Anda di halaman 1dari 16

https://docplayer.

info/72984296-Makalah-asuhan-keperawatan-gawat-darurat-
pada-klien-dengan-trauma-abdomen.html

Konsep Dasar Trauma Abdomen


Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai traumayangmelibatkan daerah antara
diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011). Trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapatberupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma Abdomen adalah
terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006). Jadi, trauma abdomen adalah
trauma atau cedera pada abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologis
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul
atau tusuk.
Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomenadalah sebagai berikut:
1.Penyebab trauma penetrasi
a.Luka akibat terkena tembakan
b.Luka akibat tikaman benda tajamc.Luka akibat tusukan
2.Penyebab trauma non-penetrasi
a.Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b.Hancur (tertabrak mobil)
c.Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d.Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol
merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul
setir mobil atau benda tumpul lainnya.Trauma akibat benda tajam umumnya
disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh
luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan traumapada organ
internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:
1.Paksaan /benda tumpulMerupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:
a.Jatuh
b.Kekerasan fisik atau pukulan,
c.Kecelakaan kendaraan bermotor
d.Cedera akibat berolahraga
e.Benturan
f.Ledakan
g.Deselarasi
h.Kompresi atau sabuk pengaman.
i.Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2.Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka
tembak.

Tanda dan gejala


Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen,
distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan
suhu tubuh, nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:


a.Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
b.Terjadi perdarahan intra abdominal.
c.Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejalamual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d.Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
e.Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
a.Terdapat luka robekan pada abdomen.
b.Luka tusuk sampai menembus abdomen.
c.Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
d.Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:
a.Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagianyang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
b.Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
c.Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
d.Mual dan muntah
Penurunankesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yangdisebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi.
Epidemiologi
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Jejas
pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam.
Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Padaintraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai
organlimpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al, 2012).
Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal,
dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreasdan ureter
(Demetriades, 2000).Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai
hati(40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%)
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiridari:
a.Kontusio dinding abdomenDisebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio
dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi
eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
b.Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen


yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguanmetabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
a.Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
b.Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c.Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus
sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

Patofisiologi
Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus. Trauma
tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga
abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir
kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga
mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya
deselerasi (perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara
struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat
menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul
organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa
dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah
trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades,2000).

Trauma tumpul pada abdomen jugadisebabkan oleh pengguntingan,


penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus
atau struktur abdomen yang lain.Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan
pada setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi
pada perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis.
Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen
adalah:
a.Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,
kehilangan darah dan shock.
b.Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,
mikroendokrin.
c.Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan
massif dan transfuse multiple
d.Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran
pencernaan dan bakteri ke peritoneum
Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan
integritas rongga saluran pencernaan.
f.Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang
diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan
masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan di limpa.
g.Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling sering
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali
kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan apabila
terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan mendrainase
cairan empedu.
h.Esofagus bawah dan lambung, kadang-kadang perlukaan esofagus bawah
disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang
mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma
tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.
i.Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas danduodenum
jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum,
hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi
kerusakan.

Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru
palpasi. Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi
wajah, tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok, daerah lipat paha (inguinal, skrotum bila terdapat hernia
biasanya ditemukan benjolan). Pada trauma abdomen biasanya ditemukan
kontusio, abrasio, lacerasi dan echimosis. Echimosis merupakan indikasi adanya
perdarahan di intra abdomen. Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal
biasa kitasebut ‘Cullen’s Sign’ sedangkan echimosis yang ditemukan pada
salah satu panggul disebut sebagai ‘Turner’s Sign’. Terkadang ditemukan
adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus, kolon
yang terjadi pada trauma tembus/tajam.

Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat


kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi
bising usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis,
bunyi bruits pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri
renalis.
Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan
perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi
dinding thoraks pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian
tinju dengan tangan yang lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan
ringan bila ada nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang
subfrenik antara hati dan diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya
bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyi redup
bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila ditemukan Balance sign
dimana bunyi resonan yang lebih keras pada panggul kanan ketika klien
berbaring ke samping kiri merupakan tanda adanya rupture limpe. Sedangkan
bila bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas
yang masuk.
Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal ini
dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah
ataupun cairan. Biasanyaditemukan defansmuscular, nyeri tekan, nyeri lepas.
Rectal tusi (colok dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai
paralysis akan ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak
terdapat gas di usus besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak tinggi
menandakan patah panggul yang sginifikan dan disertai perdarahan.Biasa juga
pada klien dilakukan uji psoas dimana klien diminta mengangkat tungkai
dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan melawan gerak
tungkai sehingga muskulus iliopsoas dipaksa berkontrasi.Selain uji psoas,
ada uji obturator dimana tungkai penderita diputar dengan arah endorotasi dan
eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau lipat paha. Jika klien
merasa nyeri maka menandakan adanya radang di muskulus obturatorius.

Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen,yaitu:
a.Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
b.Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma
pads hepar.
c.Plain abdomen foto tegakMemperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan
perubahan gambaran usus.
d.Pemeriksaan urine rutinMenunjukkan adanya trauma pada saluran kemih
bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan
adanya trauma pada saluran urogenital.
e.VP (Intravenous Pyelogram)Karena alasan biaya biasanya hanyadimintakan
bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
f.Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).Indikasi untuk melakukan DPL
sebagai berikut:
Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguankesadaran (obat,alkohol,
cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)
Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:
Hamil
Pernah operasi abdominal
Operator tidak berpengalaman
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaang.
g.Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khususuntuk trauma abdomen, yaitu:


a.Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000
eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
b.Pemeriksaan laparoskopiDilaksanakan bila ada akut abdomen untuk
mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c.Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

Diagnosis BandingMenurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma


abdomen dilihat dari 4 kwadran, yaitu:
1.Kwandran kanan atas :
a.Cholecystitis acute
b.Perforasi tukak duodeni
c.Pancreatitis acute
d.Hepatitis acute
e.Acute congestive hepatomegaly
f.Pneumonia + pleuritis
g.Pyelonefritis acute
h.Abses hepar

Kwandran kiri atas:


a.Ruptur lienalis
b.Perforasi tukak lambung
c.Pancreatitis acute
d.Ruptur aneurisma aorta
e.Perforasi colon (tumor/corpus alineum)
f.Pneumonia + pleuritis
g.Pyelonefritis acute
h.Infark miokard akut

Paraumbilical:
a.Ileus obstruksi
b.Appendicitis
c.Pancreatitis acute
d.Trombosis A/V mesentrial
e.Hernia Inguinalis strangulate
f.Aneurisma aorta yang pecah
g.Diverculitis (ileum/colon)

Kwandran kanan bawah:


a.Appendicitis
b.Salpingitis acute
c.Graviditas axtra uterine yang pecah
d.Torsi ovarium tumor
e.Hernia Inguinalis incarcerata,strangulate
f.Diverticulitis Meckel
g.Ileus regionalis
h.Psoas absesi.Batu ureter (kolik

Kwandran kiri bawah:


a.Sigmoid diverculitis
b.Salpingitis acute
c.Graviditas axtra uterine yang pecah
d.Torsi ovarium tumor
e.Hernia Inguinalis incarcerata,strangulate
f.Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum)
g.Psoas abses
h.Batu ureter (kolik)

Penatalaksanaan
1.Penanganan Awal Trauma Abdomen
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika
ada indikasi, jikakorban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
a.Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
liftatau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda
asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b.Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
c.Circulation
Jika pernafasan pasiencepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.

Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi


dan trauma penetrasi, yaitu:
a.Penanganan awal trauma non-penetrasi
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Kirim ke rumah sakit
Diagnostic Peritoneal Lavage
b.Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim
medis.
Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan,
maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa steril.Imobilisasi
pasien
Tidak makan dan minum
Bila luka terbuka, balut dengan menekan
Kirim px ke rumah sakit

Penanganan di Rumak Sakita.


Trauma Penetrasi
1.Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau pneumothoraks.
Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau adanya udara
retroperitoneum
2.IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
3.Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
4.Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.

Trauma non-penetrasi
1.Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah lkhusus
seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
2.Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvisadalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma ,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum
atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi.
3.Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens
atau descendens dan dubur

Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien
dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan
komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma
tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis,
cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak
adekuat, rupture spleenyang muncul kemudian (King et al,
2002;Salomone&Salomone,2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering muncul pada
komplikasidengan peritonitis antara lain:
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>380C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomenTidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok

Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data
statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan
jumlah pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis
untuk pasien trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien
rawat inap berkisar antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
AmericanCollegeofSurgeonsCommitteeonTrauma. 2008.Abdominaland pelvic
trauma. in:advanced trauma life support for doctors atls studentcourse manua
8thedition.USA:AmericanCollegeofSurgeons

Cho,Y.,Judson,R.,Gumm,K.,Santos,R.,Waish,M.,Pascoe,D.,etal.2012.Bluntabdom
inaltrauma.theroyalmelbournehospital.http://clinicalguidelines.mh.org.au/brochur
es/TRM05.03.pdf. (Diakses pada 1 Oktober 2014)

De Jong, W, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku ajar ilmu bedah edisi revisihal.


387-402. Jakarta: EGC

Demetriades,D.,AsensioJA.,2000.Abdomen.in:TraumaManagement.USA: Landes
Bioscience

Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing intervention classification.


America: Mosby
Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in:CTofthe
AcuteAbdomen.London: Springer

Heater Herdman, T. 2012. NANDA internasional diagnosis keperawatan


2012-2014.Jakarta: EGC

Hudak & Gallo. 2001.Keperawatan kritis: pendekatan holistik. Jakarta: EGC

Ignativicus, Donna D:Workman. 2006. Medical surgical nursing critical


thinking for collaborative care. USA: Elsevier Saunders

Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

Sabiston,D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston buku ajar bedahhal.364-384. Jakarta: EGC

Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011. Emergency medicine: abdominal


blunt trauma.http://emedicine.medscape.com/article/433404-print.(Diakses pada
1 Oktober 2014)

Sjamsuhidayat. 1997. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidayat. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner &


suddarthedisi8. vol1. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan medikal-bedah brunner and


suddarth ed.8 Vol.3. EGC:Jakarta.

Suddarth & Brunner. 2002.Buku ajar keperawatan medikal bedah.Jakarta :EGC


Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing outcome classification. America: Mosby

Udeani, J., Steinberg S. R. 2011. Trauma medicine: blunt abdominal


trauma. http://emedicine.medscape.com/article/821995-print.(Diakses pada
30 September2014)Udeani, J., 2013.
Bluntabdominal
trauma.http://emedicine.medscape.com/article/1980980(Diakses pada 1
Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai