Oleh
Winda Sulistya Safitri
NIM 102311101036
I.
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi
f. Pemeriksaan Penunjamg
Pemeriksaan diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus
menerus.
Demikian
pula
dengan
pemeriksaan
hematokrit.
tulang belakang)
Patah tulang pelvis
b) Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
8. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna
untuk
awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya
jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
Imobilisasi pasien.
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
Rujuk ke rumah sakit.
Rumah Saikt
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara
intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada :
fraktur pelvis
trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
pertahanan tubuh
d) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
I.
No
1
2.
Diagnosa
keperawatan
Kekurangan
volume cairan dan
elektrolit
berhubungan
dengan
perdarahan.
Nyeri akut
berhubungan
dengan adanya
trauma atau luka
penetrasi.
Tujuan
Kriteria hasil
Setelah dilakukan
1. Keseimbangan cairan dan
tindakan
elektrolit
keperawatan 1x24
2. Frekuensi nadi dalam rentang
jam kekurangan
normal
volume cairan pasien 3. Elektrolit serum dalam batas
teratasi
normal
4. hemoglobin dan hematokrit
NOC
dalam batas normal
Fluid volume
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam nyeri dapat
berkurang
NOC
Pain Level
Intervensi keperawatan
Rasional
NIC
2. Pantau
1. peningakatan TTV
menandakan adanya
peningkatan gangguan
yang dirasakan
2. mengetahui status
kehilangan cairan pasien
3. mewaspadai terjadinya
syok hipovolemik
4. mewaspadai tingkat
kehilangan cairan pasien
perdarahan
dan
frekuensi kehilangan cairan
3. Kaji orientasi orang, tempat,
waktu
4. Pantau hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan
cairan
(hb,
albumin,
5. membantu memenuhi
hematokrit)
kebutuhan Hb pasien
5. Kolaborasikan transfuse jika
6. memenuhi status hidrasi
diperlukan
pasien
6. Kolaborasikan terapi IV sesuai
kebutuhan
NIC
Pain Management
Pain control
Comfort level
6. Tingkatkan istirahat
7. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
penatalaksanaan nyeri tidak
berhasil
8. Monitor TTV
Resiko infeksi
berhubungan
trauma tembus,
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
2. membantu mengetahui
tingkat dan perkembangan
nyeri
3. membantu mengurangi
nyeri pasien
4. membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
pasien, serta membantu
pasien untuk mengontrol
nyerinya
5. mengetahui keefektifaan
kontrol nyeri
6. meningkatkan kenyamanan
pasien
7. meningkatkan
penetalaksanaan nyeri
8. peningakatan TTV
menandakan adanya
peningkatan nyeri yang
dirasakan
9. Monitor penerimaan pasien 9. membantu mengurangi
tentang manajemen nyeri
nyeri yang dirasakan
pasien
NIC
Infection Control
tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
4. Mencegah infeksi
nosokomial
5. Pertahankan lingkungan aseptik
5. untuk meminimalkan
selama perawatan.
terkontaminasi
6. Ajarkan pada pasien dan
6. agar dapat melaporkan
keluarga tanda-tanda infeksi.
kepada petugas lebih cepat
7. Kolaborasi
pemberian
7.
untuk mempercepat
antibiotik bila perlu
perbaikan kondisi pasien
1.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Wilkinson, J.M. 2002. Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC