Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN

DI SUSUN OLEH:

FEBRI LELIANE.BOLILANGA (PK115020021)

IRZAN (PK115020036)

NENSI NOVITA (PK115020042)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


A. DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(sjamsuhidayat, 2010).
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi
daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal
Trauma abdomen adalah cedera vicera abdominal yang disebabkan karena luka
penetratif atau trauma tumpul. Akibat dari trauma abdomen dapat berupa perforasi
ataupun perdarahan. Kematian pada trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau
perdarahan.
Trauma abdomen didefinisikan sebaga trauma yang melibatkan daerah antara
diafragma atas dan panggul bawah (Guilon. 2011.)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian-
abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis
yaitu rongga sebelah bawah dan kecil.
Batasan-batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul
dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka
dan iga-iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus
lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus,
dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi
lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati.
Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal
dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui
abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran terasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar
limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

C. ETIOLOGI
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan
bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik
atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga,
benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari
50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak.
D. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka
beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan
tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan
karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
robek pada organ dan pedikel vaskuler.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri
tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah,
takikardi, peningkatan suhu tubuh. nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
6. Terdapat luka robekan pada abdomen.
7. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
8. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
9. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen

Tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:

1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.Nyeri dapat
timbul di bagianyang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan di rongga peritorium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udarah di bawah diafragma
Nyeri di sebelah kiri yang di sebabkan oleh pendarahan limpa.tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben
4. Mual dan muntah
Penurunan kesadaran(malaise,letargi,gelisah) yang di sebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda tanda awal shyok hemoragi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal
dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila
ada persangkaan trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPI. inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.
H. PENATALAKSANAAN
penatalaksanaan adalah:
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomy
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi trauma
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya
memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul
kemudian (Salomone 2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dan trauma tumpul abdomen karena
adanya rupture pada organ Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi dengan
peritonitis antara lain:
1. Nyeri seperti di tusuk
2. Perut yang tegang(distended)
3. Demam tinggi
4. Produksi urine berkurang
5. Mual dan muntah
6. Haus
7. Cairan di dalam rongga abdomen
8. Tidak bisa buang air besar
9. Tanda tanda syok
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik head to toe' harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut
Brunner & Suddart (2001), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
 Data Subyektif: Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
 Data Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim
Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
 Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
 Data Subyektif: Perubahan tingkah laku kepribadian (tenang atau
dramatis)
 Data Obyektif: Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
 Data Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi
5. Makanan dan cairan
 Data Subyektif: Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera
makan.
 Data Obyektif: Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori
 Data Subyektif: Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
 Data Obyektif: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
 Data Subyektif: Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
 Data Obyektif: Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
 Data Subyektif: Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
 Data Subyektif: Trauma baru trauma karena kecelakaan.
 Data Obyektif: Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang
gerak.
b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan trauma/
pendarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen
3. Resuko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
No Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Interfensi/Rencana tindakan
1 Resiko ketidak Setelah di lakukan tindakan Observasi:
seimbangan cairan keparawatan selama 1x24 1. Monitor kasus
berhubungan dengan jam di harapkan hidrasi,mis.frekuensi
trauma/ pendarahan Kekurangan volume cairan nadi,kekuatan nadi
dapat teratasi dengan akral,pengisian
dengan kriteria hasil: kapiler,kelembaban
1. Asupan cairan mukosa,turgo
meningkat kulit,tekanan darah
2. Kelembaban Terapeutik:
membrane mukosa 1. Catat intake-output
meningkat dan hitung balens 24
3. Tekanan darah jam
membaik 2. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan
intavena,jika perlu
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
diuretic,jika perlu.
2 Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan tindakan Observasi:
dengan adanya trauma keparawatan selama 1x24 1. Identifikasi skala
abdomen atau luka jam di harapkan Nyeri akut nyeri
penetrasi abdomen dapat teratasi dengan 2. Identifikasi respon
kriteria hasil: nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
2. Meringis menurun dan memperingan
3. Gelisah menurun nyeri
Terapeutik:
1. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri(mis.suhu
ruangan,pencahayaan
kebisingan)
2. Fasilitasi istrahat dan
tidur
Edukasi:
1. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu
3 Resuko infeksi Setelah di lakukan tindakan Observasi:
berhubungan dengan keparawatan selama 1x24 1. Monitor tanda dan
efek prosedur invasif jam di harapkan Resiko gejala infeksi local
infeksi dapat teratasi dan sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
1. Kebersihan tangan 1. Berikan perawatan
meningkat kilit pada area edema
2. Kebersihan badan 2. Cuci tangan sebelum
meningkat kontak dengan pasien
dan lingkungan
pasien
3. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian imunisasi
jika perlu
4. Gangguan integritas Setelah dilakukan Observasi
kulit/jaringan b.d tindakan keperawatan -Identifikasi penyebab
perubahan sirkulasi d.d selama 1x24 jam gangguan integritas kulit (mis,
kerusakan jaringan dan diharapkan integritas kulit perubahan sirkulasi, perubatan
lapisan kulit dan jaringan dapat teratasi status nutrisi, penurunan
dengan kriteria hasil: kelembaban)
-kerusakan jaringan
menurun Terapeutik
-kerusakan lapisan kulit - Ubah posisi tiap 2 jam jika
menurun tirah baring
-Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu -
Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
Edukasi
5. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan Tindakan keperawatan -identifikasi status nutrisi
Ketidak mampuan Selama 1x24 jam di -identifikasi alergi dan
Menelan makanan Harapkan Status nutrisi Intoransi makanan
membaik dengan kriteria Terapeutik
Hasil: -lakukan oral hygiene
-porsi makanan yang Sebelum makan ,jika perlu
Dihabiskan Edukasi
-kekuatan otot menelan -Anjurkan pasien duduk
posisi duduk,jika mampu
kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
Gizi untuk menentukan
Jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma.in:CTof the Acute Abdomen. London:


Springer

Heater Herdman, T. 2015. NANDA internasional Inc. nursing: definition & classification 2015-
2017. Jakarta: EGC.

Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mochamad Aleq Sander. (2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma abdomen: bagaimana
pendekatandiagnosis dan penatalaksanaannya.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kep
erawatan/article/view/2377/3216. di akses pada tanggal 12 januari 2016.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI

Tim pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar luaran keperawatan indonesia definisi dan indikator
diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai