgetik sesuai dengan
anjuran sebelum memulai aktivitas
4. Gunakan komunkiasi terapeutik agar
klien dapat mengekspresikan nyeri
5. Kaji latar belakang budaya klien
6. Evaluasi
tentang keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan
7. Berikan dukungan terhadap klien dan
keluarga
8. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti:
penyebab,
berapa
lama
Page 100
Kerusakan
Setelah
dilakukan
tindakan
Nursing Intervention Clasification
integritas
Kulit keperawatan sesuai dengan kondisi
(NIC) :pengobatan pada kulit
berhubungan
pasien x24jam integritas jaringan 1. Lakukan prosedur 5 benar dalam
dengan
factor : kulit dan membran mukosa baik
pemberian obat
mekanik
dengan kriteria hasil :
2. catat adanya alergi pasien
N Kriteria
Score
3. kaji pengetahuan pasien tentang cara
o
pengobatan
1
Temperature :
5
4. kaji kondisi sekitar kulit sebelum
(36,5 37,5 c)
dilakukan pengobatan
2
sensasi dalam batas
5
5. berikan pengobatan dengan jumlah
normal
yang benar sesuai dengan standar
3
elastisitas dalam
5
6. monitor efek dari pengobatan.
batas normal
4
pigmentasi dalam
5
batas normal
5
perspiration dalam
5
batas normal
6
warna kulit dalam
5
batas normal
7
teksture dalam batas
5
normal
Departemen | Keperawatan Kegawatdaruratan
Page 101
8
perfusi jaringan baik
5
9
pertumbuhan rambut
5
di kulit baik.
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
3
Resiko Infeksi
berhubungan dengan
tindakan
pembedahan, tidak
adekuatnya
pertahanan tubuh.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama ...x24 jam
risiko terkontrol dengan kriteria
hasil : klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi :
N
o
1
2
3
4
5
Kriteria
Tidak terdapat
Tidak terdapat
Tidak terdapat
Tidak terdapat
Tidak
fungsiolesa
Keterangan :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
Scor
e
rubor
5
kalor
5
dolor
5
tumor
5
terdapat 5
Kontrol infeksi
1. Bersihkan ruangan sebelum
digunakan tindakan pada pasien
2. Ganti peralatan untuk tindakan pada
pasien
3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn
cuci tangan dengan benar
5. Instruksikan pada pengunjung untuk
melakukan cuci tangan sebelum ke
pasien
6. Gunakan sabun antimikroba untuk
cuci tangan
7. Bersihkan tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan pada pasien
8. Gunakan universal precaution
9. Gunakan sarung tangan sesuai
standar universal precaution
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai dengan kondisi pasien
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan gejala
infeksi serta melaporkan pada tenaga
Page 102
Page 103
DAFTAR PUSTAKA
2000.Rencana
perencanaan dan
Asuhan
Keperawatan:
Pedoman
untuk
Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik.
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media
Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta :
Training.
EGC
2009.
Primarytraumacare.(http
://www.primarytraumacare.org/
ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/
september 2011)
Page 104
Page 105